Anda di halaman 1dari 9

ASSALAMUALAIKUM Wr.

Wb

Disini saya akan menjelaskan tentang makalah pendidikan kararter di tengah pandemi
COVID19saya jelaskan apa pengertian covid.covid19 adalah Severe acute respiratory
syndrome coronavirus 2

(SARS-CoV-2) yang lebihdikenal dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari
coronavirus yang menular ke manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja, baik bayi, anak-
anak , orangdewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui.Infeksi virus ini disebut
COVID-19 dan pertama kali ditemukan di kotaWuhan, Cina, pada akhir Desember 2019.
Virus ini menular dengan cepat dan telahmenyebar ke wilayah lain di Cina dan ke beberapa
negara, termasuk Indonesia.Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem
pernapasan.Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan,
sepertiflu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi
paru-paru (pneumonia),

Middle-East Respiratory Syndrome (MERS), danSevere Acute Respiratory


Syndrome(SARS)dan Saat terjadi covid19 para guru dan dosen bekerja keras dan patut
diapresiasi. Di tengah pembatasan sosial akibat wabah covid-19, kita harus tetap semangat
mengejar dan mengajar ilmu pengetahuan. Hampir tidak ada yang menyangka, wajah
pendidikan akan berubah drastis akibat pandemi covid19.  Konsep sekolah di rumah (home-
schooling) tidak pernah menjadi arus utama dalam wacana pendidikan nasional. Meski makin
populer, penerapan pembelajaran online (online learning) selama ini juga terbatas pada
Universitas Terbuka, program kuliah bagi karyawan di sejumlah universitas dan kursus-
kursus tambahan (onlinecourses).

Sistem pendidikan online pun tidak mudah. Di samping disiplin pribadi untuk belajar secara
mandiri, ada fasilitas dan sumber daya yang mesti disediakan. Saya bersyukur masih mampu
memfasilitasi anak kami untuk pendidikan jarak jauh, tapi saya mendengar keluhan banyak
orangtua murid dan juga tenaga pendidik yang kesulitan, baik dalam menyediakan perangkat
belajar seperti ponsel dan laptop maupun pulsa untuk koneksi internet. Dengan kata lain,
sistem pembelajaran online ini berpotensi membuat kesenjangan sosial ekonomi yang selama
ini terjadi, menjadi makin melebar saat pandemi. Kemenaker (20/4) mencatat sudah lebih dari
2 juta buruh dan pekerja formal-informal yang dirumahkan atau diPHK. Dengan kondisi
seperti ini, banyak orangtua kesulitan menyediakan kesempatan pendidikan yang optimal
bagi anak-anak mereka. Dalam situasi yang lebih buruk, orangtua malah bisa berhadapan
pada pilihan dilematis: memberi makan keluarga atau membiayai pendidikan anak. Ini
berpotensi membuat angka putus sekolah meningkat. Sejak kebijakan belajar dari rumah
diterapkan secara nasional mulai tanggal 16 Maret 2020, muncul indikasi naiknya angka
putus sekolah di berbagai tempat. Mulai dari Papua, Maluku Utara, hingga Jakarta. Ini
daerah-daerah yang tergolong zona merah dalam penyebaran wabah. Angka putus sekolah
dari kawasan perdesaan juga diperkirakan akan naik. Dalam jangka panjang, anak-anak yang
putus sekolah ini memiliki kemungkinan lebih besar untuk menganggur, baik secara tertutup
atau terbuka. Ini bukan hanya secara akumulatif akan menurunkan produktivitas nasional,
tapi membuat mereka terjebak da- mereka terjebak dalam lingkaran tidak berujung (vicious
circle) kemiskinan struktural. Sebagai langkah solusi praktis, sejak awal saya berpendapat
pemerintah perlu merealokasikan dana pelatihan Rp5,6 triliun bagi 5,6 juta buruh dan pekerja
yang diperkirakan terdampak krisis ekonomi akibat wabah covid-19, menjadi bantuan
langsung. Sehingga, bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

PENDIDIKAN ADALAH KUNCI

Pendidikan yang akan menentukan kemana bangsa ini akan menyongsong masa depannya,
apakah menjadi bangsa besar yang beradab, cerdas dan siap beradaptasi dengan perubahan
zaman. Atau, menjadi raksasa sakit, yang tenggelam dalam berbagai persoalannya sendiri.
Kalah dalam persaingan global, dan dan bahkan diacak-acak berbagai kepentingan jangka
pendek,baik dari dalam mau pun luar negeri.
Dengan demikian, Pandemi Covid-19 mengakibatkan berdampak dari berbagai sektor
kehidupan seperti sosial, ekonomi dan termasuk juga pada Pendidikan. Berdasarkan situs
UNESCO dikemukakan bahwa pendemi corona mengancam 577 juta pelajar di dunia.
Sementara UNESCO menyebutkan total ada 39 negara yangg menerapkan penutupan sekolah
dengan total jumlah pelajar yang tepengaruh mencapai 421.388.464 anak. Total jumlah
pelajar yang berpotensi berisiko dari pendidikan pra-sekolah dasar hingga menengah atas
adalah 577.305.660. Sedangkan jumlah pelajar yang berpotensi berisiko dari pendidikan
tinggi sebanyak 86.034.287 orang. Penyebaran virus corona awal mulanya sangat berdampak
pada dunia ekonomi yang mulai lesu, tetapi kini dampaknya dirasakan juga oleh dunia
pendidikan.
Kebijakan yang diambil oleh berbagai negara termasuk Indonesia dengan meliburkan seluruh
aktivitas pendidikan. Untuk memutus rantai Covid-19, Mentri Pendidikan dan Kebudayaan
mengeluarakan surat edaran khusus tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan di tengah
wabah penyebaran virus carona. Surat edaran bernomor 4 tahun 2020 tersebut berisi tentang
bagaimana memprioritaskan kesehatan para siswa, guru, dan seluruh warga sekolah,
termasuk keputusan pemerintah membatalkan ujian nasioanal UN (2020). Disamping itu,
proses belajar mengajarpun dilaksanakan dirumah. Saat ini di Indonesia beberapa kampus
dan sekolah mulai menerapkan

kegiatan belajar mengajar dari jauh atau kuliah online, istilah Work From Home (WFH) jadi
malejit.

Hal demikianlah yang membuat tantangan bagi lembaga pendidikan, terkusus nya bagi guru.
karna selama masa pandemi, guru berhubungan dengan teknologi. Dalam proses belajar
mengajar tidak lagi interkasi secara langsung, namun memanfaatkan akses teknologi atau
belajar secara daring. Pada saat masa pandemi ini,guru dituntut dan ditantang untuk
memperlihatkan kualitas dan kompetensi menjadi guru profesioal. Kualitas guru dilihat dari
inovasi dan bagaimana siap mengajari siswa di berbagai segala situasi. Baik dikondisi normal
maupun abnormal

Menurut Drago (2004) Temuan menunjukkan bahwa siswa online lebih cendrung gaya
belajar visual dan baca tulis yang lebih kuat. Lebih lanjut, pelajar baca-tulis dan siswa
aural/baca tulis dan siswa tidak kuat pada gaya belajar apapun cendrung mengevaluasi
efektivitas kursus lebih tinggi dari pada murid lain

Disamping itu Wajatrakul (2016) neurotisme dan keterbukaan terhadap pengalaman


mempengaruhi niat siswa untuk mengadopsi pembelajaran online melalui lima nilai yang
dirasakan dari pembelajaran online. Khususnya, siswa yang terbuka untuk pengalaman lebih
memperhatikan kualitas pembelajara online. Siswa yang lebih neurotis menghindari stres
karena belajar dalam situasi yang tidak mereka kenal. Selain itu, siswa cenderung
mengadopsi pembelajaran online ketika mereka merasa pembelajaran online memenuhi
kebutuhan emosional dan sosial mereka
Oleh karena itu, sebagai pendidik, tugas guru pada dasarnya adalah mendidik, yaitu
membantu anak didik mengembngkan pribadinya, memperluas pengetahuaanya dan melatih
keterampiilannya dalam bidang berbagai bidang. Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan
baik (efektif) ada sejumlah kemampuan yang harus dimiliki oleh guru. Kemampuan yang
harus dimiliki oleh guru disebut dengan kompetensi guru.

Adanya wabah Covid-19 memaksa para guru harus menggunakan teknologi, sehingga suka
atau tidak suka dan mau atau tidak mau harus belajar dan siap mengajar jarak jauh dengan
menggunakan atau memanfaaatkan teknologi.

Menurut zhao (2003) bahwa peningkatan kualitas dan efektivitas pendidikan online
memerlukan kerangka kerja yang harus diterapakan  di sekolah. Kerangka yang diusukan
memberikan panduan praktis kepada para pemangku kepentingan dalam penilaian kualitas
pengajaran dan pembelajaran online. Sedangkan Chakraborrty (20014) mengungkapkan
beberapa faktor yang dapat menciptakan pengalaman belajar menarik bagi pembelajaran
online. Faktor utama adalah sebagai berikut : mencipakan dan memilihara lingkungan belajar
yang positif; membangun komunitas belajar, memberikan umpan balik yang konsisiten secara
tepat waktu; dan menggunakan teknologi yang tepat dan mengirimkan konten yang teat.

Dengan demikian, adanya dukungan dan kerja sama orang tua sangat dibutuhkan, karna demi
keberhasilan pembelajaran. Komunikasi antara guru dan sekolah dengan orang tua harus
terjalin dengan lancar. Belajar dari Covid-19 bahwasanya pembelajaran online perlu
dipersiapkan fasilitas pendukung, kompetensi serta terlebih dahulu kepada siswa, guru dan
para orang tua.Tanpa persiapan yang baik maka akan mempengaruhi hasil belajar mengajar.

Di tengah wabah Covid-19, inovasi tentu sangat dibutuhkan dalam berbagai sektor
kehidupan, termasuk sektor pendidikan. Untuk mencegah penyebaran wabah Covid-19,
seluruh sekolah hingga universitas mengubah proses pembelajaran tatap muka menjadi
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Akibat wabah Covid-19 ini membuat guru maupun dosen
terpaksa melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang sudah diberlakukan untuk semua
jenjang pendidikan. Sistem PJJ ini masih terus dikaji agar lebih fleksibel dan sejalan dengan
kebijakan program "Merdeka Belajar" yang sebelumnya dijalankan oleh Kemendikbud.
Program "Merdeka Belajar" ini telah memberikan motivasi kepada semua masyarakat
khususnya di dunia pendidikan untuk belajar menangani situasi ini. Pembelajaran Jarak Jauh
(PJJ) ini dilakukan dengan memperhatikan beberapa prinsip utama yaitu :

1. Mengedepankan keselamatan dan kesehatan lahir batin seluruh warga sekolah dalam
pelaksanaan belajar dari rumah
2. Belajar dari rumah memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa
terbebani pencapaian ketuntasan kurikulum
3. Mengedepankan pola interaksi dan atau komunikasi yang positif antara pendidik
dengan siswa dan orang tua
4. Materi pada belajar dari rumah selain yang ada dalam kurikulum dapat berupa
pendidikan kecakapan hidup tentang Covid-19, pendidikan karakter sesuai dengan jenjang
pendidikan
5. Aktivitas dan penugasan selama belajar dari rumah tidak menjadi beban baru
sehingga dapat bervariasi antar sekolah, antar daerah dengan mempertimbangkan
kesenjangan akses dalam pelaksanaan.

Inovasi pembelajaran merupakan solusi yang perlu didesain dan dilaksanakan oleh guru
dengan memaksimalkan media yang ada seperti media daring (online). Guru harus
memastikan kegiatan pembelajaran tetap berjalan lancar meskipun peserta didik berada
dirumah. Guru dapat melakukan pembelajaran menggunakan metode E-Learning yaitu
pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Sistem pembelajaran
dilaksanakan melalui perangkat komputer (PC) atau laptop yang terhubung dengan koneksi
jaringan internet. Disini, guru dapat melakukan pembelajaran bersama dan diwaktu yang
sama menggunakan grup di media sosial seperti Whatsapp (WA), telegram, aplikasi Zoom
ataupun media sosial lainnya sebagai sarana pembelajaran. Banyak lagi inovasi lainnya yang
bisa dilakukan oleh pendidik demi memastikan pembelajaran tetap berjalan dan siswa
mendapatkan ilmu sesuai kurikulum yang telah disusun pemerintah.

Selain guru, kepala sekolah juga harus berinovasi dalam menjalankan fungsi supervisi atau
pembinaan kepada guru untuk memastikan bahwa kegiatan pembelajarn tetap dilaksanakan
meskipun menggunakan metode jarak jauh (daring). Kepala Sekolah juga dapat memberikan
solusi dan motivasi kepada guru, sehingga guru-guru yang belum siap memanfaatkan media
daring dapat diberi solusi. Namun, inovasi-inovasi tersebut tidak selalu berjalan mulus. Selalu
ada kendala, mulai dari guru maupun orangtua yang gagap teknologi sampai dengan
kesenjangan akses internet dan terbatasnya media belajar. Untuk mengatasinya, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) meluncurkan inovasi perbaikan sistem
pembelajaran, yaitu kebijakan penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dan
penayangan program Belajar dari Rumah yang disiarkan di TVRI bagi guru-murid dengan
keterbatasan internet. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran yang tepat dalam
masa pandemi Covid-19 ini adalah suatu pembelajaran yang melakukan kolaborasi, inovasi
dan eksperimen.  Dengan adanya pandangan hidup yang jelas, kuat dan kokoh suatu bangsa
akan memilki pedoman dan pegangan dalam memecahkan persoalan diberbagai bidang
kehidupan yang timbul dalam aktivitas masyarakat. Sebagai pandangan hidup, fungsi
Pancasila terkadang mengalami hambatan dan tantangan terhadap tujuan yang ingin dicita-
citakan yang hendak diraih dan dicapai oleh bangsa Indonesia.Misalnya masih banyak
masyarakat yang belum mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
seperti pertikaian antar warga, pertikian pelajar di berbagai daerah, dll

Setiap bangsa di dunia ingin berdiri kokoh dan kuat,serta memiliki tujuan yang jelas ke arah
mana tujuan tujuan itu ingin dicapainya dengan baik.Tentunya dalam hal ini sangat
dipeerlukan “ pandangan hidup “ tanpa pandangan hidup suatu bangsa akan merasa
terombang ambing dalam menghadapi persoalan yang timbul baik persoalan masyarakatnya
maupun persoalan dunia.

Pandemi covid 19 atau yang dikenal dengan penyebaran virus corona merupakan persoalan
dunia karena menjadi wabah hampir di seluruh Negara di dunia. Pandemi covid 19 menjadi
ancaman bagi kesehatan secara global, kemunculannya hingga saat ini terus memakan
korban, termasuk di Indonesia yang masih dengan data kasus yang tinggi. Dengan kasus
tersebut maka Pancasila sebagai pedoman bertingkah laku dalam kehidupan sehari hari
merupakan kewajiban bagi aasyarakat Indonesia untuk mengamalkannya.

Berdasarkan hal di atas sebagai guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kami
menghimbau dan mengajak untuk menerapkan gerakan moral atau membangun
karakter peserta didik berdasarkan Pancasila di tengah tengan pandemic covid 19.

Di Indonesia sendiri penderita positif corona juga terus bertambah. Dengan bertambahnya
penderita ini, maka telah memberikan efek negatif yang lebih besar terhadap sektor
pendidikan di dalamnya. Untuk itu meredam dampaknya, maka dibutuhkan langkah-langkah
strategis.
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah memberikan edukasi kepada para siswa dan praktisi
pendidikan. Ini bisa dilakukan dengan sosialisasi secara intensif oleh dinas kesehatan tentang
virus corona itu sendiri, baik dari aspek pencegahannya maupun cara menyikapinya. Dengan
wawasan ini diharapkan dapat mengurangi efek kekhawatiran berlebih yang dapat
menyebabkan dampak traumatis pada diri siswa dan tentu juga para gurunya.
Langkah kedua adalah perlu menyiapkan tim khusus dari para psikolog untuk melakukan
pendampingan terhadap para siswa baik secara kolektif maupun individu, khususnya terhadap
sekolah-sekolah yang berada di wilayah terdampak virus.

Adapun untuk terhambatnya proses pendidikan karena penutupan dan penundaan waktu
belajar, maka perlu disiapkan solusi kongkret pula. Salah satu yang bisa dilakukan adalah
dengan sistem pembalajaran jarak jauh dengan memanfaat teknologi yang ada. Sebab jika
tidak, maka ini akan memberikan dampak negatif terhadap perkembangan kematangan hasil
dan pencapaian dari proses pendidikan.

Pada saat belajar daring terdapat juga banyak kendala Memiliki hp tapi tidak punya kuota.
da nada juga yg tidak memiliki hp yg rata rata murid tinggal di pedesaan dan orang tua nya
bekerja mayoritas menjadi petani dan berpenghasilan rendah ermasalahan yang terjadi bukan
hanya terdapat pada sistem media pembelajaran akan tetapi ketersediaan kuota yang
membutuhkan biaya cukup tinggi. Kuota yang dibeli untuk kebutuhan internet menjadi
melonjak dan banyak diantara orangtua siswa yang tidak siap untuk menambah anggaran
dalam menyediakan jaringan internet. Hal ini pun menjadi permasalahan yang sangat penting
bagi siswa, .4. Jaringan internet bermasalah Pembelajaran daring tidak bisa lepas dari
jaringan internet. Koneksi jaringan internet menjadi salah satu kendala yang dihadapi siswa
yang tempat tinggalnya sulit untuk mengakses internet, apalagi siswa tersebut tempat
tinggalnya di daerah pedesaan, terpencil dan tertinggal.

Kalaupun ada yang menggunakan jaringan seluler terkadang jaringan yang tidak stabil,
karena letak geografis yang masih jauh dari jangkauan sinyal seluler. Hal ini juga menjadi
permasalahan yang banyak terjadi pada siswa yang mengikuti pembelajaran daring sehingga
kurang optimal pelaksanaannya. Ada sebuah pelajaran yang dipetik dari dunia pendidikan di
tengah pandemi Covid-19, yakni kegiatan belajar tatap muka terbukti lebih efektif ketimbang
secara daring (online). Hal tersebut dipaparkan oleh pakar pendidikan Universitas Brawijaya
(UB) Aulia Luqman Aziz bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional 2020. “Selamanya
profesi guru tidak akan tergantikan oleh teknologi” papar Luqman dalam keterangannya di
laman resmi UB, Sabtu (2/5/2020). Menurutnya pembelajaran penuh secara daring, akhir-
akhir ini banyak menimbulkan keluhan dari peserta didik maupun orang tua.

Sebuah bahaya besar akan kita hadapi apabila pendidikan karakter di masa pandemi ini hanya
tersentuh alakadarnya. Sebelum masa pandemi saja, tidak bisa dikatakan seratus persen
tingkat keberhasilan pendidikan karakter di lingkungan sekolah ataupun keluarga. Apalagi di
masa pandemi seperti ini. Sebelum pandemi melanda Indonesia, telah sering terjadi peristiwa
memalukan seperti oknum murid yang memukul gurunya.

Atau sebaliknya, oknum guru yang melakukan pelecehan seksual kepada muridnya. Belum
lagi maraknya pergaulan bebas antarsesama remaja. Ini merupakan sinyalemen
ketidakberhasilan pendidikan karakter di lingkungan sekolah maupun keluarga masa sebelum
pandemi. Kondisi tersebut akan semakin parah jika lemahnya pengontrolan pendidikan
karakter di kedua lingkungan pendidikan tersebut akibat pandemi.

Siapakah yang akan dirugikan dengan pendidikan karakter yang terabaikan? Secara jangka
pendek bisa saja murid. Namun jangka panjangnya adalah negara itu sendiri, karena muridlah
yang nantinya akan mengemban tampuk pimpinan di berbagai instansi pemerintahan di
negeri ini. Oleh sebab itu, sudah saatnya pemerintah selaku pemangku kebijakan,
merumuskan cara terbaik dalam penguatan pendidikan karakter selama masa pandemi ini.
Jangan sampai, keterabaian pendidikan karakter di masa pandemi, mengakibatkan degradasi
mutu karakter murid. Dan, akan menjadi sebuah kelaziman, yang akhirnya menjadi sebuah
kebiasaan baru (yang buruk) dari era `kebiasaan baru' itu sendiri.

Harus disadari, pembelajaran daring saat ini sangat memengaruhi karakter anak. Dan yang
lebih dikhawatirkan apabila pandemi berlangsung lama, lantas pemerintah lamban dan tidak
jelas dalam kebijakannya terutama berkenaan dengan pendidikan karakter, maka para murid
yang nantinya menjadi generasi penerus bangsa berpotensi kehilangan nilai-nilai karakter
yang tangguh akibat terbiasa dengan kemudahan yang tidak mendidik dalam pembelajaran
daring. Jika biasanya orangtua membatasi anaknya dalam penggunaan handphone serta
sangat berhati-hati mengakses situs internet, namun dalam pembelajaran daring hampir
semuanya menggunakan perangkat internet.

Di satu sisi orangtua ingin menjauhkan anaknya dari handphone, namun di sisi lain anak
harus mengerjakan tugas-tugas dari gurunya yang dikirimkan ke handphone. Bahkan saat ini,
orangtua harus memfasilitasi anaknya memiliki handphone sendiri demi kelancaran
pembelajaran online. Jika orangtua tidak bekerja di luar rumah, mereka masih dapat
memantau anaknya, namun akan menjadi problem besar bagi sebagian orangtua yang tetap
harus bekerja di luar rumah pada masa pandemi ini. Siapa yang akan mengontrol anak dalam
mengakses internet dan penggunaan handphone?

Kebebasan yang tidak terkontrol dalam penggunaan media elektronik merupakan bom waktu
bagi rusaknya karakter anak pada masa aktivitas belajar dari rumah atau pembelajaran jarak
jauh. Terlebih anak-anak usia sekolah dasar sampai menengah atas yang memiliki rasa ingin
tahu dan penasaran yang teramat tinggi. Pendidikan bukan hanya membekali peserta didik
dengan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga sikap atau karakter yang baik.

Bahkan karakter menjadi modal yang sangat penting bagi kesuksesan seseorang.

Kurikulum terpenting sesungguhnya adalah keteladanan


“Kurikulum terpenting bagi anak-anak kita dalam masa pandemi Covid-19 adalah teladan
semua orang dewasa yang ada di sekitar mereka. Kita ada opsi untuk mengeluh dan
menyerah, namun kita juga ada opsi untuk bangkit dan berjuang. Berilah teladan terbaik
karena itulah kurikulum yang akan berbekas dan berdampak di sepanjang hidup anak-anak
kita,”
Keteladanan berkelindan dengan pendidikan karakter. pembelajaran selama masa pandemic
Covid-19.

begitulah pembahasan tentang pendidikan karakter di tengah pandemic covid19 dan kita
harus tetap mematuhi protocol kesehatan dan menerapkan 3M memakai masker,mencuci
tangan dan menjaga jarak

Sekian Terimakasih

WASSALAMUALAIKUMWr.Wb

Anda mungkin juga menyukai