PENDAHULUAN
Kesehatan jiwa masih menjadi persoalan serius yang harus mendapat perhatian
sungguh- sungguh dari seluruh jajaran lintas sector Pemerintah baik di tingkat Pusat
maupun Daerah, serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden
of disease penyakit jiwa di Indonesia masih cukup besar Proses keperawatan pada
klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang unik karena
masalah keperawatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung, seperti pada masalah
kesehatan fisik yang memperlihatkan berbagai macam gejala dan disebabkan oleh
berbagai hal (Erlinafsiah, 2010). Gangguan jiwa menyebabkan penderita nya tidak
sanggup menilai dengan baik kenyataan, tidak dapat lagi menguasai dirinya untuk
mencegah mengganggu orang lain atau merusak menyakiti dirinya sendiri. Skizofrenia
hebefrenik sebagai salah satu gangguan jiwa yang bersifat kronis yang menyebabkan
terjadinya disorganisasi pikiran, perasaan dan perilaku yang pada akhirnya akan
Skizofrenia ditanda dengan waham kerja (rasa menjadi korban atau dimata-matai)
atau waham kebesaran, halusinasi, dan kadang-kadang keagamaan yang berlebih (fokus
waham agama), atau perilaku agresif dan bermusuhan (vidabeck,2008). Gejala terlihat
tak konsisten. Pasien sering kooperatif dan sulit untuk mengendalikan kerjasamanya, dan
mungkin agresif, marah, atau ketakutan, tetapi pasien jarang sekali memperlihatkan
menyatakan sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta
orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta orang terkena dimensia. Menurut data
kementrian kesehatan tahun 2016 jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini
adalah 236 juta orang, dengan kategori gangguan jiwa ringan 6%, dari populasi dan
0,17% menderita gangguan jiwa berat, 14,3% diantaranya mengalami pasung. Tercatat
sebanyak 6% penduduk berusia 15-24 tahun mengalami gangguan jiwa. Dari jumlah itu
hanya kurang dari separuh yang bisa mendapat pelayanan yang dibutuhkan. Pada tahun
gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun keatas mencapai sekitar 14 juta orang
atau 6% dari jumlah penduduk indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat,
seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000
penduduk (riskesdas 2013). Berdasarkan data dari dinkes kota Mojokerto tahun 2016,
menunjukkan bahwa jumlah gangguan jiwa skizofrenia mencapai 1.652 dan itu adalah
yang terbanyak dari penyakit gangguan-gangguan jiwa lainnya (Dinkes Kota Mojokerto,
2016). Berdasarkan hasil pencatatan Rekam Medik (RM) Puskesmas Wates Kota
Mojokerto pada tahun 2017 terdapat pasien rawat jalan dengan gangguan jiwa berjumlah
59 orang dengan jumlah penderita skizofrenia yaitu 59 orang, Resiko Menderita 3 orang,
dan Epilepsi 9 orang. Setelah dilakukan study pendahuluan di wilayah kerja puskesmas
wates ternyata penderita gangguan jiwa sebagian besar penyebabnya berbagai macam,
ada yang karena pengalaman yang tidak menyenangkan, trauma. Namun penyebab yang
paling banyak yaitu karena masalah ekonomi dan masalah kegagalan dalam percintaan.
Dan didapatkan juga data jumlah penderita halusinasi di wilayah kerja puskesmas wates
penderita gangguan jiwa sebagian besar penyebabnya berbagai macam, ada yang karena
pengalaman yang tidak menyenangkan, trauma. Namun penyebab yang paling banyak
yaitu karena masalah ekonomi dan masalah kegagalan dalam percintaan. Dan didapatkan
juga data jumlah penderita halusinasi di wilayah kerja puskesmas wates yaitu sejumlah
26 orang.
Dampak halusinansi pendengaran yaitu faktor predisposisi yang terdiri dari faktor
perkembangan, social budaya, psikologis, biologis, serta faktor genetik. Klien dengan
halusinasi pendengaran memiliki ciri – ciri bicara atau tertawa sendiri, marah – marah
tanpa sebab, mengarahkan telinga ke arah tertentu, serta menutup telinga. Halusinasi
pendengaran dapat berdampak pada resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan (Nihayati,2015).
Penanganan pada klien dengan halusinasi pendengan yang dapat dilakukan berupa
yang didengar), waktu terjadi halusinasi, frekuensi, penyebab halusinasi muncul dan
respons pasien saat halusinasi muncul dengan rencana keperawatan meliputi melatih
dengan cara menghardik halusinasi, bercakap – cakap dengan orang lain, melakukan
aktifitas yang terjadwal dan menggunakan obat secara teratur. Disini penulis
1.4 Tujuan
1.5 Manfaat
1.5.1 Teoritis
Mampu menjadi referensi dalam memberikan Asuhan Keperawatan yang
komprehensif.
1.5.2 Praktis
1. Bagi perawat
4. Bagi Klien
Klien Skizofrenia.
Nama : Dwi Nur Laili
Nim. : 201904031
Kelas. : 2A D3 Keperawatan
TUGAS
1). a. Dari hasil analisa, menurut saya latar belakang dari Karya Tulis Ilmiah dengan judul
sudah memadai dengan ketentuan pembuatan latar belakang yang ada. Di katakan sudah
memadai, di karenakan latar belakang tersebut terdapat keadaan yang terjadi ,
menggambarkan tentang keterkaitan masalah dengan faktor sekaligus penyebabnya, serta
dampak masalah yang tidak di atasi.
Kesehatan jiwa masih menjadi persoalan serius yang harus mendapat perhatian
sungguh- sungguh dari seluruh jajaran lintas sector Pemerintah baik di tingkat Pusat
maupun Daerah, serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden
of disease penyakit jiwa di Indonesia masih cukup besar Proses keperawatan pada
klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang unik karena
masalah keperawatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung, seperti pada masalah
kesehatan fisik yang memperlihatkan berbagai macam gejala dan disebabkan oleh
berbagai hal (Erlinafsiah, 2010).
penderita gangguan jiwa sebagian besar penyebabnya berbagai macam, ada yang karena
pengalaman yang tidak menyenangkan, trauma. Namun penyebab yang paling banyak
yaitu karena masalah ekonomi dan masalah kegagalan dalam percintaan. Dan didapatkan
juga data jumlah penderita halusinasi di wilayah kerja puskesmas wates yaitu sejumlah
26 orang.
6. Tujuan
Menurut saya Tujuan penelitian telah memadai karna penulis telah menjabarkan
tujuan dari topic yang dia angkat seperti tujuan umum dan tujuan khusus yang
telah penulis cantumkan.
7. Manfaat
Manfaat penulisan telah memadai karna penulis telah menjelaskan manfaat dari
topic yang diangkat sperti manfaat terhadap institusi pendidikan, manfaat bagi
perawat, manfaat bagi rumah sakit dan manfaat bagi masyarakat.
b. Dari hasil analisa, menurut saya rumusan masalah tersebut sudah memadai karna penulis
telah menjelaskan secara rinci dan tidak berteletele.