Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH:
(kelompok 7)
AKBAR REZA (1771041044)
M. ALISAKTI PUTRA R (1971042119)
MISLY MEGAUTARI PUTRI (1971041080)
MADINA (1971040063)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019/2020
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………..
Latar Belakang………………………………………………………………………..
Rumusan Masalah…………………………………………………………………….
Tujuan………………………………………………………………………………...
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………
Kesimpulan…………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja merupakan suatu masa dari umur manusia yang paling banyak
mengalami perubahan, sehingga membawanya pindah dari masa kanak-kanak
menuju kepada masa dewasa. Meskipun perkembangan aspek-aspek kepribadian
telah diawali pad masa-masa sebelumnya, tetapi puncaknya boleh dikatakan
terjadi pada masa remaja. Perkembangan moral, nilai dan sikap (tingkah laku) ini
berkembang sangat pesat pada masa remaja. Dapat dikatakan bahwa pada masa
remaja menjadi penentu perkembangan hal-hal tersebut.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Apa pengertian dari perkembangan moral?
2. Bagaimana karakteristik perkembangan moral pada remaja?
3. Apa factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral pada remaja
4. Bagaimana tahap-tahap perkembangan moral pada remaja?
5. Apa implementasi perkembangan moral pada remaja dalam kehidupan
sehari-hari?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Pembaca mampu memahami pengertian dari perkembangan moral
2. Pembaca dapat memahami karakteristik perkembangan moral pada remaja
3. Pembaca mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral
pada remaja
4. Pembaca mengetahui agaimana tahap-tahap perkembangan moral pada
remaja
5. Pembaca dapat mengimplementasikan perkembangan moral pada remaja
dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkembangan Moral
Gunarsa (Ali & Asrori, 2018) mengatakan bahwa moral berasal dari kata
latin yaitu “Mores” yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan, nilai-nilai
atau tata cara kehidupan. Rogers (Ali & Asrori, 2018) menyatakan bahwa moral
merupakan standar baik-buruk yang ditentukan bagi individu oleh nilai-nilai
sosial budaya dimana individu sebagai anggota sosial. Dalam moral di atur
segala perbuatan yang dinilai baik, perlu dilakukan, dan suatu perbuatan yang
dinilai tidak baik dan perlu dihindari. Ali dan Asrori (2018) mengatakan bahwa
Perilaku moral diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang damai penuh
keteraturan ketertiban dan keharmonisan.
Yusoff dan Hamzah (2015) menyatakan bahwa moralitas merupakan perilaku
yang ditentukan oleh etika. Perilaku diturunkan dari etika baik atau buruk diberi
label sebagai moralitas. Dorothy Emmet (Yusoff & Hamzah, 2015) menyatakan
bahwa manusia sangat bergantung pada perilaku dan moralitas yang baik, tradisi,
norma dan agama dalam membantu evaluasi perilaku individu. Rest (Yusoff dan
Hamzah, 2015) menyatakan bahwa Moralitas berfungsi sebagai pedoman dalam
menyelesaikan konflik antar individu dan memaksimalkan manfaat individu yang
hidup dalam komunitas yang sama. Pratiwi dan Adiyanti (2018) menyatakan
bahwa moralitas secara umum dikaitkan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan
berhubungan dengan perilaku yang boleh atau tidak boleh dilakukan.
Perkembangan moral merupakan perkembangan yang berkaitan dengan
aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia
dalam interaksinya dengan orang lain. Santrock (Pratiwi & Adiyanti, 2018)
mengatakan bahwa perkembangan moral berhubungan dengan peraturan-
peraturan dan nilai-nilai mengenai apa yang harus dilakukan individu dalam
interaksinya dengan orang lain. Yusoff dan Hamzah (2015) menjelaskan bahwa
salah satu tugas perkembangan yang harus dicapai pada periode remaja adalah
memiliki perangkat nilai dan sistem etika yang menjadi pedoman tingkah laku
dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat. Jika pada periode ini remaja tidak
bertingkah laku sesuai dengan tugas perkembangan moral, maka ia akan
mengalami kelambatan dalam perkembangan moral.
B. Karakteristik Perkembangan Moral
Gunarsa (Ali & Asrori, 2018) menyatakan bahwa karakteristik yang
menonjol dalam perkembangan moral remaja yaitu bahwa sesuai dengan tingkat
perkembangan kognisi yang mulai mencapai tahapan berpikir operasionla formal,
yaitu mampu memecahkan masalah-masalah yang bersifat hipotesis, maka
pemikiran remaja terhadap suatu masalah tidak lagi hanya terkait pada tempat,
waktu dan situasi tetapi juga pada sumber moral yang menjadi dasar hidup
mereka.
Monks (Ali & Asrori, 2018) menyatakan bahwa perkembangan pemikiran
moral remaja dicirikan dengan mulai tumbuh kesadaran akan kewajiban
mempertahankan kekuasaan dan pranata yang ada karena dianggapnya sebagai
sesuatu yang bernilai, walaupum belum mampu mempertanggung jawabkan
secara pribadi. Karakteristik yang menonjol dalam perkembangan moral remaja
yaitu mulai mampu mencapai tahapan berpikir operasional formal yakni:
1. Mulai mampu berfikir abstrak.
2. Mulai mampu memecahkan masalah-masalah yang bersifat hipotetis, maka
pemikiran remaja terhadap suatu permasalahan tidak lagi hanya terikat pada
waktu, tempat, dan situasi, tetapi juga pada sumber moral yang menjadi dasar
hidup mereka.
3. Perkembangan pemikiran moral remaja dicirikan dengan mulai tumbuh
kesadaran akan kewajiban mempertahankan kekuasaan dan pranata yang ada
karena dianggapnya sebagai suatu yang bernilai walau belum mampu
mempertanggungjawabkannya secara pribadi.
4. Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa
yang salah.
5. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan.
6. Penilaian moral menjadi kurang egosentris.
7. Penilaian secara psikologis menjadi lebih mahal.
C. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral
Moral merupakan salah satu aspek yang berkembang pada diri individu
melalui Interaksi antara aktivitas internal dan pengaruh stimulus eksternal. Saat
anak sudah mulai berinteraksi dengan lingkungan maka mereka mulai belajar
mengenai aspek-aspek kehidupan yang berkaitan dengan nilai, moral dan sikap.
Dalam hal ini dapat di simpulkan bahwa lingkungan merupakan faktor terbesar
yang dapat mempengaruhi perkembangan moral.
(Gunarsa 1998 dalam Ali,Asrori, 2018). Faktor lingkungan ini mencakup
berbagai aspek seperti psikologis, sosial budaya, dan fisik kebendaan yang
terdapat dari berbagai lingkungan (keluarga, sekolah, masyarakat). Remaja yang
tumbuh dalam lingkungan yang aman secara psikologis, pola interaksi yang
demokratis, pola asuh bina kasih, dan religius diharapkan dapat berkembang
menjadi remaja yang memiliki budi luhur, moralitas tinggi, serta sikap dan
perilaku terpuji (Ali,Asrori, 2018). Menurut (Gunarsa, 2012:39) faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan moral ada 5 yaitu sebagai berikut:
1. Lingkungan Rumah
Perilaku moral pada remaja juga di pengaruhi oleh lingkungan rumahnya,
bagaimana keluarga memperlakukan remaja sangat berpengaruh akan hal
tersebut.Peranan orang tua sangat dibutuhkan dalam memfasilitasi
kebutuhan-kebutuhan moral pada anak untuk perkembangan moralnya.Orang
tua wajib menciptakan suasana rumah yang harmonis, bahagia, ikhlas dan
jujur, mengajarkan anak menghargai orang yang lebih tua dan sebagainya.
Seluruh anggota keluarga juga wajib saling bekerjasama dalam
menyelesaikan pekerjaan rumah setiap harinya atau apapun yang dilakukan di
rumah. Karena jika didalam lingkungan rumah hanya ada pertikaian,
pertengkaran, ketidakjujuran, dan kekerasan maka hal itu pun akan
berdampak pada perkembangan moral anak.
2. Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah juga sangat berperan dalam perkembangan moral
pada remaja, kepribadian dan sikap akan lebih meluas apabila mereka telah
memasuki lingkungan sekolah.Corak hubungan antara murid dengan guru
atau anatara sesama murid, banyak mempengaruhi aspek-aspek kepribadian,
termasuk nilai-nilai moral yang memang masih mengalami berbagai
perubahan. Hubungan yang baik antara sesama murid dapat memperkecil
kemungkinan tumbuhnya perbuatan-perbuatan buruk yang jauh dari nilai-
nilai moral yang baik. Itu pun jika kelompok tersebut sudah mempunyai
norma-norma moral yang baik pula
3. Lingkungan Teman Sebaya
Semakin bertumbuh dan berkembangnya anak, maka semakin besar pula
kesemoatan mereka untuk memperoleh kedekatan hubungan dengan teman-
temannya. Meskipun ada perbedaan umur, namun hal ini tidak menjadi
penghambat bagi mereka untuk berteman. Remaja yang bertindak langsung
atau tidak langsung sebagai pemimpin, atau yang menunjukkan ciri-ciri
kepemimpinan dengan sikap-sikap menguasai anakanak lain, akan besar
pengaruhnya terhadap pola-pola sikap atau pola-pola kepribadian.Biasanya
konflik pada lingkup remaja terjadi jika norma-norma pribadi yang tertanam
dalam dirinya bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam lingkungan
teman-temannya. Semakin kecil suatu kelompok maka hubungan antar
anggota kelompok dapat menjadi sangat erat, dan pengaruh kelompok itupun
akan semakin berpengaruh pada mereka. Berbeda dengan kelompok yang
besar dan anggota kelompoknya tidak tetap hal seperti ini kurang
berpengaruh dan kurang memiliki hubungan erat antar sesama anggota
kelompok.
4. Segi Keagamaan
Penghayatan nilai-nilai agama pada kehidupan dapat berpengaruh besar
pada perkembangan moral remaja. Nilai-nilai agama yang tertanam pada diri
mereka dapat menuntun mereka untuk berperilaku, nilai-nilai ini dapat
menjadi tolak ukur perilaku mereka, bahwa apa yang boleh mereka lakukan
dan apa yang tidak boleh dilakukan, serta dapat mengontrol kehendak
seseorang. Nilai-nilai ini akan menetap dan akan sangat berguna sebagai
penuntun kehidupan moral mereka seumur hidupnya. Kalau awalnya
kepatuhan didasarkan karena adanya rasa takut yang diasosiasikan dengan
kemungkinan memperoleh hukuman, semakin lama kepatuhan ini akan dapat
dihayati sebagai bagian dari cara dan tujuan hidupnya.
5. Aktivitas-Aktivitas Rekreasi
Aktifitas luang remaja juga merupakan faktor pembentuk moralitas pada
anak, salah satu contoh adalah dengan mengisi waktu luang dengan membaca
buku-buku tentang kebaikan, hal ini dapat menumbuhkan nilai-nilai moral
pada mereka.Begitu pula fasilitas-fasilitas rekreasi seperti film, radio,
televisi, juga banyak mempengaruhi norma-norma moral si anak.
Faktor Perkembangan Moral menurut Hurlock (1999) terdapat 4 faktor-
faktor yang mempengaruhi perkembangan moral, yaitu:
a. Mempelajari apa yang diharapkan kelompokn sosial dari anggotanya
sebagaimana dicantumkan dalam hukum,kebiasaan, dan peraturan.
b. Mengembangkan hati nurani.
c. Belajar mengalami perasaan bersalah dan rasa malu bila prilaku individu
tidak sesuai dengan harapan kelompok.
d. Mempunyai kesempatan untuk interaksi sosial untuk belajar aoa saja yang
diharapkan kelompok.
D. Tahap Perkembangan Moral
Perkembangan pada manusia merupakan suatu hal yang pasti akan terjadi
terlepas dari keberagaman tahap dan proses perkembangan setiap manusia karena
pada dasarnya pertumbuhan dan perkembangan adalah salah satu ciri utama dari
makhluk hidup khususnya manusia diberbagai aspek, dalam hal ini moral
manusia juga mengalami perkembangan yang dimulai ketika manusia telah
mampu bepikir dan mengamati sesuatu pada usia anak-anak, kemudian pada usia
remaja dan dewasa, dimana dalam perkembangan tersebut dipengaruhi oleh
berbagai faktor mulai dari faktor genetik, keluarga, teman dan lingkungan sosial.
Dalam perkembang moral manusia, Kolhberg mengemukakan beberapa tahap
perkembangan yang akan dialami manusia pada usia remaja. Terdapat tiga
tingkatan moral yang dikemukakan adalah sebagai berikut:
1. Proconventional reasoning
Merupakan tahap awal dalam perkembangan moral yang ditandai dengan
belum adanya penanaman nilai moral dan pemberian moral baru akan
diterima ketika menggunakan aplikasi reward dan punishment atau karena
kepatuhan dari orang tua. Dalam tahapan ini terbagi menjadi dua tingkatan
yaitu:
a. Punishment and obidience
Pemberian moral berdasarkan hukuman dan kepatuhan dari orang tua dan
keluarga. Contohnya anak remaja mematuhi perintah atau keinginan
orangtua karena takut mendapatkan hukuman.
b. Individualism and purpose
Penanaman nilai moral dapat diberikan ketika mendapatkan sesuatu yang
diinginkan.
2. Conventional reasoning
Merupakan tahap dimana remaja telah memiliki nilai moral yang
tertanam dalam diri tetapi belum sempurna karena masih meilih-milih nilai
moral yang mereka senangi saja. Pada tahap ini terbagi menjadi dua tingkatan
yaitu:
a. Interpersonal norms
Pada tingkatan ini remaja akan menjalankan nilai moral yang telah
tertanam untuk mendapatkan perhatian dan pengakuan dari orang tua dan
keluarga mereka.
b. Social system morality
Pada tingkatan ini penanaman moral yang muncul didasari karena
lingkungan sosial. Dalam hal ini remaja akan mengembangkan nilai
moral yang memberikan manfaat yang besar dilingkungan sosial
3. Postconventional reasoning
Pada tahap ini adalah perkembangan moral tertinggi pada remaja yang
ditandai dengan penanaman nilai moral secara objektif dan universal dan
mengajarkan kepada orang lain terkait nilai moral yang telah didapatkan,
selain itu nilai moral pada tahap ini juga telah mampu diimplementasikan
diberbagai sesuatu meskipun memiliki konflik dan risiko yang tinggi.
E. Implementasi Perkembangan Moral Pada Remaja dalam Kehidupan Sehari-
Hari
Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam budaya yang
mayoritas masih menganut budaya ketimuran yaitu memegang nilai-nilai moral
sangat penting untuk mendukung dalam mengontrol perbuatan individu dan
masyarakat dengan lingkungannya. Namun, dengan kemajuan zaman yang serba
modern sekarang ini, bisa berdampak positif dan negatif bagi perkembangan moral
terutama remaja, (Frey, 2009 dalam Aridhona, 2017).
Moralitas berkaitan dengan substansi kelompok sosial tertentu. Di mana,
sistem moral dalam suatu kelompok sosial dipengaruhi oleh struktur budaya dari
kelompok sosial tersebut. Demikian pula dalam suatu keluarga juga memiliki
sistem nilai ataupun moral yang diyakini dan dijalankan oleh anggota keluarga.
Moral sendiri berarti tata cara, kebiasaan, dan adat. Perilaku moral dikendalikan
konsep-konsep moral atau peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi
anggota suatu budaya, baik dari kelompok masyarakat sosial ataupun dalam suatu
keluarga. Tidak menutup kemungkinan bahwa sesuatu yang dipandang bernilai
dan bermoral serta dinilai positif oleh suatu kelompok masyarakat sosial tertentu
belum tentu dinilai demikian oleh kelompok masyarakat lainnya. Misalnya di
daerah Sulawesi Selatan, orang akan dianggap sopan ketika berjalan di depan
orang yang lebih tua dengan sedikit membungkukkan badan dan meluruskan
tangan kanan (sambil mengucap kata tabe’/permisi). Namun di daerah Jawa hal
seperti itu bukanlah sesuatu yang begitu bernilai atau bermoral, melainkan sesuatu
yang biasa saja. Demikian pula moral dalam suatu keluarga, sesuatu yang jika
dilakukan, dianggap bermoral oleh keluarga tertentu, belum tentu juga diangap
bermoral oleh keluarga lain.
Suatu sistem sosial awalnya ditumbuhkan oleh keluarga, yang didorong oleh
keinginan serta harapan orang tua agar anaknya tumbuh menjadi individu yang
menjujung nilai-nilai leluhur, mampu membedakan antara yang baik dan buruk,
serta selalu bersikap dan berperilaku terpuji, sesuai haraoan orang tua, masyarakan
serta agama. Masa remaja merupakan masa di mana terjadi perubahan yang sangat
pesat baik dari sisi fisik, mental ataupun sosial. Masa ini juga merupakan periode
pencarian identitas diri, sehingga remaja sangat mudah terpengaruh oleh
lingkungan. Remaja yang menunjukkan perilaku sesuai dengan norma dan nilai
yang berlaku baik dalam keluarga ataupun masyarakat, maka dapat dikatakan
sebagai remaja yang memiliki moralitas. Namun sebaliknya, banyak remaja yang
tidak menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Hasil survey kompasiana, 2014 (dalam Aridhona 2017), bahwa gaya hidup
remaja yang serba modern dengan pengaruh budaya barat yang tidak sesuai
dengan budaya indonesia, membuat semakin banyak remaja yang kurang
menjunjung tinggi nilai-nilai, moral dan sikap positif. Maka dari itu, upaya yang
dapat dilakukan adalah menanamkan nilai moral di dalam lingkungan keluarga
serta diberlakukan pendidikan budi pekerti di sekolah. Dengan demikian
penentuan kelulusan sekolah tidak hanya didasarkan pada kemampuan akademik,
melainkan harus dikaitkan dengan budi pekerti pelajar atau siswa bersangkutan.
Berdasarkan penelitian Blatt & Kohler, 1995 (Ali & Asrori, 2018) upaya
pedagogis yang lebih terbatas untuk merangsang perkembangan moral remaja,
juga memiliki arti bagi setiap anak. yang mana, dalam praktiknya dibentuk
kelompok yang terdiri dari beberapa orang untuk mendiskudikan terkait berbagai
dilema moral. Prosedur ini juga banyak diterapkan oleh guru kepada siswanya, ini
disebut dengan istilah “induksi konflik- kognitif” (cognitive-conflict induction).
Implikasi bagi pendidikan dari hasil penelitia Blatt adalah bahwa guru atau
tenaga pengajar harus membantu siswa dalam menemukan cara
mempertimbangkan yang dapat digunakan untuk mengatasi dan menyelesaikan
konflik moral. Selain itu, dalam penelitiannya, (Kholberg, 1995 dalam Ali &
Asrori, 2018). Juga mengimplementasikan cara yaitu dengan mengilustrasikan
tentang penerapan prinsip utama dari rangsangan yang berkenaan dengan
perkembangan moral. Prinsip utama adalah konsepsi mengenai pentingnya
partisipasi dan pengambilan peran sosial. Karena hasil penelitian Kholberg (1970)
menunjukkan bahwa anak yang memiliki partisipasi kelompok sebaya yang lebih
luas, perkembangan moralnya ternyata lebih cepat daripada anak yang dikucilkan
dari partisipasi sosial, meskipun keduanya memiliki IQ dan kelas sosial yang
sama (Ali & Asrori, 2018).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan moral merupakan perkembangan yang berkaitan dengan
aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia
dalam interaksinya dengan orang lain. Karakteristik dalam perkembangan moral
remaja yaitu, mulai mampu berfikir abstrak, mulai mampu memecahkan
masalah-masalah yang bersifat hipotetis, perkembangan pemikiran moral remaja
dicirikan dengan mulai tumbuh kesadaran akan kewajiban mempertahankan
kekuasaan dan pranata yang ada, dan keyakinan moral lebih berpusat pada apa
yang benar dan kurang pada apa yang salah.
Terdapat lima faktor yang mempengaruhi perkembangan moral pada remana
yaitu, lingkungan rumah, lingkungan sekolah, teman sebaya, segi keagamaan,
dan aktifitas rekreasi. Dalam perkembangan moral dalam remaja terdapat tiga
tahap dalam perkembangannya yaitu. Pertama, tahap proconventional reasoning
yang dimana dalam tahapan ini terbagi menjadi dua tingkatan yaitu, punishment
and obidience dan Individualism and purpose. Kedua, tahap conventional
reasoning tahapan ini juga terbagi menjadi dua tingkatan yaitu, Interpersonal
norms dan Social system morality. Ketiga yaitu tahap Postconventional
reasoning. Salah satu contoh implementasi perkembangan moral dalam
kehidupan sehari-hari yaitu menghormati orang yang lebih tua tidak meludah
sembarangan dan masih banyak lagi.
DAFTAR PUSTAKA