403 785 1 PB

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 6

Diversitas Arthropoda Tanah sebagai Bioindikator Lahan Perkebunan dan Hutan

Sekunder di Wana Wisata Rawa Bayu, Desa Bayu, Banyuwangi

1) 2) 3) 4) 5)
Galih El Fikri , Prahanasa Incaloberty , Teguh Arifianto , Wahyu Anggarwanto , Bagyo Yanuwiadi
1),2),3),4)&5)
Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Brawijaya

Email : 1)galihelfikri@gmail.com, 2)incaloberty@gmail.com, 3)teguharkaca@gmail.com,


4)
wahyuanggarwanto@yahoo.co.id, 5)yanuwiadi@ub.ac.id

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keanekaragaman jenis Arthropoda tanah dan
karakteristik Arthopoda tanah, memetakan diversitas hewan tanah di lahan perkebunan dan hutan
sekunder dan mengetahui presepsi masyarakat sekitar Wana Wisata Rawa Bayu tentang
arthropoda tanah. H a l i n i p e r l u d i l a k u k a n k a r e n a b e l u m a d a p e n e l i t i a n t e n t a n g
A r t h r o p o d a t a n a h d i R a w a B a y u . Penelitian ini dilakukan pada 15-17 Oktober 2015, di
Wana wisata Rawa Bayu, Kecamatan Sanggon, Kabupaten Banyuwangi. Pengambilan sampel
dilakukan pada tiga tempat yang berbeda yaitu agroforestri sederhana (kebun ketela pohon),
agroforestri kompleks (hutan pinus), hutan sekunder dengan metode pitfall trap dan handsorting.
Setiap metode dilakukan di tiga lokasi dan untuk masing-masing lokasi dilakukan tiga ulangan.
Analisis data keanekaragaman Arthropoda dengan mencari data kelimpahan, frekuensi, indeks nilai
penting (INP) dan Indeks Shannon-Wiener (H') yang dilakukan di Laboratoriun Ekologi dan Diversitas
Hewan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat 22 taxa yang ditemukan dalam penelitian kali ini dengan
karakteristik taxa dominan, selanjutnya persebaran 22 taxa tersebut tidak merata yang ditunjukkan
dengan hasil pemetaan. Family paling dominan adalah Formicidae. Hasil analisis cluster menunjukan
pada indeks kesamaan tidak ada yang lebih dari 0,8. terdapat dominasi dan kodominasi untuk
masing-masing tempat dan masing-masing metode.

Kata Kunci: Artrhopoda, Hutan Sekunder, Rawa Bayu

ABSTRACT
The aims of this research are to study Arthropod diversity and its characteristic, to map the
soil fauna distribution in the crop field and secondary forest and also to study the society perception about
soil Arthropod. This research was conducted on 15-17 October 2015 in Rawa Bayu, Songgon,
Banyuwangi. Sampling location was taken place at simple agroforestry system (cassava field), complex
agroforestry system (pine forest) and secondary forest by pitfall trap and hand sorting. Each method
was applied three times for each place, so there were six samplings for each location. Data analyze
taken place at Ecology Laboratory - Biology Department, Science and Mathematics Faculty,
Brawijaya University. The data was analyzed for H’ and INP. The result showed 22 taxa which
scattered in all location. Formicidae was the dominant family in Rawa Bayu. Cluster analyze showed
that there were not available for the places with similarity above 0,8 or 80%.

Keyword: Artrhopoda, Rawa Bayu, Secondary Forest

PENDAHULUAN kandungan organik dan hara dalam tanah,


sehingga keadaan ini menyebabkan menurunnya
Rawa Bayu merupakan salah satu danau diversitas Arthropoda tanah yang ada.
yang berada di kaki Gunung Ijen yang di
kelilingi oleh tutupan vegetasi yang masih Arthropoda tanah memiliki peran
terjaga, sehingga hutan sekunder yang ada di yang sangat vital dalam rantai makanan
daerah kawasan Wana Wisata Rawa Bayu masih khususnya sebagai dekomposer, karena tanpa
ada [1]. Pengonversian lahan yang sebelumnya organisme ini alam tidak akan dapat mendaur
merupakan hutan sekunder menjadi lahan ulang bahan organik. Selain itu, arthropoda juga
perkebunan dapat menyebabkan perubahan berperan sebagai mangsa bagi predator kecil

Jurnal Biotropika | Vol. 4 No. 2 | 2016 32


yang lain, sehingga akan menjaga kelangsungan Wana Wisata Rawa Bayu merupakan
arthropoda yang lain. Sebagai konsekuensi daerah pariwisata yang terletak di Kabupaten
struktur komunitas mikro arthropoda akan Banyuwangi, Jawa Timur. Wana wisata terletak
mencerminkan faktor lingkungan yang di kawasan hutan sekunder di kaki Gunung Ijen
berpengaruh terhadap tanah, termasuk terhadap dengan koordinat -8.182182 LS, 114.173574 BT.
aktivitas manusia. Berdasarkan uraian diatas Lokasi penelitian dilakukan di hutan
maka identifikasi kelimpahan serta sekunder, perkebunan kopi dan cengkeh. Lahan
keanekaragaman jenis merupakan hal yang kopi dan cengkeh terletak berdekatan dengan
penting, sehingga dapat diketahui peran pemukiman, sedangkan hutan sekunder berjarak
organisme terhadap lingkungan [2]. sekitar 4 km dari Rawa Bayu.
Perlu adanya identifikasi kelimpahan serta
keanekaragaman jenis Arthropoda tanah pada Studi Pendahuluan
hutan sekunder yang berada pada daerah sekitar
Rawa Bayu untuk dapat diketahui peran Sebelum melakukan penelitan ini
organisme terhadap lingkungan sebagai indikator dilakukan studi pendahuluan antara lain melihat
kondisi suatu lahan [3]. Oleh karena itu, tujuan lokasi dari google earth dan mempelajari
dari penelitian ini adalah mengetahui arthropoda tanah yang ada di sekitar Rawa bayu
keranekaragaman jenis arthropoda tanah, a) Pengambilan Sampel Arthropoda Tanah
karakteristik Arthopoda tanah, memetakan (Epigeik)
diversitas hewan tanah di lahan perkebunan dan
hutan sekunder, serta untuk mengetahui presepsi Sampel arthropoda tanah diambil
yang dimiliki oleh masyarakat sekitar Wana dengan menggunakan lubang jebakan
Wisata Rawa Bayu tentang arthropoda tanah. (pitfall trap) lubang jebakan yang terbuat dari
Manfaat dilakukanya penelitian ini adalah botol selai berdiameter 70 mm dan tinggi
memperluas wawasan tentang keanekaragaman 150mm. Jebakan tersebut diisi dengan
Athropoda yang ada di lahan perkebunan dan campuran air, deterjen dan alkohol sebanyak
lahan hutan sekunder di sekitar Rawa Bayu, sepertiga botol selai. Lubang jebakan dipasang
memberi wawasan khususnya kepada dengan dikubur setinggi permukaan tanah, lalu
masyarakat yang ada di sekitar Rawa Bayu ditutup dengan plastik dengan tiang paku [4].
tentang peran anthropoda untuk keseimbangan Lubang jebakan dipasang sebanyak 3 buah pada
ekosistem, serta sebagai data perhutani untuk tiap lokasi. Pemasangan jebakan ditentukan
pengelolaan hutan. secara acak (Random sampling). Jebakan yang
telah dipasang ditunggu selama 24 jam.
METODE PENELITIAN Arthropoda yang terperangkap pada jebakan
Waktu dan Tempat langsung diidentifikasi dengan menggunakan
buku panduan determinasi serangga.
Penelitian ini dilakukan pada 15-18
Oktober 2015, di Wana Wisata Rawa Bayu, b) Pengambilan Sampel Arthropoda Tanah
Kecamatan Sanggon, Kabupaten Banyuwangi. (Endogeik)
Pengambilan sampel dilakukan pada tiga tempat Area berukuran 25 x 25 cm dibuat pada
yang berbeda yaitu kebun kopi, kebun cengkeh titik yang ditentukan dengan menggunakan tali.
dan hutan sekunder dengan 3 kali ulangan.
Kemudian, tanah diambil tiap kedalaman 0-10
Analisis data dilakukan di Laboratoriun Ekologi
cm, 10-20 cm, 20-30 cm dengan menggunakan
dan Diversitas Hewan, FMIPA, Universitas
Brawijaya, Malang. sekop dan dimasukkan dalam ember plastik.
Selanjutnya dilakukan handsorting insitu.
Deskripsi Lokasi Penelitian Spesimen hewan tanah dimasukkan ke dalam
flakon yang berisi alkohol 75% dan formalin
4% dengan menggunakan kuas. Langkah
selanjutnya diidentifikasi dan makrofauna yang
ditemukan didokumentasi [5].

c) Persepsi Masyarakat
Persepsi masyarakat tentang peran
arthropoda tanah perlu dilakukan sebelum
pengambilan sampel. Metode yang digunakan
Gambar 1. Lokasi Rawa Bayu

Jurnal Biotropika | Vol. 4 No. 2 | 2016 33


adalah wawancara semi-terstruktur pada 10
responden. Data yang didapatkan kemudian
dibandingkan dengan hasil sampling..

Analisis Morfometri
Analisis morfometri bertujuan untuk
mengetahui karakteristik arthropoda tanah yang
diperoleh, dari tingkat ordo hingga famili.
Analisis morfometri yang dilakukan meliputi
panjang tubuh, jumlah ruas tubuh, warna
tubuh, jumlah sayap, bentuk sayap dan bentuk
serta jumlah ruas antena. Contoh serangga yang Gambar 2. Nilai INP dengan metode Pitfall
baisa di morfometri adalah Famili Myriapoda Trap
dan Coleoptera karena ukurannya yang cukup
besar.

Pengukuran Faktor Abiotik


Pengukuran faktor abiotik bertujuan
untuk mengetahui hubungan kelimpahan
arthropoda tanah yang terdapat di kebun dan
hutan sekunder area Wana Wisata Rawa Bayu
Kabupaten Benyuwangi dengan lingkungan
disekitarnya. Faktor abiotik yang diukur adalah Gambar 3. Nilai INP dengan metode Handsorting
suhu udara dan suhu tanah (termometer),
kelembaban udara (psikrometer), intensitas Berdasarkan Gambar 2 dan Gambar 3
cahaya (luxmeter), ketebalan serasah, cuaca,
dapat diketahui terdapat dominasi dan
dan kecepatan angin (anemometer)[6].
kodominasi untuk masing-masing tempat dan
masing-masing metode. Kodominasi banyak
Analisis Data
terjadi pada metode pitfall trap. Kodominasi
Data komposisi spesies dan jumlah antara Formicidae hitam besar dan
individu Arthropoda digunakan untuk Crysomelidae terjadi di lahan Agroforestri
analisis kelimpahan dan keanekaragaman spesies sederhana (ketela pohon). Namun, pada lahan
Arthropoda. Selain itu akan diketahui agroforestri kompleks (hutan pinus) hanya
Arthropoda tanah yang dapat digunakan didominasi oleh Formicidae. Sedangkan pada
digunakan untuk bioindikator serta spesies hutan sekunder terjadi kodominansi antara
indikator kesehatan lingkungan. Data hasil Formicidae hitam besar dan Simulidae.
pengamatan dianalisis untuk menentukan Formicidae hitam besar mendominasi pada lahan
dominansi yaitu dengan menentukan Indeks Nilai agroforestri sederhana dan hutan sekunder
Penting (INP). Untuk menentukan persentase dengan metode handsorting. Namun, kodominasi
atau besarnya pengaruh yang diberikan suatujenis terjadi pula pada lahan agroforestri kompleks
fauna tanah terhadap kominitasnya, maka dicari antara Myriapoda dan Formicidae merah kecil.
indeks nilai pentingnya dengan menggunakan
rumus [2], sebagai berikut: Kelimpahan (K),
Kelimpahan relatif (Kr), Frekuensi (F), Frekuensi
relatif (Fr), Indeks Nilai Penting (INP),
Menentukan Indeks Keragaman (H’) dari
Shannon-Wiener (Southwood, 1978).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan untuk terdapat perbedaan jenis
Arthropda pada beberapa tempat sampling, berikut
grafik yang didapat setelah melakukan analisis Gambar 4. Nilai Indeks Shannon – Wiener (a)
data. Metode Pitfall Trap (b) Metode Handsorting

Jurnal Biotropika | Vol. 4 No. 2 | 2016 34


Gambar 4a. menunjukkan diversitas di dengan jumlah Taksa (Taxa Richness) yang ada.
ketiga lokasi sampling dalam taraf sedang karena Lokasi hutan agroforestri kompleks (hutan pinus)
berada di rentang 1-3 [7]. Hal ini menunjukkan memiliki 14 Taksa dimana 14 Taksa tersebut
bahwa diversitas Arthropoda tanah epigeik atau cukup membuat H’ pada lokasi yang sama cukup
permukaan cenderung sedang dan tinggi. tinggi. Gambar 4b. juga menunjukkan adanya
Gambar 4b. menunjukkan diversitas Arthrpoda korelasi antara H’ pada metode ini dengan
tanah endogeik cenderung rendah. Hal ini jumlah Taksa yang ditemukan [8].
kemungkinan disebabkan beberapa hal antara
lain faktor waktu pengambilan sampel dan
pemilahan sampel tanah. Selain itu faktor abiotik
tanah juga mempengaruhi ada atau tidakknya
Arthropoda tanah epigeik maupun endogeik di
suatu lahan.

Gambar 7. Analisis Biplot Untuk Morfometri


Masing-masing Taxa Dominan

Berdasarkan analisis biplot menunjukan


bahwa tiap famili memiliki karateristik
morfologi masing-masing. Famili crysopelidae
dapat dicirikan dengan jumlah sayap, famili
myriapoda dicirikan dengan jumlah segmen
Gambar 5. Peta persebaran Arthropoda tubuh, sedangkan famili grilidae dan formicidae
(hitam besar) dicirikan dengan jumlah antena dan
Gambar 5. menunjukkan peta persebaran ukuran tubuh. Ordo Coleoptera memiliki ciri dua
Arthropoda di masing-masing lokasi di pasang sayap. Satu pasang sayap merupakan
daerah Rawa Bayu. Arthropoda Hutan sekunder perisai dan satu pasang sayap yang lain
dan Agroforestri sederhana (Ketela Pohon) di merupakan sayap untuk terbang. Antena
dominasi oleh Formicidae hitam besar tetapi ada memiliki 10 ruas atau lebih sehingga sangat
pula Larva dan Myriapoda. Agroforestri terlihat dan dapat dijadikan sebagai penciri
kompleks (Hutan Pinus) di dominasi oleh yang spesifik untuk ordo Hymenoptera. Ciri
formicidae hitam kecil tetapi ada pula Gyrinidae, khas dari famili Myriapoda adalah memiliki
Crysomellidae dan Simulidae. jumlah ruas atau segmen tubuh yang banyak
dan di setiap segmen tubuh terdapat satu atau
dua pasang kaki [9].

Gambar 8. Morfometri famili Formicidae (a)


dan Myriapoda (b)

Berdasarkan hasil sampling yang


Gambar 6. Nilai Taxa richnes metode Pitfall
dilakukan, Arthropoda yang di temukan
Trap (a) dan Handsorting (b).
didominasi adalah Formicidae dan
Myriapoda yang masing-masing memiliki
Gambar diatas menunjukkan kesesuaian morfometri pada gambar di atas (Gambar 7
antara indeks diversitas Shannon-Wiener (H’) dan gambar 8). Formicidae memiliki panjang

Jurnal Biotropika | Vol. 4 No. 2 | 2016 35


10 mm, memmiliki sungut dua buah, Berdasarkan gambar diatas dapat
berkaki 6 dan segmen tubuhnya terlihat jelas, dijelaskan bahwa dari responden yang di
sedangkan Myriapoda dicirikan dengan panjang wawancarai 100% mengatakan menemukan
tubuh mencapai 20 mm, berkaki banyak, serangga, seedangkan jenis serangga yang di
memiliki sungut 2 dan tiap segmen tubuh temukan oleh responden adalah 40% menemukan
memiliki kaki 1 pasang. serangga Larva, 30% Formicidae, dan 30% lain-
lain. Dari responden yang di wawancarai
menyebutkan bahwa 100% mengatakan serangga
merugikan, jumlah responden mengatakan
tempat ia menemukan serangga adalah 40%
responden mengatakan di batang tumbuhan, 30%
di atas tanah, dan 30% mengatakan 30% lain-
lain. Berdasarkan pertanyaan selanjutnya yaitu,
jumlah responden yang mengatakan jenis
famili Arthopoda apa yang dianggap hama
yaitu, 50% Formicidae, 30% kutu akar,
Gambar 9. Analisis Cluster Berdasarkan Indeks dan 20% lain-lain. 80% responden
Euclidian. menggunakan pestisida, dan 100% responden
menggunakan pupuk anorganik.
Analisis cluster menunjukkan kesamaan
komposisi antara kepadatan Arthropoda tanah KESIMPULAN
terhadap lokasi menggunakan indeks kesamaan Berdasarkan hasil penelitian dan
bray curtis. Hasil menunjukan pada indeks pembahasan dapat di ambil kesimpulan bahwa
kesamaan tidak ada yang diatas 0,8, hal tersebut terdapat 22 taxa yang ditemukan dalam
menunjukan tidak ada kesamaan antar lokasi penelitian kali ini dengan karakteristik taxa
atau kesamaan antar lokasi rendah. Kesamaan dominan seperti diatas, selanjutnya persebaran
antar lokasi dapat dikatakan tinggi apabila indeks 22 taxa tersebut tidak merata yang ditunjukkan
kesamaan diatas 0,8. Penggunaan bahan kimia dengan hasil pemetaan yang ada pada
dalam pengolahan lahan pertanian dapat pembahasan. Warga sendiri masih kurang
menyebabkan terpaparnya bahan tersebut di mengetahui tentang kemanfaatan Arthropoda
lingkungan, maka kemungkinan ada spesies secara umum.
arthropoda tertentu yang meninggalkan
habitatnya. Hal ini dapat berakibat pada DAFTAR PUSTAKA
kelimpahan dan keanekaragaman arthropoda di [1] Bagus, muhammad. 2013. Wisata
setiap pengambilan sampel. Ekosistem alami Rawa Bayu. http:// www.
memiliki keanekaragaman yang tinggi Banyuwangibagus.com / 2013 / 08 / wisata
dibandingkan ekosistem pertanian atau – Rawa – bayu . html. Di akses pada
perkebunan. Karena adanya pengelolaan lahan tanggal 15 September 2015.
dan aplikasi pestisida mengakibatkan tingkat [2] Soesanto, L. 2008. Pengantar Pengendalian
kemiripan komunitas [10] Hayati Penyakit Tanaman. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
[3] Abensperg-Traun Max dan Dion
Steven. 1995. The Effects Of Pitfall Trap
Diameter On Ant Species Richness
(Hymenoptera: Formicidae) and species
composition of the Catch in a Semi-Arid
Eucalypt Woodland. Journal of Ecology
(1995) 20, 282-287.
[4] Greenslade. 2014. Pitfall Trapping as
a Method For Studying Populations Of
Carabidae (Coleoptera). Journal of animal
ecology, vol. 33, 2 (jun., 1964), pp. 301-
310.
Gambar 10. Pengetahuan dan persepsi
masyarakat.

Jurnal Biotropika | Vol. 4 No. 2 | 2016 36


[5] Martin h. Schmidt, Yann Clough,
Wenke Schulz, Anne Westphalen,
and Teja Tscharntke. 2006. Capture
Efficiency and Preservation Attributes Of
Different fluids in Monolith Traps.
American Arachnological Society. Journal
of Arachnology,34(1):159-162.
[6] Yatno, Flora Pasaru, Abd. Wahid.
2013. Diversity of Arthropods In Cocoa
Cropping (Theobroma cacao L.) In The
Subdistrict of Palolo, Sigi District.
Agrotekbis 1 (5) : 421 – 428
[7] Rutledge. 2014. Pitfall Trapping as a Method
For Studying Populations Of
Carabidae (Coleoptera). Journal of animal
ecology, vol. 33, 2 (jun., 1964), pp. 301-
310.
[8] Max, A.T. dan D. Steven. 1995. The Effects
Of Pitfall Trap Diameter On Ant Species
Richness (Hymenoptera: Formicidae) and
species composition of theCatch in a
Semi-Arid Eucalypt Woodland. Journal of
Ecology (1995) 20,282-287.
[9] Pracaya. 2007. Hama dan penyakit tanaman,
Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta
[10] Agus YH. 2007. Keanekaragaman
Collembola, Semut dan LabaLaba
Permukaan Tanah. [Disertasi], Bogor:
Program Pascasarjana, IPB

Jurnal Biotropika | Vol. 4 No. 2 | 2016 37

Anda mungkin juga menyukai