Anda di halaman 1dari 26

BAB 5

PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMBICARA

Public speaking dapat diartikan sebagai proses seseorang


pembicara/speaker menyampaikan sesuatu informasi kepada
sekelompok orang dengan tujuan dan cara-cara tertentu. Karena materi
dan situasinya sangat banyak maka public speaking ini bisa beragam juga
wujudnya di tengah masyarakat. Contoh, ketika seorang pejabat
menyampaikan pidato di dalam suatu acara maka itu bisa disebut
sebagai suatu public speaking. Seorang penceramah/mubaligh yang
menyampaikan tausyiah di hadapan jamaahnya, itu juga bisa disebut
dengan public speaking. Demikian juga dengan seorang dosen
menyampaikan materi perkuliahan kepada mahasiswa, seorang
narasumber menyampaikan materi presentasi dalam suatu seminar dan
lain-lain.

https://ubiaod.wordpress.com

Devito (2015) mengatakan bahwa…In public speaking, a speaker


presents a relatively continuous message to a relatively large audience
in a unique context. Dalam bukunya yang berjudul “The Essential
Elements of Public Speaking” ini, Devito menekankan bahwa public
speaking berkaitan dengan penyampaian pesan/informasi yang dilakukan
secara langsung kepada sejumlah orang dengan konteks tertentu. Lebih
lanjut, Watzlawick, 1978; Watzlawick, Beavin, & Jackson, 1967 dalam
Devito (2015) menjelaskan “….public speaking is a transactional
process; a process whose elements are interdependent; each element in
the public speaking process depends on and interacts with all other
elements” yang artinya bahwa public speaking adalah sebuah proses
transaksional, sebuah proses dimana elemen-elemennya saling
ketergantungan. Setiap elemen dalam proses public speaking tergantung
pada dan berinteraksi dengan elemen yang lain.

Sumber : http://www.pelajaran.co.id

Seorang pembicara dalam sebuah presentasi semestinya memiliki sebuah


kesadaran yang mendalam tentang orang-orang yang akan
mendengarkan presentasinya. Seorang pembicara dalam sebuah seminar
contohnya, jangan terlalu sibuk dengan materi tapi lupa mempelajari
kepada siapa materi tersebut akan disampaikan. Demikian juga dengan
seorang guru, dalam melakukan sebuah “instructional presentation”,
disamping memperhatikan “apa yang disampaikan” juga harus
memikirkan “bagaimana menyampaikan” dan “apa kira-kira dampak
Public Speaking [Public Speaking untuk Public Speaker]

yang akan terjadi”. Untuk itu, seorang pembicara seharusnya memiliki


pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang pendengarnya
sebelum menyampaikan sebuah presentasi. Davidson (2003)
mengemukakan ada minimal tujuh “The Seven Subtle Unconscious
Desires” atau harapan-harapan bawah sadar seseorang atau hal-hal yang
dirasakan atau ingin didapatkan oleh seseorang dari seorang atau suatu
kegiatan.
1. To belong. Everyone wants to feel that they are part of
something. Setiap orang punya keinginan untuk merasa dimiliki
dan memiliki. Semua orang ingin merasa menjadi bagian dari
suatu kelompok. Oleh sebab itu, seorang pembicara harus bisa
menciptakan suatu suasana atau strategi agar semua pendengar
merasa bagian dari presentasi tersebut secara utuh. Libatkan
pendengar secara aktif dan bangun kontak dan komunikasi yang
intensif selama presentasi.
2. To be respected. Semua orang ingin dihormati. Itu merupakan
sesuatu yang sangat manusiawi. Pembicara bisa menggunakan
satu kalimat atau beberapa kalimat aja di awal presentasi untuk
menunjukkan rasa hormat kepada hadirin.
Contoh,
“bapak dan ibu yang saya hormati. Hari ini, saya merasa bahagia
karena bisa berbicara langsung di hadapan guru-guru yang selama
ini telah berupaya sekuat tenaga untuk mencerdaskan anak-anak
bangsa. Berbicara di hadapan guru merupakan salah satu
tantangan terbesar karena saya akan berbicara di hadapan guru-
guru saya”.

Pembicara harus menghindari pembicaraan yang sifatnya


menggurui atau menganggap hadirin berada di bawah kualitas
pembicara karena hal ini akan terkesan sombong. Pembicara yang
terkesan sombong biasanya hanya akan dikenang karena
kesombongannya bukan karena hebatnya materi dan
penyampaiannya.
3. To be appreciated. Penghargaan dan merasa dihargai adalah hal
yang normal bagi manusia. Orang mengatakan “Appreciation is
closely tied to respect”. Penghargaan biasanya diberikan setelah
suatu hal dilaksanakan. Contoh, seseorang yang telah bertanya
atau memberikan tanggapan lalu diberikan hadiah atau sesuatu
oleh pembicara atau panitia. Walaupun tidak semua orang
mengharapkan hadiah dalam suatu kegiatan namun, tidak ada
orang yang menolak jika diberikan hadiah.
4. To be romance. Artinya adalah seseorang dalam suatu acara ingin
mendapatkan suasana hati yang menyenangkan. Oleh sebab itu,
pembicara yang baik pasti akan memilih kata-kata yang hangat
dan pendekatan yang tepat dalam berhubungan dengan hadirin.
5. To be liked. Semua orang ingin disukai. Oleh sebab itu,
pembicara harus bisa mencari titik-titik keunggulan hadirin dan
berikan pujian agar semua orang fokus kepada kelebihan
seseorang. Hal itu adalah awal dari datangnya rasa suka antara
mereka.
6. To be save. As a speaker, it’s your responsibility to help audience
participants feel safe during your presentation. Tugas seorang
pembicara adalah menjaga rasa aman bagi hadirin selama
presentasinya. Jangan menyerang hadirin atau jangan menyajikan
materi presentasi yang bisa mengusik rasa aman hadirin.
7. To be enthusiastic. Hadir dalam suatu acara adalah merupakan
awal dari sebuah antusias jika pembicara mampu menjaga
stabilitas antusias peserta. Contoh, seorang pembaca begitu
antusias dan bersemangat datang ke acara pelucuran buku baru
seorang penulis yang dikaguminya. Namun, ketika mendengarkan
presentasi penulis tersebut ternyata apa yang ada dipikirannya
selama ini bertolak belakang dengan keadaan sebenarnya. Penulis
yang terkesan cerdas, enerjik, visioner dalam tulisan-tulisannya
Public Speaking [Public Speaking untuk Public Speaker]

ternyata bermasalah dalam kondisi ril di mata hadirin. Mungkin


cara bicaranya, cara penyampaiannya dan sebagainya. Kasus ini
membuat hadirin mengalami kegagalan dalam menjaga antusias.

Untuk menguatkan pendapat Davidson (2003) yang telah kita urai


sebelumnya, perlu juga seorang pembicara mempelajari pendapat
Abraham Maslow tentang Jenis-jenis Kebutuhan Manusia seperti terlihat
pada gambar berikut ini:

Sumber: Devito (2015)


Teori Maslow menjelaskan hirarki kebutuhan manusia yang digambarkan
secara bertingkat. Dasarnya adalah kebutuhan dasar harus terpenuhi
terlebih dahulu sebelum terpenuhi kebutuhan di atasnya. Contoh,
manusia tidak akan bisa merasa aman jika kebutuhan fisiologisnya tidak
terpenuhi. Artinya, kebutuhan rasa aman yang berada pada tingkat
kedua bisa terpenuhi jika kebutuhan fisiologis yang berada pada tingkat
di bawahnya sudah terpenuhi. Berikut ringkasan jenis-jenis kebutuhan
manusia:
1. Kebutunan fisiologis/Physiological needs seperti makan, minum
dan seks.
2. Kebutuhan akan rasa aman/savety need.
3. Kebutuhan untuk dimiliki atau dicintai/belonging and love.
4. Kebutuhan Dihargai/Self-Esteem. Meliputi “self respect” dan
“respect from other”. Menghargai diri sendiri dan mendapatkan
penghargaan dari orang lain.
5. Kebutuhan aktualisasi diri/Self-Actualization. Kebutuhan untuk
mewujudkan harapan-harapan dan cita-cita berdasarkan minat
dan bakat yang dimiliki.

Dari uraian di atas terlihat bahwa Teori Kebutuhan Manusia yang


kemukakan oleh Maslow sangat erat hubungannya dengan konsep “The
Seven Subtle Unconscious Desires” yang dikemukakan oleh Davidson
(2003).

Setelah mengetahui harapan-harapan tersembunyi pada diri seseorang


dalam kaitannya dengan presentasi maka selanjutnya, pembicara harus
memahami tujuan utama presentasi. Tujuan utama presentasi
diantaranya adalah untuk:
1. Menginformasikan/inform. Pada ranah ini, seorang pembicara
cukup menyampaikan berbagai informasi terkait topik yang
dibicarakan. Target ranah ini hanyalah dari tidak tahu
menjadi tahu.
2. Menganjurkan/advocate. Ranah berikutnya adalah
menganjurkan. Sudah ada usaha seorang pembicara untuk
memberikan penawaran kepada audiennya. Tidak cukup
informasi saja, pembicara harus mampu memberikan
argumen dan alasan tambahan yang sifatnya memperkuat
informasi sebelumnya.
Public Speaking [Public Speaking untuk Public Speaker]

3. Membujuk/persuade. Pada bagian ini, pembicara mencoba


meyakinkan audien pada satu pilihan yang tentunya tepat
bagi mereka.
4. Memotivasi/motivate. Seorang pembicara, kadang harus
menjadi seorang motivator. Seperti saat berbicara di
hadapan masyarakat yang baru saja tertimpa bencana, maka
tujuan pembicaraan anda saat itu adalah lebih banyak pada
ranah memotivasi. Motivasi erat hubungannya dengan cara-
cara cepat dan tepat untuk bergerak dan memecahkan suatu
persoalan atau masalah.
5. Menghibur/entertain. Seorang pembicara hendaknya
memiliki rasa humor dalam setiap kali presentasinya agar
suasana menjadi hidup dan kesan positif di mata hadirin.
Tentunya humor yang dimaksudkan adalah humor yang
berkelas dan beretika.
6. Menginspirasi/inspire. Ini merupakan tujuan terberat bagi
seorang pembicara untuk menjadi pribadi atau sosok yang
inspiratif. Namun, banyak pembicara yang sukses
melakukannya. Kuncinya adalah kematangan emosi,
keunggulan pengetahuan, kemahiran dan sikap serta
kepribadian yang bisa diteladani. Pembicara yang hebat
biasanya lebih banyak mengajarkan sesuatu dari sikapnya
bukan dari kata-katanya. Menjadi pembicara yang
menginspirasi artinya menjadi pembicara yang mampu
menyampaikan materi yang bisa berdampak lama dan
panjang bagi pendengar. Presentasi yang menginspirasi erat
hubungannya dengan presentasi refleksi atau presentasi yang
menyadarkan seseorang tentang suatu hal. Contoh
penyadaran tentang makna kehidupan dan sebagainya.
Berikut penulis menyajikan penjelasan tentang bentuk public speaking
yang biasa ditemukan dalam keseharian baik di kampus, sekolah atau
masyarakat luas.

A. Presentasi
Dalam KBBI dijelaskan ada empat arti dari presentasi. Terkait dengan
public speaking, presentasi berarti penyampaian/penyajian sesuatu
(pesan/informasi) kepada orang-orang yang diundang. Sedangkan kata
mempresentasikan diartikan sebagai kegiatan menyajikan,
mengemukakan sesuatu dalam suatu diskusi dan sebagainya. Menurut
Nofrion (2017), presentasi adalah satu bentuk Public Speaking dalam
hal menyampaikan ide atau gagasan kepada
pendengar/audien.Orang yang melakukan presentasi biasanya
disebut pembicara. Walaupun ada juga yang menyebutnya dengan
presentator dan presenter. Namun, dua sebutan ini masih
diperdebatkan. Penulis lebih memilih istilah pembicara untuk untuk
menyebut seseorang yang menyampaikan presentasi sesuai dengan
apa yang tertera dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia/KBBI.

Presentasi sebagai proses penyampaian ide dan gagasan kepada


sejumlah orang dengan tujuan-tujuan tertentu dapat dibedakan
atas dasar:
1. Berdasarkan sifatnya.
Berdasarkan sifatnya, presentasi terdiri dari presentasi
formal dan presentasi non formal.
a. Presentasi formal adalah presentasi yang sengaja
dipersiapan untuk tujuan-tujuan khusus yang terikat
dengan berbagai aturan seperti pembicara, peserta,
lokasi/ruang, perlengkapan serta tata acaranya.
Public Speaking [Public Speaking untuk Public Speaker]

Presentasi formal memerlukan penataan acara yang teliti


dan formal. Diantaranya:
1) Pembicara yang diundang adalah pakar atau ahli di
bidangnya.
2) Peserta yang diundang mewakili lembaga atau instusi
resmi dan sejenisnya.
3) Tema atau topik yang dibicarakan berhubungan dengan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Seni.
4) Lokasi acara merupakan tempat-tempat yang umum
dipakai untuk kegiatan-kegiatan formal seperti aula,
ruang pertemuan, auditorium dan sejenisnya.
5) Diselenggarakan oleh lembaga atau organisasi yang
resmi dan legal.
6) Acara mendapatkan izin resmi dari suatu
lembaga/instansi tertentu.

Contoh presentasi formal adalah pembicara yang


menyampaikan ide atau gagasan dalam acara-acara seperti
seminar, lokakarya, workshop/pelatihan dan sejenisnya.
Termasuk di dalam kategori ini adalah presentasi dosen di
dalam perkuliahan dan presentasi seoran guru dalam
menyampaikan materi pelajaran di dalam kelas.

b. Presentasi non formal.


Presentasi non formal adalah presentasi yang tidak terikat
oleh syarat-syarat seperti yang dijelaskan sebelumnya.
Contoh seorang sales suatu produk kecantikan lalu datang
ke sebuah acara arisan ibu-ibu komplek untuk
mempromosikan produk-produk tertentu. Namun, jika
presentasi produk itu dilakukan di sebuah ruangan seperti
di hotel, lalu mengundang peserta secara resmi maka
presentasi tersebut termasuk presentasi formal.

2. Berdasarkan Tujuan dan Dampak yang Diharapkan.


Menurut Davidson (2003), sebuah presentasi bisa juga dibedakan
berdasarkan tujuan dan dampak yang diharapkan. Dalam buku
yang berjudul “The Complete Guide to Public Speaking”,
dijelaskan bahwa ada presentasi yang disebut:
a. Inspirational Presentation/Presentasi yang menginspirasi.
Pada halaman 25 dituliskan bahwa:

…An inspirational presentation is one that stirs emotion. It


contains a message that has deep and potentially long-lasting
impact. It is delivered from the heart and often stoke the
empathy and creative imagination of all audience members….
The audience leaves feeling that tomorrow can be better than
today.

Artinya, sebuah presentasi yang menginspirasi adalah suatu


presentasi yang membangkitkan emosi. Presentasi yang berisi
pesan yang sangat mendalam dan berpotensi memiliki dampak
pada waktu yang lama. Presentasi ini dilakukan dengan hati
dan memunculkan empati serta imajinasi dari semua
pendengar. Setelah mengikuti presentasi tersebut, pendengar
memiliki suatu perasaan untuk menjadi lebih baik di masa
datang.

b. Motivational Presentation/Presentasi Motivasi. Jika presentasi


yang menginspirasi/inspirational presentation bersifat refleksi
dan menyadarkan pendengar akan hal-hal baik maka
presentasi motivasi lebih mengedepankan pada tujuan dalam
Public Speaking [Public Speaking untuk Public Speaker]

jangka waktu yang lebih singkat. Presentasi motivasi berisi


strategi-strategi khusus atau teknik-teknik untuk
menyelesaikan suatu masalah dengan cepat serta mendorong
peserta untuk berfikir cepat, bertindak cepat dan tepat.
Presentasi motivasi disebut juga dengan presentasi aksi.
Pembicara menyampaikan teknik-teknik penyelesaikan suatu
masalah dan menunjukkan cara untuk mengambil tindakan
yang cepat dan tepat. Davidson (2003) menyatakan beberapa
kriteria presentasi motivasi sebagai berikut:
1) Enlightens people about his or her point of view and
suggests a plan for taking action.
2) Offers specific advice and often detailed
information as to how participants can succeed.
3) It is more action-oriented

Berdasarkan pendapat Davidson tersebut, penulis menambahkan satu


lagi bentuk presentasi dari segi tujuan dan dampaknya yaitu:
c. Instructional Presentation/Presentasi dalam Pendidikan dan
Pembelajaran. Intructional Presentation adalah presentasi
yang dilakukan dalam konteks pembelajaran baik di sekolah,
kampus atau ruang belajar lainnya. Presentasi ini melibatkan
pendidik dan peserta didik, berbagai media dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Konten yang
disampaikan dalam presentasi pembelajaran ini terkait dengan
materi pelajaran tertentu atau yang relevan dengan
pendidikan dan pembelajaran. Presentasi instruksional juga
kental konten yang bernuansa mendidik, mengembangkan
sikap dan kepribadian serta keterampilan pada diri seseorang.

3. Berdasarkan Hubungan antara Pembicara dengan Hadirin


Terdiri dari dua jenis saja yaitu;
a. Presentasi Langsung. Presentasi langsung adalah presentasi
yang mempertemukan seorang pembicara dengan
pendengarnya dalam suatu suatu ruang dan dalam satu waktu.
Pembicara dan pendengarnya bisa berinteraksi atau
berkomunikasi secara langsung.
b. Presentasi Tidak langsung. Presentasi tidak langsung adalah
presentasi dimana pembicara dan pendengar tidak berada
dalam ruang dan waktu yang sama serta tidak terjadi interaksi
secara langsung. Contoh, mahasiswa menonton presentasi
materi kuliah yang disiapkan dosen melalui video yang bisa
diunduh oleh mahasiswa. Mahasiswa bisa menyimak materinya
namun tidak bisa bertanya langsung.

Lalu, bagaimana dengan presentasi melalui TV atau Radio yang disiarkan


secara langsung?. Menurut hemat penulis, jika seorang pakar melakukan
presentasi dan disiarkan secara langsung oleh suatu media elektronik
maka termasuk presentasi langsung jika pemirsa (sebutan untuk
penonton TV) atau pendengar (sebutan untuk penikmat siaran
radio/hadirin) dapat berkomunikasi langsung dalam waktu yang sama
dengan pembicara. Contoh, seorang pakar psikologi diundang dalam
sebuah acara “Talk Show” yang disiarkan secara langsung oleh suatu
Radio. Setelah pembicara menyampaikan materi, pendengar diberikan
kesempatan untuk bertanya secara langsung melalui telepon. Maka,
presentasi seperti ini termasuk presentasi langsung.

Pembahasan berikutnya adalah apa saja yang harus dilakukan oleh


seorang pembicara sebelum melakukan sebuah presentasi.

1. BERDAMAI DAN KUASAI DIRI SENDIRI.


Public Speaking [Public Speaking untuk Public Speaker]

Bagi pembicara pemula, banyak perasaan yang akan muncul dan


berkecamuk ketika akan memulai sebuah presentasi. Ada perasaan
takut, perasaan akan dinilai, dicemooh atau bahkan perasaan akan
dihujat oleh hadirin. Semua itu disebut dengan istilah “communication
apprehension” atau “The Fear of Public Speaking”. Nofrion (2017)
menyebutnya dengan virus 3G (Gagap, Gugup dan Grogi). Lalu, apa yang
bisa dilakukan untuk berdamai dan menguasai diri sendiri sebelum
melakukan presentasi?. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Beatty, 1988; Bodie, 2010; Richmond & McCroskey, 1998 dalam Devito
(2015) mengungkapkan cara-cara untuk membalikkan/mengatasi faktor-
faktor yang menyebabkan ““communication apprehension” atau “The
Fear of Public Speaking” tersebut.
a. Jika anda merasa pemula maka perbanyaklah latihan dan
pengalaman presentasi. Jika jam terbang anda dalam
melakukan presentasi masih kurang maka perbanyak jam
latihan. Nikitana (2011) menyatakan “satu menit presentasi
harus dipersiapkan minimal satu jam latihan”. Jika dianggap
perlu maka lakukan latihan sebelum hari penampilan di
tempat dimana anda akan melakukan presentasi.
b. Jika presentasi bagi anda adalah sesuatu yang menakutkan
maka cobalah untuk memposisikan presentasi layaknya sebuah
percakapan biasa atau disebut juga dengan ““enlarged
conversation”.
c. Jika anda merasa lebih “rendah” dari hadirin maka carilah
hal-hal yang sama dengan hadirin. Contoh, seorang pembicara
yang berusia muda akan melakukan presentasi di hadapan
karyawan/ti sebuah perusahaan. Maka, jangan fokus kepada
perbedaaan namun carilah persamaan. Dari sisi umur mungkin
hadirin lebih tua tapi dari sisi penguasaan materi terkait topik
yang akan disajikan, pembicara lebih handal. Dari sisi status
sosial mungkin saja hadirin lebih tinggi namun antara
pembicara dengan hadirin sama-sama orang berasal dari
kampus yang sama. Cari terakhir untuk mencari persamaan
diantara berbagai perbedaan antara pembicara dengan hadirin
adalah dengan mengatakan kepada diri anda bahwa “anda
adalah pembicara”.
d. Latihan akan mengurangi ketakutan. “…Extra preparation will
lessen the possibility of failure and the accompanying
apprehension (Smith & Frymier, 2006) dalam Devito (2015).
e. Jika anda cemas maka bergeraklah dan bernafaslah dengan
normal dan dalam. “…Physical activity—including movements
of the whole body as well as small movements of the hands,
face, and head—lessens apprehension (Devito, 2015). Jika
kecemasan datang melanda maka lakukanlah aktivitas fisik
yang ringan seperti gerakan ringan anggota tubuh, gerakan
ringan tangan, wajah dan kepala. Menggerakkan jari jemari
juga bisa menjadi pilihan sambil bernafas dengan normal,
rileks dan dalam.
f. Jika anda takut lupa dengan data dan angka maka buatlah
catatan kecil.
g. Mengkonsumsi obat penenang dan obat kimia lainnya bukanlah
cara bijak sebagai seorang pembicara untuk menghilangkan
“communication apprehension”.

2. LAKUKAN PERSIAPAN
Ada beberapa hal umum yang perlu diperhatikan oleh seorang
pembicara yaitu:
a. Great public speaker are made not born. Pembicara hebat
biasanya berkat latihan bukan semata-mata bakat alami yang
dibawa sejak lahir.
Public Speaking [Public Speaking untuk Public Speaker]

b. The more speeches you give, the better you’ll become at it.
Semakin tinggi frekuensi tampil dan latihan maka semakin baik
kualitas seorang pembicara.
c. If you’re a good writer, you’ll be a good public speaker; a poor
writer, a poor speaker. Penulis yang hebat biasanya juga
pembicara yang hebat. Demikian sebaliknya (Devito, 2015).

Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan langkah-langkah untuk


menjadi pembicara hebat dengan serangkaian proses yang harus
dilakukan dengan baik. Devito (2015) mengemukakan 10 langkah untuk
merancang sebuah presentasi public yang baik. Langkah-langkah
tersebut tidaklah selalu harus berurutan walaupun dalam gambar yang
dibuat Devito berbentuk linier.

Sumber : Devito (2015)

Berdasarkan gambar di atas, berikut dijelaskan 10 langkah untuk


mempersiapkan sebuah presentasi publik.
a. Select Your Topic, Purposes, and Thesis. Pilih topik yang akan
disajikan, tujuan-tujuannya serta ide utamanya. Topik harus
bernilai, bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan pendengar.
Hindari membicarakan topik-topik yang tabu bagi budaya
tertentu. Tujuan presentasi juga harus jelas apakah termasuk:
1) “The informative speech” (to create understanding: to clarify,
enlighten, correct misunderstandings, or demonstrate how
something works/presentasi ini bertujuan utnuk membangun
pemahaman, untuk klarifikasi, memperbaiki pemahaman yang
keliru, mendemonstrasikan bagaimana cara kerja sesuatu atau
cara mengerjakans sesuatu)
2) The persuasive speech seeks to influence attitudes or
behaviors:to strengthen or change audience attitudes or to
inspire listeners to take some specific action/bertujuan untuk
mempengaruhi sikap dan perilaku, memperkuat atau
mengubah perilaku audiens atau menginspirasi pendengar
untuk mengambil beberapa langkah.
3) The special occasion speech, containing elements of both
information and persuasion, serves to introduce another
speaker or a group of speakers, present a tribute, secure the
goodwill of the listeners, or entertain the audience/Presentas
dengan tujuan khusus adalah presentasi yang mengandung
kombinasi tujuan dari dua jenis presentasi sebelumnya.
b. Analyze Your Audiences/Analisis pendengar/hadirin. Analisis
secara sosio-psikologis, sosio-demografis dan sebagainya. Semakin
banyak informasi yang didapatkan tentang audien semakin banyak
cara untuk mengurangi kecemasan bertemu dengan orang-orang
baru.
Public Speaking [Public Speaking untuk Public Speaker]

c. Research Your Topic/Teliti topik anda. Yakinkan bahwa topik


yang anda sajikan itu termasuk ke dalam kategori “booming” atau
“amazing”.
d. Collect Supporting Material/Kumpulkan berbagai materi
pendukung seperti data, fakta, konsep, teori, gambar dan
sebagainya termasuk media.
e. Develop Your Main Points/rancang poin-poin utama yang akan
disampaikan. Ingat, presentasi bukanlah ceramah tanpa batas
yang bisa berkelana kian kemari. Presentasi harus fokus. Seperti
kata bijak, berbicaralah seperti membuat sumur (sempit namun
dalam). Jangan seperti mebuat kolam (luas tapi dangkal).
f. Organize Your Speech Material/susun presentasi anda. Tentukan
bagian pembuka, inti dan penutup.
g. Construct Your Introduction, Conclusion and Transition/Rancang
pembukaan yang menarik, simpulan yang padat serta pengantar
antar poin yang menarik.
h. Word Your Speech/Pilih kata-kata atau kalimat terbaik untuk
menyampaikan ide-ide dalam presentasi. Pendengar atau hadirin
hanya memiliki satu kesempatan untuk mendengarkan presentasi
yang anda sampaikan maka pilihlah kata-kata terbaik dan
“powerful” untuk menyampaikan ide dan gagasan anda. Jika
diperlukan anda bisa menuliskannya agar tidak terlupa.
i. Rehearse Your Speech/Latih presentasi tersebut berulang kali.
Latihan memiliki peran yang sangat penting demi kesuksesan
sebuah presentasi. Termasuk bagi orang yang sudah
berpengalaman sekalipun. Banyak pembicara tampak mondar
mandir di belakang panggung atau komat kamit di “rest room”
untuk mengulangi kata demi kata dan kalimat yang akan
disampaikan. Alangkah lebih baik jika latihan tersebut dilakukan
secara bertahap. Ada latihan sendiri lalu dilanjutkan dengan
latihan disaksikan seorang teman sebagai pendengar. Merekam
penampilan saat latihan akan bermanfaat untuk memperbaiki
berbagai aspek pada diri. Tidak hanya vocal, tapi juga verbal dan
visual. Memiliki mitra untuk menemani latihan sangat dianjurkan
terutama bagi anda yang masih pembicara pemula. Selain itu,
latihan bisa difokuskan pada kata-kata atau kalimat kunci.
Berlatih memberikan penekanan/aksentuasi, berlatih
memberikan “pause” atau berlatih memberikan sebuah kejutan
dan “joke”. Menyampaikan sebuah presentasi ibarat menempuh
sebuah perjalanan panjang dimana jalan yang ada cukup sempit
namun anda harus tetap berada di jalan itu. Kadang ada
persimpangan, kadang ada hambatan. Dengan latihanlah anda
bisa menentukan mana persimpangan yang bisa anda singgahi
sebentar atau bagaimana cara mengatasi sebuah hambatan lalu
anda kembali ke jalan utama sampai ke tujuan.
j. Present Your Speech/sampaikan presentasi anda. Bagi pembicara
yang sudah terampil dan senior, menyampaikan sebuah presentasi
sudah seperti bernafas bagi mereka. Begitu ringan dan tanpa
beban. Namun, berbeda dengan pembicara pemula. Seolah-olah
ada korelasi antara semakin dekatnya waktu tampil dengan
tekanan yang dirasakan. Bagi anda yang merasakan hal tersebut
dan ingin tampil dengan prima maka ada beberapa hal yang perlu
menjadi catatan. Tips ini sebenarnya berguna bagi semua
pembicara.
1) Ketika waktu presentasi tiba dan anda sudah dipanggil maka
berjalanlah dengan langkah pasti dan antusias. Atur irama
langkah anda dan jangan tergesa-gesa. Anda harus ingat,
semakin cepat dan banyak gerakan maka akan membuat
jantungnya anda semakin berdetak kencang dan itu akan
Public Speaking [Public Speaking untuk Public Speaker]

membuat nafas anda terengah-engah. Berjalan yang santai


sambil tersenyum dan bernafas dalam dan normal.
2) Ketika sampai di atas podium dan sudah berada di depan
“microphone” maka tenanglah sebentar sambil melayangkan
pandangan kepada semua hadirin sambil tersenyum ringan dan
tulus. Jika anda merasakan virus 3G (Gagap-gugup dan grogi)
maka upayakan bernafas yang dalam dengan hidung (jangan
bernafas dengan mulut) dan gerakkan ujung-ujung jari anda.
Setelah agak tenang maka mulailah presentasi anda. Pada
sebagian pembicara ada yang memulainya dengan berdoa.
Selama presentasi, pertahankan kontak mata dengan hadirin.
Berikan sapuan pandangan yang variatif antara hadirin di
bagian kiri, bagian kanan dan di bagian tengah. Jangan
memalingkan pandangan, melihat ke langit-langit, ke lantai
atau ke jendela.

3. RANCANG KERANGKA PRESENTASI.


Sebuah presentasi (formal) seperti menjadi pembicara dalam sebuah
seminar atau presentasi dalam perkuliahan merupakan sebuah
pertunjukkan. Menarik Atau tidaknya suatu pertunjukkan sangat
ditentukan oleh adanya dinamika dalam pertunjukkan tersebut.
Dalam konteks presentasi, dinamika yang dimaksud adalah adanya
kejelasan struktur, penyajian data dan fakta yang valid, adanya
ruang untuk berfikir, kemampuan menyajikan masalah dan solusi
yang tepat serta kemampuan pembicara membina hubungan dan
interaksi dengan hadirin. Untuk itu, perlu dirancang skenario
presentasi. Berikut disajikan contoh skenario presentasi formal.
Penulis memilih presentasi ilmiah sebagai pembicara dalam seminar.
No Rangkaian Skenario/Penjelasan
Presentasi
1 Salam Bukalah presentasi dengan salam yang
benar dan hangat. Bagi Muslim biasa
mengucapkan:
Assalamualaikum W. W
Jika Non Muslim:
Selamat Pagi dan Salam Sejahtera

Jika hadirin lintas agama dan


pembicara Muslim, diucapkan:
Assalamualaikum W. W
Selamat pagi dan salam sejahtera.
2 Penghormatan Jika pada sesi presentasi anda masih
ada pejabat yang hadir maka sampaikan
penghormatan mulai dari yang
tertinggi, contoh:
Yth. Rektor Universitas Negeri Padang,
dst.

Yang saya hormati,,,


Dst

Jika tidak ada pejabat, hanya ada


panitia dan peserta maka
penghormatan diberikan kepada Panitia
dan Peserta. Contoh:
Yang saya hormati, panitia Seminar
Nasional Geografi…….dst

Selanjutnya, bapak dan ibu, peserta


seminar yang saya banggakan.
3 Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih disampaikan
dan Penghargaan kepada panitia dan peserta. Contoh:
Sebelum presentasi, saya
menyampaikan terima kasih kepada
panitia yang telah mengundang saya
sebagai salah satu pembicara dalam
seminar kali ini. Ini sebuah penghargaan
dan saya berharap kehadiran saya hari
ini bisa memenuhi harapan kita semua
terutama tentang topik yang akan saya
sajikan.

4 Topik/Judul Sampaikan judul/Topik, Contoh:


Public Speaking [Public Speaking untuk Public Speaker]

Bapak dan Ibu yang saya hormati,


Judul Presentasi saya adalah….
(Sajikan Judul yang singkat, padat dan
menarik)
5 Pengantar/Penyajian Pada tahap awal presentasi, uraikan
Fakta dan Data serta sedikit latar belakang penting judul ini
Masalah disajikan dan hubungannya dengan
peserta. Uraikan harus dilengkapi
dengan data dan fakta yang “booming”
dan “amazing” serta terbaru dengan
referensi yang terpercaya. Sajikan
dalam bentuk gambar, foto, video,
tabel, grafik dan sejenisnya. Perhatikan
slide presentation anda. Slide pertama
adalah slide yang berkualitas (a killer
opening slide).
6 Kajian Konsep dan Sampaikan rujukan yang relevan berupa
Teori teori, konsep, hasil penelitian dari
jurnal yang bereputasi.
7 Penyajian Kemukakan gagasan-gagasan anda
Gagasan/Ide dan terhadap topik/permasalahan yang
Solusi disajikan dan berikan solusi
8 Simpulan Lengkapi presentasi anda dengan
simpulan yang berbobot
9 Penutup Tutup presentasi anda dengan
mengesankan.

Hal lain yang perlu juga diperhatikan oleh seorang pembicara adalah:
1. Masih sering ditemukan dalam berbagai seminar, pembicara yang
memperkenalkan dirinya secara lengkap. Malah, terkesan “too
much”. Jika, moderator sudah memperkenalkan pembicara maka
sebaiknya pembicara tidak mengulang lagi perkenalkan. Jika
dianggap perlu, cukup tegaskan nama dan lembaga.
2. Pembicara harus disiplin dalam hal durasi presentasi. Biasanya
moderator akan mengingatkan jika waktu telah hampir habis.
Maka, untuk kesan yang lebih baik, berusahalah untuk menutup
presentasi sebelum waktu berakhir. Contoh, jika diberikan waktu
presentasi 30 menit maka berhentilah pada menit ke 27, 28, 29.
3. Jika dirasa perlu, pembicara bisa saja membuat sebuah
pembukaan yang hangat. Contoh, menaikan nada bicara, berdiri
dan bergerak ke arah peserta, membacakan pantun atau
memutarkan sebuah video singkat (ingat ya video singat) dengan
durasi maksimal 2 menit yang sifatnya menghibur, menceriakan
dan menggairahkan suasana. Biasanya video-video lucu. Kadang
ada juga pembicara yang mengajak peserta untuk melakukan
gerakan senam atau sejenisnya di awal presentasi. Menurut
penulis, itu bisa dilakukan jika peserta dan suasana dalam kondisi
belum kondusif atau pembicara tampil pada sesi “neraka” atau
sesi siang setelah makan siang.
4. Pembicara harus memastikan bahwa presentasinya didukung oleh
media presentasi yang berkualitas. Pembicara terampil
menggunakannya serta mampu mengatasi semua masalah yang
bisa saja timbul. Biasakan menggandakan “file” bahan presentasi
dan mengirimkannya ke email pribadi.

Sebagai tambahan panduan, berikut penulis sajikan langkah-langkah


persiapan presentasi yang dikutip dari O’Hair dkk (2010).

Sumber : O’Hair dkk (2010)


Public Speaking [Public Speaking untuk Public Speaker]

B. Sambutan
Dalam acara-acara resmi maupun tidak resmi, selalu ada acara berupa
sambutan dari pihak tertentu/pejabat. Barangkali diantara pembaca,
ada yang pernah menyampaikan sebuah sambutan dalam suatu acara.
Sambutan, merupakan suatu rangkaian kata dan kalimat yang
disampaikan oleh seseorang sesuai kapasitasnya kepada hadirin yang
berisi penghormatan, penyampaian terima kasih dan penghargaan,
harapan-harapan, pandangan serta himbauan dan arahan. Menurut KKBI,
sambutan diartikan sebagai pidato dan sebagainya yang disampaikan
dalam suatu acara perayaan, pesta dan sebagainya.

Menyampaikan sambutan dalam konteks resmi, seperti sambutan dari


seorang kepala dinas di hadapan pegawai-pegawainya tentu harus
dikemas dengan baik. Tidak hanya isi sambutan namun juga cara
menyampaikannya. Sering kita mengalami, dalam suatu acara dimana
sambutan menjadi acara yang paling membosankan. Tidak hanya karena
panjang saja, tapi juga karena si penyampai sambutan tidak bisa
mengemas sambutan itu menjadi lebih menarik.

Dalam buku ini, penulis akan membahas tentang cara menata struktur
sebuah sambutan dan upaya yang bisa dilakukan agar sambutan tersebut
menjadi menarik dan tidak membosankan. Pertama, akan diberikan
kerangka sebuah sambutan yang bisa dijadikan pedoman dan
dikembangkan lebih lanjut.
No Struktur Uraian
1 Pembuka Lazimnya, sambutan dibuka dengan salam baik
salam sesuai agama Islam maupun salam nasional.
2 Penghormatan Jika dalam suatu acara ada beberapa pejabat
yang datang dan mereka memberikan sambutan
maka pejabat tertinggi tetap memberikan
penghormatan kepada pejabat di bawahnya
dengan kalimat:

Yang saya hormati, dst

Sedangkan jika yang memberikan sambutan


adalah pejabat yang lebih rendah maka
penghormatan menggunakan kalimat:

Yang terhormat,,,dst
3 Puji dan Ucapan syukur kepada Allah SWT dan bersalawat
Salawat kepada Nabi Muhammad SAW disampaikan acara
yang kita yakini dihadiri oleh hadirin yang
Bergama Islam. Namun, jika hadirin lintas agama
maka cukup dengan menyampaikan rasa syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Contoh:

Di awal sambutan ini, marilah kita menyampaikan


Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
atas segala nikmat dan karunia yang telah
diberikan kepada kita.

Banyak variasi yang bisa digunakan untuk


menyampaikan puji dan syukur ini. Namun,
penulis menyarankan agar pembaca tidak
menggunakan kata “memanjatkan”. Contoh:

Puji dan syukur marilah kita “panjatkan”. Kata


panjat disini bisa menimbulkan multi tafsir
sehingga sebaiknya dihindari.
4 Pengantar Pengantar sambutan adalah kalimat yang
sambutan disampaikan sebelum masuk ke pokok sambutan.
Contoh:

Bapak dan ibu serta hadirin yang saya hormati.


Pagi ini, dalam acara “Penggalangan Dana Untuk
Palestina” saya menyampaikan rasa bangga dan
terima kasih kepada bapak dan ibu semua yang
telah hadir disini, untuk menunjukkan kepedulian
Public Speaking [Public Speaking untuk Public Speaker]

kepada saudara-saudara kita di Palestina.


Sehubungan dengan hal tersebut, saya akan
menyampaikan beberapa hal dalam sambutan kali
ini.
5 Isi sambutan Sampaikan sambutan dengan tegas dan lugas. Jika
sambutan berkaitan dengan acara-acara
kenegaraan atau peringatan hari besar tertentu
maka awali sambutan dengan kilas balik sejarah
tentang hari yang diperingati. Sampaikan urgensi
dan tujuannya serta apa yang akan dilakukan ke
depan.

Jika menyampaikan sambutan dalam sebuah


seminar maka kupas secara singkat pentingnya
seminar dan topik yang akan dikaji (ingat ya,
hanya kupasan singkat).Contoh, seorang Rektor
menyampaikan sambutan dalam Seminar Sehari
tentang Bahaya Narkotika maka dalam
sambutannya, Rektor membahas sedikit tentang
bahaya Narkotika dan pentingnya seminar
tersebut. Kupasan singkat tersebut sebaiknya
didasari oleh data dan fakta. Hal ini akan
menunjukkan kepada hadirin bahwa Rektor juga
memiliki perhatian terhadap acara dan
mempersiapkan diri sebelum menyampaikan
sambutan.
6 Kutipan Kutipan Penuh Hikmah/KPH.
Penuh Hikmah Ini adalah saran spesifik penulis kepada semua
pembicara atau penyampai sambutan. Sebelum
menutup sambutan maka sampaikanlah sebuah
kutipan baik berupa Ayat/hadits, Kalimat Bijak,
Filosofi dan sejenisnya yang relevan dengan tema
acara. Ini penting sebagai penutup sebuah
sambutan.
7 Himbauan Di akhir sambutan, penyampai sambutan
menyampaikan himbauan seperti:

Sebelum saya mengakhiri sambutan ini, saya


menghimbau kepada hadirin agar mengikuti
seminar ini dengan serius dan antusias sehingga
tujuan seminar ini dapat tercapai.
8 Penutup Tutup dengan salam
C. Laporan
Laporan biasanya beriringan dengan sambutan dalam suatu acara. Jika
sambutan disampaikan oleh pihak tertentu atau pejabat maka laporan
disampaikan oleh ketua pelaksana suatu kegiatan. Contoh, dalam
kegiatan Olimpiade Sain Nasional, laporan disampaikan oleh ketua
pelaksana kegiatan tersebut. Menurut KBBI, Laporan adalah segala
sesuatu yang dilaporkan terkait suatu acara. Laporan disampaikan
kepada pimpinan dan sekaligus sebagai informasi kepada hadirin. Jika
dalam acara Olimpiade, ketua pelaksana adalah mahasiswa maka
laporan ditujukan kepada Rektor/Dekan/Ketua Jurusan.

Hal-hal yang dilaporkan merujuk kepada proposal kegiatan. Karena


sifatnya melaporkan maka sampaikanlah mulai dari nama acara, latar
belakang, tujuan, peserta dan lain-lain. Laporan yang baik adalah
laporan yang mudah dicerna oleh pendengar maka upayakan agar
laporan tersebut dirangkai dengan kata-kata yang singkat dan jelas.
Tidak semua hal yang ada di proposal yang harus dilaporkan. Hal-hal
yang wajib dilaporkan adalah:
1. Nama kegiatan
2. Latar Belakang dan pentingnya kegiatan
3. Tujuan dan manfaat kegiatan
4. Waktu, tempat dan alur kegiatan
5. Peserta
6. Sistem kegiatan (jika bersifat lomba)
7. Pemenang dan hadiah
8. Ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu

Untuk kerangka laporan bisa diadopsi dari kerangka sambutan yang telah
dijelaskan sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai