Anda di halaman 1dari 7

Analisa Beban Kerja Mental Pada Perawat Di Rumah Sakit XYZ Menggunakan Metode NASA-TLX

Rya Widya Citra, Tri Wahyudi, Ratih Rahmawati

Jurnal Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura, Pontianak 78124, (0721) 740186
E-mail : ryawidya1699@gmail.com

Shift kerja merupakan pembagian waktu kerja yang diterapkan oleh beberapa instansi atau perusahaan
dan diberikan kepada tenaga kerja yang bekerja di perusahaan atau instansi tersebut. Rumah Sakit XYZ
menerapkan tiga shift kerja pada perawat yaitu shift pagi (07:00 – 14:00), shift siang (14:00 – 21:00) dan shift
malam (21:00 – 07:00). Pekerjaan yang menerapkan shift kerja juga memiliki dampak negatif yaitu dapat
menimbulkan beban kerja, tingkat kelelahan dan waktu istirahat yang dimiliki tidak teratur. Berdasarkan hal
tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai beban kerja mental dengan tujuan untuk mengetahui seberapa
besar beban mental yang mereka alami pada pekerjaannya.
Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuisioner Nasa-Tlx serta melakukan wawancara
langsung pada perawat Rumah Sakit XYZ. Setelah dilakukan pengumpulan data maka dilanjutkan tahap
pengolahan data yaitu dengan melakukan pembobotan, pemberian rating, perhitungan nilai produk, perhitungan
weighted workload (WWL), perhitungan rata-rata weighted workload (WWL) dan interpretasi skor yang
diperoleh.
Hasil beban kerja mental yang dimiliki perawat Rumah Sakit XYZ di tiga shift kerja yaitu masuk dalam
kategori beban kerja mental tinggi, dengan nilai rata-rata WWL yang diperoleh sebesar 70,38 pada shift pagi,
69,97 pada shift siang dan 74,02 pada shift malam. Rekomendasi penjadwalan yang diberikan yaitu dengan
melakukan pembagian waktu kerja dimana semua perawat memiliki semua jadwal bekerja pada tiga shift,
memiliki total hari kerja yang sama dan hari libur yang sesuai.
Kata kunci: Beban Kerja Mental, Nasa-Tlx, Shift Kerja

1. Pendahuluan XYZ tidak semuanya menjalani pekerjaan dengan


Shift kerja merupakan pembagian waktu kerja yang tiga shift, hanya 101 perawat yang menerapkan shift
diterapkan oleh beberapa instansi atau perusahaan kerja. Perawat yang menerapkan shift kerja ini yaitu
dan diberikan kepada tenaga kerja yang bekerja di perawat yang bertugas pada rawat inap dibagian
perusahaan atau instansi tersebut. Pembagian waktu ruang UGD, ruang ICU, ruang bedah, ruang penyakit
kerja yang diberikan ini biasanya dibagi menjadi tiga dalam, ruang syaraf, ruang anak dan ruang
shift yaitu shift pagi, shift siang dan shift malam. fernitalogi. Beban kerja yang dialami pada tiap shift
Rumah Sakit XYZ menerapkan shift kerja pada kerja ini memiliki tingkatan permasalahan yang
tenaga kerja salah satunya pada perawat. Shift kerja berbeda. Berdasarkan wawancara yang dilakukan
ini dilakukan tiga shift yaitu shift pagi yang dimulai perawat di Rumah Sakit XYZ mengatakan selain dari
dari jam 07:00 – 14:00, siang dari jam 14:00 – 21:00 pertukaran shift kerja yang harus disesuaikan, jumlah
dan malam mulai dari jam 21:00 – 07:00. Pembagian pasien yang dirawat dan kondisi penyakit yang
shift kerja pada shift pagi, shift siang dan shift malam diderita pasien juga mempengaruhi beban kerja yang
sudah ditentukan oleh setiap kepala ruangan di dialami perawat di Rumah sakit XYZ. Metode yang
Rumah Sakit XYZ dengan memperhatikan jumlah digunakan dalam penelitian ini yaitu metode NASA-
jam kerja. 131 perawat yang bekerja di Rumah Sakit TLX, dimana terdapat enam indikator yang

- 16 -
mempengaruhi pengukurannya. Penelitian ini 2.Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam
dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tubuh akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Faktor
internal terdiri dari beberapa faktor, diantaranya:
beban kerja mental yang dialami perawat Rumah
a.Faktor somatis, yaitu jenis kelamin, umur, ukuran
Sakit XYZ pada tiga shift kerja ketika sedang tubuh, kondisi kesehatan, status gizi.
melakukan pekerjaan. b.Faktor psikis, yaitu motivasi, persepsi,
kepercayaan, keinginan, kepuasan, dan lain-lain.
2. Tinjauan Pustaka
b. Beban Kerja Mental
a. Beban Kerja
Pekerjaan yang dikerjakan memiliki beban kerja
Beban kerja merupakan sesuatu yang muncul dari
interaksi antara tuntutan tugas – tugas, lingkungan dengan tingkatan yang berbeda baik itu beban kerja
kerja dimana digunakan sebagai tempat kerja, berat maupun ringan. Beban kerja memiliki dua jenis
keterampilan, perilaku dan persepsi dari pekerja.
yaitu beban kerja fisik (otot) dan beban kerja mental
Beban kerja yang berlebihan dapat berakibat pada
penurunan waktu reaksi, peningkatan kesalahan (otak). Kedua beban kerja ini memang tidak dapat
dalam mengambil keputusan, penurunan kemampuan dipisahkan namun masih bisa dibedakan antara
untuk berkonsentrasi, serta peningkatan potensi pekerjaan dengan dominasi fisik dan pekerjaan
kecelakaan kerja. Tarwaka (2014:10) menyatakan
dengan dominasi aktivitas mental. Simanjutak
bahwa kerja manusia bersifat fisik dan mental,
sehingga masing-masing punya tingkat pembebanan (2010:78) juga mengatakan faktor lain yang
yang berbeda. Beban kerja dipengaruhi dari beberapa mempengaruhi beban kerja mental seseorang dalam
faktor yaitu:
mengenai suatu pekerjaan antara lain jenis pekerjaan,
1. Faktor esternal yaitu beban yang berasal dari luar
tubuh pekerja. Contoh faktor eksternal diantaranya: situasi kerjaan waktu respon, waktu penyelesaian
a. Tugas (tasks). yang tersedia dan faktor individu (tingkat motivasi,
Tugas terbagi menjadi dua jenis yaitu tugas yang
keahlian, kelelahan, kejenuhan dan toleransi
bersifat fisik dan tugas yang bersifat mental. Tugas
yang bersifat fisik contohnya tata ruang kerja, stasiun performansi yang diijinkan).
kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja c. Shift Kerja
dan alat bantu kerja. Sedangkan tugas yang bersifat Grandjean (1986:245) mengatakan untuk melakukan
mental contohnya kompleksitas pekerjaan dan
tanggung jawab terhadap pekerjaan. hal ini para instansi atau perusahaan menerapkan
b. Organisasi kerja. sistem shift pada karyawannya. Shift kerja
Organisasi kerja yang mempengaruhi beban kerja merupakan pola waktu kerja yang diberikan pada
misalnya, lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja
tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh
bergilir, sistem pengupahan, kerja malam, musik
kerja, tugas dan wewenang. perusahaan dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore
c. Lingkungan kerja. dan malam. Shift kerja adalah pengaturan jam kerja
Lingkungan kerja dapat mempengaruhi beban kerja
sebagai pengganti atau tambahan kerja pagi dan siang
seseorang. Sebagai contoh yaitu lingkungan kerja
fisik (penerangan, kebisingan, getaran mekanis), hari sebagaimana yang biasa dilakukan (Lientje,
lingkungan kerja kimiawi (debu, gas pencemaran 2011:69). Grandjean (1986:92) mengemukan Teori
udara), lingkungan kerja biologis (bakteri, virus dan
Schwarizenau yang mengatakan terdapat beberapa
parasit) dan lingkungan kerja psikologis (penempatan
tenaga kerja). saran yang harus diperhatikan dalam pembuatan
jadwal shift kerja yaitu :

- 17 -
1.Pekerja shift malam sebaiknya berumur antara 25- mental yang dihadapi oleh pekerja yang harus
50 tahun. melakukan berbagai aktivitas dalam pekerjaannya.
2.Pekerja yang cenderung punya penyakit diperut dan Tarwaka (2014:141) mengatakan metode NASA-
usus serta yang punya emosi tidak stabil disarankan TLX adalah suatu prosedur pembobotan dan rating
untuk tidak ditempatkan di shift malam multi-dimensional yang menyediakan suatu penilaian
3.Pekerja yang tinggal jauh dari tempat kerja atau beban kerja secara keseluruhan yang didasarkan pada
berada di lingkungan yang ramai tidak dapat bekerja rata-rata rating dari enam indikator yaitu Mental
malam. demans, Physical demands, Temporal demand, Own
4.Sistem shift 3 rotasi biasanya berganti pada pukul performance, Effort & Frustation. Terdapat beberapa
06:00 – 14:00 – 22:00, lebih baik diganti pada pukul langkah dalam penggunaan metode National
07:00 – 15:00 – 23:00 atau 08:00 – 16:00 – 24:00. Aeronautics and Space Administration Task Load
5.Rotasi pendek lebih baik daripada rotasi panjang Index (NASA-TLX) yaitu:
dan harus dihindarkan kerja malam secara terus 1. Penjelasan Indikator beban kerja mental yang
menerus. diukur
6.Rotasi yang baik 2-2-2 (metropolitan pola) atau 2- a. Tuntutan mental
2-3 (continencial pola). Menggambarkan seberapa besar tuntutan mental
7.Kerja malam 3 (tiga) hari berturut-turut harus yang dibutuhkan untuk melihat, mengingat dan
segera diikiuti istirahat paling sedikit 24 jam. mencari saat bekerja. Kemampuan pekerja yang lebih
8.Perencanaan shift meliputi akhir pekan dengan 2 tinggi dibandingkan dengan tuntutan pekerjaannya,
(dua) hari libur berurutan. maka pekerja akan mengalami kebosanan.
9.Tiap shift terdiri dari satu kali istirahat yang cukup Sedangkan, jika tuntutan pekerjaan yang lebih tinggi
untuk makan. dibamdingkan dengan kemampuan pekerjanya, maka
Sistem shift kerja yang diterapkan di perusahaan pekerja akan mengalami kelelahan. Kelelahan yang
menimbulkan efek pada pegawai shift. Menurut berlebih dapat menyebabkan stres kerja pada
Wright (2013:68) sistem kerja shift dikaitkan dengan karyawan dan menyebabkan sering terjadinya
peningkatan resiko masalah kesehatan, faktor kecelakaan kerja dan kecacatan produk.
tercepat penyebab kantuk, kelelahan, gangguan b. Tuntutan fisik
kognisi, dan gangguan tidur. Mengantuk dan kelelah Menggambarkan seberapa besar tuntutan fisik yang
merupakan keluhan umum pegawai shift yang dibutuhkan saat bekerja. Sebagai contoh aktivitas
mencapai tingkat klinis secara signifikan dan mendorong, menarik, mengangkat dan lain-lain.
berimplikasi atau berhubungan dengan kinerja dan Pengukuran beban kerja mental dapat diukur dengan
kecelakaan kerja. mempertimbangkan denyut jantung serta tekanan
d. Metode NASA-TLX darah yang merupakan respon terhadap stress yang
NASA-TLX (National Aeronautics and Space disebabkan oleh kegiatan fisik.
Administration Task Load Index) merupakan metode
yang digunakan untuk menganalisis beban kerja

- 18 -
c. Tuntutan waktu beban akibat kerja, dapat mengakibatkan penurunan
Menggambarkan seberapa besar tuntutan waktu yang produktivitas kerja, seperti performansi,
dibutuhkan pada saat bekerja. Apakah pekerjaan meningkatnya angka absensi, menurunnya moral
tersebut perlahan, sedang, bahkan cepat. Menurut kerja dan lain sebagainya.
penelitian, jumlah jam kerja berbanding terbalik 2.Pembobotan
dengan produktivitas pekerja. Sehingga semakin Tahap ini responden diminta untuk memilih salah
banyaknya jumlah jam kerja, maka semakin menurun satu dari dua indikator yang dirasakan lebih dominan
produktivitasnya. menimbulkan beban kerja mental terhadap pekerjaan
d. Tingkat performansi tersebut. Kuesioner NASA-TLX yang diberikan
Aspek performansi menunjukkan seberapa besar berbentuk perbandingan berpasangan. Kuesioner
tingkat keberhasilan yang dicapai dalam tersebut dihitung jumlah tally dari setiap indikator
menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan tujuan yang yang dirasakan paling berpengaruh. Jumlah tally ini
telah ditentukan. Pekerja dengan perfomansi yang kemudian akan menjadi bobot untuk tiap indikator
baik, maka akan memberikan dampak positif bagi beban mental.
perusahaannya. Tingkat perfomansi berkaitan erat Tabel 2.1 Indikator Pembobotan
dengan beban kerja suatu pekerjaan. Seorang pekerja No Indikator Pembobotan
Effort Temporal Temporal
dapat menunjukan perfomansi yang baik jika beban 1.
or Demand Demand
Performance or or
kerja yang dilakukannya sesuai dengan Frustation Effort
kemampuannya. Physical Performance Physical
Demand or Demand
e. Tingkat usaha 2. or Frustation or
Frustation Temporal
Setiap pekerja memiliki kapasitas beban kerja yang Demand
berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh tingkat Physical Temporal Frustation
Demand Demand or
keterampilan pekerja, fisik pekerja, kebugaran 3. or or Effort
Performance Mental
pekerja usia pekerja, jenis kelamin dan lain-lain. Demand
Sehingga suatu pekerjaan harus dirancang untuk Performance Performance Mental
or or Demand
dapat menyesuaikan kondisi pekerjanya. Hal ini 4.
Mental Temporal or
Demand Demand Effort
dilakukan untuk mengurangi beban kerja serta tingkat
Mental Effort Frustation
usaha berlebih yang dilakukan pekerja. Demand or or
5. or Physical Mental
f. Tingkat frustasi Physical Demand Demand
Demand
Tingkat frustasi berkaitan dengan keadaan emosional
(Sumber: Tarwaka, 2004)
pekerja. Seberapa aman, nyaman, putus asa dan
3. Pemberian Rating
kepuasan yang dirasakan. Stres adalah tuntutan-
Tahap ini responden diminta memberikan rating
tuntutan eksternal yang mengenai seseorang. Stres
terhadap keenam indikator beban mental. Rating
juga diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau
yang diberikan bersifat subjektif tergantung pada
gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal
beban mental yang dirasakan oleh responden
dari luar diri seseorang. Stress yang disebabkan oleh
tersebut. Pemberian rating untuk keenam variabel

- 19 -
yang terdapat pada beban kerja NASA-TLX dibagi 3. Metedologi Penelitian
menjadi 5 tingkatan, yaitu sangat rendah (0 s/d 9), Pengumpulan data ini diperoleh dengan cara
rendah (10 s/d 29), sedang (30 s/d 49), tinggi (50 s/d membagikan kuisioner kepada seluruh perawat
79) dan sangat tinggi (80 s/d 100). Hal ini Rumah Sakit XYZ yang bekerja di tiga shift kerja.
dimaksudkan untuk memberikan kemudahan pekerja Berdasarkan hasil kuisioner yang telah diperoleh
dalam menjawabnya. dibuatlah rekapitulasi pembobotan dan peratingan
4. Menghitung nilai produk pada tiap ruangan. Kemudian dilanjutkan dengan uji
Dihitung dengan cara mengalikan rating dengan keseragaman data dan realibilitas untuk mengetahui
bobot faktor untuk masing-masing indikator. Rumus kuisioner yang telah diisi valid atau tidak.
untuk mendapatkan nilai produk yaitu: Pengolahan data pada metode NASA-TLX yang
Nilai Produk = Rating x Tally terdiri dari pembobotan, pemberian rating,
Dengan demikian dihasilkan 6 nilai produk untuk 6 menghitung nilai produk, menghitung nilai WWL
indikator yang ada. dan menghitung rata-rata WWL.
5. Menghitung nilai Weighted Workload (WWL) 4. Hasil dan Pembahasan
Weighted Workload (WWL) dihitung dengan Pengukuran beban kerja mental dilakukan pada
persamaan berikut: semua perawat di rumah sakit XYZ yang menerapkan
WWL= ∑Nilai Produk tiga shift jam kerja. Tahap pertama yang dilakukan
6. Menghitung rata-rata WWL yaitu pembagian kusioner Nasa-Tlx pada perawat
Rata-rata WWL atau skor diperoleh dengan rumah sakit XYZ. Setelah mengisi kuisioner yang
persamaan berikut: dibagikan, pengukuran selanjutnya dilakukan uji
WWL validitas, uji realibilitas dan tahapan pengolahan data
Skor =
15
metode Nasa-Tlx.
7. Interpretasi hasil nilai skor
1. Beban Kerja Mental Pada Perawat Shift Malam
Hasil skor kemudian diklasifikasikan berdasarkan
Beban kerja mental yang dialami perawat pada shift
kategori sebagai berikut:
pagi masuk dalam kategori tinggi dengan nilai rata-
1) Rata-rata WWL <20 menyatakan klasifikasi sangat
rata yang diperoleh sebesar 70,38 dan dimensi yang
rendah
paling mempengaruhi adalah dimensi effort (usaha).
2) Rata-rata WWL 21-40 menyatakan klasifikasi
Hal ini berkaitan dengan tugas perawat dimana
rendah
perawat harus memiliki usaha yang tinggi dalam
3) Rata-rata WWL 41-60 menyatakan klasifikasi
pengecekan atau kontrol rutin kondisi pasien
sedang
terhadap perkembangan kesehatannya. Dalam
4) Rata-rata WWL 61-80 menyatakan klasifikasi
menangani pasien yang membutuhkan pertolongan
tinggi
darurat juga salah satu faktor yang mempengaruhi
5) Rata-rata WWL 81-100 menyatakan klasifikasi
dimensi effort (usaha), melakukan persiapan operasi
sangat tinggi.

- 20 -
dan melakukan operasi yang dijadwalkan dipagi hari, perbaikan dengan memberi usulan rekomendasi
serta memastikan keadaan pasien pasca operasi. penjadwalan pada perawat di Rumah Sakit XYZ.
2. Beban Kerja Mental Pada Perawat Shift Siang
Sebelum Rekomendasi
Hasil pengukuran yang dilakukan menunjukkan
perawat yang bekerja pada shift siang masuk dalam 33%
35%
kategori tinggi dengan nilai rata-rata WWL 69,97 dan
dimensi yang paling mempengaruhi yaitu effort
32%
(usaha). Beban kerja mental yang perawat rasakan ini
Pagi Siang Malam
dapat disebabkan dari beberapa faktor diantaranya
Gambar 4.1 Persentase Sebelum Rekomendasi
jumlah pasien, keadaan pasien yang mereka tangani,
Diagram diatas menunjukkan hasil persentase data
umur dan status perawat juga mempengaruhi
exsisting pada salah satu ruang di Rumah Sakit XYZ
seberapa tinggi beban kerja mental yang mereka
yaitu ruang anak sebelum dilakukan rekomendasi.
alami.
Hasil yang diperoleh yaitu 33% shift pagi, 32% shift
3. Beban Kerja Mental Pada Perawat Shift Malam
siang dan 35% shift malam. Hasil pembagiannya
Rata-rata beban kerja mental yang dialami perawat
sudah dikatakan seimbang tetapi pada pembagian
shift malam sebesar 74.02 yang termasuk dalam
hari kerja masih belum seimbang. Sehingga perlu
kategoti tinggi. Sedangkan dari enam dimensi yang
dilakukan rekomendasi penjadwalan.
mempengaruhi pengukuran, dimensi performance
menjadi dimensi yang paling mempengaruhi dalam Sesudah Rekomendasi
pekerjaan mereka dengan nilai rata-rata sebesar
33% 33%
296,88. Hal ini merupakan pengaruh dari waktu kerja
yang bertepatan pada malam hari, dimana waktu
34%
malam tubuh cenderung lelah dan membutuhkan
Pagi Siang Malam
waktu istirahat, dan juga beberapa pasien dalam
ruangan Rawat Inap harus melakukan kontrol dan Gambar 4.2 Persentase Sesudah Rekomendasi
pemeriksaan rutin sambil melakukan beberapa Diagram diatas menunjukkan hasil persentase setelah
perawatan pada pasien yang memerlukan dilakukan rekomendasi penjadwalan pada ruang
penanganan khusus, seperti melakukan penyuntikan anak. Hasil yang diperoleh pada ketiga shift yaitu
dan kontrol infus. 33% shift pagi, 34% shift siang dan 33% shift malam.
1. Rekomendasi Penjadwalan Pembagian ini telah seimbang dimana hasil
Berdasarkan pengukuran beban kerja mental yang pembagian pada tiga shift sudah merata dan
menggunakan metode Nasa-Tlx dan pada perawat pembagian hari kerjanya juga sudah seimbang.
Rumah Sakit XYZ nilai yang diperoleh masuk dalam 5. Kesimpulan
kategori tinggi baik pada shift pagi, shift siang 1.Hasil beban kerja mental pada perawat shift pagi
ataupun shift malam. Sehingga perlu dilakukan masuk dalam kategori tinggi dengan rata-rata WWL
yang dimiliki yaitu sebesar 70,38 dan dimensi yang

- 21 -
paling mempengaruhi yaitu dimensi effort (usaha) Biografi Penulis
dengan nilai rata-rata 282,14. Beban kerja mental Rya Widya Citra, lahir di Nanga Keberak, Melawi
pada perawat shift siang masuk dalam kategori tinggi pada tanggal 16 Januari 1999. Anak dari Bapak
Abdul Rauf dan Ibu Hamisyah dan anak terakhir dari
dengan nilai rata-rata WWL sebesar 69,97 dan
4 bersaudara. Peneliti sebelumnya menempuh
dimensi yang paling mempengaruhi pada shift siang Pendidikan di SDN 1 Nanga Keberak lulus pada
yaitu dimensi effort (usaha) dengan nilai rata-rata tahun 2010, SMPN 1 Nanga Keberak lulus pada
tahun 2013 dan SMAN 1 Nanga Pinoh lulus pada
270,00 . Beban kerja mental pada perawat shift tahun 2016. Penulis menjadi mahasiswi di Jurusan
malam juga masuk dalam kategori tinggi dengan nilai Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas
Tanjungpura pada tahun 2016 dan menyelesaikan
rata-rata WWL sebesar 74,02 dan dimensi yang
studi program sarjana dengan gelar Sarjana Teknik
paling mempengaruhi adalah dimensi performance (S.T) pada tahun 2020.
dengan nilai rata-rata 296,88. Tri Wahyudi, lahir di Pontianak, 29 Mei 1981.
2.Rekomendasi penjadwalan diberikan berdasarkan Tahun 2005 dia memperoleh gelar Sarjana Teknik
hasil pengukuran yang telah dilakukan. dimana beban (ST) dari Universitas Pasundan di Bandung dengan
bidang keahlian Teknik Manajemen Industri.
kerja mental yang dimiliki perawat pada shift pagi,
Kemudian gelar Magister Teknik (MT) dengan
shift siang dan shift masuk dalam kategori yang bidang keahlian Teknik Manajemen Industri di
tinggi. Rekomendasi penjadwalan ini dibuat dengan peroleh dari Institut Teknologi Bandung (ITB) pada
tahun 2009. Sejak tahun 2010 sampai dengan
melakukan pembagian waktu kerja dimana perawat
sekarang dia merupakan dosen tetap pada Program
memiliki jadwal bekerja pada ketiga shift yang Studi Teknik Industri di Fakultas Teknik Universitas
seimbang, memiliki total hari kerja yang sama dan Tanjungpura.
waktu libur yang sesuai. Ratih Rahmawati, lahir di Pontianak, 9 Mei 1988.
Gelar Sarjana Teknik (S.T) diperolehnya dari S1
DAFTAR PUSTAKA Program Studi Teknik Industri Universitas
Diponegoro Semarang pada tahun 2006 dan S2
[1] Grandjean. 1986. fitting the task to the man. Teknik Industri bidang keahlian Ergonomi dan
London: Taylor & francis inc. Keselamatan Kerja di Institut Teknolohi Sepuluh
[2] Lientje Setyawati, K. M. 2011. Selintas tentang Nopember Surabaya tahun 2011. Konsentrasi
Kelelahan Kerja, 69-75. keahlian yang sedang ditekuni adalah manajemen
klister industry, desain produk ergonomis, K3 dan
[3] Simanjuntak, R. A. 2010. Analisis Beban Kerja makroergonomi. Sejak tahun 2013 sampai dengan
Mental dengan Metoda NASA-Task Load sekarang, dia merupakan dosen tetap pada Jurusan
Index. Jurnal Teknologi Technoscientia, 78-86. Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas
[4] Tarwaka, A. Bakri dan L. Sudiajeng. 2004. Tanjungpura.
Ergonomi Untuk Kesehatan dan Keselamatan Kerja
dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA Press.

[5] Wright Jr, K. P., Bogan, R. K., & Wyatt, J. K.


2013. Shift work and the assessment and
management of shift work disorder (SWD). Sleep
medicine reviews, 17(1), 67-77.

- 22 -

Anda mungkin juga menyukai