Anda di halaman 1dari 5

ARTIKEL PENELITIAN

ANALISIS PERENCANAAN TAHUNAN KESEHATAN


SUB DINAS PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN
PENYAKIT DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK
TAHUN 2002

Syafrawati*

ABSTRACT

Planning is the important function of management. An ideal health planning is planning that create base on fact
and condition of teritory area. The goal of this research is to analyse annuall health planning in Sub Dinas Pencegahan
dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Depok on the year of 2002. The research is descriptive study with
qualitative data. Data collected with deep interview and document observation.
The result is planning process need to be improve in quality ang quantity of planner, fund for making ideal planning,
facilites and writing procedur. Situation analysis does not use health determination, problem priority use mathematic
methode and intervention comes from central government. The form of POA (Plan of Action ) are not specific describe the
need of teritory area.

Keywords : annual health planning, evidence based data, bottom up

PENDAHULUAN tingginya aksesitas Depok dengan Jakarta. Dengan


Dengan diberlakukannya Undang-Undang mengetahui kodisi ini tentunya diharapkan Dinas
Otonomi Daerah No. 22 dan 25 tahun 1999 Kesehatan Kota Depok dapat merumuskan program-
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota memiliki program kerja yang sesuai dengan kondisi daerahnya
kewenangan yang lebih besar dalam melaksanakan agar permasalahan kesehatan tersebut mendapatkan
program pembangunan kesehatan. Wewenang solusi yang tepat.
tersebut meliputi kegiatan perencanaan sampai
dengan evaluasi program. TUJUAN
Perencanaan program kesehatan kabupaten/ Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kota selama ini dirasakan lebih didominasi oleh proses perencanaan kesehatan Dinas Kesehatan Kota
proses top down. Target-target yang ditentukan dari Depok tahun 2002 khususnya Sub Dinas Pencegahan
pusat biasanya berdasarkan proyeksi nasional dan dan Pemberantasan Penyakit.
tidak sesuai dengan situasi riil di daerah.
Ketidaksesuaian ini bukan saja dalam hal penetapan KERANGKA KONSEP
target program, namun kadangkala juga dalam hal Perencanaan kesehatan pada dasarnya adalah
penentuan prioritas masalah.1 merupakan salah satu fungsi manajemen untuk
Kota Depok memiliki permasalahan memecahkan masalah-masalah kesehatan.
dibidang kesehatan yang cukup banyak. CFR (Case Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini untuk
Fatality Rate) dari penyakit DHF meningkat dari melihat proses perencanaan yang dilakukan adalah
tahun ke tahun. Diare dan ISPA selalu menjadi pendekatan sistem yang dimaksudkan unutk
prioritas dalam penanggulangannya. Selain itu menerapkan cara berfikir sistematis dan logis dalam
penyakit menular seksual pun mengalami mencari pemecahan suatu masalah kesehatan yang
peningkatan yang cukup signifikan dikarenakan dihadapi.

*Staf Pengajar PSIKM FK UNAND

9
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2006, I (1)

METODOLOGI PENELITIAN mengambil keputusan.2 Menurut informan data yang


Studi deskriptif dengan data kualitatif ini paling akurat adalah data dari Rumah Sakit karena
dilakukan di Sub Dinas Pencegahan dan menggunakan pemeriksaan laboratorium.
Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Diketahui juga 80% ketepatan waktu
Depok pada bulan Juli tahun 2002. Metode yang pengumpulan data terutama data dari Puskesmas telah
digunakan adalah wawancara mendalam dan telaah tercapai. Sayangnya dalam melakukan perencanaan
dokumen. tidak ada dana khusus karena dianggap perencanaan
tersebut merupakan sesuatu yang sudah rutin
HASIL DAN PEMBAHASAN dilakukan.Sarana penunjang juga dirasakan kurang
Komponen Input karena hanya terdapat satu buah komputer untuk
Sub Dinas Pencegahan dan Pemberantasan keperluan tiga seksi.
penyakit terdiri dari tiga seksi, yaitu Seksi Pelaksanaan perencanaan Dinas Kesehatan
Pengamatan Penyakit, Seksi Pencegahan Penyakit Kota Depok menggunakan pedoman pada langkah-
dan Seksi Pemberantasan Penyakit. Jumlah tenaga langkah perencanaan dan penganggaran Propinsi
yang ada di Subdin P2P adalah 10 orang yang terdiri Jawa Barat. Protap tersebut mengatur tentang
dari satu orang kepala subdin, dua orang kepala seksi tahapan-tahapan atau prosedur perencanaan
dan tujuh orang staf. Pada saat dilakukan penelitian kesehatan mulai dari tingkat Puskesmas, tingkat
jabatan kepala seksi pencegahan penyakit masih Dinas Kesehatan sampai tingkat propinsi. Dalam
kosong. Dari jumlah tersebut sebagian besar (60) % protap tersebut diatur juga tentang waktu dan jadwal
berpendidikan dibawah S1. perencanaan setiap tahap.
Silalahi (1983) berpendapat bahwa Dari hasil wawancara tentang waktu dan
keberhasilan suatu rencana erat kaitannya dengan jadwal perumusan rencana tahunan pada subdin P2P
kemampuan seseorang. Faktor yang mempengaruhi ini peneliti tidak menemukan waktu yang pasti kapan
kemampuan seseorang adalah pendidikan dan proses perrencanaan dimulai. Salah seorang informan
pelatihan. Tenaga perencana yang baik adalah apabila ada yang mengatakan bahwa perencanaan dimulai
mereka mempunyai pendidikan tertinggi S1/S2/S3. pada pertengahan tahun, tapi ada juga yang
Namun menurut Erlan (1988) dengan hanya melihat mengatakan pada bulan Oktober baru membuat
tingkat pendidikan tanpa melihat latar belakang perencanaan.
pendidikan belum menjamin kualitas rencana yang
dibuat itu lebih baik. Tabel 1. Jadwal dan Waktu Proses Perencanaan Kesehatan Propinsi Jawa
Barat Tahun 2002
Kepala Seksi Program dan Anggaran
mengatakan bahwa pernah dilakukan Pelatihan Bulan Kegiatan
Perencanaan dan Penganggaran Terpadu (P2KT) Januari Programer Dinkes memasukkan data ke sie program dan
anggaran
sebanyak dua kali. Akan tetapi banyak yang tidak Februari Forum koordinasi dan konsultasi Puskesmas (FKKP) untuk
menghadiri acara sempai selesai sehingga dirasakan melakukan desk analisis program puskesmas dengan
program Dinas
pelatihan tersebut tidak mencapai tujuan yang yang April Mengirim usulan untuk APBD II ke PEMDA kota Depok
diharapkan. Padahal untuk melakukan perencanaan dan untuk APBD I dan APBN ke Bandung (Ibu kota
propinsi)
yang baik dibutuhkan pelatihan yang cukup karena Mei MUSBANGKEL (Musyawarah Pembangunan Kelurahan)
dan UDKP tingkat kecamatan
pelatihan bertujuan agar pekerja dapat melaksanakan Agustus Forum koordinasi dan konsultasi Pembangunan (FKKP)
tugasnya dengan efektif dan efisien. tingkat dati II
November Pembentukan panitia anggaran tingkat kota Depok
Jenis data yang digunakan dalam Desember Pembuatan Lembar Kerja (LK), daftar isian proyek (DIP),
perencanaan adalah data tentang derajat kesehatan dan perencanaan operasional (PO)
Januari DIP di PERDA-kan
masyarakat berupa data morbilitas dan mortalitas,
data sarana dan prasarana kesehatan, utilisasi vaksin
dan data jumlah penduduk serta kondisi lingkungan. KOMPONEN PROSES
Namun ada informan yang meragukan keakuratan Analisa Situasi
data tersebut. Salah satu data yang diragukan Analisis situasi hendaknya memanfaatkan
keakuratannya adalah data tentang cakupan ”evidence based” yang menghimpun data apa saja
imunisasi. Keakuratan data merupakan syarat untuk kebutuhan lokal.3 Sebaiknya data meliputi keadaan
menentukan nilai informasi. Semakin akurat umum dan lingkungan (geografis, pendidikan,
informasi tersebut, semakin aman manajer dalam pekerjaan, sosial, budaya), data derajat kesehatan

10
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2006, I (1)

masyarakat (status kesehatan penduduk, kesehatan (tersedianya teknologi atau obat untuk mengatasi
lingkungan pemukiman) dan data upaya kesehatan maslah tersebut), community and political concern
(fasilitas dan pelayanan kesehatan).4 (kepedulian masyarakat dan keberpihakan politik
Data yang diperoleh Subdin P2P didapatkan serta affordability (keterjangkauan). Atau bisa juga
dari berbagai sumber, yaitu rumah sakit, puskesmas, dengan menggunakan metode Delbeque dan Delphi
dan unit pelayanan kesehatan lainnya. dimana prioritas masalah ditentukan oleh panel
expert. Metode Estimasi beban kerugian digunakan
Penetapan Masalah dan prioritas Masalah
dengan cara menhitung waktu produktif yang hilang
Masalah kesehatan yang diprioritaskan di
(DALY).
Subdin P2P adalah DBD, TBC, kusta dan penyakit
kelamin. DBD diprioritaskan karena incidence rate- Penetapan Tujuan dan Alternatif Intervensi
nya yang tinggi dan cenderung tidak pernah turun, Tujuan yang ingin dicapai dalam
selain itu karena Depok adalah daerah endemis pemberantasan penyakit demam berdarah adalah
demam berdarah. Dari hasil telaah dokumen diketahui menurunkan CFR agar berada dibawah 2%. Intervensi
angka CFR (Case Fatality Rate) DBD adalah 2,7 % yang dilakukan adalah mengadakan pelatihan
sampai dengan Mei 2002. Tujuan yang ingin dicapai petugas, pelatihan kader, penyuluhan, abatesasi,
dari program pemberantasan DBD adalah fogging focus dan PSN serta penyuluhan kepada anak
menurunkan angka CFR agar berada dibawah 2%. sekolah. Hal menarik yang ditemukan dalam
Penyakit TBC menjadi prioritas utama perumusan program ini adalah program fogging
karena masih banyaknya kasus TBC di masyarakat focus. Fogging focus ini sebenarnya kurang efektif
terutama pada penduduk dengan ekonomi lemah. dibandingkan dengan PSN. Namun menurut
Faktor kepadatan penduduk dan sanitasi lingkungan masyarakat fogging focus ini merupakan alternatif
yang tidak sehat turut pula mempengaruhi terbaik untuk menaggulangi masalah DBD sehingga
peningkatan kasus TBC di Kota Depok. Penyakit ini kalau lingkungan mereka tidak difogging maka berarti
menjadi prioritas juga karena cukup meresahkan pemerintah tidak memberikan perhatian kepada
masyarakat. masyarakat. Oleh karena itu fogging focus
Penyakit kusta menjadi salah satu penyakit dimasukkan sebagai salah satu intervensi DBD.
yang diprioritaskan P2P karena mengakibatkan Tujuan yang ingin dicapai dari program
kecacatan permanen bagi penderitanya. Selain itu TBC adalah memutuskan mata rantai penularan,
dikarenakan penyakit kusta banyak diderita oleh menurunkan angka kesakitan dan kematian. Target
penduduk ekonomi lemah. Dana untuk program kesembuhan TBC adalah 85%, angka
penanggulangan penyakit kusta ini berasal dari konversi 80% dan errror rate 5 %. Intervensi yang
bantuan luar negeri yaitu dari Nedherland Lectosil dilakukan oleh subdin P2P adalah pertemuan petugas,
Release (NRL). penemuan penderita, pemeriksaan laboratorium,
Meningkatnya kasus narkoba di Kota Depok pengobatan, supervisi dan pembentukan Gerdunas TB
diperkirakan akan meningkatkan kasus HIV/AIDS. ( Gerakan Terpadu Nasional Tuberculosis).
Selain itu di Depok semakin menjamur tempat-tempat Tujuan dari program pencegahan dan
hiburan seperti diskotik dan panti pijat yang pemberantasan penyakit kelamin adalah untuk
merupakan tempat-tempat yang beresiko tinggi memutuskan rantai penularan. Untuk mencapai tujuan
terhadap penularan penyakit kelamin. tersebut maka dibentuklah tim KPAD (Komisi
Indikator yang digunakan informan dalam Penanggulangan AIDS Daerah) untuk mendapatkan
menemukan masalah adalah indikator negatif yaitu dukungan politis dari pemerintah. Selain itu juga
gangguan kesehatan. Informan tidak melakukan dilaksanakan survei darah untuk menemukan kasus,
identifikasi masalah sebelum menentukan prioritas pemeriksaan hasil survei untuk menemukan kasus
masalah. Prioritas masalah diambil langsung dengan HIV positif. Penyuluhan pada daerah resiko tinggi
pertimbangan tingginya incidence penyakit, tingginya dilakukan khusus untuk penyakit HIV/AIDS karena
CFR dan kasus yang meresahkan masyarakat. intervensi berupa pengobatan tidak dapat dilakukan
Menurut peneliti dalam menentukan prioritas . Intervensi berupa pengobatan dapat dilakukan untuk
masalah digunakan metode-metode tertentu seperti penyakit syphilis.Tujuan dan intervensi masing-
metode matematik dengan kriteria penilaian masing program tersebut ditetapkan dari pusat.
magnitude (luasnya masalah), severity (beratnya Menurut peneliti tujuan yang hendak dicapai
kerugian yang ditimbulkan), vulnerability dari masing-masing program sebaiknya ditetapkan

11
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2006, I (1)

dengan melihat pencapaian tahun sebelumnya. Jadi dari berbagai bidang keahlian seperti ahli
sebelum target ditetapkan dilakukan evaluasi epidemiologi, ahli statistik, ahli perkiraan kebutuhan
pencapaian tahun lalu. Analisis ini disebut juga sumber daya dan ahli hubungan perilaku untuk
analisis kecenderungan (trend analisis). Hal lain yang menentukan langkah-langkah operasional. Hal ini
perlu diperhatikan dalam penentuan target program belum dilaksanakan di subdin P2P.
adalah fenomena diminishing return, maksudnya
apabila cakupan program sudah tinggi maka akan KOMPONEN OUTPUT
lebih sulit mencapai tujuan yang besar. Oleh karena Format POA
itu perencana perlu menetapkan target yang Menurut Wijono (1997) format Plan of
konservatif. Tujuan program sebaiknya dirumuskan Action (POA) adalah seperti lazimnya sebuah
secara spesifik dan kuantitatif, jelas waktu dan lokasi makalah yang menguraikan aspek-aspek pelaksanaan
yang dituju serta dapat diukur. Dalam penelitian ini program dari pendahuluan sampai dengan penutup.
semua itu belum terlihat. Tujuan program memang Rumusan program yang dibuat haruslah dituliskan
sudah dinyatakan dalam persentase namun belum dalam hal apa, bagaimana, siapa terlibat , kapan
jelas pada kelompok masyarakat mana tujuan tersebut dilibatkan. Hal-hal seperti itu tidak ditemukan dalam
akan diterapkan dan kapan tujuan tersebut akan POA Sub Dinas P2P. Unsur-unsur yang seharusnya
tercapai. ada dalam POA seperti hasil analisa situasi keadaan
Peneliti menilai dalam menetapkan alternatif daerah dan sarana upaya kesehatan, pokok-pokok
intervensi para perencana belum mempertimbangkan kebijaksanaan, bimbingan, motivasi, penilaian,
aspek determinan kesehatan seperti yang terdapat IPTEK, informasi kebijakan peraturan perundangan
dalam konsep Blum. Hal ini mungkin karena tujuan , faktor-faktor penyokong dan penghambat belum
program ditetapkan berdasarkan tujuan nasional dan dicamtumkan dalan POA.
analisa situasi pun tidak menggunakan konsep Blum,
sehingga dalam alternatif intervensi pendekatan ini KESIMPULAN DAN SARAN
kurang terlihat. Dinas Kesehatan Kota Depok khususnya
Subdinas Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Penyusunan Program belum sepenuhnya melakukan perencanaan
POA dibuat pada saat sudah diketahui jumlah berdasarkan kondisi daerahnya. Kurangnya analisa
dana yang turun ke tiap seksi. lewat Daftar Isian situasi kesehatan daerah dan masih banyaknya target
Proyek (DIP). Petugas yang terlibat dalam program yang ditentukan oleh pusat menyebabkan
penyusunan program adalah kepala seksi dan staf. program kesehatan yang digulirkan belum
Setelah itu POA akan dirangkum oleh Kepala Subdin sepenuhnya menggambarkan kebutuhan daerah.
P2P. Penyusunan POA dilakukan di Kantor Dinas Kedepan diharapkan peran tenaga perencana dapat
Kesehatan dan selesai sekitar bulan November. lebih dioptimalkan lewat pelatihan Perencanaan dan
Menurut FKM UI (1998) penyusunan Penganggaran Kesehatan Terpadu (P2KT) untuk
rencana operasional membutuhkan pertimbangan dan merumuskan program kerja daerah yang lebih baik.
keputusan sesuai dengan langkah-langkah yang ada

Daftar Pustaka
1. FKM UI, 1998. Modul Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan Pustaka Binaman Pressindo, Jakrta
Terpadu 8. Departemen Kesehatan RI, 1999. Rencana Pembangunan
2. Handoko, T. Hani, 1985. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, Jakarta
Manusia, Liberty, Yokyakarta 9. Departemen Kesehatan, 1986. Lokakarya Nasional Perencanaan
3. Handayani, Dyah Tut Wuri, 2001. Analisis Perencanaan Kesehatan Kesehatan, Jakarta
Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Pontianak Kalimantan Barat 10. Dinas Kesehatan Kota Depok. Rencana Kesehatan Tahunan Dinas
Tahun 1999/2000, Tesis, FKM UI Kesehatan Kota Depok Tahun 2002
4. Azwar, Azrul, Pengantar Administrasi Kesehatan. Bina Rupa 11. Wijono, Djoko, 1997. Manajemen Kepemimpinan dan Organisasi
Aksara, Jakarta Kesehatan. Airlangga University Press, Surabaya
5. Arikalang, Saul Elias, 1997. Analisis Proses Perencanaan 12. Erlan, Indriati RB, 1988. Analisa Fungsi Perencanaan Kesehatan
Kesehatan Tahunan di Dinas Kesehatan Dati II Kabupaten Tingkat Kabupaten di Jawa Barat, Tesis FKM UI
Bandnung Tahun 1995/1996, Tesis, FKMUI 13. Falah, Tatang Sahibul, 1996. Hubungan Faktor Input, Proses dan
6. Azwar, Azrul, 1982. Dasar-dasar Perencanaan di Bidang Output Usulan Rencana Tahunan Program Perbaikan Gizi Daerah
Kesehatan. Bagian IKM & IKP FKUI Jakarta Tk II Propinsi Jawa Timur, Tesis, FKM UI
7. Benge, Eugene J, 1993. Pokok-Pokok Manajemen Modern. PT 14. FKMUI, 1999. Kumpulan Modul Pelatihan Perencanaan

12
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2006, I (1)

Kesehatan Terpadu, Jakarta 20. Ravianto, J, 1985. Produktifitas dan Tenaga Kerja Indonesia.
15. Gani, Ascobat, dkk, 1987. Modul Pelatihan Perencanaan Lembaga Informasi Usaha dan Produktivitas, Jakarta
Kesehatan Daerah Tk II, Depkes-FKMUI, Jakarta 21. Riyadi, Slamet, A.L, 1982. Public Health Publication, Edisi Revisi.
16. Kustantini, Ellia, 1999. Gambaran Keadaaan Komponen Input Usaha Nasional, Surabaya
dan Komponen Proses pada Tim Perencana Program Gizi Tahun 22. Saragih, Laidin, 1984. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kualitas
1998/1999 di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan, Skripsi, Usulan Rencana Tahunan Kesehatan Kabupaten Simalungun
FKMUI Sumatera Utara, Tesis, FKM UI
17. Moleong, L.J, 1991. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja 23. Soetikno, Sri Suryaningsih, 1986. Kualitas Usulan Rencana
Rosdakarya, Bandung Tahunan Kesehatan Dati II 1980-1987 dan Faktor-faktor yang
18. Muninjaya, AA.Gde, 1999. Manajemen Kesehatan EGC, Jakarta Mempengaruhinya di Dati II Aceh, Tesis, FKM UI
19. Reike, W, 1994. Perencanaan Kesehatan untuk Meningkatkan 24. Sopia, Poppi, 2001. Analisis Perencanaan Kesehatan Tahunan
Efektifitas Manajemen, Terjemahan Trisnantoro, L & S. Gajah Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Tahun 1999. Skripsi,
Mada University Press, Yokyakarta FKMUI

13

Anda mungkin juga menyukai