Anda di halaman 1dari 23

MINI RISET

“ PENGARUH BROKEN HOME TERHADAP


PERKEMBANGAN ANAK “

Dosen Pengampu : Dr. Yasaratodo Wau , M.Pd

DISUSUN OLEH
1. Leni Fadia ( 2203111064)
2. Lia Sari Naibaho ( 2203311019)
3. Linda Ayu Kartika ( 2203311021)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
NOVEMBER 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah mini riset ini tepat pada waktunya .Dalam
hal ini penulis membuat makalah mengenai “Pengaruh Broken Home Terhadap Perkembangan
Anak ”.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak
,terutama dosen perkembangan peserta didik yang telah membimbing penulis dalam setiap tahap
pengerjaan makalah mini riset ini .

Penulis menyadari, makalah yang penulis buat ini masih jauh dari kata sempurna, baik
dari segi bahasa maupun penyusunannya . Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran dari para pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini
selanjutnya . Mudah – mudahan makalah ini bermanfaat ke depannya bagi pembaca umumnya
dan bagi penulis khususnya
Sekian dan terima kasih penulis sampaikan.

Medan, November 2020

Team Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................................4
B. Identifikasi Masalah..............................................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................................................5
D. Manfaat ……………………………………………………………………………………...5
BAB II.............................................................................................................................................6
LANDASAN TEORI.....................................................................................................................6
A. Membaca...............................................................................................................................6
B. Manfaat Membaca bagi Anak ..............................................................................................8
C. Cara Meningkatkan Minat Membaca Pada Anak ................................................................8
BAB III.........................................................................................................................................11
METODE PELAKSANAAN......................................................................................................11
A. Metode Pelaksanaan...........................................................................................................11
BAB IV..........................................................................................................................................12
PEMBAHASAN...........................................................................................................................12
BAB V ……………………………………………………………………………………………………………………………………………18
PENUTUP…………………………………………………………………………………………………………………………………………18
a. Kesimpulan ……………………………………………………………………………………………………………………………………18
B Saran…………………………………………………………………………………………………………………………………………18
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..19

Lampiran Biodata ……………………………………………………………………………20


ABSTRAK

Melalui mini research yang akan di laksanakan pada lingkungan sekolah menengah atas dan
lingkungan masyarakat diharapkan semua elemen pendidikan yaitu keluarga ,masyarakat dan
guru menyadari bahwa bahaya dari sifat broken home itu sendiri terhadap anggota keluarga
terutama anak. Hal ini akan mempengaruhi prestasi dan setiap perkembangan anak tersebut di
sekolah .Teknik penelitian yang dilakukan adalah teknik penelitian lapangan (field research)
yaitu pengumpulan data secara langsung di lokasi meliputi teknik :
1. Wawancara (interview) yaitu pengumpulan data melalui tanya jawab secara langsung
(face to face) dengan informan guna melengkapi data dala penelitian.
2. Pengamatan (observation)  yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung dilokasi
penelitian.
3. Dokumentasi yaitu untuk memperoleh data dengan dokumen atau keterangan yang ada
dilokasi penelitian.

 Kata Kunci : keluarga , broken home , perkembangan anak


 
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Keluarga merupakan suatu unit terkecil dalam masyarakat tetapi menempati kedudukan
primer dan fundamental. Pengertian keluarga disini berarti muclear family yang terdiri dari ayah,
ibu, dan anak. Menurut S. Bogardus  menyatakan bahwa keluarga adalah kelompok terkecil yang
biasanya terdiri dari seorang ayah dan seorag ibu serta satu atau lebih anak-anak. Dimana ada
keseimbangan, keselarasan kasih sayang dan tanggung jawab serta anak menjadi orang yang
berkepribadian dan berkecenderungan untuk bermasyarakat (S. Bogardus, 1982:57).. Keluarga
merupakan fungsi sosialisasi bagi anggota keluarga terutama anak, karena pertama kali anak
dilahirkan adalah di dalam keluarga yang merupakan lembaga pertama dan utama.

Pertama kali anak mengenal akan aturan, norma, dan tata nilai adalah di dalam keluarga.
Fungsi afeksi: keluarga memberikan cinta dan kasih, dalam arti bahwa di dalam keluarga ada
rasa kasih sayang dan cinta kasih antar sesama anggota keluarga. Fungsi proteksi atau
perlindungan, keluarga juga sebagai lembaga yang memberikan perlindungan bagi anggota
keluarganya, sehingga akan menimbulkan rasa aman dan tentram. Fungsi ekonomi, keluarga
mempunyai fungsi sebagai alat ekonomi untuk mencari nafkah dan mengatur keluarganya.
Fungsi  religius, keluarga mempunyai fungsi untuk meletakkan dan menanamkan dasar-dasar
agama bagi anak dan anggota keluarga. Fungsi pendidikan, keluarga mempunyai fungsi untuk
mendidik anak-anak sebelum masuk sekolah secara formal.

Pada umumnya penyebab utama broken home ini adalah kesibukkan kedua orang tua  dalam
mencari nafkah keluarga seperti hal ayah laki – laki bekerja dan ibu menjadi wanita karier. Hal
inilah yang menjadi dasar seorang tidak memiliki keseimbangan dalam menjalankan aktifitas
sehari hari dan malah sebaliknya akan merugikan anak itu sendiri, dikala pulang sekolah dirumah
tidak ada orang yang bisa diajak berbagi dan berdiskusi, membuat anak mencari pelampiasan
diluar rumah seperti bergaul dengan teman – temannya yang secara tidak langsung memberikan
efek/pengaruh bagi perkembangan mental anak.
Maka dari itu mereka berusaha untuk mendapatkan perhatian dari orang lain. Tetapi sayang,
sebagian dari mereka melakukan cara yang salah misalnya : mencari perhatian guru dengan
bertindak brutal di dalam kelas, bertindak aneh agar mendapat perhatian orang lain.

Masa remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju
kedewasaan. Pada masa ini adalah remaja mencari jati diri. Pencaharian jati diri merupakan
proses dari perkembangan pribadi anak. Menurut Erickson (dalam Kartini kartono, 2003 : 8)
“Masa remaja merupakan masa pencaharian suatu identitas menuju kedewasaan”. Untuk
membantu remaja pada masa transisi ini yang sangat berperan disini adalah keluarga, seperti
diungkapkan Satiadarma (2001 : 121) “Keluarga merupakan tempat pertama bagi anak untuk
belajar berinteraksi sosial”. Jadi di sini keluargalah yang bertanggung jawab dalam
perkembangan sosial anak.

Broken home adalah kurangnya perhatian dari keluarga atau kurangnya kasih sayang dari
orang tua sehingga membuat mental seorang anak menjadi frustasi, brutal dan susah diatur.
Broken home sangat berpengaruh besar pada mental seorang pelajar hal inilah yang
mengakibatkan seorang pelajar tidak mempunyai minat untuk berprestasi.

B. Identifikasi Masalah

Belakangan ini banyak para pelajar yang brutal di sekolah baik itu terhadap teman sekelas,
teman satu sekolah , teman luar sekolah bahkan terhadap gurunya sendiri. Hal ini tidak bisa
dipungkiri dari yang namanya tanggung jawab orang tua . Keluarga yang terdiri dari ayah , ibu
dan anak – anak adalah media utama dan terutama dalam pembentukan karakter dan sikap anak .
Ada pepatah mengatakan “ Buah tak Jauh dari Pohonnya “ . Begitupun dengan anak ia akan
menirukan sebagian besar dari sikap dan karakter yang diturunkan oleh orangtuanya ,oleh karena
selaku orang tua harus mengajarkan dan memberi waktu luang untuk memberi perhatian pada
anak – anaknya .

Kebrutalan yang ditunjukkan oleh anak di sekolah menunjukkan mereka adalah orang –
orang yang kurang kasih sayang dan butuh perhatian . Namun cara mereka mendapatkan
perhatian itu salah bahkan sangat buruk karena akan berpengaruh juga terhadap prestasinya di
sekolah . Oleh sebab itu peran orang tualah yang utama dan terutama dalam hal ini.
C. Tujuan

1.Untuk mengetahui penyebab keluarga broken home

2.Untuk mengetahui pengaruh broken home terhadap perkembangan anak

3. Untuk mengetahui cara mengatatasi broken home

4. Untuk mengetahui cara meminimalisir dampak negative broken home pada anak

D. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan berguna bagi beberapa
pihak yang terkait, antara lain:

1.Untuk menambah pengetahuan dan cara berfikir penulis dalam bidang penelitian.
2.Sebagai pengetahuan dan wawasan baru bagi guru pembimbing dalam meningkatkan
profesionalitasnya sehingga, bila guru pembimbing menemukan kasus seperti ini dengan mudah
mengatasinya.
3.Sebagai pengetahuan dan wawasan baru bagi orang tua dalam meningkatkan tanggung jawab
dalam perkembangan anak yang akan berpengaruh pada prestasi anak di sekolah tentunya
4.Penelitian, sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya
BAB II

LANDASAN TEORI

1. Definisi Broken Home


Broken home adalah kurangnya perhatian dari keluarga atau kurangnya kasih sayang dari
orang tua sehingga membuat mental seorang anak menjadi frustasi, brutal dan susah diatur.
Broken home sangat berpengaruh besar pada mental seorang pelajar hal inilah yang
mengakibatkan seorang pelajar tidak mempunyai minat untuk berprestasi. Broken home juga
bisa merusak jiwa anak sehingga dalam sekolah mereka bersikap seenaknya saja, tidak disiplin di
dalam kelas, mereka selalu berbuat keonaran dan kerusuhan hal ini dilakukan karena mereka
cuma ingin cari simpati pada teman-teman mereka bahkan pada guru-guru mereka. Untuk
menyikapi hal semacam ini kita perlu memberikan perhatian dan pengerahan yang lebih agar
mereka sadar dan mau berprestasi.

Istilah “broken home” biasanya digunakan untuk menggambarkan keluarga yang berantakan
akibat orang tua tidak lagi peduli dengan situasi dan keadaan keluarga di rumah. Orang tua tidak
lagi perhatian terhadap anak-anaknya, baik masalah di rumah, sekolah, sampai pada
perkembangan pergaulan anak-anaknya di masyarakat.

Orang tua adalah panutan dan teladan bagi perkembangan remaja terutama pada
perkembangan psikis dan emosi, orang tua adalah pembentukan karakter yang terdekat. Jika
remaja dihadapkan pada kondisi “Broken Home” dimana orang tua mereka tidak lagi menjadi
panutan bagi dirinya maka akan berdampak besar pada perkembangan dirinya.

Dampak psikis yang dialami oleh remaja yang mengalami broken home, remaja menjadi
lebih pendiam, pemalu, bahkan despresi berkepanjangan. Faktor lingkungan tempat remaja
bergaul adalah sarana lain jika orang tua sudah sibuk dengan urusannya sendiri. Jika remaja
berada di lingkungan pergaulan yang negatif, karena keadaannya labil maka tidak menutup
kemungkinan remaja akan tercebur dalam lembah pergaulan yang tidak baik.

Namun, broken home dapat juga diartikan dengan kondisi keluarga yang tidak harmonis dan
tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun, damai, dan sejahtera karena sering terjadi keributan
serta perselisihan yang menyebabkan pertengkaran dan berakhir pada perceraian  yang
menimbulkan dampak yang sangat besar terutama bagi anak-anak.

1. Penyebab Keluarga Broken Home


Pada umumnya penyebab utama broken home ini adalah kesibukkan kedua orang tua dalam
mencari nafkah keluarga seperti hal ayah laki – laki bekerja dan ibu menjadi wanita karier. Hal
inilah yang menjadi dasar seorang tidak memiliki keseimbangan dalam menjalankan aktifitas
sehari hari dan malah sebaliknya akan merugikan anak itu sendiri, dikala pulang sekolah dirumah
tidak ada orang yang bisa diajak berbagi dan berdiskusi, membuat anak mencari pelampiasan
diluar rumah seperti bergaul dengan teman – teman nya yang secara tidak langsung memberikan
efek / pengaruh bagi perkembangan mental anak.  Maka dari itu mereka berusaha untuk
mendapatkan perhatian dari orang lain. Tetapi sayang, sebagian dari mereka melakukan cara
yang salah misalnya : mencari perhatian guru dengan bertindak brutal di dalam kelas, bertindak
aneh agar mendapat perhatian orang lain, dll.

Penyebab timbulnya keluarga yang broken home antara lain:

1. Orang tua yang bercerai


Perceraian menunjukkan suatu kenyataan dari kehidupan suami istri yang tidak lagi dijiwai
oleh rasa kasih sayang dasar-dasar perkawinan yang telah terbina bersama telah goyah dan tidak
mampu menompang keutuhan kehidupan keluarga yang harmonis. Dengan demikian hubungan
suami istri antara suami istri tersebut makin lama makin renggang, masing-masing atau salah
satu membuat jarak sedemikian rupa sehingga komunikasi terputus sama sekali. Hubungan itu
menunjukan situas keterasingan dan keterpisahan yang makin melebar dan menjauh ke dalam
dunianya sendiri. jadi ada pergeseran arti dan fungsi sehingga masing-masing merasa serba asing
tanpa ada rasa kebertautan yang intim lagi.

2. Kebudayaan bisu dalam keluarga


Kebudayaan bisu ditandai oleh tidak adanya komunikasi dan dialog antar anggota keluarga.
Problem yang muncul dalam kebudayaan bisu tersebut justru terjadi dalam komunitas yang
saling mengenal dan diikat oleh tali batin. Problem tersebut tidak akan bertambah berat jika
kebudayaan bisu terjadi diantara orang yang tidak saling mengenal dan dalam situasi yang
perjumpaan yang sifatnya sementara saja. Keluarga yang tanpa dialog dan komunikasi akan
menumpukkan rasa frustasi dan rasa jengkel dalam jiwa anak-anak. Bila orang tua tidak
memberikan kesempatan dialog dan komunikasi dalam arti yang sungguh yaitu bukan basa basi
atau sekedar bicara pada hal-hal yang perlu atau penting saja; anak-anak tidak mungkin mau
mempercayakan masalah-masalahnya dan membuka diri. Mereka lebih baik berdiam diri saja.

Situasi kebudayaan bisu ini akan mampu mematikan kehidupan itu sendiri dan pada sisi yang
sama dialog mempunyai peranan yang sangat penting. Kenakalan remaja dapat berakar pada
kurangnya dialog dalam masa kanak-kanak dan masa berikutnya, karena orangtua terlalu
menyibukkan diri sedangkan kebutuhan yang lebih mendasar yaitu cinta kasih diabaikan.
Akibatnya anak menjadi terlantar dalam kesendirian dan kebisuannya. Ternyata perhatian
orangtua dengan memberikan kesenangan materiil belum mampu menyentuh kemanusiaan anak.
Dialog tidak dapat digantikan kedudukannya dengan benda mahal dan bagus. Menggantikannya
berarti melemparkan anak ke dalam sekumpulan benda mati.

3. Perang dingin dalam keluarga


Dapat dikatakan perang dingin adalah lebih berat dari pada kebudayaan bisu. Sebab dalam
perang dingin selain kurang terciptanya dialog juga disisipi oleh rasa perselisihan dan kebencian
dari masing-masing pihak. Awal perang dingin dapat disebabkan karena suami mau
memenangkan pendapat dan pendiriannya sendiri, sedangkan istri hanya mempertahankan
keinginan dan kehendaknya sendiri.

4. Adanya Masalah Ekonomi


Adanya Masalah Ekonomi Dalam suatu keluarga mengalami kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan rumah tangga. Istri banyak menuntut hal-hal diluar makan dan minum. Padahal
dengan penghasilan suami sebagai buruh lepas, hanya dapat memberikan makan dan rumah
petak tempat berlindung yang sewanya terjangkau. Karena suami tidak sanggup memenuhi
tuntutan istri dan anak-anaknya akan kebutuhan-kebutuhan yang disebutkan tadi, maka timbullah
pertengkaran suami-istri yang sering menjurus kearah perceraian.

5. Adanya Masalah Pendidikan


Adanya Masalah Pendidikan Masalah pendidikan sering menjadi penyebab terjadinya
brokenhome. Jika pendidikan agak lumayan pada suami istri maka wawasan tentang kehidupan
keluarga dapat dipahami oleh mereka. Sebaliknya pada suami istri yang pendidikannya rendah
sering tidak dapat memahami lika-liku keluarga. Karena itu sering salah menyalahkan bila terjadi
persoalan dikeluarga. Akibatnya selalu terjadi pertengkaran yang mungkin akan menimbulkan
perceraian. Jika pendidikan agama ada atau lumayan mungkin sekali kelemahan dibanding
pendidikan akan diatasi. Artinya suami istri akan dapat mengekang nafsu masing-masing
sehingga pertengkaran dapat dihindari.

1. Pengaruh Keluarga Broken Home Terhadap Anak


Broken Home itu sendiri mempunyai efek samping yang negative terhadap sang anak, karna
disini mereka menjadi korban dari perceraian kedua orang tua mereka, berikut beberapa efek
negative yang diterima oleh anak dari keluarga broken home:

a. Perkembangan Emosi Anak


Menurut Hather Sall (dalam Elida Prayitno 2006 : 96) “Emosi merupakan situasi
psikologi yang merupakan pengalaman subjektif yang dapat dilihat dari reaksi wajah dan tubuh”.
Perceraian adalah suatu hal yang harus dihindarkan, agar emosi anak tidak menjadi terganggu.
Perceraian adalah suatu penderitaan atau pengalaman traumatis bagi anak (Singgih,1995:166).

Adapun dampak pandangan kelurga broken home terhadap perkembangan emosi remaja
menurut Wilson Madeah (1993 : 42) adalah : Perceraian orang tua membuat terpramen anak
terpengaruh, pengaruh yang tampak secara jelas dalam perkembangan emosi itu membuat anak
menjadi pemurung, pemalas (menjadi agresif) yang ingin mencari perhatian orang tua / orang
lain. Mencari jati diri dalam suasana rumah tangga yang tumpang dan kurang serasi.

Sedangkan menurut Hetherington (Save M.Degum 1999:197) “Peristiwa perceraian itu


menimbulkan ketidak stabilan emosi”. Ketidak berartian pada diri remaja akan mudah timbul
jika peristiwa perceraian dialami oleh kedua orang tuanya, sehingga dalam menjalani kehidupan
Anak merasa bahwa dirinya adalah pihak yang tidak diharapkan dalam kehidupan ini. (Alex
Sobur, 1985:282)
Anak yang kebutuhannya kurang dipenuhi oleh orang tua emosi marahnya akan mudah
terpancing. Seperti yang dikemukakan oleh Hurlock (didalam Elida Priyitno. 2006 : 74)
“Hubungan antara kedua orang tua yang kurang harmonis terabaikannya kebutuhan remaja akan
menampakkan emosi marah”. Jadi keluarga sangat berpengaruh pada perkembangan emosi Anak
karena keluarga yang tidak harmonis menyebabkan dalam diri anak merasa tidak nyaman dan
kurang bahagia.

b. Perkembangan Sosial Anak


Menurut Brim (dalam Elida Prayitno. 2006 : 81) “Tingkah laku sosial kelompok yang
memungkinkan seseorang berpartisipasi secara efektif dalam kelompok atau masyarakat.” 
Sedangkan willson Nadeeh (1993 : 42) menyatakan bahwa : Anak sulit menyesuaikan diri
dengan lingkungan. Anak yang dibesarkan dikeluarga pincang, cendrung sulit menyesuaikan diri
dengan lingkungan. kesulitan itu datang secara alamiah dari diri anak tersebut.

Dan dampak bagi Anak perempuan menurut Hethagton (dalam santrok 1996 : 2000)
menyatakan bahwa : Anak perempuan yang tidak mempunyai ayah berprilaku dengan salah satu
cara yang ekstrim terhadap laki-laki, mereka sangat menarik diri pasif dan minder kemungkinan
yang kedua terlalu aktif, agresif dan genit. Jadi keluarga broken home sangat berpengaruh pada
perkembangan sosial anak karena dari keluarga anak menampilkan bagaimana cara bergaul
dengan teman dan masyarakat.

c. Perkembangan Kepribadian Anak


Perceraian ternyata memberikan dampak kurang baik terhadap perkembangan kepribadian
anak. Menurut Westima dan Haller (dalam Syamsyu Yusuf 2001 : 99) yaitu bahwa remaja yang
orang tuanya bercerai cenderung menunjukkan ciri-ciri :

1. Berpilaku nakal
2. Mengalami depresi
3. Melakukan hubungan seksual secara aktif
4. Kecenderungan pada obat-obat terlarang
A. Dampak Keluarga Broken Home
1.Dampak Positif
Dalam hubungan nikah yang sudah sangat jelek, yang pertengkarannya sudah sangat parah,
kebanyakan anak-anak akan memilih supaya mereka bercerai. Demi kesehatan jiwa anak-anak
akan lebih tentram sewaktu dilepaskan dari suasana seperti itu. Pada waktu orang tua tidak
tinggal bersama-sama dengan mereka rasanya lebih tenang karena tidak harus menyaksikan
pertengkatan. Akhirnya, mereka lebih mantap, lebih damai hidupnya dan lebih bisa berhubungan
dengan orang tuanya sacara lebih sehat.

Ada sisi positif dari anak korban perceraian atau broken home, misalnya

1. Anak cepat dewasa


2. Punya rasa tanggung jawab yang baik, bisa membantu ibunya.
Memang ada anak yang bisa jadi nakal luar biasa, tapi ada yang kebalikannya justru menjadi
anak yang sangat baik dan bertanggungjawab. Anak-anak ini akhirnya didorong kuat untuk
mengambil alih peran orang tua yang tidak ada lagi dalam keluarganya. Secara luar kita melihat
sepertinya baik menjadi dewasa, tapi sebetulnya secara  kedewasaan tidak terlalu baik karena dia
belum siap untuk mengambil alih peran orang tuanya itu.

2. Dampak Negatif
a.Perkembangan Emosi.
Emosi merupakan situasi psikologi yang merupakan pengalaman subjektif yang dapat
dilihat dari reaksi wajah dan tubuh. Perceraian adalah suatu hal yang harus dihindari, agar emosi
anak tidak menjadi terganggu. Perceraian adalah suatu penderitaan atau pengalaman dramatis
bagi anak.

Perceraian orangtua membuat tempramen anak terpengaruh, pengaruh yang tampak


secara jelas dalam perkembangan emosi itu membuat anak menjadi pemurung, pemalas (menjadi
agresif) yang ingin mencari perhatian orang tua / orang lain. Mencari jati diri dalam suasana
rumah tangga yang tumpang dan kurang serasi.
Peristiwa perceraian itu menimbulkan ketidakstabilan emosi.  Ketidakberartian pada diri
remaja akan mudah timbul, sehingga dalam menjalani kehidupan remaja merasa bahwa dirinya
adalah pihak yang tidak diharapkan dalam kehidupan ini.  Remaja yang kebutuhannya kurang
dipenuhi oleh orang tua, emosi marahnya akan mudah terpancing.

b.Perkembangan Sosial Remaja.


Dampak keluarga Broken Home terhadap perkembangan sosial remaja adalah:

a.) Perceraian orang tua menyebabkan ketidakpercayaan diri terhadap kemampuan dan
kedudukannya, dia merasa rendah diri menjadi takut untuk keluar dan bergaul dengan teman-
teman. Anak sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan.

b.) Anak yang dibesarkan dikeluarga pincang, cenderung sulit menyesuaikan diri dengan
lingkungan, kesulitan itu datang secara alamiah dari diri anak tersebut.

c.)  Dampak bagi remaja putri yang tidak mempunyai ayah berperilaku dengan salah satu cara
yang ekstrim terhadap laki-laki, mereka sangat menarik diri pasif dan minder kemungkinan yang
kedua terlalu aktif, agresif dan genit.

3. Perkembangan Kepribadian
Perceraian ternyata memberikan dampak kurang baik terhadap perkembangan kepribadian
remaja. Remaja yang orang tuannya bercerai cenderung menunjukan ciri-ciri :

1. Berperilaku nakal
2. Mengalami depresi
3. Melakukan hubungan seksual secara aktif
4. Kecenderungan pada obat-obat terlarang
Keadaan keluarga yang tidak harmonis, tidak stabil atau berantakan (broken home) merupakan
faktor penentu bagi perkembangan kepribadian remaja yang tidak sehat.
1. Cara Mengatasi Keluarga Broken Home dan Solusi Dalam Meminimalisir Dampak
Negatif Broken Home Terhadap Anak Remaja
 Cara mengatasi keluarga broken home
Hadapi semuanya dengan sikap positif. Tidaklah semua yang terjadi itu merupakan hal buruk
meskipun itu sesuatu yang berdampak negatif ke kita. Kita harus mencoba menerima keadaan
dan berusaha tegar. Hal ini akan membantu kita mengatasi masalah tersebut.

1. Berpikir positif
Peristiwa yang kita alami kita lihat dari sisi positifnya. Karena di balik semua masalah pasti ada
hikmah yang dapat kita petik. Jadikan itu semua sebagai proses pembelajaran bagi kita sebagai
remaja menuju tahap kedewasaan. Jauhkan segala pikiran buruk yang bisa menjerumuskan kita
ke jurang kehancuran, seperti memakai narkoba, minum-minuman keras, malah sampai mencoba
untuk bunuh diri.

2. Jangan terjebak dengan situasi dan kondisi


Yang jelas, kita enggak boleh terjebak dengan situasi dan menghakimi orangtua atau diri sendiri
atas apa yang terjadi serta marah dengan keadaan ini. Alangkah baiknya apabila kita bisa
memulai untuk menerima itu semua dan mencoba menjadi lebih baik. Keterpurukan bukanlah
jalan keluar. Sebaiknya sih kita bisa tegar dan mencoba bangkit untuk menghadapi cobaan ini.
Tetap berusaha itu kuncinya.

3. Mencoba hal-hal baru


Tidak ada salahnya kita mencoba sesuatu yang baru, asal bersifat positif dan dapat membentuk
karakter positif di dalam diri kita. Contohnya, mencoba hobi baru, seperti olahraga ekstrem
(hiking, rafting, skating atau olahraga alam) yang dapat membuat kita bisa lebih fresh (segar) dan
melupakan hal-hal yang buruk.

4. Cari tempat untuk berbagi


Kita enggak sendirian lho, karena manusia adalah makhluk sosial yang hidup berdampingan
dengan orang lain. Mencari tempat yang tepat untuk berbagi adalah solusi yang cukup baik buat
kita, contohnya teman, sahabat, pacar, atau mungkin juga saudara. Ya… usahakan tempat kita
berbagi itu adalah orang yang dapat dipercaya dan kita bisa enjoy berkeluh kesah dengan dia.

Beberapa hal di atas dapat dijadikan acuan buat kita karena sebenarnya semua permasalahan itu
ada solusinya.

5. Enggak perlu panik


Kita enggak bisa mengelak apabila itu terjadi pada keluarga kita walaupun kita tidak
menginginkannya. Enggak perlu panik ataupun sampai depresi menghadapinya. Walaupun berat,
kita juga musti bisa menerimanya dengan bijak. Karena siapa sih yang mau hidup di tengah
keluarga yang broken home? Pasti semua anak enggak akan mau mengalaminya.

b). Solusi dalam meminimalisir dampak negatif broken home terhadap remaja

Agar para remaja yang sedang mencari jati diri tidak semakin terjerumus, tentunya diperlukan
peranan orang tua. Selain itu, dibutuhkan pengawasan ketat dari pihaksekolah dan itu menjadi
kunci keberhasilan pencegahan kenakalan remaja baik sebagai akibat broken home maupun
akibat hal lainnya. Peran orang tua dirumah dan peran sekolah menjadi kunci keberhasilan
pencegahan moral remaja akibat pengaruh pergaulan bebas. Kasih sayang dan perhatian orang
tua adalah langkah pertama.

1)  Berbasis Pendidikan Formal Ruang kedua bagi anak/remaja adalah pendidikan formal. Disini
mereka bergelut dengan waktu, menumpahkan sebagian besar energinya untuk mendalami
berbagai ilmu pengetahuan, bekalnya di kemudian hari ketika terjun di masyarakat. Institusi
pendidikan juga memiliki peran penting melanjutkan estapet orang tua dalam mendidik dan
membimbing anak-anaknya. Karena itulah, pendidikan formal harus berjalan maksimal.

2)  Berbasis Masyarakat atau Sosial Masyarakat adalah tempat dimana orang-orang dengan
berbagai latar belakang membentuk sebuah sistem. Mereka hidup bersama dalam satu komunitas
yang teratur. Dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam
kelompok tersebut. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-
hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang saling tergantung satu
sama lain. Pencerahan berbasis masyarakat ini diharapkan dapat menggugah, mendorong dan
menggerakkan masyarakat untuk sadar, peduli, dan aktif terhadap remaja yang mengalami
broken home.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dilingkungan masyarakat dan sekolah ,dalam artian penelitian
dilakukan dengan melihat dan mengamati keseharian anak di sekolah dan masyarakat dan
keseharian orang tua di rumah

B. Subject Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah orang tua dan remaja

C. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Menurut Nawawi (dalam Siswantoro,
2010: 58) “Jenis deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek dan objek berdasarkan fakta-fakta yang
tampak atau sebagaimana adanya”. Artinya seorang peneliti sastra dituntut mengungkapkan fakta
yang tampak dengan cara mendeskripsikan sebagaimana adanya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data informasi dalam penelitian ini, maka peneliti menggunkan teknik
penelitian lapangan (field research) yaitu pengumpulan data secara langsung di lokasi peneliti
dengan menggunakan teknik :

4. Wawancara (interview) yaitu pengumpulan data melalui tanya jawab secara langsung


(face to face) dengan informan guna melengkapi data dala penelitian.
5. Pengamatan (observation)  yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung dilokasi
penelitian.
6. Dokumentasi yaitu untuk memperoleh data dengan dokumen atau keterangan yang ada
dilokasi penelitian.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Hasil Survey

Orang tua adalah panutan dan teladan bagi perkembangan remaja terutama pada
perkembangan psikis dan emosi, orang tua adalah pembentukan karakter yang terdekat. Jika
remaja dihadapkan pada kondisi “Broken Home” dimana orang tua mereka tidak lagi menjadi
panutan bagi dirinya maka akan berdampak besar pada perkembangan dirinya.

Dampak psikis yang dialami oleh remaja yang mengalami broken home, remaja menjadi
lebih pendiam, pemalu, bahkan despresi berkepanjangan. Faktor lingkungan tempat remaja
bergaul adalah sarana lain jika orang tua sudah sibuk dengan urusannya sendiri. Jika remaja
berada di lingkungan pergaulan yang negatif, karena keadaannya labil maka tidak menutup
kemungkinan remaja akan tercebur dalam lembah pergaulan yang tidak baik.

Namun, broken home dapat juga diartikan dengan kondisi keluarga yang tidak harmonis
dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun, damai, dan sejahtera karena sering terjadi
keributan serta perselisihan yang menyebabkan pertengkaran dan berakhir pada perceraian  yang
menimbulkan dampak yang sangat besar terutama bagi anak-anak.

B.Pembahasan
Broken home adalah kurangnya perhatian dari keluarga atau kurangnya kasih sayang dari
orang tua sehingga membuat mental seorang anak menjadi frustasi, brutal dan susah diatur.
Broken home sangat berpengaruh besar pada mental seorang pelajar hal inilah yang
mengakibatkan seorang pelajar tidak mempunyai minat untuk berprestasi. Broken home juga
bisa merusak jiwa anak sehingga dalam sekolah mereka bersikap seenaknya saja, tidak disiplin di
dalam kelas, mereka selalu berbuat keonaran dan kerusuhan hal ini dilakukan karena mereka
cuma ingin cari simpati pada teman-teman mereka bahkan pada guru-guru mereka . siswa yang
mengalami trauma karena kekerasan dalam keluarga broken home bukan masalah yang biasa
atau dianggap ringan tetapi masalah yang serius yang harus segera ditangani. Karena siswa yang
trauma mengalami tekanan psikologis dan juga tidak ada teman yang mau diajak curhat karena
siswa x merupakan anak laki-laki jadi pasti lebih memilih menyimpan masalahnya sendiri dari
pada harus berbagi cerita kepada orang lain, lingkungan sekolah yang seharusnyamenjadi tempat
yang sangat tidak bersahabat dan menjenuhkan. Biasanya ciri – ciri anak broken home adalah
sering membolos dan membantah perkataan guru karena cenderung tidak mau diingatkan,
gampang tersinggung dan cepat marah, tidak mudah menerima kehadiran orang baru .Untuk
menyikapi hal semacam ini kita perlu memberikan perhatian dan pengerahan yang lebih agar
mereka sadar dan mau berprestasi.

.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Keluarga adalah tempat utama dan terutama pembentukan perkembangan anak bagi ari psikis
, emosi maupun mental . Orang tua tidak hanya memnuhi kebutuhan anaknya namun juga
melindungi , memberi kasih sayang serta menjadi teladan bagi anknya . Oleh sebab itu broken
home sangatlah buruk untuk perkembangan anak dan akan sangat berpengaruh terhadap prestasi
anak di sekolah . Maka diharapkan orang tua tetap memenuhi fungsi afeksi dan kasih sayang
pada anak – anaknya dan contoh bagi mereka

B. SARAN

Dengan adanya Mini Riset ini, yang dilakukan dengan penelitian sederhana terhadap
Pengaruh Broken Home terhadap Perkembangan Anak diharapkan dapat menambah wawasan
kita mengenai dampak negative broken home terhadap perkembangan mental , psikis , emosi
serta prestasi anak di sekolah

     
 
 
 
 
  DAFTAR PUSTAKA
https://sarman2017.wordpress.com/2017/05/29/proposal-penelitian-dampak-keluarga-broken-
home-terhadap-perkembangan-anak-di-desa-langkoroni-kecamatan-maligano-kabupaten-muna/
http://digilib.uinsby.ac.id/1434/4/Bab%201.pdf
Lampiran Biodata Penulis

A.Identitas Diri

1. Nama Lengkap Lia Sari Naibaho


2.Jenis Kelamin Perempuan
3.NIM 2203311019
4.Tempat, Tanggal Lahir Bintang , 15 Februari 2002
5.Email sarinaibaholia@gmail.com
6.Nomor Telepon/HP 081260485795
7.Alamat Rumah Bintang Mersada
8.Lulusan Terakhir SMA

1. Nama Lengkap Leni Fadia


2.Jenis Kelamin Perempuan
3.NIM 2203111064
4.Tempat, Tanggal Lahir Medan, 06 Oktober 2001
5.Email lenifadia6@gmail.com
6.Nomor Telepon/HP 085276679476
7.Alamat Rumah Jl. P. Siombak Link VII kel. Paya Pasir
Kec. Medan Marelan
8.Lulusan Terakhir SMA

1. Nama Lengkap Linda Ayu Kartika


2.Jenis Kelamin Perempuan
3.NIM 2203311021
4.Tempat, Tanggal Lahir Medan , 08 Oktober 2001
5.Email Lindaayu081001@gmail.com
6.Nomor Telepon/HP 082286449285
7.Alamat Rumah Jalan pimpinan gg sukamaju No 15
Medan
8.Lulusan Terakhir SMA

Anda mungkin juga menyukai