Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruh
seluruh kepribadian dan fungsi kehidupan seseorang. Menurut Stuart (2006), alam
perasaan adalah perpanjangan keadaan emosional yang mempengaruhi seluruh
kepribadian dan fungsi kehifupan seseorang. Gangguan alam perasaan ditandai oleh
sindroma depresif sebagian atau total dan ditandai engan kehilangan minat terhadap
aktivitas sehari-hari.

Gangguan alam perasaan depresi dapat disebabkan karena ketidakseimbangan


elektrolit yaitu, natrium dan kalium di dalam neuron (Gibbsons, 1960 di kutip dari
Townsend, M.C 1995). Neurotransmitter yang ada di system syaraf pusat dan perifer
juga memiliki implikasi pada psikiatrik. Transmisi monoamin seperti neropinefrin,
dopamine dan serotonin berimplikasi pada etiologi gangguan emosi tertentu seperti
gangguan alam perasaan: depresi dan mania. Norepinefrin dan dopamine mempunyai
implikasi menurunkan derajat depresi dan meningkatkan derajat mania sedangkan
serotonin memiliki implikasi menurunkan kadar depresi (Suliswati,2005).

Dari penjelasan di atas penting untuk kita ketahui mengenai terjadinya mania oleh
karena mania memiliki psikopatologi yang tidak jauh berbeda dengan depresi, sehingga
berdasarkan uraian-uraian di atas, dalam makalah ini akan dibahas mengenai konsep
dasar asuhan keperawatan dengan gangguan alam perasaan (mania) untuk menunjang
pembelajaran yang akan berguna dalam melakukan asuhan keperawatan melalui
pendekatan proses keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari gangguan alam perasaan ?
2. Apa saja Klasifikasi gangguan alam perasaan?
3. Apa Etiologi dari gangguan alam perasaan ?
4. Bagaimana Patofisiologi dari gangguan alam perasaan?
5. Apa saja Manifestasi klinis dari gangguan alam perasaan

1|NEURO KEL 7
6. Bagaimana Penatalaksanaan Medis dari gangguan alam perasaan?
7. Bagaimana Pencegahan dari gangguan alam perasaan?
8. Apa saja Komplikasi dari gangguan alam perasaan ?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari gangguan alam perasaan?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi gangguan alam perasaan.
2. Mengetahui etiologi gangguan alam perasaan
3. Mengetahui patofisiologi gangguan alam perasaan.
4. Mengetahui manifestasi klinis gangguan alam perasaan.
5. Mengetahui pemeriksaan diasnotik gangguan alam perasaan
6. Mengetahui penatalaksanaan gangguan alam perasaan.
7. Mengetahui komplikasi gangguan alam perasaan..
8. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan alam perasaan.

1.4 Manfaat
1. Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat
meningkatkan pengetahuan dan wawasan penyebabserta upaya pencegahan gangguan
alam perasaan terciptanya kesehatan masyarakat yang lebih baik.
2. Diharapkan bagi pembaca dapat mengetahui tentang gangguan alam perasaan dalam
sehingga dapat mencegah serta mengantisipasi diri dari penyakit tersebut.
3. Diharapkan dalam menambah wawasan dan informasi dalam penanganan gangguan alam
perasaan sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan lebih baik.
4. Dapat menambah informasi tentang gangguan alam perasaan serta dapat meningkatkan
kewaspadaan terhadap penyakit tersebut.

2|NEURO KEL 7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Alam perasaan (mood) adalah perpanjangan keadaan emosional yang


mempengaruhi seluruh kepribadian dan fungsi kehidupan seseorang. Alam perasaan ini
meliputi emosional seseorang yang kuat dan menyebar dan mempunyai arti yang sama
dengan afek, keadaan perasaan, dan emosi. Sama halnya dengan aspek lain dari
kepribadian emosional atau alam perasaan memberikan suatu peran asaptif terhadap
individu (buku saku)

Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang


mempengaruhi seluruh keperibadiaan dan fungsi kehidupan seseorang. Gangguan alam
perasaan ditandai oleh syndrom depresif sebagian atau penuh, selain itu juga ditandai
oleh kehilangan minat atau kesenangan dalam aktifitas sehari-hari dan rekreasi.

Gangguan Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang


mempengaruhi seluruh kepribadian dan fungsi hidup seseorang.

Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan
kegembiraan yang berlebihan, arus berpikir yang cepat, mudah tersinggung dan kegiatan
motorik meningkat, sehingga menyebabkan energi banyak yang keluar (Standar Asuhan
Keperawatan Jiwa, DEPKES).

Berikut ini menurut para ahli :


1. Menurut Stuart Laraia dalam Psychiatric Nursing (1998:349)
Keadaan emosional yang memanjang yang mempengaruhi seluruh
kepribadian individu dan fungsi kehidupanny. Hal ini berhubungan dengan emosi
dan memiliki pengertian yang sama dengan keadaan perasaan atau emosi. Seperti
aspek-aspek lain dalam kepribadian, emosi, atau mood berperan dalam proses
adaptasi. Ada empat fungsi adaptasi dari emosi, yaitu sebagai bentuk komunikasi
sosial, merangsang fungsi fisiologis, kesadaran secara subjektif, dan mekanisme
pertahanan psikodinamis.

3|NEURO KEL 7
2. Menurut John W. Santrock dalam Psychology The Sience of Mind and Behavior
(1991:490)
Gangguan alam perasaan adalah kelainan psikologis yang ditandai
meluasnya irama emosional seseorang, mulai dari rentang depresi sampai gembira
yang berlebihan (euphoria), dan gerak yang berlebihan (agitation). Depresi dapat
terjadi secara tunggal dalam bentuk mayor depresi atau dalam bentuk lain seperti
mania sebagai gangguan tipe Bipolar.
3. Menurut Patricia D.Barry dalam Mental Health and Mental Illnes (998:302)
Gangguan mental afektif (gangguan alam perasaan) seseorang yang
dikenal dengan afek atau keadaan emosional tersebut dapat berupa depresi,
kegembiraan atau kombinasi dari berbagai siklus tipe.
4. Buskist Gerbing dalam Psychology Boundaries and Frontiers (1990:548)
Gangguan mood dapat dicirikan dengan depresi yang dalam, atau
kombinasi dari depresi dan gembira yang berlebihan. Dengan kata lain individu
dengan kelainan mood selain depresi yang mendalam dapat berupa periode elasi
(keceriaan) dan depresi.
2.2 Etiologi
A. Faktor predisposisi gangguan mood

Berbagai faktor telah diajukan untuk menjelaskan gangguan alam perasaan


yang parah. Teori ini menunjukan rentang faktor-faktor penyebab yang mungkin
bekerja sendiri atau dalam kondisi kombinasi.

1. Faktor genetik
Faktor genetik dianggap mempengaruhi transmisi gangguan afektif melalui
riwayat keluarga atau keturunan. Hal ini disepakati bahwa faktor keturunan dan
lingkungan memegang peranan penting dalam beberapa ganggan mood.
Gangguan tipe bipolar dan mayor depressive terjadi pada keluarga, tetapi fakta
menunjukan bahwa yang ditutunkan adalah tipe bipolar, dengan kecenderungan
sebagai berikut:
 Salah satu orangtua menderita gangguan mood tipe bipolar, kecenderungan
terjadi 25 % pada anak.

4|NEURO KEL 7
 Dua orangtua menderita gangguan mood tipe bipolar, kecenderungan terjadi
50-75% pada anaknya.
 Satu monozygote kembar mengalami bipolar, 40-7-% kecenderungannya
terjadi pada kembarannya.
 Satu dizygote kembar mengalami bipolar, kecenderungan 20% terjadi pada
saudara kembarnya.
 Satu orang mengalami kelainan tipe depresif, 10-13% kecenderungan terjadi
pada anaknya.
2. Agression Turned Inward Theory
Teori agresi menyerang ke dalam menunjukan bahwa depresi terjadi karena
perasaan marah yang ditunjukan kepada diri sendiri. Menurut Sigmund Freud
depresi adalah agresi yang diarahkan pada diri sendiri sebagai bagian dari nafsu
bawaan yang bersifat merusak. Untuk beberapa alasan tidak secara langsung
diarahkan pada objek yang nyata atau objek yang berhubungan serta disertai
perasaan berdosa atau bersalah. Prosesnya terjadi akibat kehilangan atau perasaan
ambivalen terhadap objek yang sangat dicintai. Kllien merasa marah dan
mencintai yang terjadi secara bersamaan dan hal ini tidak mampu untuk
mengekspresikan kemarahannya sebab di anggap tidak tepat dan tidak rasional.
Misalnya, ia marah pada kekasihnya yang diketahui memiliki kekasih lain selain
dirinya. Ia ungkapkan kemarahannya kepada diri sendiri karena timbul perasaan
ambivalen pada kekashnya, yaitu perasaan membenci sekaligus mencintai. Bila
hal tersebut dianggap sebagai pemecahan masalah yang adaptif maka seterusnya
ia akan menggunakan koping tersebut yang sebenarnya bersikap destruktif.
3. Object Loss Theory
Teori kehilangan objek merujuk pada perpisahan traumatic individu dengan
benda atau seseorang yang sangat berarti dalam fase membutuhkan seseorang
yang memberikan rasa aman untuk lekatan (attachment). Dua isu penting dalam
teori ini adalah: kehilangan dalam masa anak-anak sebagai faktor predisposisi
terjadinya depresi pada masa dewasa dan perpisahan dalam kehidupan setelah
dewasa yang menjadi faktor pencetus terjadinya stress.

5|NEURO KEL 7
Fakta untuk model ini pertamakali dilaporkan oleh Spitz yang
mendeskripsikan reaksi perpisahan bayi dari ibunya saat berusia 6-12 bulan.
Reaksi tersebut adalah sebagai berikut: kekhawatiran (opprehension), menangis,
kesulitan tidur, tidak nafsu makan, kelambatan dalam pertumbuhan dan
perkembangan. Sindroma ini dikenal dengan AnalyticDepression.
4. Personality Organization Theory
Teori organisasi kepribadian menguraikan bagaimana konsep diri yang negatif
dan harga diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan dan penilaian seseorang
terhadap stressor. Pandangan lain dari depresi adalah memfokuskan pada variabel
utama dari psikososial, yaitu harga diri rendah. Konsep diri klien menjadi isu
pokok. Ketika mengekspresikan kesedihan hati atau depresi atau over
kompensasi. Gambaran harga diri yang terancam seringkali memperlihatka manik
atau hippomanic episode. Ancaman terhadap harga diri menimbulkan penampilan
peran yang miskin, merasa tingkat yang rendah fungsi kehidupan sehari-hari dan
hilangnya identitas diri secara jelas.
5. Cognitive Model
Model cognitive menyatakan bahwa depresi merupakan masalah cognitive
yang didominasi oleh evaluasi negatif seseorang terhadap dirinya sendiri, dunia
seseorang dan masa depannya. Berdasarkan teori ini adanya kejadian yang
merugikan, sebagai contoh: seorang suami mengatakan “ ia meninggalkan saya
karena saya tidak mampu mencintainya”, tanpa mempertimbangkan alternatif
lainnya sebagai penyebab, misalnya kepribadiannya yang tidak cocok, istri
memiliki masalah sendiri, atau perubahan perasaan istrinya terhadap suami. Ia
selalu memfokuskan pada kekurangan pribadinya, ia hanya dapat berpikir tentang
dirinya secara negatif dan tidak mencoba memahami kemampuannya, prestasinya,
dan atribut-atribut yang ada pada dirinya. Kesimpulan dalam teori ini adalah klien
depresi didominasi oleh sikap pesimis.
6. Learned Helplessness Model
Model ketidakberdayaan yang dipelajari menunjukan bahkan bukan semata-mata
trauma menyebabkan depresi berat tetapi keyakinan bahwa seseorang tidak
mempunyai kendali terhadap hasil yang penting dalam kehidupannya, oleh karena

6|NEURO KEL 7
itu ia mengulang respon yang adaptif. Orang ini percaya bahwa tidak seorangpun
yang dapat membantunya, dan tidak seorangpun dapat melakukan sesuatu
untuknya. Keyakinan yang negatif tersebut menyebabkan dia putus harapan,
bersikap pasif, dan ketidak mampuan untuk bersikap asertif pada dirinya dan
orang lain.
7. Behavioral Model
Model perilaku berkembang dari kerangka teori belajar sosial, yang
mengasumsi bahwa penyebab depresi terletak pada kurangnya keinginan positif
dalam berinteraksi dengan lingkungan. Depresi berkaitan dengan interaksi antara
perilaku individu dengan lingkungan. Teori ini memandang bahwa individu
memiliki kemampuan untuk memeriksa dan mempertimbangkan perilakunya.
Mereka bukan hanya melakukan reaksi dari faktor internal. Mereka menyeleksi,
mengorganisir, dan mentransformasikan stimulus yang datang pada dirinya.
Individu tidak dipandang sebagai objek yang tidak berdaya yang
dikendalikan lingkungan. Tetapi tidak jugabebas dari pengaruh lingkungan dan
melakukan apa saja yang mereka pilih tetapi antarindividu dengan lingkungan
memiliki pengaruh yang bermakna antarsatu dengan yang lainnya. Konsep
reinforcement sangat penting dalam pandangannya tentang depresi. Interaksi
positif antara individu dengan lingkungan menyediakan reinforcement yang
positif. Kurangnya reinforcement yang positif dari lingkungan menyebabkan
kesedihan. Asumsi kunci dari model ini adalah rendahnya jumlah reinforcement
positif dari lingkungan merupakan faktor pendukung terjadinya perilaku
depresivve.
8. Bilogical Model
Model biologik menguraikan perubahan kimia dalam tubuh yang terjadi
selama masa depresi, termasuk defisiensi katekolamin, disfungsi endokrin,
hipersekresi kortisol, dan variasi periodik dalam irama biologis. Abnormalitas
yang signifikan dapat dilihat ketika terjadi depresii. Termasuk di dalamnya adalah
kelainan dalam elektrolit, khususnya sodium dan kalium. Perubahan dalam
neurofisiologis, kegagalan fungsi regulasi otonom dan aktivitas sistem syaraf

7|NEURO KEL 7
seperti adrenokortikal, tiroid, perubahan gonad, perubahan dalam neurotransmitter
seperti katekolamin, neropinephrin, dan epinephrin.
9. Masalah dalam Bounding and Attachment and Genetic
Gangguan antara ikatan antara ibu dan anak pada usia dini, sangat penting
dalam terjadinya keadaan patologis pada perkembangankepribadian di kemudian
hari. Bila seorang ibu menderita depresi, maka peran dan fungsinya sebagai ibu
akan terganggu, yang mengakibatkan relasi patologik pada anak. Pengalaman
pada awal pertama kehidupan masa kanak-kanak yang menimbulkan trauma
psikis, dapat membentuk kepribadian yang rentan untuk mengalami depresi.
Mengapa R lebih rentan atau memiliki resiko yang lebih besar untuk mengalami
depresi dibandingkan dengan anak-anaknya lainnya? Karena sebenarnya banyak
yang mendapat perlakuan lebih buruk dari R (pernah di permalukan atau
dikecewakan oleh guru dan teman-teman di sekolah), tetapi mereka tidak sampai
depresi. Bila R menjadi depresi, tentu ada sesuatu yang membuatnya menjadi
rentan.
Selain hal tersebut di atas yang tidak boleh di lupakan adalah faktor
genetik. Depresi lebih banyak dijumpai pada seseorang dengan kepribadian
tertentu, sedang kepribadian banyak ditentukan oleh genetik. Pada keluarga yang
salah satu orang tuanya mengalami depresi akan berpeluang 10-15% untuk
memiliki anak yang akan menderita depresi dikemudian hari. Di sisi lain
meskipun anak tidak mempunyai riwayat depresi secara genetik, anak-anak
belajar untuk meniru perilaku depresi dari orangtua nya. Seseorang yang sehat
kepribadian dan jiwanya, bisa saja menderita depresi apabila yang bersangkutan
tidak mampu menanggulangi stressor psikososial yang di alami.
B. Faktor presipitasi
Adapun 4 sumber utama stressor yang dapat menentukan gangguan alam perasaan
a. Kehilangan ketertarikan, yang nyata atau yang dilayangkan, termasuk
kehilangan cinta seseorang, fungsi fisik, kedudukan atau harga diri, karna elemen
aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka persepsi pasien
merupakan hal yang sangat penting.

8|NEURO KEL 7
b. Peristiwa besar dalam kehidupan, sering dilaporkan sebagai pendahulu episode
depresi yang mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang dihadapi
sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah
c. Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi perkembangan
depresi, terutama pada wanita.
d. Perubahan fisiologis diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik,
seperti: infeksi, neoplasma, dan gangguan keseimbangan metabolik, dapat
mencetuskan gangguan alam perasaan diantara obat-obatantersebut terdapat obat
antihipertensi dan penyalahgunaan zat yang menyebabkan kecanduan.
Kebanyakan penyakit kronik yang melemahkan tubuh juga serig disertai dengan
depresi. Depresi yang terdapat pada usia lanjut biasanya bersifat kompleks,
karena untuk menegakkan diagnosisinya sering melibatkan evaluasi dari
kerusakan otak organik, dan depresi klinik. (Stuart & Sundeen, 1998)
2.3 Rentang Respon

1. Respons emosional termasuk dipengaruhi oleh dan berperan aktif dalam dunia
internal dan eksternal seseorang.sersirat bahwa orang tersebut terbuka dan sadar
akan perasaan sendiri.
2. Reaksi berduka takterkomplikasi terjadi sebagai respons terhadap kehilangan dan
tersirat bahwa seseorang sedang menghadapi suatu kehilangan yang nyata serta
terbentam dalam proses berdukannya.

9|NEURO KEL 7
3. Supresi emosi mugkin tampak sebagai penyangkalan (denial) terdapat perasaan
sendiri, terlepas dari perasaan tersebut, atau internalisasi terdapat semua aspek dari
dunia efektif seseorang.
4. Penundaan reaksi berduka adalah ketiadaan yang persistem respons emosional
terdapat kehilangan. Ini dapat terjadi pada awal proses berkabung, dan menjadi nyata
pada proses berduka, atau keduanya pendundaan dan penolakan proses berduka
kadang terjadi bertahun – tahun.
5. Depresi atau melankolia adalah suatu kesediaan dan perasaan duka yang
berkepanjangan atau abnormal. Dapat digunakaan untuk menunjukkan berbagai
fenomena, seperti tanda dan gejala, sindrom, keadaan emosional, reaksi, penyakit,
atau entitas klinis.

2.4 Pohon Masalah

2.5 Tanda Dan Gejala


depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan (afektif,mood) yang
di tandai kemurungan, kesedihan, kelesuhan, kehilangan gairah hidup, tidak ada
semangat hidup, dan rasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa, didak berguna
atau putus asa. Gejala lain yang sering menyertai gangguan mood adalah :
1. Sulit konsentrasi dan daya ingat menurun.
2. Nafsu makan dan berat badan menurun
3. Gangguan tidur (sulit tidur atau tidur berlebihan) di sertai mimpi-mimpi yang tidak
menyenangkan , missal mimpi orang yang sudah meninggal
4. Agitasi atau retardasi motoric ( gelisah atau perlambatan gerakan motoric)
5. Hilang perasaan senang , semangat, dan minat, meninggalkan hobi
10 | N E U R O K E L 7
6. Kreatifitas dan produktifitas menurun
7. Gangguan seksual (libido menurun)
8. Pikiran-pikiran tentang kematian dan bunuh diri

Bila seseorang lebih rentan untuk menderita depresi di bandingkan oranglain biasanya
yang bersangkutan mempunyai corak kepribadian sendiri ( diri keprbadian depresi),
denga ciri-ciri :

1. Mereka sukar untuk merasa bahagia, mudah cemas, gelisah dan khawatir, irritable,
tegang dan agitatif
2. Mereka yang kurang percaya diri, rendah diri, mudah mengalah dan lebih senang
berdamai untuk menghindari konflik atau konfrontasi, merasa gagal dalam usaha
atau sekolah, lamban , lemah, lesu atau sering mengeluh sakit ini dan itu.
3. Pengendalian dorongan dan impuls terlalu kuat, menarik diri, lebih suka menyisih,
sulit ambil keputusan, enggan bicara, pendiam dan pemalu, menjaga jarak dan
menghindari keterlibatan dengan orang lain
4. Suka mencela, mengkritik, menyalahkan orang lain atau menggunakan mekanisme
pertahanan penyangkalan.

2.6 Tipe Gangguan Alam Perasaan


Secara garis besar tipe gangguan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: mood
episode, depressive, dan bipolar disorders.
1. Mood Episode
a) Mayor Depressive Episode
Untuk diagnosis kelompok ini, terdapat 5 atau lebih gejala-gejala yang
ditampilkan selama periode 2 minggu dan menampilkan perubahan fungsi
dari fungsi sebelumnya paling sedikit dari gejala tersebut adalah salah satu
dari 2 hal berikut : 1. Perasaan depresif, 2. Kehilangan ketertarikan terhadap
kesenangan. Tanda-tanda secara lengkap adalah sebagai berikut :
 Perasaan depresif lebih banyak dalam sehari, hampir setiap hari yang
diindikasikan berdasarkan data subjektif atau hasil observasi.

11 | N E U R O K E L 7
 Menurutnya secara nyata minat terhadap kesenangan, hampir semua
aktivitas dalam sehari atau hampir setiap hari.
 Kehilangan berat badan yang berarti meskipun tidak diet.
 Kesulitan tidur (insomnia) atau tidur yang berelebihan (hypersomnia).
 Terjadi peningkatan aktivitas psikomotor atau perlambatan motorik
hampir setiap hari.
 Kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari.
 Perasaan-perasaan tidak berharga atau berlebihan atau perasaan berdosa
yang berlebihan hampir tiap hari.
 Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau konsentrasi, atau perasaan
ragu-ragu hampir tiap hari.
 Terus-menerusberpikir tentang kematian, berulangnya ide-ide untuk
bunuh diri tanpa perencanaan yang jelas, atau percobaan bunuh diri
dengan perencanaan untuk pelaksanaan bunuh dirinya.
b) Maniac Episode
Episode manik ditandai dengan periode gangguan yang nyata dan
peningkatan secara menetap, meluap-luap atau mood yang mudah terangsang
selama 1 minggu (atau beberapa periode saat di rumah sakit juga penting). Selama
periode gangguan, 3 atau lebih gejala-gejala berikut telah menetap dan telah
nampak dalam tingkat yang berarti.
 Melambungnya harga diri Grandiosity.
 Menurunnya kebutuhan untuk tidur.
 Lebih banyak bicara di banding biasanya atau adanya dorongan yang kuat
untuk berbicara
 Ide yang meloncat atau pengalaman subjektif bahwa ia berpikir loncat.
 Perhatian yang mudah teralih.
 Peningkatan dalam perilaku yang bertujuan atau agitasi psikomotor.
 Keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas yang menyenangkan yang
berpotensi untuk mengakibatkan cedera.

12 | N E U R O K E L 7
Pada saat episode manik dimulai, penampilan klien menjadi meningkat, tidak
rapih, lebih cepat secara fisik, dalam intelektual dan emosional. Klien menjadi
meningkat dalam aktivitas dan agresif. Aspek id terlihat berlebihan, dan aspek
super ego cenderung dilanggar. Klien berfikir cepat dengan demikian ia menjadi
mudah teralih perhatiannya. Hal ini menyebabkan adanya ide yang meloncat-
loncat. Mood klien menjadi gembira yang berlebihan (euphoria) dan berganti
menjadi exaltation (gembira berelebihan yang disertai hiperaktivitas motorik) dan
akhirnya mencapai puncak nya menjadi gelisah dan sangat gaduh. Klien dalam
keadaan ini tidur dan makan sangat sedikit, kehilangan berat badan yang sangat
cepat ia dapat memukul apa saja apabila dicegah menjadi marah.

c) Tipe Lainnya (other)


Tipe lain dari episode mood meliputi mixed episode dan hypomanic
episode. Pada mixed episode, kriterianya merupakan perpaduan antara manic
episode dan mayor depressive episode. Sedangkan pada Hypomanic episode
secara jelas menunjukan meningkatnya mood yang berbeda dari mood
nondepresif yang biasa tetapi tidak dikelompokan sebagai episode manik.

2. Depressive disoders
a) Mayor depressive disoders
Mayor depressive disoders dapat berupa episode berulang atau episode
tunggal. Hal ini dapat juga memiliki gambaran khusus seperti adanya penampilan
diam melamun (cataconic) atau melankonik atau menyertai kejadian post partum.
Klien yang mengalami mayor depressive berbicara menjadi lambat,
berhenti bicara, cemas dan klien menjadi menyalahkan diri sendiri. Pada tipe
episode depresif gerakan klien menjadi lambat, lambat untuk duduk dikursi, kaku
suara mengerang yang sedih, dan lebih banyak duduk di lantai atau tempat tidur.
Klien secara langsung bersikap agresi ke dalam dirinya sendiri dan kadang-
kadang menyalahkan diri sendiri, erasaan berdosa, dan bersalah di dunianya.
Kesengsaraannya sangat mendalam, selanjutnya setelah periode ini klien dapat
mencoba bunuh diri.

13 | N E U R O K E L 7
b) Dysthymic disorder
Dalam Diagnostic and statistical manual of Mental Disorders, kondisi
kelompok ini dikenal dengan Depresi neurosis. Kondisi ini ditandai dengan mood
yang terdepresi dalam sebagian besar hari. Dua atau lebih gejala depresi berikut
dapat ditampilkan: menurunnya nafsu makan, kelelahan yang sangat, susah tidur
atau tidur berlebihan, harga diri rendah, kesulitan konsentrasi atau kesulitan
membuat keputusan, dan perasaan putus harapan.

3. Bipolar disorder
a) Bipolar disorder
Klien dengan tipe bipolar mendemonstrasikan kekuatan, meluap-luap, dan
menggambarkan siklus irama mood. Pada semua orang normal seubjek
mengalami tingkat perubahan irama mood secara dinamis dan moderate. Bentuk
yanditemukan dalam tipe gangguan mental ini adalah kapanpun mengalami
keadaan meluap-luap selama waktu satu minggu atau satu bulan. Kejadian
tersebut bersifat lambat tetapi secara bertahap meningkat dalam emosi dan
aktivitas sampai klimaks menjadi gaduh gelisah. Selanjutya terjadi penurunan
secara lambat dalam aktivitasnya menuju ke arah perilaku normal lagi.
Selanjutnya klien akan memulai lagi siklus hypoaktivitas, disertai depresi.
b) Cyclothymic disoders
Individu dengan kelainan cyclothymic cenderung untuk mengalami irama
mood di antara exhilaration and deprssion (keriangan dan depresif).
Bagaimanapun ia akan mengalami manic depressive psychosis pada situasi
kehidupan yang penuh stress dan pada beberapa kasus terjadi penyebab yang
tidak jelas.
2.7 mekanisme koping
reaksi berduka yang tertunda mencerminkan penggunaan mekanisme pertahanan
penyangkalan dan supresi yang berlebihandalam upaya menghindari stress hebat yang
berhubungan dengan berduka. Depresi adalah suatu perasaan berduka abortis, yang
menggunakan mekanisme represi, supresi, penyangkalan, dan disosiasi. Ada yang

14 | N E U R O K E L 7
mempercayai bahwa mania merupakan cerminan dari depresi dan walaupun prilakunya
tidak sama, dinamika dan mekanisme kopingnya berlebihan.

15 | N E U R O K E L 7
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara mengidentifikasi faktor predisposisi dan faktor
presipitasi dan perubahan perilaku serta mekanisme koping yang digunakan klien.

3.2 Masalah keperawatan


Masalah keperawatan yang berhubungan dengan respon emosional (gangguan alam
perasaan) antara lain :
1. Berduka disfungsional
2. Ketidak berdayaan
3. Peningkatan mobilitas fisik
4. Gangguan pola tidur
5. Resiko terhadap cidera
6. Perubahan nutrisi
7. Defisit perawatan diri
8. Ansietas
9. Potensial bunuh diri
4. Perencanaan

a) Tujuan keperawatan
Tujuan umum atau jangka pendek mengajarkan klien untuk berespon
emosional yang adaptif dan meningkatkan rasa puas serta kesenangan yang dapat
diterima oleh lingkungan.
b) Tujuan jangka panjang
 Klien dapat mengekspresikan perasaan mengingkari, ketidak berdayaan, putus
asa, marah dan rasa bersalah.
 Klien dapat menganalisa stressor dan kekuatan yang dimiliki.
 Klien dapat meningkatkan control, tanggung jawab, dan kesadaran diri.

16 | N E U R O K E L 7
 Klien dapat membina hubungan interporsonal yang sehat.
 Klien dapat meningkatkan pengertian tentang respon mal adaptif dan
mengembangkan koping yang adaptif.

3.3 Tindakan Keperawatan


Pada dasarnya intervensi di fokuskan pada :
1. Lingkungan
Prioritas utama dalam merawat klien mania dan depresi adalah mencegah terjadinya
kecelakaan, karena klien mania memiliki daya nilai yang rendah, hiperaktif, senang.
Tindakan yang berisiko tinggi, maka klien di tempatkan di lingkungan yang aman yaitu :
 Di lantai dasar
 Ruangan dengan perabotan yang sederhana
 Kurangi rangsangan/batasi rangsangan lingkungan
 Suasana yang tenang
Sedangkan merawat pasien yang lebih di fokuskan pada observasi terhadap
potensi bunuh diri karena klien tidak berdaya, tidak berharga dan keputusasaan.
2. Hubungan perawat klien
Hubungan saling percaya yang terapeutik perlu di bina dan di pertahankan. Bekerja
dengan klien depresi perawat harus bersifat
 Hangat
 Menerima
 Jujur
 Empati
 Bicara lambat sederhana
 Beri waktu pada klien untuk berfikir dan menjawab

Sedangkan pada klien mania, perawat harus membuat batasan yang konstruksif, hal ini
perlu untuk mengontrol perilaku klien. Yang konsisten akan mempercepat kesadaran diri
klien untuk mengontrol perilakunya.

17 | N E U R O K E L 7
3. Intervensi Afektif
Kesadaran dan kontrol diri perawat pada dirinya merupakan sarat utama. Merawat klien
depresi, perawat harus mempunyai harapan bahwa klien akan lebih baik. Sikap perawat
yang menerima klien dengan hangat, sederhana akan mengekspresikan pengharapan pada
klien. Prinsip intervensi afektif adalah:
 Menerima dan menenangkan klien
 Bukan menggembirakan atau mengatakan bahwa klien tidak perlu khawatir
 Klien didorong untuk mengekspresikan pengalaman yang menyakitkan dan
menyedihkan secara verbal, sehingga akan mengurangi intensitas masalah yang
dihadapi.
4. Intervensi Kognitif
Intervensi kognitif bertujuan untuk meningkatkan kontrol diri klien terhadap tujuan dan
perilakunya, meningkatkan harga diri dan membantu klien memodifikasi harapan yang
negative. Cara merubah pikiran yang negative adalah:
 Identifikasi semua ide, pikiran yang negative
 Identifikasi aspek yang positif yang dimiliki klien (kemampuan, keberhasilan)
 Dorong klien menilai persepsi, logika, rasional
 Bantu klien mengubah persepsi yang salah/negatif kepositif dan yang tidak realitas ke
realitas
 Sertakan klien pada aktifitas yang memperlihatkan dan beri penguatan dan pujian akan
keberhasilan yang dicapai klien.
5. Intervensi Perilaku
Intervensi perilaku bertujuan untuk mengaktifkan klien pada tujuan yang realitas,
yaitu dengan memberi tanggung jawab secara bertahap dalam kegiatan di ruangan. Klien
depresi berat dengan penurunan motivasi perlu dibuat kegiatan yang terstruktur, tugas yang
diberikan tidak sulit dan tidak memerlukan waktu yang lama untuk mencegah rasa bosan,
berikan pujian jika klien berhasil melakukan kegiatan dengan baik. Pada klien mania di
berikan tugas yang sederhana dan cepat selesai.

18 | N E U R O K E L 7
6. Intervensi Sosial
Intervensi sosial bertujuan untuk meningkatkan hubungan sosial dengan cara :
 Kaji kemampuan, dukungan dan minat klien.
 Observasi dan kaji sumber dukungan yang ada pada klien
 Bimbing klien melakukan hubungan interpersonal yang positis
 Beri reinforcement positif terhadap keterampilan sosial yang efektif
 Dorong klien memulai hubungan sosial yang lebih luas (perawat, klien lain)
7. Intervensi Fisiologis
Intervensi fisiologis bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan klien. Bila klien
tidak mampu merawat diri, bantu klien memenuhi kebutuhan dasarnya seperti makan,
istirahat, dan kebersihan diri. Terapi somatic diberikan pada klien yang mengalami depresi
berulang dan resisten terhadap obat.
a. Kewaspadaan perawat
Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan gangguan alam
perasaan berat, perawat harus memberikan prioritas yang utama terhadap potensial bunuh
diri. Perawat di rumah sakit diperlukan bila ada resiko bunuh diri, yaitu gejala meningkat
secara cepat dan support system tidak ada atau kurang. Asuhan keperawatan pada keadaan
ini untuk melindungi dan menjamin agar klien tidak mencelakakan diri sendiri. Percobaan
bunuh diri biasanya terjadi saat klien keluar dari fase depresi. Klien dalam keadaan mania
akut juga dapat mengancam kehidupan.

3.4 Evaluasi
Adanya perubahan respon emosi maladaptif ke arah adaptif, dimana klien dapat :
1. Menerima dan mengakui perasaannya dan perasaan orang lain
2. Memulai komunikasi
3. Mengontrol perilaku sesuai keterbatasannya
4. Menggunakan proses pemecahan masalah

19 | N E U R O K E L 7
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai adanya alam perasaan
yang meningakat. Keadaan ini di iringi dengan perilaku berupa peningkatan kegiatan,
banyak bicara, ide-ide yang meloncat, senda gurau, tertawa berlebihan, penyimpangan
seksual. (Ernawati Dalami, 2009)
Depresi adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan
sedih dan berduka yang berlebihan dan berkepanjangan. Depresi adalah gangguan mental
umum yang menyajikan dengan mood depresi, kehilangan minat atau kesenangan,
perasaan bersalah atau rendah diri, tidur terganggu atau nafsu makan, energi rendah, dan
hilang konsentrasi. (Ernawati Dalami, 2009)

4.2 Saran
Diharapkan kepada para pembaca, jika menjumpai seseorang yang mengalami
gangguan alam perasaan agar memberikan perhatian dan perawatan yang tepat kepada
penderita sehingga keberadaannya dapat diterima oleh masyarakat seperti sediakala.

20 | N E U R O K E L 7

Anda mungkin juga menyukai