4 7 1 SM
4 7 1 SM
Syafrawati*
ABSTRACT
Planning is the important function of management. An ideal health planning is planning that create base on fact
and condition of teritory area. The goal of this research is to analyse annuall health planning in Sub Dinas Pencegahan
dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Depok on the year of 2002. The research is descriptive study with
qualitative data. Data collected with deep interview and document observation.
The result is planning process need to be improve in quality ang quantity of planner, fund for making ideal planning,
facilites and writing procedur. Situation analysis does not use health determination, problem priority use mathematic
methode and intervention comes from central government. The form of POA (Plan of Action ) are not specific describe the
need of teritory area.
9
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2006, I (1)
10
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2006, I (1)
masyarakat (status kesehatan penduduk, kesehatan (tersedianya teknologi atau obat untuk mengatasi
lingkungan pemukiman) dan data upaya kesehatan maslah tersebut), community and political concern
(fasilitas dan pelayanan kesehatan).4 (kepedulian masyarakat dan keberpihakan politik
Data yang diperoleh Subdin P2P didapatkan serta affordability (keterjangkauan). Atau bisa juga
dari berbagai sumber, yaitu rumah sakit, puskesmas, dengan menggunakan metode Delbeque dan Delphi
dan unit pelayanan kesehatan lainnya. dimana prioritas masalah ditentukan oleh panel
expert. Metode Estimasi beban kerugian digunakan
Penetapan Masalah dan prioritas Masalah
dengan cara menhitung waktu produktif yang hilang
Masalah kesehatan yang diprioritaskan di
(DALY).
Subdin P2P adalah DBD, TBC, kusta dan penyakit
kelamin. DBD diprioritaskan karena incidence rate- Penetapan Tujuan dan Alternatif Intervensi
nya yang tinggi dan cenderung tidak pernah turun, Tujuan yang ingin dicapai dalam
selain itu karena Depok adalah daerah endemis pemberantasan penyakit demam berdarah adalah
demam berdarah. Dari hasil telaah dokumen diketahui menurunkan CFR agar berada dibawah 2%. Intervensi
angka CFR (Case Fatality Rate) DBD adalah 2,7 % yang dilakukan adalah mengadakan pelatihan
sampai dengan Mei 2002. Tujuan yang ingin dicapai petugas, pelatihan kader, penyuluhan, abatesasi,
dari program pemberantasan DBD adalah fogging focus dan PSN serta penyuluhan kepada anak
menurunkan angka CFR agar berada dibawah 2%. sekolah. Hal menarik yang ditemukan dalam
Penyakit TBC menjadi prioritas utama perumusan program ini adalah program fogging
karena masih banyaknya kasus TBC di masyarakat focus. Fogging focus ini sebenarnya kurang efektif
terutama pada penduduk dengan ekonomi lemah. dibandingkan dengan PSN. Namun menurut
Faktor kepadatan penduduk dan sanitasi lingkungan masyarakat fogging focus ini merupakan alternatif
yang tidak sehat turut pula mempengaruhi terbaik untuk menaggulangi masalah DBD sehingga
peningkatan kasus TBC di Kota Depok. Penyakit ini kalau lingkungan mereka tidak difogging maka berarti
menjadi prioritas juga karena cukup meresahkan pemerintah tidak memberikan perhatian kepada
masyarakat. masyarakat. Oleh karena itu fogging focus
Penyakit kusta menjadi salah satu penyakit dimasukkan sebagai salah satu intervensi DBD.
yang diprioritaskan P2P karena mengakibatkan Tujuan yang ingin dicapai dari program
kecacatan permanen bagi penderitanya. Selain itu TBC adalah memutuskan mata rantai penularan,
dikarenakan penyakit kusta banyak diderita oleh menurunkan angka kesakitan dan kematian. Target
penduduk ekonomi lemah. Dana untuk program kesembuhan TBC adalah 85%, angka
penanggulangan penyakit kusta ini berasal dari konversi 80% dan errror rate 5 %. Intervensi yang
bantuan luar negeri yaitu dari Nedherland Lectosil dilakukan oleh subdin P2P adalah pertemuan petugas,
Release (NRL). penemuan penderita, pemeriksaan laboratorium,
Meningkatnya kasus narkoba di Kota Depok pengobatan, supervisi dan pembentukan Gerdunas TB
diperkirakan akan meningkatkan kasus HIV/AIDS. ( Gerakan Terpadu Nasional Tuberculosis).
Selain itu di Depok semakin menjamur tempat-tempat Tujuan dari program pencegahan dan
hiburan seperti diskotik dan panti pijat yang pemberantasan penyakit kelamin adalah untuk
merupakan tempat-tempat yang beresiko tinggi memutuskan rantai penularan. Untuk mencapai tujuan
terhadap penularan penyakit kelamin. tersebut maka dibentuklah tim KPAD (Komisi
Indikator yang digunakan informan dalam Penanggulangan AIDS Daerah) untuk mendapatkan
menemukan masalah adalah indikator negatif yaitu dukungan politis dari pemerintah. Selain itu juga
gangguan kesehatan. Informan tidak melakukan dilaksanakan survei darah untuk menemukan kasus,
identifikasi masalah sebelum menentukan prioritas pemeriksaan hasil survei untuk menemukan kasus
masalah. Prioritas masalah diambil langsung dengan HIV positif. Penyuluhan pada daerah resiko tinggi
pertimbangan tingginya incidence penyakit, tingginya dilakukan khusus untuk penyakit HIV/AIDS karena
CFR dan kasus yang meresahkan masyarakat. intervensi berupa pengobatan tidak dapat dilakukan
Menurut peneliti dalam menentukan prioritas . Intervensi berupa pengobatan dapat dilakukan untuk
masalah digunakan metode-metode tertentu seperti penyakit syphilis.Tujuan dan intervensi masing-
metode matematik dengan kriteria penilaian masing program tersebut ditetapkan dari pusat.
magnitude (luasnya masalah), severity (beratnya Menurut peneliti tujuan yang hendak dicapai
kerugian yang ditimbulkan), vulnerability dari masing-masing program sebaiknya ditetapkan
11
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2006, I (1)
dengan melihat pencapaian tahun sebelumnya. Jadi dari berbagai bidang keahlian seperti ahli
sebelum target ditetapkan dilakukan evaluasi epidemiologi, ahli statistik, ahli perkiraan kebutuhan
pencapaian tahun lalu. Analisis ini disebut juga sumber daya dan ahli hubungan perilaku untuk
analisis kecenderungan (trend analisis). Hal lain yang menentukan langkah-langkah operasional. Hal ini
perlu diperhatikan dalam penentuan target program belum dilaksanakan di subdin P2P.
adalah fenomena diminishing return, maksudnya
apabila cakupan program sudah tinggi maka akan KOMPONEN OUTPUT
lebih sulit mencapai tujuan yang besar. Oleh karena Format POA
itu perencana perlu menetapkan target yang Menurut Wijono (1997) format Plan of
konservatif. Tujuan program sebaiknya dirumuskan Action (POA) adalah seperti lazimnya sebuah
secara spesifik dan kuantitatif, jelas waktu dan lokasi makalah yang menguraikan aspek-aspek pelaksanaan
yang dituju serta dapat diukur. Dalam penelitian ini program dari pendahuluan sampai dengan penutup.
semua itu belum terlihat. Tujuan program memang Rumusan program yang dibuat haruslah dituliskan
sudah dinyatakan dalam persentase namun belum dalam hal apa, bagaimana, siapa terlibat , kapan
jelas pada kelompok masyarakat mana tujuan tersebut dilibatkan. Hal-hal seperti itu tidak ditemukan dalam
akan diterapkan dan kapan tujuan tersebut akan POA Sub Dinas P2P. Unsur-unsur yang seharusnya
tercapai. ada dalam POA seperti hasil analisa situasi keadaan
Peneliti menilai dalam menetapkan alternatif daerah dan sarana upaya kesehatan, pokok-pokok
intervensi para perencana belum mempertimbangkan kebijaksanaan, bimbingan, motivasi, penilaian,
aspek determinan kesehatan seperti yang terdapat IPTEK, informasi kebijakan peraturan perundangan
dalam konsep Blum. Hal ini mungkin karena tujuan , faktor-faktor penyokong dan penghambat belum
program ditetapkan berdasarkan tujuan nasional dan dicamtumkan dalan POA.
analisa situasi pun tidak menggunakan konsep Blum,
sehingga dalam alternatif intervensi pendekatan ini KESIMPULAN DAN SARAN
kurang terlihat. Dinas Kesehatan Kota Depok khususnya
Subdinas Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Penyusunan Program belum sepenuhnya melakukan perencanaan
POA dibuat pada saat sudah diketahui jumlah berdasarkan kondisi daerahnya. Kurangnya analisa
dana yang turun ke tiap seksi. lewat Daftar Isian situasi kesehatan daerah dan masih banyaknya target
Proyek (DIP). Petugas yang terlibat dalam program yang ditentukan oleh pusat menyebabkan
penyusunan program adalah kepala seksi dan staf. program kesehatan yang digulirkan belum
Setelah itu POA akan dirangkum oleh Kepala Subdin sepenuhnya menggambarkan kebutuhan daerah.
P2P. Penyusunan POA dilakukan di Kantor Dinas Kedepan diharapkan peran tenaga perencana dapat
Kesehatan dan selesai sekitar bulan November. lebih dioptimalkan lewat pelatihan Perencanaan dan
Menurut FKM UI (1998) penyusunan Penganggaran Kesehatan Terpadu (P2KT) untuk
rencana operasional membutuhkan pertimbangan dan merumuskan program kerja daerah yang lebih baik.
keputusan sesuai dengan langkah-langkah yang ada
Daftar Pustaka
1. FKM UI, 1998. Modul Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan Pustaka Binaman Pressindo, Jakrta
Terpadu 8. Departemen Kesehatan RI, 1999. Rencana Pembangunan
2. Handoko, T. Hani, 1985. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, Jakarta
Manusia, Liberty, Yokyakarta 9. Departemen Kesehatan, 1986. Lokakarya Nasional Perencanaan
3. Handayani, Dyah Tut Wuri, 2001. Analisis Perencanaan Kesehatan Kesehatan, Jakarta
Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Pontianak Kalimantan Barat 10. Dinas Kesehatan Kota Depok. Rencana Kesehatan Tahunan Dinas
Tahun 1999/2000, Tesis, FKM UI Kesehatan Kota Depok Tahun 2002
4. Azwar, Azrul, Pengantar Administrasi Kesehatan. Bina Rupa 11. Wijono, Djoko, 1997. Manajemen Kepemimpinan dan Organisasi
Aksara, Jakarta Kesehatan. Airlangga University Press, Surabaya
5. Arikalang, Saul Elias, 1997. Analisis Proses Perencanaan 12. Erlan, Indriati RB, 1988. Analisa Fungsi Perencanaan Kesehatan
Kesehatan Tahunan di Dinas Kesehatan Dati II Kabupaten Tingkat Kabupaten di Jawa Barat, Tesis FKM UI
Bandnung Tahun 1995/1996, Tesis, FKMUI 13. Falah, Tatang Sahibul, 1996. Hubungan Faktor Input, Proses dan
6. Azwar, Azrul, 1982. Dasar-dasar Perencanaan di Bidang Output Usulan Rencana Tahunan Program Perbaikan Gizi Daerah
Kesehatan. Bagian IKM & IKP FKUI Jakarta Tk II Propinsi Jawa Timur, Tesis, FKM UI
7. Benge, Eugene J, 1993. Pokok-Pokok Manajemen Modern. PT 14. FKMUI, 1999. Kumpulan Modul Pelatihan Perencanaan
12
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2006, I (1)
Kesehatan Terpadu, Jakarta 20. Ravianto, J, 1985. Produktifitas dan Tenaga Kerja Indonesia.
15. Gani, Ascobat, dkk, 1987. Modul Pelatihan Perencanaan Lembaga Informasi Usaha dan Produktivitas, Jakarta
Kesehatan Daerah Tk II, Depkes-FKMUI, Jakarta 21. Riyadi, Slamet, A.L, 1982. Public Health Publication, Edisi Revisi.
16. Kustantini, Ellia, 1999. Gambaran Keadaaan Komponen Input Usaha Nasional, Surabaya
dan Komponen Proses pada Tim Perencana Program Gizi Tahun 22. Saragih, Laidin, 1984. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kualitas
1998/1999 di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan, Skripsi, Usulan Rencana Tahunan Kesehatan Kabupaten Simalungun
FKMUI Sumatera Utara, Tesis, FKM UI
17. Moleong, L.J, 1991. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja 23. Soetikno, Sri Suryaningsih, 1986. Kualitas Usulan Rencana
Rosdakarya, Bandung Tahunan Kesehatan Dati II 1980-1987 dan Faktor-faktor yang
18. Muninjaya, AA.Gde, 1999. Manajemen Kesehatan EGC, Jakarta Mempengaruhinya di Dati II Aceh, Tesis, FKM UI
19. Reike, W, 1994. Perencanaan Kesehatan untuk Meningkatkan 24. Sopia, Poppi, 2001. Analisis Perencanaan Kesehatan Tahunan
Efektifitas Manajemen, Terjemahan Trisnantoro, L & S. Gajah Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Tahun 1999. Skripsi,
Mada University Press, Yokyakarta FKMUI
13