Ketimpangan
Yang semakin
lebar
II
Ketimpangan yang Semakin Bank Dunia tidak dukungan atau pengakuan Photo Credits
Lebar adalah produk menjamin akurasi data atas batas-batas tersebut. Bank Dunia
dari staf Bank Dunia. yang termasuk dalam Josh Estey
Temuan, interpretasi, tulisan ini. Batasan, Jika ada pertanyaan shutterstock.com
dan kesimpulan yang warna, denominasi, dan mengenai laporan ini,
dinyatakan di sini tidak informasi lainnya pada peta silakan hubungi:
serta-merta mencerminkan mana pun dalam tulisan
pandangan Dewan Direksi ini tidak menyiratkan Vivi Alatas
Eksekutif Bank Dunia pendapat pihak Bank Dunia (valatas@worldbank.org)
atau Pemerintah yang mengenai status hukum Matthew Wai-Poi
diwakilinya. wilayah apa pun atau (mwaipoi@worldbank.org).
III
Kata
Pengantar
Rodrigo A. Chaves
Country Director, Indonesia
The World Bank
Indonesia telah melalui transformasi yang mengagumkan dalam lima belas tahun terakhir. Ang-
ka kemiskinan nasional telah berkurang setengahnya, dari 24 persen di tahun 1999 menjadi 11.3
persen di tahun 2014. Rata-rata pertumbuhan ekonomi bertahan di angka sekitar 6 persen dalam
dasawarsa terakhir. Indonesia juga menjadi anggota G-20, satu-satunya dari Asia Tenggara.
Namun, perjalanan menuju kesejahteraan bersama masih belum selesai. Indonesia berisiko ti-
dak membantu rakyat miskin dan rentannya. Pengentasan kemiskinan mulai stagnan, dengan
penurunan yang mendekati nol pada tahun 2014. Ketimpangan pendapatan naik dengan cepat
dan hampir sepertiganya berasal dari ketimpangan kesempatan. Anak-anak yang sehat dan ter-
didik hidup berdampingan dengan anak-anak yang menderita malnutrisi, tidak mampu belajar di
sekolah, dan putus sekolah terlalu dini. Ketimpangan antar daerah juga mencolok: hanya 6 persen
anak di Jakarta yang tidak memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi, sedangkan di Papua, 98 per-
sen anak tidak memiliki akses sanitasi yang layak. Ketimpangan seperti ini menghambat prospek
segmen-segmen masyarakat dari generasi ke generasi.
Yang diinginkan dan dibutuhkan oleh rakyat adalah Indonesia tanpa kemiskinan. Indonesia yang
diimpikan oleh rakyat adalah negara dimana orang miskin mendapat peluang untuk menikmati
kemakmuran negara. Ini bukanlah agenda redistribusi perekonomian dengan ukuran yang tetap.
Indonesia harus mengembangkan ukuran perekonomian tersebut sekaligus membaginya dengan
lebih adil, agar semua orang semakin sejahtera, terutama mereka yang masih tertinggal.
Mandat untuk memperlambat – atau bahkan membalikkan – trend kenaikan ketimpangan ini
adalah tantangan yang berat, yang akan memakan waktu sangat banyak. Namun, kami percaya
bahwa apabila Indonesia berdiri bersama – pemerintah, masyarakat dan sektor swasta, dengan
dukungan dari mitra pembangunan – maka Indonesia dapat mendatangkan perubahan bagi
generasi kini dan mendatang yang layak mendapatkan peluang memperbaiki hidupnya.
Mengapa,
apa dampaknya,
dan apa solusinya?
kont
oleh Edgar Janz, Mattia Makovec (Konsultan, GPVDR),
Audrey Sacks (Social Development Specialist, GSUID), Astrid
para
VII
Rengganis Savitri (Consultant, GPV02), dan Bagus Arya rector, EACIF), Ndiame Diop (Lead Economist, GMF06)
Wirapati (Research Analyst, GPV02). dan Cristobal Ridao-Cano (Program Leader, EACIF).
Komentar diberikan oleh para Peninjau Ulang, Luis-Fe- Laporan ini merujuk pada proyek bersama mengenai
lipe Lopez-Calvo (Lead Economist, DECWD), Caterina insiden fiskal dengan tim dari Badan Kebijakan Fiskal
Laderchi (Senior Economist, GPV03), dan Hal Hill (BKF) yang dipimpin oleh Luky Alfirman (Kepala
(H.W. Arndt Professor of Southeast Asian Economies, Pusat Kebijakan Ekonomi Makro (PKEM) BKF) serta
Australian National University), selain juga dari Emma beranggotakan Arti Dyah Woroutami (Kepala Subbidang
Allen (ILO), Chantelle Boudreaux (Consultant, GHNDR), Kesejahteraan dan Ketenagakerjaan PKEM-BKF) dan
Melissa Chew (Consultant, GHN02), David Gottlieb Ahmad Fikri Aulia (Eksekutif Subbidang Kesejahteraan
(Kementerian Urusan Luar Negeri dan Perdagangan, dan Ketenagakerjaan PKEM-BKF). Proyek insiden fiskal
Kedutaan Besar Australia), Pandu Harimurti (Senior ini menggunakan pendekatan Commitment to Equity.
Health Specialist, GHN02), Ahya Ihsan (Economist, Diluncurkan pada tahun 2008, proyek Commitment to
GMF06), Yue Man Lee (Economist, GMF06), Norman Equity (CEQ) adalah inisiatif dari Center for Inter-Amer-
Loazya (Lead Economist, DECMG), Neil McCulloch ican Policy and Research (CIPR) dan Department of
(Director, Economic Policy Program, Oxford Policy Economics, Tulane University, Center for Global
Management), Puti Marzoeki (Senior Health Specialist, Development and the Inter-American Dialogue. Alat
GHN02), Iene Muliati (Senior Social Protection Special- diagnostik Commitment to Equity ini, yang dikembang-
ist, GSP02), Arvind Nair (Economist, GGO14), Truman kan oleh Nora Lustig dan timnya di Tulane University,
Packard (Lead Economist, GSP04), Eko Setyo Pambudi mengandalkan analisis komprehensif insiden fiskal yang
(Research Analyst, GHN02), Samer al-Samarrai (Senior dirancang untuk menelaah bagaimana perpajakan dan
Economist, GED02), Ali Winoto Subandoro (Health pengeluaran pemerintah memengaruhi ketimpangan
Specialist, GHN02), Ajay Tandon (Senior Economist, pendapatan, kemiskinan, dan kelompok sosioekonomi
GHN02), Violeta Vulovic (Consultant, GMF06), Mitch berbeda. Untuk detail lebih lanjut, kunjungi www.com-
Wiener (Senior Social Protection Specialist, GSPDR), mitmentoequity.org.
Rob Wrobel (Senior Social Development Specialist,
GSUID), dan Wei Aun Yap (Konsultan, GHN02), se- Laporan ini juga merujuk pada proyek bersama tentang
lain juga staf Kementerian Urusan Luar Negeri dan pendapatan tertinggi di Indonesia, yang diselenggarakan
Perdagangan yang tidak dapat kami sebutkan namanya. atas kerjasama dengan Luky Alfirman dari Badan Kebija-
Laporan ini menjadi lebih baik karena komentar- kan Fiskal dan Bank Indonesia. Tim dari Bank Indonesia
komentar tersebut. terdiri dari N.A. Anggini Sari (Deputi Direktur, Kepala
Divisi, Divisi Pengaturan, Perizinan, dan Pengemban-
Laporan ini disunting oleh Edgar Janz dan Peter Milne, gan Informasi Kredit, Departemen Pengelolaan dan
dengan dukungan dari Taufik Indrakesuma. Kepatuhan Laporan), Sani Eka Duta (Asisten Direktur,
Divisi Informasi Kredit, Departemen Pengelolaan dan
Laporan ini dirancang oleh tim Bentuk ((Andreas Prano- Kepatuhan Laporan) dan Darma Saputra (Departemen
to, Muhammad Kamal, Phoebe Wathoel, Randy Kurnia). Pengelolaan dan Kepatuhan Laporan).
Laporan ini dibuat di bawah bimbingan umum Shubham Data persepsi yang digunakan dalam laporan ini dan
Chaudhuri (Practice Manager, GMF06), Ana Reven- makalah latar belakang tentang persepsi diperoleh dari
ga (Senior Director, GPVDR), Carlos Silva-Jaurequi Lembaga Survei Indonesia (LSI).
(Lead Economist, GPVGE) dan Salman Zaidi (Practice
tributor
Manager, GPV02). Bimbingan strategis dan komentar
penting diberikan oleh Rodrigo Chaves (Country Di-
VIII
I
Ringkasan
1
Ketimpangan yang Meningkat:
Eksekutif Tren Belakangan Ini dan
Page 5 Mengapa Penting Dipahami
Page 35
1. 1. 1. 2.
Tren ketimpangan Apakah ketimpangan
belakangan ini penting?
Page 37 Page 42
2
Mengapa Ketimpangan Meningkat
Page 45
2 .3. 2.4 . 2. 5.
2. 1 . 2 .2 . Mengapa peningkatan Mengapa keuangan dan Mengapa guncangan
Kerangka untuk Mengapa awal yang kesenjangan antara aset fisik membantu membuat kebanyakan
memahami ketimpangan tidak setara dalam hidup tenaga kerja terampil orang kaya meninggalkan orang semakin sulit
membuat kaum miskin dan tenaga kerja tidak kelompok lainnya mengejar ketertinggalan
Page 47
tidak bisa berkembang terampil meningkatkan Page 81 Page 87
Page 53 ketimpangan Page 71
Daftar
Isi
3
Bagaimana Ketimpangan
Dapat Diatasi
Page 91
3.1.1 Memastikan semua 3.2.1 Menciptakan 3.3.1 Menangani harga 3.4.1 Kebijakan fiskal sebagai
anak mendapatkan lebih banyak lapangan beras yang tidak stabil instrumen untuk menghadapi
permulaan yang adil pekerjaan Page 107 Page 111 ketimpangan saat ini dan masa
dalam hidup melalui 3.2.2 Meningkatkan 3.3.2 Memperkuat yang akan datang Page 117
perawatan kesehatan perlindungan bagi pekerja perlindungan sosial 3.4.2 Pilihan pembelanjaan
yang berkualitas Page 97 berpendapatan rendah Page 113 memiliki pengaruh besar
3.1.2 Memastikan seluruh dan rentan Page 109 3.3.3 Pengawasan dan terhadap ketimpangan yang
anak mendapatkan 3.2.3 Mereformasi sistem respon terhadap krisis: terjadi Page 118
awal yang adil melalui pelatihan keterampilan mengembangkan sistem 3.4.3 Menutup kesenjangan
pendidikan yang untuk mempermudah yang permanen dan besar di sektor infrastruktur
berkualitas Page 101 tenaga kerja mengakses menyeluruh dapat mengurangi
3.1.3 Revitalisasi keluarga lapangan pekerjaan Page 116 ketimpangan di Indonesia
berencana untuk Page 110 dengan menguatkan
membantu rumah tangga pertumbuhan, menstimulasi
miskin memiliki jumlah pekerjaan, meningkatkan
anggota keluarga yang akses terhadap layanan publik
diinginkan dan, menurunkan harga bahan
Page 105 makanan Page 119
3.4.4 Namun, kebijakan fiskal
harus tetap berkelanjutan
Page 121
3.4.5 Kombinasi pendapatan
ini digunakan untuk mencapai
kondisi fiskal berkelanjutan
dan dapat pula memengaruhi
ketimpangan yang ada saat ini
Page 109
4
Kesimpulan Page 127
129 Referensi
Term Definition
ave. average
bidan midwife
BKKBD Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Daerah (Regional Population and Family Planning Agency)
BKKBN Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (National Population and Family Planning Board)
BOSDA Bantuan Operasional Sekolah Daerah (Operational Assistance for Schools from Local Government)
EI Effectiveness Index
HH/hh Household
IT Information technology
kabupaten regency
km kilometer
MP3EI Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (Master Plan for the Acceleration
PNPM-Generasi PNPM Generasi Sehat dan Cerdas (PNPM Healthy and Smart Generation Program)
PNPM-Mandiri Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (National Community Empowerment Program)
PNPM-Rural Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Rural (National Rural Community Empowerment Program)
Raskin Subsidi Beras Bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah (Rice Subsidies for Low Income People)
RPJM-N Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (National Medium-Term Development Plan)
SKPD-KB Satuan Kerja Perangkat Daerah - Keluarga Berencana (Regional Family Planning Work Unit)
Bagan
Bagan ES.1. Setelah stabil cukup lama, rasio Gini mulai naik, kemudian turun seiring krisis keuangan Asia, sebelum naik
tajam sejak pemulihan 8
Bagan ES.2. Kenaikan rasio Gini di Indonesia selama dua dasawarsa terakhir adalah salah satu yang tertinggi secara
regional. 8
Bagan ES.3. Kelas "konsumen" yang mapan secara ekonomi telah tumbuh pesat sebesar 10 persen per tahun sejak 2002,
dan kini nyaris satu dari lima orang Indonesia termasuk ke dalam kelas ini. Namun, pengurangan kemiskinan
dan kerentanan amatlah rendah. 8
Bagan ES.4. Orang Indonesia yang disurvei berpendapat ketimpangan sebaiknya lebih rendah dari yang ada saat ini,
tetapi kenyataannya ketimpangan sekarang ini malah lebih tinggi dari yang mereka pikirkan. 10
Bagan ES.5. Kerangka aset yang menghasilkan pendapatan dapat membantu kita memikirkan mengapa ketimpangan
muncul. Kerangka ini diterapkan berlaku lintas generasi dan dapat memperparah ketimpangan seiring waktu. 11
Bagan ES.6. Gizi pendek terkait erat dengan angka kematian, kognitif, pendidikan, pendapatan saat dewasa dan kesehatan yang
lebih buruk. (Gizi pendek di Indonesia jauh lebih tinggi daripada sebagian besar negara tetangga.) 12
Bagan ES.7. Kesenjangan dalam akses kesehatan anak yang lebih baik semakin berkurang (seperti dalam air dan sanitasi,
seperti ditunjukkan), walaupun tingkat kualitas masih tetap rendah di banyak tempat. 12
Bagan ES.8. Kesenjangan angka partisipasi sekolah antara anak yang lebih kaya dan lebih miskin telah berkurang seiring
waktu... 13
Bagan ES.9. ...tapi di balik angka partisipasi sekolah yang lebih tinggi terdapat perbedaan kualitas pendidikan pada
sekolah dan daerah yang berbeda... 13
Bagan ES.10. ...yang pada akhirnya menyebabkan Indonesia masuk ke dalam daftar negara dengan nilai terburuk dalam tes
sains dan matematika internasional 14
Bagan ES.11. Persentase pekerjaan yang membutuhkan jenjang pendidikan lebih tinggi telah meningkat. 16
Bagan ES.12. Nyaris separuh pengusaha yang disurvei menemukan kesenjangan keterampilan pada staf mereka. 16
Bagan ES.13. Indonesia memiliki salah satu konsentrasi kekayaan tertinggi dari 38 negara yang datanya tersedia 18
Bagan ES.14. Kurang dari setengah populasi Indonesia memiliki asuransi kesehatan 20
Bagan ES.15. Ada lebih dari dua kali lipat orang Indonesia yang rentan daripada yang miskin. Mereka hidup kurang dari 50
persen di atas garis kemiskinan dan mudah jatuh kembali ke dalam kemiskinan jika mengalami guncangan 20
Bagan ES.16. Koefisien gini Brazil & Amerika Latin 22
Bagan ES.17. Kurva pertumbuhan insidensi Brazil, 2001-2009 22
Bagan 1.1. Konsumsi per kapita bulanan rata-rata (Rp) berdasarkan desil, 2002 dan 2014 38
Bagan 1.2. Koefisien Gini (angka) dan angka kemiskinan nasional (persen) 1980-2014 38
Bagan 1.3. Koefisien Gini di Asia Timur, periode 1990an dan 2000an 39
Bagan 1.4. Perubahan angka koefisien Gini di Asia Timur disetahunkan, periode 1990an dan 2000an 39
Bagan 1.5. Koefisien Gini untuk negara berpendapatan menengah ke bawah 39
Bagan 1.6. Pembagian populasi berdasarkan kelas (persen) 2002-14 39
Bagan 1.7. Rata-rata insiden konflik pada daerah dengan ketimpangan rendah, menengah dan tinggi 43
Bagan 1.8. Jenis pekerjaan untuk lulusan sekolah menengah atas 44
Bagan 1.9. Pembagian konsumsi nasional per kuintil: jumlah seharusnya menurut orang Indonesia, jumlah saat ini
menurut mereka, jumlah sebenarnya (persen) 47
Bagan 2.1. Kurva insiden pertumbuhan berdasarkan persentil konsumsi per kapita rumah tangga, 1996-2010 49
Bagan 2.2. Memahami ketimpangan melalui kerangka aset yang menghasilkan pendapatan dengan siklus umpan balik
yang memperkuat 54
Bagan 2.3. Persentase ketimpangan konsumsi karena perbedaan antar dan dalam kelompok dengan keadaan berbeda
saat lahir 54
Bagan 2.4. Persentase ketimpangan konsumsi karena perbedaan antar dan dalam kelompok dengan keadaan berbeda
saat lahir, berdasarkan angkatan Kepala Rumah Tangga 54
Bagan 2.5. Angka kematian bayi (per 1.000 kelahiran) 55
Bagan 2.6. Kekerdilan berdasarkan negara (persen) 55
Bagan 2.7. Kemungkinan kekerdilan berdasarkan pendidikan orangtua (persen) 55
Bagan 2.8. Penggunaan perawatan prakelahiran dan pascakelahiran terampil (persen) 55
Bagan 2.9. Kelahiran tanpa menggunakan bidan berdasarkan daerah (persen) 56
Bagan 2.10. Kelahiran tanpa menggunakan bidan berdasarkan desil konsumsi per kapita (persen) 56
Bagan 2.11. Tingkat imunisasi penuh berdasarkan populasi (persen) 56
Bagan 2.12. Pemberian ASI pada usia yang tepat berdasarkan usia (persen) 57
Bagan 2.13. Asupan mikronutrisi dan obat cacing berdasarkan populasi (persen) 57
Bagan 2.14. Kurangnya akses pada air bersih dan sanitasi memadai berdasarkan desil konsumsi per kapita rumah tangga
(persen)
58
Bagan 2.15. Kasus diare dan perawatannya (persen) 58
Bagan 2.16. Ketersediaan Puskesmas (persentase pemukiman dengan Puskesmas) dan jarak ke Puskesmas jika tidak ada
di pemukiman (km) 58
Bagan 2.17. Skor indikator pelayanan terpilih dan indeks kesiapan pelayanan umum untuk Puskesmas berdasarkan
provinsi, 2011 59
Bagan 2.18. Tingkat imunisasi penuh untuk anak usia 12-23 bulan berdasarkan pendidikan ibu (persen) 60
Bagan 2.19. Tingkat imunisasi untuk anak berdasarkan urutan lahir (persen) 60
Bagan 2.20. Kemiskinan kota dalam hal tempat tinggal, air dan sanitasi 60
Bagan 2.21. Kemiskinan desa dalam hal tempat tinggal, air dan sanitasi 60
Bagan 2.22. Perbandingan rasio Gini 2002 aktual dan konseptual jika jumlah anggota keluarga pada 2002 tetap sama
seperti 1993 61
Bagan 2.23. Perbandingan rasio Gini 2014 aktual dan konseptual jika jumlah anggota keluarga pada 2014 tetap sama
seperti 2002, dan jika jumlahnya terus menurun pada taraf yang sama seperti pada 1993-2002 62
Bagan 2.24. Lama bersekolah, usia 16-18 tahun (persen) 65
Bagan 2.25. Lama tahun bersekolah, usia 19-21 tahun (persen) 65
Bagan 2.26. Biaya sekolah tahunan berdasarkan jenjang sekolah (ribu Rp) 66
Bagan 2.27. Persentase rumah tangga dengan anak usia sekolah yang mendapat beasiswa berdasarkan desil pengeluaran
per kapita rumah tangga (persen) 66
Bagan 2.28. Median pendapatan bulanan anak usia 15-18 tahun (rupiah) 67
Bagan 2.29. Angka partisipasi sekolah anak usia 13-15 tahun berdasarkan kuintil konsumsi orang tua 67
Bagan 2.30. Angka partisipasi sekolah anak usia 13-15 tahun berdasarkan pendidikan orang tua 67
Bagan 2.31. Probabilitas perolehan pendidikan untuk anak yang lahir pada tahun 1960an dan 1970an dengan orang tua
yang tidak lulus SD, dibandingkan anak yang lahir tahun 1950an (persen) 68
Bagan 2.32. Probabilitas kuintil pendapatan saat dewasa untuk anak yang lahir pada tahun 1960an dan 1970an dengan
orang tua yang tidak lulus SD, dibandingkan anak yang lahir tahun 1950an (persen) 68
Bagan 2.33. Angka partisipasi PAUD untuk anak usia 5-6 tahun berdasarkan daerah, jenis kelamin dan pendapatan
(persen)
68
Bagan 2.34. Probabilitas anak usia 7-14 tahun berada di kuintil teratas atau terbawah dalam skor kemampuan kognitif
berdasarkan pendidikan orang tua (persen) 68
Bagan 2.35. Ketersediaan PAUD di pemukiman (persen) dan jarak ke PAUD terdekat jika letaknya tidak di pemukiman (km)
berdasarkan daerah 69
Bagan 2.36. Kualitas fasilitas pendidikan dan guru (persen) 69
Bagan 2.37. Anak yang mengaku membaca buku teks dalam seminggu terakhir (persen) 70
Bagan 2.38. Anak yang mengaku membaca buku sains dalam seminggu terakhir (persen) 70
Bagan 2.39. Proporsi anak umur 15 tahun dengan nilai PISA matematika dan sains di bawah Level 2 (kemampuan dasar,
420 poin) 70
Bagan 2.40. Tingkat pendidikan Pekerja, 2002-13 (persen) 72
Bagan 2.41. Dekomposisi pendidikan angkatan kerja (persen) 72
Bagan 2.42. Kemampuan-kemampuan penting yang diidentifikasi oleh pemilik pekerjaan dan kesenjangan keterampilan 72
Bagan 2.43. Metode untuk mendapatkan pekerjaan, usia anak muda 15-24 tahun (persen) 73
Bagan 2.44. Metode untuk mendapatkan pekerjaan, seluruh pekerja berusia 25 tahun keatas (persen) 73
Bagan 2.45. Anak-anak Muda berusia 19-24 tahun yang mendatangi atau menyelesaikan pelatihan (persen) 73
Bagan 2.46. Pembaguan Perusahaan yang menyediakan pelatihan formal (persen) 73
Bagan 2.47. Pertumbuhan upah tahunan 2001-2014 terhadap produktivitas sektoral (nilai tahunan 2012 yang ditambahkan
kepada setiap pekerja, Juta Rupiah). 74
Bagan 2.48. Pembagian dari jumlah total pekerjaan, 2014 (persen) 75
Bagan 2.49. Pertumbuhan pekerjaan dan produktivitas tenaga kerja per sektor, 2001-2012 (persen) 75
Bagan 2.50. Komposisi pekerjaan berdasarkan status (persen) 76
Bagan 2.51. Pekerja informal per sektor, 2012 (persen) 76
Bagan 2.52. Indeks peraturan pasar tenaga kerja di berbagai negara 77
Bagan 2.53. Minimum wages in selected East Asian countries (US$ per month) 79
Bagan 2.54. Upah pekerja premium yang berpendidikan primer atau dibawahnya, 2003-10 (persen) 80
Bagan 2.55. Premi konsumsi RT per kapita terhadap RT dengan KRT berpendidikan SD, 2003-2010 (persen) 80
Bagan 2.56. Koefisien Gini Upah Primer, 2000-13 80
Bagan 2.57. Pembagian pendapatan buruh, perubahan 10 tahun (poin persentase) 81
Bagan 2.58. Pembaguan pendapatan pekerja di sektor manufaktur (persen) 82
Bagan 2.59. Jakarta Composite Index, 1997-2014 82
Bagan 2.60. Pasar Perumahan dan Kondominium di Jakarta 82
Bagan 2.61. Pembagian dari total kekayaan yang dimiliki oleh 10 rumah tangga terkaya (persen) 84
Bagan 2.62. Perubahan pembagian total kekayaan yang dimiliki 10 rumah tangga terkaya (poin persentase) 85
Bagan 2.63. Kurva pertumbuhan, 1993-2014 (pertumbuhan konsumsi riil per kapita tahunan dari rumah tangga (kuantil)) 86
Bagan 2.64. Akses terhadap Asuransi Kesehatan (persen) 88
Bagan 2.65. Akses terhadap Pensiun (persen) 88
Bagan 2.66. Tiga dimensi dari jangkauan kesehatan universal 88
Bagan 2.67. CPI dan CPI untuk orang miskin, 2002-13 89
Bagan 2.68. CPI orang miskin (makanan) dan CPI orang miskin (non-makanan), 2002-13 89
Bagan 2.69. Laju kemiskinan dan kerentanan di Indonesia, 2014 (persen) 90
Bagan 2.70. Proporsi kelompok miskin yang telah miskin pada tahun sebelumnya 90
Bagan 3.1. Growth incidence curve Thailand 2000-06 93
Bagan 3.2. Growth incidence curve, Thailand 2006-10 93
Bagan 3.3. Growth incidence curve, Vietnam 2004-12 94
Bagan 3.4. Growth incidence curve, Brazil 2001-09 95
Tabel 2.1. Rata-rata jumlah anggota keluarga berdasarkan desil konsumsi per kapita, 1993 dan 2002 67
Tabel 2.2. Rata-rata jumlah anggota keluarga berdasarkan desil konsumsi per kapita, 2002 dan 2014 67
Tabel 2.3. Keunggulan kefasihan membaca lisan berdasarkan partisipasi PAUD, lokasi dan pendapatan (kata per menit
lebih cepat dari rujukan) 73
Tabel 2.4 Kemudahan berbisnis di Asia Timur 78
Tabel 2.5. Dekomposisi perubahan koefisien Gini konsumsi, 2003-2010 (persen perubahan) 80
Tabel 2.6. Matrix pendapatan mobilitas rumah tangga 1993-2007 86
Tabel 3.1. Faktor pemicu ketimpangan berdasarkan model simulasi pendapatan 86
Tabel 3.2 Faktor pemicu ketimpangan dan berbagai instrumen yang dapat digunakan untuk menghadapinya 88
Tabel 3.3. Biaya dan pendanaan di DKI Jakarta untuk mencapai berbagai standar pendidikan yang berbeda (IDR '000) 97
Tabel 3.4. Kebijakan yang dianggap prioritas dalam penurunan ketimpangan 116
boks
Gambaran Umum
Ketimpangan
peluang Anak-anak miskin seringkali tidak memiliki kesempatan awal yang adil dalam hidup, sehingga
mengurangi kemampuan mereka untuk sukses di masa depan. Setidaknya sepertiga
ketimpangan disebabkan faktor-faktor di luar kendali individu.
Pekerjaan yang tidak
merata Pasar tenaga kerja terbagi menjadi pekerja berketerampilan tinggi yang upahnya
semakin meningkat, dan pekerja yang tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan
keterampilan tersebut sehingga terjebak dalam pekerjaan berproduktivitas rendah, informal,
dan berupah rendah.
Tingginya
konsentrasi kekayaan Segelintir warga Indonesia meraup keuntungan lewat kepemilikan aset keuangan yang
kadang diperoleh melalui korupsi, sehingga mendorong ketimpangan menjadi lebih tinggi
baik saat ini maupun di masa mendatang.
Ketahanan
ekonomi rendah Guncangan semakin umum terjadi dan sangat memengaruhi rumah tangga miskin dan
rentan, sehingga mengikis kemampuan mereka untuk memperoleh penghasilan dan
berinvestasi dalam kesehatan dan pendidikan yang diperlukan untuk meningkatkan derajat
ekonomi mereka.
Memperbaiki pelayanan
publik di daerah Kunci utama agar generasi berikutnya mendapatkan awal yang lebih baik adalah
peningkatan pelayanan publik di daerah, sehingga dapat memperbaiki peluang kesehatan,
pendidikan dan keluarga berencana bagi semua orang.
Menciptakan lapangan
pekerjaan yang lebih baik dan Program pelatihan keterampilan dapat meningkatkan daya saing pekerja yang tidak sempat
peluang melatih keterampilan mengenyam pendidikan berkualitas. Selain itu, Pemerintah dapat membantu menciptakan
bagi tenaga kerja pekerjaan-pekerjaan yang lebih baik melalui investasi lebih besar di infrastruktur, iklim
investasi yang lebih kondusif dan perundang-undangan yang tidak terlalu kaku.
Memastikan perlindungan
dari guncangan Kebijakan pemerintah dapat mengurangi frekuensi dan keparahan guncangan, selain juga
memberikan mekanisme penanggulangan untuk memastikan bahwa semua rumah tangga
memiliki akses ke perlindungan memadai jika guncangan melanda.
Menggunakan pajak dan anggaran
belanja pemerintah untuk Kebijakan fiskal yang berfokus pada peningkatan belanja pemerintah di bidang infrastruktur,
mengurangi ketimpangan saat ini kesehatan dan pendidikan, bantuan sosial dan jaminan sosial. Merancang sistem perpajakan
dan di masa depan yang lebih adil dengan memperbaiki sejumlah peraturan perpajakan yang saat ini
mendukung terpusatnya kekayaan di tangan segelintir orang.
Ringkasan 1
Eksekutif
L a p o r a n i n i m e m p e rtan yakan meskipun ada begitu banyak sekolah dan sarana
m e n g a pa k et im pa n g a n kesehatan? Mengapa banyak pekerja tidak
m e n i n g k at, m e n g a pa is u in i mampu pindah dari pekerjaan berupah rendah
p e n t i n g d i pa h a mi , dan apa yan g ke pekerjaan lebih produktif dengan gaji lebih
da pat d i l a ku k a n. Bagian pertama dari besar? Bagaimana guncangan ekonomi dapat
laporan ini meneliti tren ketimpangan, yang mencegah pekerja kasar meningkatkan derajat
sudah relatif tinggi di Indonesia dan naik lebih ekonomi mereka? Dan mengapa kekayaan yang
pesat ketimbang negara tetangga. Bagian ini semakin terpusat di tangan segelintir orang dapat
juga membahas mengapa isu tersebut penting. meningkatkan ketimpangan, baik kini maupun
Ketimpangan dalam taraf tertentu dapat menjadi di masa depan, dan berpotensi melemahkan
hal positif karena memberi peluang bagi mereka pertumbuhan ekonomi serta mengarah pada
yang mau bekerja keras dan berinovasi untuk pembuatan kebijakan yang mengutamakan
mendapatkan imbalan. Namun, ketimpangan kepentingan segelintir orang, bukan mayoritas?
yang terlalu tinggi bisa berdampak buruk Bagian terakhir menelaah apa yang dapat
pada pertumbuhan ekonomi, memperlambat dilakukan untuk mencegah negara ini menjadi
1
Ringkasan Eksekutif ini
pengentasan kemiskinan, dan melemahkan semakin terbagi lagi. Bagian ini menganjurkan
merangkum pesan kunci
laporan Ketimpangan kerukunan sosial. Bagian kedua bertujuan cara-cara untuk menghindarkan Indonesia dari
yang Semakin Melebar. memahami apa yang mendorong peningkatan situasi di mana hanya sedikit orang yang sehat,
Laporan ini mengacu pada ketimpangan di Indonesia. Mengapa semakin bahagia dan sejahtera, sementara sisanya hanya
serangkaian makalah
teknis yang dirujuk secara banyak anak tidak tumbuh sehat dan lulus bisa mendambakan hidup yang lebih baik namun
individu. dari sekolah dengan keterampilan yang tepat tidak mampu mencapainya.
6
7 Executive summary
Tren
Ketimpangan
di Indonesia
Ketimpangan semakin meningkat karena sebagian besar pertumbuhan
ekonomi hanya dinikmati segelintir orang
Ketimpangan di Indonesia meningkat keuangan Asia, PDB riil per kapita Indonesia
pesat. Berdasarkan sebagian besar pengukuran, tumbuh rata-rata 5,4 persen per tahun antara
ketimpangan di Indonesia telah mencapai tingkat 2000 dan 2014. Pertumbuhan ini membantu
yang tinggi. Pada tahun 2002, 10 persen warga banyak orang keluar dari kemiskinan. Angka
terkaya Indonesia mengonsumsi sama banyaknya kemiskinan berkurang lebih dari separuhnya dari
dengan total konsumsi 42 persen warga termiskin, 24 persen saat krisis menjadi 11 persen pada tahun
sedangkan pada tahun 2014 mereka mengonsumsi 2014. Pertumbuhan ekonomi juga membantu
sama banyaknya dengan 54 persen warga termiskin. menciptakan kelas menengah yang lebih kuat
dari yang pernah ada sebelumnya. Saat ini
Ukuran ketimpangan yang populer terdapat 45 juta orang (18 persen orang terkaya
digunakan adalah koefisien Gini, di dari seluruh masyarakat Indonesia) yang mapan
mana 0 berarti sepenuhnya setara dan secara ekonomi dan menikmati kualitas hidup
100 berarti sepenuhnya tidak setara. lebih tinggi. Mereka adalah segmen populasi yang
Selama krisis keuangan Asia pada tahun 1997- berkembang paling pesat, dengan peningkatan 10
98, saat angka kemiskinan naik tajam rasio Gini persen per tahun sejak 2002 (Bagan ES. 3).3
juga turun. Semua orang terkena dampak krisis,
tetapi segmen masyarakat terkaya terhantam Namun, kelompok orang Indonesia
paling keras. Rasio Gini meningkat dari 30 (tahun yang mapan secara ekonomi tersebut
2000 ) menjadi 41 (tahun 2014), yaitu angka meninggalkan 205 juta sisanya di
tertinggi yang pernah tercatat (bagan ES. 1). Namun, belakang. Manfaat pertumbuhan ekonomi
kenaikan ini pun kemungkinan masih lebih rendah sebagian besar telah dinikmati oleh kelas
dari sebenarnya karena survei rumah tangga konsumen yang berkembang. Antara tahun 2003
biasanya kurang representatif menggambarkan dan 2010, konsumsi per orang untuk 10 persen
rumah tangga terkaya.2 Meskipun dahulu relatif warga terkaya Indonesia naik lebih dari enam
moderat berdasarkan standar internasional, tingkat persen per tahun setelah memperhitungkan inflasi,
ketimpangan Indonesia kini menjadi tinggi dan tapi kenaikannya kurang dari dua persen per tahun
naik lebih cepat daripada sebagian besar negara untuk 40 persen warga termiskin. Ini berpengaruh
tetangga di Asia Timur (Bagan ES. 2). pada perlambatan laju pengentasan kemiskinan,
dengan jumlah orang miskin turun hanya dua
Pertumbuhan berkelanjutan selama persen per tahun sejak 2002, dan nyaris tidak
15 tahun telah membantu mengurangi ada penurunan pada jumlah orang yang
kemiskinan dan menciptakan rentan kemiskinan (Bagan ES. 3).
pertumbuhan kelas sosial yang mapan
secara ekonomi. Setelah pulih dari krisis
2
Bank Dunia, Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan sedang bekerja sama dalam sebuah proyek untuk
memperkirakan secara lebih akurat jumlah warga Indonesia pada kelas menengah dan atas. Pendapatan Temuan
penelitian akan dipublikasikan dalam laporan Bank Dunia yang akan datang.
3
Untuk laporan ini, rumah tangga dalam kelas menengah di Indonesia diartikan sebagai mereka yang secara ekonomi
aman dari kemiskinan dan kerentanan. Garis kemapanan ekonomi pada 2014 berkisar pada konsumsi Rp 1 juta per orang
per bulan. Lihat catatan pada grafik dan laporan "Indonesia's New Climbers: Who are the middle class and what does it
mean for the country?" (World Bank, forthcoming (a))
Setelah stabil cukup lama, rasio Gini mulai naik, kemudian Koefisien Gini Sumber BPS, Susenas dan kalkulasi Bank Dunia
(angka) dan tingkat Catatan Rasio Gini konsumsi nominal. Garis
turun seiring krisis keuangan Asia, sebelum naik tajam kemiskinan nasional diubah pada tahun 1998,
kemiskinan nasional
sejak pemulihan. (bag. ES.1) (persen) 1980-2014
dan angka tahun 1996 dihitung menggunakan
metode baru sekaligus lama.
40
35
30
Gini
25
20
15
10
K emiskinan – lama Kemiskinan – baru
5
0
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Kenaikan rasio Gini di Indonesia selama dua Koefisien Gini di Asia Catatan Rasio Gini konsumsi untuk semua negara kecuali
Timur, periode 1990an Malaysia, yang menggunakan pendapatan. Periode untuk tiap
dasawarsa terakhir adalah salah satu yang negara adalah: Indonesia 1990-2011; Malaysia 1992-2009; Laos
dan 2000an
tertinggi secara regional. (bag. ES.2) 1992-2008; Tiongkok 1990-2008; Vietnam 1992-2008; Thailand
1990-2009; Filipina 1991-2009; dan Kamboja 1994-2008.
Sumber Kanbur, Rhee dan Zhuang (2014) Inequality in Asia and
the Pacific, dari PovCalNet.
Malaysia
China
Philippines
Thailand
Indonesia
Cambodia
India
Laos
Vietnam
0 10 20 30 40 50 60
Kelas "konsumen" yang mapan secara ekonomi Pembagian sumber Susenas dan kalkulasi Bank Dunia. Orang miskin berada di
populasi bawah garis kemiskinan nasional yaitu sekitar Rp 300.000 per orang
telah tumbuh pesat sebesar 10 persen per tahun per bulan. Orang yang rentan punya kemungkinan lebih dari 10 persen
berdasarkan
sejak 2002, dan kini nyaris satu dari lima orang kelas
untuk menjadi miskin pada tahun berikutnya dan berada di bawah 1,5
kali garis kemiskinan. Kelas konsumen mapan secara ekonomi, dengan
Indonesia termasuk ke dalam kelas ini. Namun, (persen) kemungkinan kurang dari 10 persen untuk menjadi miskin atau rentan
pengurangan kemiskinan dan kerentanan 2002-14 pada tahun berikutnya, dan mengonsumsi lebih dari Rp 1 juta per orang per
amatlah rendah. (bag. ES.3) bulan. Kelas konsumen yang berkembang aman dari kemiskinan tapi tidak
dari kerentanan, dan berada di antara garis kerentanan dan kemapanan
ekonomi. Lihat laporan Bank Dunia (2015a) untuk detail lebih lanjut.
mis kin
K enaikan per tahun (–)2.2%
18 .1 3 3 .7 4 1. 2 7.0
2002
ren tan
17.7 28. 8 43.3 1 0.1
K enaikan per tahun (–)0.1 %
2006
kelas kon s umen be rke mb ang
13.3 26 .1 45.9 14.8
K enaikan per tahun 2 .4%
2010
11.3 26 . 9 44.2 17.7
kelas kon s umen
K enaikan per tahun 10% 2014
0 20 40 60 80 100
Mengapa
Ketimpangan
penting
Ketimpangan pendapatan menjadi tidak adil ketika tidak semua orang
memiliki peluang awal yang sama
Ketimpangan pendapatan tidak selalu dalam hidup—maka itu tidak adil. Faktor-faktor lain
merupakan hal buruk, karena terdapat di luar kendali individu yang dapat memengaruhi
kesempatan untuk memberi imbalan bagi pendapatan, standar kehidupan dan ketimpangan
mereka yang bekerja keras dan mengambil antara lain: kebijakan pemerintah, seperti
risiko. Kerja keras dan inovasi menguntungkan pembatasan impor pangan yang meningkatkan
masyarakat karena dapat menciptakan barang biaya hidup sebagian besar orang miskin, atau pola
dan jasa baru yang bisa dinikmati semua orang perpajakan dan alokasi belanja pemerintah yang tidak
sehingga memberi kontribusi ekonomi lebih luas. mengumpulkan dan menyalurkan sumber daya yang
Kemampuan Pemerintah menyediakan pelayanan cukup untuk rakyat miskin dan rentan atau yang tidak
publik pun menjadi lebih besar. Jika kemudian mempunyai akses setara.
ketimpangan ini menimbulkan kesenjangan di
antara mereka yang bekerja keras dan kurang Tingkat ketimpangan yang tinggi dapat
keras, maka dapat dibenarkan dan bahkan memperlambat pertumbuhan ekonomi,
diinginkan. Banyak orang Indonesia setuju dengan sementara negara yang lebih setara dapat
pandangan ini. Ketika ditanya dalam sebuah tumbuh lebih cepat. Tingginya ketimpangan
survei pada tahun 2014 apakah ketimpangan dapat mengurangi pertumbuhan ekonomi bagi
akan pernah dapat diterima, 74 persen responden seluruh masyarakat jika warga miskin tidak mampu
mengatakan “ketimpangan kadang-kadang dapat berinvestasi dengan tepat dalam pertumbuhan
diterima” selama kekayaan diperoleh dengan adil anak-anak mereka, jika warga gagal keluar dari
dan berbasis kepatutan, harga barang terjangkau, kemiskinan dan kerentanan dan pindah ke kelas
dan orang miskin dilindungi.4 konsumen, dan jika warga tidak bisa mendapatkan
pekerjaan produktif. Penelitian baru-baru ini
Namun, ketimpangan dapat menjadi tidak menunjukkan bahwa rasio Gini yang lebih tinggi
adil jika disebabkan oleh faktor-faktor mengarah pada pertumbuhan ekonomi yang lebih
di luar kendali individu. Ada banyak jenis rendah dan kurang stabil. Ketika total penghasilan
ketimpangan. Ketimpangan ekonomi dalam dari 20 persen warga terkaya naik 5 poin
pendapatan, kekayaan dan konsumsi. Ketimpangan persentase, pertumbuhan ekonomi turun 0,4 poin.
peluang, ketika tidak semua orang memiliki akses Sebaliknya, ketika total penghasilan dari 20 persen
ke peluang yang sama dalam hidup. Ada pula warga termiskin naik sebesar 5 poin persentase,
faktor-faktor di luar kendali individu yang sangat pertumbuhan justru naik 1,9 poin. Demikian pula
berpotensi memengaruhi fase kehidupan nantinya: peningkatan pendapatan dari 20 persen warga
di mana Anda lahir, seberapa berpendidikan termiskin golongan kedua dan ketiga, turut
atau kayanya orangtua Anda, dan akses pada meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
4
Untuk pembahasan
mendetail mengenai pelayanan publik apa saja yang didapatkan saat
pendapat orang Indonesia tumbuh dewasa. Mendapatkan awal yang sehat Tingginya ketimpangan menimbulkan
tentang ketimpangan dalam hidup dan pendidikan berkualitas adalah dampak sosial yang dapat memperparah
dan apa yang sebaiknya
dilakukan, lihat prasyarat mendasar untuk mendapatkan pekerjaan konflik. Ketika masyarakat menyadari adanya
makalah latar belakang yang baik dan memperoleh penghidupan layak di jurang pendapatan dan kekayaan, maka potensi
Ketimpangan Dalam masa depan. Saat ketimpangan ekonomi timbul ketegangan sosial dan ketidakrukunan sangat
Persepsi Orang Indonesia
karena ‘ketimpangan peluang’—yakni ketika tidak mungkin terjadi sehingga dapat menimbulkan
dan Solusi yang Diharapkan
(Bank Dunia, 2015a). semua orang mendapatkan awal yang setara konflik. Memang terbukti bahwa daerah-daerah
dengan tingkat ketimpangan lebih tinggi dari disebabkan oleh perilaku cari untung sendiri—
rata-rata di Indonesia memiliki rasio konflik 1,6 kali mencoba menguasai sumber daya yang ada
lebih besar dibandingkan daerah dengan tingkat tanpa menghasilkan kekayaan baru melalui
ketimpangan lebih rendah. Seperti yang terlihat kegiatan produktif. Oknum-oknum tertentu mencari
pada bagan berikut, masyarakat Indonesia sudah perlakuan khusus dan perlindungan terhadap
menyadari adanya ketimpangan yang terlalu posisi mereka, sehingga menyebabkan kesalahan
tinggi dan harus dikurangi. Konflik tentunya alokasi sumber daya, korupsi dan nepotisme,
dapat mengurangi pertumbuhan ekonomi melalui yang semuanya dapat menimbulkan biaya sosial
gangguan tenaga kerja dan penurunan investasi. dan ekonomi yang tinggi, termasuk hilangnya
sumber Bank Dunia (2015b)
Dampak semakin buruk ketika ketimpangan kepercayaan terhadap lembaga publik. menggunakan data LSI (2014)
Orang Indonesia yang disurvei berpendapat ketimpangan sebaiknya lebih rendah Pembagian konsumsi
dari yang ada saat ini, tetapi kenyataannya ketimpangan sekarang ini malah lebih nasional per kuintil: jumlah
seharusnya menurut orang
tinggi dari yang mereka pikirkan. (bag. ES.4) Indonesia, jumlah saat ini
menurut mereka, jumlah
sebenarnya (persen)
kuintil 2 3 4
termiskin
D ist ribus i idea l 14 16 19 23 28
r e s ponden
D ist ribus i 7 12 18 25 38
m e n uru t
r e s ponden
D ist ribus i 7 10 14 20 49
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Orang Indonesia berpikir bahwa bagi Pemerintah untuk mengatasi ketimpangan, Kesadaran
ketimpangan kini sudah terlalu tinggi.
Warga yang disurvei rata-rata mengatakan mereka
sementara 41 persen lainnya berpendapat masalah
publik terhadap
ini "cukup mendesak."
menginginkan negara yang lebih setara dengan ketimpangan
seperlima warga terkaya mengonsumsi 28 persen Untuk mengambil tindakan diperlukan dan permintaan
dari total konsumsi. Responden memperkirakan pemahaman lebih baik tentang mengapa terhadap
bahwa saat ini, seperlima warga terkaya Indonesia ketimpangan meningkat, mengapa isu ini
tindakan
tersebut mengonsumsi 38 persen dari total penting dan apa yang dapat dilakukan.
konsumsi. Meskipun kebanyakan responden sudah Bank Dunia bekerja sama dengan Pemerintah
pemerintah
menyadari bahwa Indonesia terlalu timpang, data Indonesia dan didukung oleh Kementerian mulai naik
nasional menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan Urusan Luar Negeri dan Perdagangan Australia,
justru jauh lebih tinggi dari persepsi mereka: melaksanakan proyek penelitian untuk menelaah
seperlima warga terkaya Indonesia mengonsumsi ketimpangan dan faktor-faktor pendorongnya di
49 persen dari total konsumsi. Indonesia. Tujuan proyek ini adalah mendukung
Pemerintah agar lebih memahami isu yang sedang
Mengingat persepsi ini, sebagian berkembang ini dan lebih mampu membuat
besar orang Indonesia berpikir perlu keputusan terkait kebijakan, yang didukung
segera diambil tindakan, dan mengapa penelitian mendalam serta bukti-bukti, mengenai
ketimpangan telah menjadi isu penting di cara menanggapinya. Bagian ikhtisar ini menelaah
masyarakat. Ketimpangan adalah salah satu isu tren ketimpangan baru-baru ini dan mengapa
utama menjelang pemilihan presiden pada bulan isu ini dapat menjadi hal yang mengkhawatirkan.
Juli 2014. Ketika itu baik media nasional maupun Bagian berikutnya mengulik alasan mengapa
internasional memberitakan tentang peningkatan ketimpangan meningkat dan mengapa respon
ketimpangan, dan kedua calon presiden membuat kebijakan dibutuhkan. Bagian keempat dan
pernyataan publik tentang strategi untuk terakhir membahas apa yang dapat dilakukan
mengurangi ketimpangan. Mereka pun didukung para pembuat kebijakan di pemerintahan untuk
oleh masyarakat. Sejumlah 47 persen responden mengatasi ketimpangan yang kian meningkat.
yang disurvei mengatakan "sangat mendesak"
Mengapa
ketimpangan
Meningkat
Untuk memahami apa yang mendorong Ada empat pendorong utama
ketimpangan di Indonesia dan ketimpangan di Indonesia yang
mengapa ketimpangan meningkat, memengaruhi generasi sekarang
kita perlu memahami sumber maupun masa depan. Dengan menerapkan
daya apa saja yang dimiliki rumah kerangka di atas, kami menemukan bahwa
tangga yang berbeda dan bagaimana ada empat pendorong utama ketimpangan di
mereka menggunakannya untuk Indonesia. Pertama, ketimpangan peluang berarti
menghasilkan pendapatan (Bagan ES. 5). tidak semua orang dapat mengembangkan
Setiap rumah tangga menggunakan sumber daya keterampilan yang diperlukan untuk mendapatkan
berbeda untuk menghasilkan pendapatan: bisa pekerjaan berupah tinggi. Kedua, dengan semakin
berupa tenaga untuk mendapatkan upah dan gaji besarnya tuntutan untuk memiliki keterampilan
atau berupa aset keuangan dan fisik. Kunci untuk yang tepat dalam ekonomi modern, imbalan bagi
memahami peningkatan ketimpangan adalah mereka yang berhasil mendapatkan pekerjaan
memahami mengapa sebagian rumah tangga bagus semakin tinggi. Sementara mereka yang
memiliki pekerjaan lebih baik dan penghasilan tidak punya keterampilan yang dibutuhkan,
lebih besar, sementara sebagian lainnya memiliki terjebak dalam pekerjaan informal atau pekerjaan
aset keuangan lebih banyak dan penghasilan dengan produktivitas dan upah rendah. Jika kedua
lebih besar. Faktor lain yang juga mempengaruhi faktor ini digabungkan maka ketimpangan upah
ketimpangan adalah bagaimana pendapatan meningkat. Ketiga, semakin terpusatnya sumber
tersebut dibelanjakan: seberapa banyak yang daya keuangan di tangan segelintir rumah tangga
dikonsumsi (dan harus dibagi untuk berapa kaya menimbulkan ketimpangan pendapatan yang
orang) dan yang ditabung. Selain itu, guncangan lebih tinggi saat ini dan memperkuat ketimpangan
dan bencana dapat tiba-tiba mengikis aset dan sumber daya manusia dan keuangan pada generasi
pendapatan rumah tangga sehingga penting untuk berikutnya. Keempat, guncangan dapat memengaruhi
memahami mengapa rumah tangga kaya lebih ketimpangan pada tahap mana pun dalam kerangka
mampu bertahan menghadapi masalah semacam itu. ini dengan cara mengikis kemampuan rumah tangga
1 2 3
Kerangka aset
yang menghasilkan
pendapatan dapat
membantu kita Aset Pendapatan Konsumsi
memikirkan mengapa Setiap rumah tangga Rumah tangga menerima Pendapatan rumah tangga digunakan untuk konsumsi
ketimpangan memiliki kuantitas pendapatan dari yang (hal yang mendasari ketimpangan), namun semakin
muncul. Kerangka ini dan kualitas aset yang setiap sumber hasilkan banyak anggota rumah tangga maka semakin jauh
berbeda • Sumber daya penyebaran pendapatan
diterapkan berlaku •Sumber daya manusia manusia menghasilkan
lintas generasi dan •Sumber daya keuangan penghasilan dari Guncangan meningkatkan biaya hidup;
dapat memperparah tenaga kerja contohnya kenaikan harga makanan
ketimpangan seiring Guncangan secara • Sumber daya keuangan
4
langsung mengurangi
waktu.(bag. ES.5) kemampuan
menghasilkan keuntungan
dan pembayaran sewa
Memahami ketimpangan menghasilkan
melalui kerangka aset yang pendapatan pada Guncangan mengurangi Investasi
menghasilkan pendapatan aset: contohnya pendapatan yang
dengan siklus umpan balik bencana alam, sakit dihasilkan aset:
Pendapatan yang tidak digunakan diinvestasikan pada
yang memperkuat contohnya kekeringan,
sumber daya keuangan dan manusia untuk anak-anak
mereka (hal yang mendasari ketimpangan selanjutnya
Tra ns mis i pe nghasilan pengangguran
p en da patan antar melalui bertambahnya aset)
ge ne rasi
untuk mendapatkan penghasilan, menabung, dan badan yang tepat sesuai usia mereka. Kemampuan Kesehatan
berinvestasi pada kesehatan dan pendidikan. Pada kognitif mereka berkembang lebih lambat
anak-anak dan
bagian berikutnya kita akan membahas masing- dibandingkan anak-anak yang tumbuh sehat,
masing faktor pendorong ini. sehingga tingkat pendidikannya lebih rendah,
nutrisi pada
dan mendapatkan penghasilan lebih rendah dua tahun
01 saat dewasa, Ini adalah salah satu tantangan pertama hidup
Awal kehidupan yang pembangunan terpenting, 37 persen anak-anak mereka akan
tidak setara berarti berpengaruh
Indonesia mengalami tinggi badan kurang—angka
yang jauh lebih tinggi daripada negara-negara
terhadap sisa
kehidupan yang tidak tetangga (Bagan ES. 6).
hidup mereka
setara di masa depan Bertahannya tingkat gizi pendek pada
Ketimpangan peluang sejak lahir dapat anak sebagian disebabkan oleh tidak
menjelaskan sebagian besar ketimpangan meratanya akses pada nutrisi, air bersih,
pendapatan di masa depan. 5 Tidak adil bila sanitasi memadai dan pelayanan kesehatan
ketimpangan pendapatan atau konsumsi saat berkualitas. Banyak anak miskin tidak
dewasa diakibatkan oleh ketimpangan peluang mendapatkan ASI dengan tepat, dan sangat kecil
yang terjadi akibat faktor di luar kendali individu kemungkinannya untuk mendapat mikronutrisi
pada saat lahir. Sepertiga ketimpangan konsumsi yang dibutuhkan. Meskipun sebagian besar
di Indonesia disebabkan oleh sejumlah kecil memulai proses imunisasi, hanya sedikit yang
faktor di luar kendali individu, terutama faktor menyelesaikannya. Selain itu, banyak anak tidak
pendidikan orang tua dan tempat di mana mereka punya akses ke air bersih dan sanitasi memadai,
lahir. Perbedaan jenis kelamin relatif tidak banyak sehingga meningkatkan risiko penyakit dan
berkaitan dengan tingkat ketimpangan di Indonesia. memengaruhi asupan nutrisi.
Gizi pendek terkait erat dengan angka kematian, sumber Kesenjangan dalam akses kesehatan anak yang sumber
WHO Child susenas
kognitif, pendidikan, pendapatan saat dewasa Nutrition lebih baik semakin berkurang (seperti dalam
dan kesehatan yang lebih buruk. Gizi pendek di Indicators. air dan sanitasi, seperti ditunjukkan), walaupun
Indonesia jauh lebih tinggi daripada sebagian tingkat kualitas masih tetap rendah di banyak
besar negara tetangga.) (bag. ES.6) tempat. (bag. ES.7)
Kurangnya tinggi badan berdasarkan negara (persen) Kurangnya akses pada air bersih dan sanitasi memadai
berdasarkan desil konsumsi rumah tangga per kapita (persen)
tha i l a nd 16 Sanitasi Buruk 2002
m a l ays i a 17.5 100 air tidak bersih 2002 Sanitasi Buruk 2011
v iet na m 23 80
air tidak bersih 2002
p hil i ppi ne s 33 60
m ya nm a r 35 40
in d o n e s i a 37 20
0
ca m bo d i a 41 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah anggota keluarga dalam rumah kontribusi pada peningkatan ketimpangan selama
tangga yang lebih miskin berkurang periode ini. Jika pengurangan besar rumah tangga
lebih cepat daripada rumah tangga yang warga miskin dan kaya terus mengikuti pola yang
lebih kaya pada tahun 1990an, sehingga sama yang terjadi antara tahun 1993 dan 2002,
membantu menurunkan ketimpangan. rasio Gini akan berada di 4 poin lebih rendah pada
Lebih banyak anggota keluarga dalam sebuah tahun 2014, yaitu di angka 37 dan bukan 41.
rumah tangga berarti lebih sedikit sumber daya
yang tersedia untuk setiap orang. Rumah tangga Hal ini terjadi karena efektivitas
miskin cenderung memiliki lebih banyak anak. keluarga berencana di Indonesia menurun
Sehingga, mereka tidak hanya berpenghasilan selama dasawarsa terakhir. Penggunaan
lebih rendah daripada rumah tangga yang lebih kaya, kontrasepsi saat ini kurang lebih sama dengan
tetapi penghasilan tersebut harus dibagi kepada lebih satu dasawarsa yang lalu. Meskipun kebutuhan
banyak orang. Berkat program keluarga berencana kontrasepsi yang tidak terpenuhi tidak terlalu tinggi
nasional sejak tahun 1970an, jumlah anggota dibandingkan negara lain, namun selama beberapa
keluarga rumah tangga miskin berkurang lebih cepat tahun belakangan tidak menunjukkan tanda-tanda
daripada rumah tangga kaya pada tahun 1990an. penurunan. Ini menunjukkan tidak meratanya
Seandainya program keluarga berencana gagal saat akses program keluarga berencana antara orang
itu, ketimpangan mungkin akan lebih tinggi. Karena kaya dan miskin, terutama metode jangka panjang
rumah tangga miskin memiliki lebih sedikit anak, seperti IUD (spiral), yang justru lebih efektif
konsumsi per kapita mereka naik lebih cepat. Rasio membatasi jumlah anggota keluarga. Hal lain
Gini diperkirakan mencapai 2,5 poin lebih rendah yang turut memperlemah pelaksanaan program
dibandingkan dengan skenario jika rumah tangga miskin keluarga berencana: desentralisasi, kurangnya
pada tahun 2002 sama besarnya dengan tahun 1993. dukungan politik di tingkat daerah, dan lemahnya
peraturan. Pertama, Badan Kependudukan dan
Keluarga Pada tahun 2000an, jumlah anggota Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), yang
miskin keluarga dalam rumah tangga kaya dulu merupakan lembaga kuat di bawah kendali
turun sementara rumah tangga miskin pemerintah pusat, kesulitan mempertahankan
cenderung lebih tetap sama besar, sehingga berkontribusi efektivitasnya setelah Indonesia menerapkan
besar, sehingga signifikan terhadap meningkatnya desentralisasi. Tanggung jawab untuk penerapan
sumber daya ketimpangan. Antara tahun 2002 dan 2014, dan pengawasan dialihkan ke pemerintah daerah
terbagi lebih jumlah anggota keluarga pada separuh populasi (kabupaten dan kota). Kedua, dukungan anggaran
tipis yang lebih miskin tetap stabil. Pada separuh dari pemerintah daerah menurun.
populasi yang lebih kaya, ukuran rumah tangga
mereka terus menyusut meski lebih lambat Perubahan demografi ini tentunya
daripada pada tahun 1990an. Ini memberi akan berdampak pada peluang generasi
Kesenjangan angka partisipasi sekolah sumber ...tapi di balik angka partisipasi Nasional sumber
Podes 2011
antara anak yang lebih kaya dan lebih miskin Susenas 2012
sekolah yang lebih tinggi terdapat Pedesaan
Infrastructure
telah berkurang seiring waktu... (bag. ES.8) perbedaan kualitas pendidikan Perkotaan Survey
pada sekolah dan daerah yang
Angka partisipasi sekolah anak usia 13-15 tahun Maluku/
berdasarkan kuintil konsumsi per kapita orang tua berbeda... (bag. ES.9) Papua
60
Q1
50
2004 2007 2011 2013 All schools: share smp with share schools
av. share of laboratory with electricity
teachers with
diploma
Ketimpangan yang semakin lebar
Mengapa ketimpangan meningkat 14
berikutnya. Berbaliknya tren jumlah anggota keluarga dalam rumah ...yang pada akhirnya menyebabkan Indonesia
tangga miskin dan kaya tidak hanya memberi kontribusi terhadap tingginya masuk ke dalam daftar negara dengan nilai
ketimpangan konsumsi saat ini, tapi juga masa depan. Sedikitnya jumlah terburuk dalam tes sains dan matematika
anggota keluarga yang lebih kaya berarti akan membawa sejumlah manfaat internasional (bag. ES.10)
positif bagi anak-anak mereka dibandingkan anak-anak dari rumah tangga Persentase anak usia 15 tahun dengan nilai sumber
yang lebih miskin. Keluarga yang lebih kecil dapat memberi kontribusi pada tes matematika dan sains internasional OECD 2015
peningkatan kesehatan ibu dan anak, sementara jeda di antara kehamilan PISA di bawah Tingkat 2 ( kemampuan
dasar, nilai 420)
membuat tubuh ibu dapat pulih dan memberikan lebih banyak gizi sehingga
bayi dapat dilahirkan dengan berat badan sehat. Ini juga berarti lebih banyak
perhatian dapat diberikan kepada setiap anak, sehingga membantu mereka
lebih siap masuk prasekolah. Mengurangi angka kehamilan remaja dapat
mengurangi angka kematian ibu dan anak serta rendahnya berat badan 89.2 Ghana
87.2 Honduras
bayi saat lahir. Anak-anak yang lebih sehat yang terlahir dalam keluarga 85.6 South Africa
78.9 Morocco
mapan dapat meningkatkan ketimpangan di masa depan karena mereka 73.8 Indonesia
73.7 Peru
mendapatkan awal yang lebih baik dalam hidup. 67.7 Qata r
67.6 Colombia
67.0 Botswana
Ketimpangan peluang semakin parah ketika tidak semua anak 65.0 Oman
64.6 Syria
mendapatkan awal yang baik di sekolah. Kecil kemungkinan bagi 64.3 Brazil
63.9 Tunisia
anak-anak yang tinggal di luar Jawa atau di wilayah pedesaan, khususnya 61.4 Jordan
61.2 Saudi Arabia
mereka yang miskin untuk mengikuti program pendidikan anak usia dini, di 61.1 Argentina
59.9 Palestine
mana proses pembelajaran dimulai. Di tingkat sekolah dasar, angka partisipasi 59.1 Albania
57.0 Macedonia
sekolah hampir merata. Kesenjangan angka partisipasi sekolah menengah 56.0 Montenegro
55.3
pertama antara anak yang lebih kaya dan lebih miskin semakin berkurang 54.9
Lebanon
Georgia
seiring waktu (Bagan ES. 8). Meskipun demikian, anak yang lebih miskin tidak 53.8
53.6
Mexico
Uruguay
naik ke jenjang pendidikan berikutnya pada taraf yang sama dengan anak 53.4 Bahrain
52.5 Costa Rica
yang lebih kaya. Angka partisipasi sekolah di kelas enam Sekolah Dasar untuk 51.1 Malaysia
49.8 Iran
20 persen anak-anak terkaya hanya 9 poin persentase lebih tinggi daripada 46.3 Kazakhstan
45.3 Chile
20 persen anak-anak termiskin, namun 21 poin persentase lebih tinggi pada 44.7 Armenia
44.2 Thailand
kelas satu Sekolah Menengah Pertama. 42.7 UAE
42.0 Bulgaria
41.6 Romania
Tantangan terbesar untuk kesetaraan awal bagi semua orang 39.1 Serbia
36.4 Turkey
adalah kualitas pendidikan. Sekolah-sekolah di pedesaan dan di 32.7 Israel*
32.5 Greece
Indonesia timur lebih kecil kemungkinannya untuk memiliki guru terlatih atau 28.8 Slovak Republic
28.3 Ukraine
fasilitas memadai. Tidak adanya guru juga menjadi masalah di beberapa daerah 26.1 Sweden
25.1 Croatia
(Bagan ES. 9). Ketimpangan kualitas pendidikan tetap terjadi bahkan jika anak 24.7 Luxembourg
24.5 Hungary
miskin tetap bersekolah. Nilai yang mereka dapatkan seringkali lebih kecil dari 24.4 Iceland
23.5
yang didapatkan anak kaya. Ini berdampak buruk pada hasil pembelajaran 23.3
United States
Portugal
murid-murid miskin dan di daerah terpencil. Contohnya, anak kelas tiga sekolah 23.2
23.0
Italy
Russia
dasar di Jawa membaca 26 kata per menit lebih cepat dibandingkan anak di 22.5 Lithuania
22.3 Norway
Nusa Tenggara, Maluku atau Papua. Demikian pula, anak yang lebih kaya 21.8 France
21.1 Spain
membaca 18 kata lebih cepat daripada anak yang lebih miskin. Rendahnya 20.7 New Zealand
19.6 Belgium
kualitas pendidikan untuk mereka yang kurang beruntung (mayoritas anak 19.6 United Kingdom
18.7 Czech Republic
Indonesia) menyebabkan rendahnya kualitas rata-rata hasil pembelajaran. 18.5 Austria
18.1
Tujuh puluh empat persen anak Indonesia usia 15 tahun bahkan tidak mencapai 17.7
Denmark
Australia
kemampuan dasar Tingkat 2 (nilai 420) dalam tes matematika dan sains 17.7
17.4
Slovenia
Latvia
internasional PISA. Ini adalah nilai kelima terburuk dari 82 negara (Bagan ES. 10). 16.1 Germany
15.1 Netherlands
15.1 Ireland
13.8 Switzerland
Meskipun kesenjangan akses pada pendidikan dasar dan 13.7 Liechtenstein
13.1 Canada
kesehatan berkurang, ketimpangan terus meningkat, 12.7 Poland
12.3 Taiwan
dengan keadaan saat lahir masih memainkan peran 11.3 Vietnam
Dari 39 persen ketimpangan konsumsi saat ini merata, meskipun kesenjangan akses fisik telah
turun menjadi 34 persen untuk mereka yang berkurang. Ketimpangan meningkat selain karena
dilahirkan pada tahun 1950an dibandingkan faktor kesenjangan keterampilan yang terus terjadi
kelahiran tahun 1970an. Namun, penurunan antara anak yang beruntung dan kurang beruntung,
ini telah berhenti dan mungkin bahkan berbalik ditambah semakin tingginya kesenjangan pendapatan
untuk mereka yang lahir pada tahun 1980an antara pekerja terampil dan tidak terampil.
dan seterusnya. Ini sebagian karena akses
pada pelayanan publik berkualitas tetap tidak
pekerja terampil
atau "sangat sulit" menemukan tenaga kerja
terampil profesional. Empat puluh sampai 50 persen
pekerja tidak terampil. Terdapat sedang menjalani transisi. Artinya, upah pekerja
kurang dari 1
kesenjangan upah yang semakin lebar antara terampil yang lebih tinggi belum tentu menjadi
pekerja terampil dan tidak terampil. Upah masalah. Namun, saat tidak semua orang punya
persen anak
pada sektor dengan produktivitas tinggi yang kesempatan mengembangkan keterampilan muda yang
membutuhkan keterampilan lebih, seperti jasa karena adanya ketimpangan kesempatan, seperti telah mengikuti
keuangan, telekomunikasi dan sejumlah sektor yang saat ini terjadi di Indonesia, sehingga pelatihan
teknik, TI atau
manufaktur, telah naik lebih pesat dibandingkan peningkatan upah pekerja terampil justru
upah pada sektor dengan produktivitas rendah. mendorong ketimpangan jangka panjang
Secara rata-rata per tahun, setiap tambahan Rp yang lebih tinggi. bahasa
200 juta produktivitas tenaga kerja per tahun yang
dinikmati suatu sektor menyebabkan pertumbuhan Sebagian besar pekerjaan yang tersedia
upah riil yang lebih tinggi 1,0 poin persentase dan pekerjaan baru terpusat di sektor
antara 2001 dan 2014.6 Dalam pasar tenaga kerja dengan produktivitas rendah, sehingga
ini, pekerja dari rumah tangga yang lebih kaya pekerja terjebak dalam pekerjaan
yang kemungkinan besar lebih terdidik dan lebih berupah rendah, umumnya di sektor
terampil, meraup keuntungan dari upah lebih tinggi. pertanian dan informal. Di antara tahun 2001
dan 2012, tercipta lebih dari 20 juta pekerjaan baru.
Belum tentu peningkatan upah Namun penciptaan lapangan kerja terpusat pada
pekerja terampil menjadi masalah, sektor-sektor yang produktivitasnya rendah dan
karena kebutuhan yang lebih tinggi tidak membutuhkan keterampilan tinggi. Dari total
akan keterampilan merupakan pertumbuhan lapangan kerja, 30 persen terjadi dalam
indikator positif dalam sebuah layanan masyarakat, sosial dan pribadi dan 28 persen 6
Produktivitas tenaga
ekonomi negara, namun peningkatan dalam grosir, perdagangan dan ritel, sementara kerja di sini diukur
sebagai nilai keluaran
ini berpotensi menjadi masalah jika manufaktur menyumbang hanya 16 persen total PDB pada sektor tertentu
tidak semua orang punya kesempatan pertumbuhan (3,3 juta lapangan pekerjaan). dibagi jumlah pekerja.
yang sama untuk mengembangkan Produktivitas pekerja
berkisar antara Rp 20
keterampilan tersebut. Saat suatu Prospek bagi para pekerja ini suram karena
juta dari PDB pada sektor
negara ingin naik peringkat dari pendapatan kurangnya investasi pada infrastruktur yang produktivitasnya
menengah bawah ke menengah atas, penting bagi dan buruknya iklim investasi sehingga sangat rendah seperti
pertanian, Rp 100-200
ekonominya untuk berubah, sektor-sektor dan memperlambat terciptanya pekerjaan
juta pada sektor dengan
perusahaan-perusahaan naik posisinya di rantai yang lebih produktif. Kurangnya investasi produktivitas lebih tinggi
nilai ke barang dan jasa yang lebih maju. Saat pada infrastruktur dan buruknya iklim investasi dalam jasa manufaktur
proses ini terjadi, pengusaha akan membutuhkan telah menghalangi terciptanya pekerjaan yang lebih dan keuangan, sampai
lebih dari Rp 500
pekerja dengan tingkat keterampilan yang lebih banyak dan lebih baik. Investasi pada infrastruktur juta pada sektor
tinggi. Maka, upah pekerja terampil yang lebih kolaps saat krisis keuangan Asia dan masih belum pertambangan nonmigas.
tinggi dapat menjadi tanda positif bahwa ekonomi pulih sepenuhnya.
Persentase pekerjaan yang sumber Nyaris separuh pengusaha yang disurvei sumber Bank Dunia (2011)
Sakernas, Keterampilan untuk Pasar
membutuhkan jenjang kalkulasi menemukan kesenjangan keterampilan Tenaga Kerja di Indonesia.
pendidikan lebih tinggi telah Bank Dunia pada staf mereka. (bag. ES.12)
meningkat. (bag. ES.11)
Keterampilan yang penting bagi
Pekerjaan berdasarkan jenjang
pengusaha, serta kesenjangan
pendidikan, 2002-13 (persen)
keterampilan (persen) sangat kesenjangan
penting keterampilan
4.8 dalam staf
100
9.4 Keterampilan
17.6 dasar
80 25.1
16.7 Keterampilan
60
18.5 Berpikir
40 Keterampilan
60.9
46.9 perilaku
20
Keterampilan
0 komputer
2002 2013 Keterampilan
Bahasa inggris
Total investasi infrastruktur per tahun turun diberlakukan pada waktu laporan ini naik cetak,
dari rata-rata 7 persen pada 1995-97 ke sekitar upah minimum kini mulai ditetapkan dengan
3-4 persen dari PDB dalam beberapa tahun formula berbasis inflasi dan pertumbuhan PDB.
belakangan. Tertinggal dibandingkan Thailand dan Walaupun peraturan baru ini menjanjikan, namun
Vietnam yang lebih dari 7 persen dan 10 persen di masih belum mengatasi masalah produktivitas
Tiongkok selama satu dasawarsa terakhir. pekerja dan diskresi di pihak pemerintah provinsi.
Tingginya pesangon dan proses negosiasi
Meskipun belanja pemerintah meningkat upah minimum yang tidak jelas, memperkecil
selama beberapa tahun belakangan, kemungkinan perusahaan mempekerjakan
infrastruktur inti Indonesia, seperti buruh secara formal. Kebanyakan perusahaan
jalan, pelabuhan, listrik, dan fasilitas menanggapinya dengan tidak menggunakan kontrak
telekomunikasi, belum bisa mengejar resmi, melainkan kontrak jangka pendek atau
pertumbuhan ekonomi. Indonesia kehilangan mengandalkan perusahaan perantara yang menyediakan
lebih dari 1 poin persentase pertumbuhan PDB tenaga kerja alih daya. Faktanya, sekitar sepertiga
tambahan per tahun karena kurangnya investasi buruh di Indonesia masih bekerja tanpa kontrak.
pada infrastruktur. Masalah transportasi adalah satu Jumlah buruh yang menerima upah memang mencapai
di antara kendala bisnis terbesar untuk perusahaan 45 persen total lapangan kerja namun hanya seperlimanya
manufaktur, dan biaya transportasi yang terlalu saja yang dibayar di atas upah minimum , sisanya
tinggi melemahkan daya saing mereka. Produsen pekerja tidak resmi tanpa jam kerja yang jelas.
bahan mentah tidak mampu memanfaatkan potensi
peluang yang terkait permintaan konsumen Saat ini, hukum hanya melindungi sebagian
akhir. Akibatnya, lebih murah mengimpor jeruk kecil pekerja. Kebanyakan pekerja tidak
dari Tiongkok daripada mendapatkannya menerima pesangon sama sekali (66 persen),
dari Kalimantan. Ditambah lagi, proses untuk sementara mereka yang menerima biasanya
memperoleh izin usaha sangat berbelit-belit, mahal mendapatkan lebih sedikit daripada hak mereka.
dan menghabiskan waktu. Indonesia menduduki Hanya 7 persen pekerja yang di-PHK menerima
peringkat ke-114 dari 189 negara dalam indeks pesangon penuh. Peraturan ini membuat
Kemudahan Menjalankan Bisnis oleh Bank pekerja sulit pindah dari pekerjaan informal ke
Dunia, lebih rendah ketimbang Malaysia (18), pekerjaan formal karena pemberi kerja formal
Thailand (26), Vietnam (78), Tiongkok (90) dan mempertimbangkan tingginya biaya pesangon dan
Filipina (95). Contohnya, untuk memperoleh izin ketidakjelasan peraturan tentang kenaikan upah
membuka usaha di bidang manufaktur butuh 794 minimum saat menerima pekerja. Ketidakpatuhan
hari berdasarkan undang-undang, namun dalam terhadap peraturan tenaga kerja dapat memperkuat
penerapannya bisa lebih lama. Dibutuhkan 101 hari segmentasi pasar tenaga kerja dan kesenjangan
untuk mendapatkan aliran listrik di Indonesia, upah, sehingga pekerjaan dengan kualitas dan
sementara hanya 35 hari di Thailand. produktivitas rendah akan semakin banyak.
yang lebih kaya dengan bekal keterampilan, Kekayaan yang dihimpun menghasilkan
Segelintir
bahkan lebih banyak pendapatan di masa
mereka meraup keuntungan dari pasar tenaga
depan, sehingga mendorong ketimpangan
warga
kerja yang kekurangan keterampilan.
menjadi jauh semakin tinggi. Aset keuangan Indonesia
Kesenjangan upah yang makin lebar dan fisik menghasilkan pendapatan lebih tinggi meraup
antara segelintir pekerja terampil hanya untuk sejumlah kecil rumah tangga kaya di keuntungan
Indonesia, dan rumah tangga tersebut kemudian
dan mayoritas yang tidak terampil
menyimpan pendapatan yang kemudian akan
lewat
adalah salah satu pendorong utama
meningkatnya ketimpangan selama tumbuh menjadi kekayaan yang lebih besar lagi. kepemilikan
dasawarsa terakhir. Kesenjangan upah Bagian kekayaan yang dikuasai 10 persen orang aset keuangan
pekerja terampil yang makin lebar tercermin pada terkaya di Indonesia naik 7 poin persentase antara dan fisik
ketimpangan upah yang lebih tinggi. Koefisien tahun 2007 dan 2014. masuk 10 besar negara
Gini untuk upah primer naik sekitar 5 poin selama dengan angka tertinggi dari 46 negara selama
tahun 2000an, sehingga memberi kontribusi pada periode tersebut. Aset yang meningkat di masa
ketimpangan yang lebih tinggi. Faktanya, sekitar kini juga akan menghasilkan pendapatan yang lebih
28 persen peningkatan ketimpangan konsumsi tinggi lagi di masa depan.
pada tahun 2000an berkorelasi dengan imbal
hasil yang semakin meningkat atas pendidikan. Sebagian pengumpulan kekayaan
Karena keterampilan dalam tiap jenjang pendidikan disebabkan perbedaan cara pemungutan
amat bervariasi, kontribusi imbal hasil yang pajak antara penghasilan pekerja dan
semakin meningkat atas keterampilan, dan bukan modal. Meningkatnya konsentrasi kekayaan
pendidikan, mungkin bahkan lebih tinggi lagi. sebagian disebabkan perbedaan dalam cara
pemungutan pajak penghasilan dari pekerja
dan modal. Contohnya, pajak yang dipotong
dari dividen hanya 10 persen (dan pajak yang
03 Indonesia memiliki salah satu konsentrasi kekayaan sumber
konsentrasi kekayaan
& konsekuensinya Pembagian total kekayaan yang dikuasai 1 persen rumah tangga terkaya (persen)
properti, telah meningkat. Hal ini terjadi tak hanya taiwan 32.7
switzerland 30.9
di Indonesia namun juga di negara-negara lain di romania 30.8
sweden 30.8
dunia. Di Indonesia, terdapat imbal hasil tinggi atas austria 29.3
seluruh kekayaan (Bagan ES. 13), menempati posisi united kingdom 23.3
netherlands 22.7
tertinggi kedua (bersama Thailand) setelah Rusia finland 22.0
italy 21.7
dari 38 negara. Ini berarti pendapatan dari aset france 21.4
dipotong dari bunga hanya 20 persen), lebih Namun masih banyak aspek korupsi
rendah daripada semua tarif pajak penghasilan yang belum diketahui, khususnya aspek
pekerja kecuali tarif terbawah, dan jauh lebih ekonomi politik lembaga-lembaga dan
rendah daripada pungutan pajak penghasilan sifat korupsi di Indonesia, sehingga sulit
tertinggi sebesar 30 persen. Di sisi lain, secara untuk mengetahui tindakan terbaik
teori keuntungan modal signifikan yang diperoleh yang dapat diambil. Tidak banyak yang
dari pasar properti dan saham harus dikenakan diketahui tentang sifat korupsi di Indonesia dan
pajak penghasilan pribadi, tapi tidak dikenakan bagaimana korupsi mendorong ketimpangan.
pajak yang dipotong pihak ketiga (withholding tax). Persepsi publik mengindikasikan bahwa korupsi
Dengan lemahnya pengawasan dan kepatuhan terjadi secara luas, dan dari kasus-kasus besar
pada pajak penghasilan pribadi, withholding tax yang terungkap memberi contoh bagaimana
yang rendah seringkali berarti lebih sedikit pajak peraturan menguntungkan orang dalam atau
yang dibayar. Sementara, untuk banyak pekerja, dilangkahi begitu saja tanpa ada konsekuensi
pajak penghasilan dari gaji dipotong pemberi hukum. Korupsi kemungkinan besar berkaitan
kerja, sehingga memastikan taraf kepatuhan dengan ketimpangan melalui pertumbuhan yang
tertentu untuk penghasilan pekerja. Alhasil, sekitar lebih rendah: konsentrasi kekayaan yang tinggi
95 persen pajak penghasilan pribadi (sekitar 20 dan pembuatan kebijakan yang memperburuk
persen dari total pajak penghasilan, sisanya terdiri ketimpangan (contohnya, pasar tenaga kerja yang
dari pajak penghasilan badan) dipungut dengan menghambat terciptanya pekerjaan produktif
cara dipotong pihak lain, biasanya dari gaji, dan atau alih profesi, atau pembatasan impor yang
hanya 5 persen sisanya berasal dari penghasilan modal. menaikkan harga pangan). Namun, diperlukan
analisis ekonomi politik untuk menemukan sebab-
Pengumpulan kekayaan lainnya mungkin sebab mendasar. Aspek-aspek apa sajakah dalam
berasal dari berbagai bentuk tindak kerangka politik, ekonomi, dan hukum di Indonesia
korupsi. Untuk sebagian orang, aset yang memberi insentif pada perilaku cari untung
keuangan dan fisik didapatkan melalui sendiri semacam itu? Bagaimanakah kebijakan
koneksi pribadi dan praktik korupsi. Pada dibuat, oleh siapa dan untuk keuntungan siapa?
tahun 2014 Indonesia mendapat nilai 34 dari 100 Apakah perilaku korupsi atau cari untung
(di mana nilai 0 berarti sangat korup dan 100 berarti sendiri disebabkan kurangnya pengawasan
sangat bersih) dalam Indeks Persepsi Korupsi yang memadai? ataukah perilaku itu disebabkan
yang mengukur persepsi korupsi sektor publik di kurangnya penegakan pengawasan (entah melalui
seluruh dunia, dan menempati peringkat ke-107 dari keleluasaan dalam penyelidikan dan penuntutan
175 negara. Ini menunjukkan bahwa sebagian dari dugaan korupsi atau subversi proses hukum secara
pengumpulan kekayaan terjadi melalui korupsi—atau terang-terangan melalui mafia peradilan)?
setidaknya dinilai dikumpulkan dengan cara demikian.
Guncangan mengikis
yang menghasilkan pendapatan. Bencana alam,
misalnya, dapat menimbulkan kerugian ternak
menghasilkan uang
pendapatan yang berasal dari aset tersebut,
memengaruhi contohnya kekeringan dapat mengurangi panen.
rumah tangga dan menabung, Guncangan pun dapat mengurangi manfaat
Kurang dari setengah dari seluruh populasi Indonesia memiliki asuransi kesehatan (bag. ES.14)
Akses pada asuransi kesehatan (persen)
miskin 55.3
rentan 49.4
Ada lebih dari dua kali lipat orang Indonesia yang rentan daripada yang miskin. Mereka hidup kurang dari 50 persen di atas
garis kemiskinan dan mudah jatuh kembali ke dalam kemiskinan jika mengalami guncangan (bag. ES.15)
Angka kemiskinan dan kerentanan di Indonesia, 2014 (persen)
11.3% 26.9 %
( 2 8 jut a ) ( 6 8 jut a )
miskin r e n ta n
0 5 10 15 20 25 30 35 40
sumber Susenas dan Bank Dunia (2015a). catatan Orang miskin berada di bawah garis kemiskinan yaitu sekitar US$1,30; orang rentan berada di
bawah 1,5 kali garis kemiskinan yaitu sekitar US$1,90; kelas konsumen berkembang berada di bawah 3,5 kali garis kemiskinan yaitu sekitar US$4,50;
dan kelas konsumen berada di atasnya. Lihat laporan Bank Dunia (2015a) untuk detail.
Mengurangi
ketimpangan
Tingginya ketimpangan bukan hal yang tak terhindarkan. Para pembuat
kebijakan dapat menguranginya dengan menangani ketimpangan yang
disebabkan faktor-faktor di luar kendali individu
Ketimpangan yang tinggi dan semakin serangkaian instrumen yang dapat digunakan.
meningkat bukan bagian yang harus Instrumen terbaik adalah yang dapat mengatasi
terjadi dari proses pembangunan. Banyak pendorong utama naiknya ketimpangan sekaligus
ekonomi negara tetangga telah tumbuh tanpa memungkinkan secara politik.
meningkatkan ketimpangan antara orang kaya dan
miskin. Ketimpangan naik pesat di Indonesia Bagian terakhir laporan ini menelaah
bersamaan dengan meningkat atau menurunnya beberapa instrumen tersebut dan
kestabilan di negara tetangga di Asia Timur yang juga menggarisbawahi tindakan yang harus
tengah berkembang pesat seperti Malaysia, Thailand diprioritaskan. Bagian akhir Ringkasan
dan Vietnam. Ini menandakan bahwa ketimpangan Eksekutif ini menyarankan untuk:
bukanlah efek samping tak terhindarkan dari
pertumbuhan. Faktanya, sejumlah negara seperti • Memperbaiki pelayanan publik di daerah untuk
Brasil telah berhasil memperlambat dan pada memberi peluang setara bagi semua orang: Kunci
akhirnya membalikkan ketimpangan yang meningkat agar generasi berikutnya mendapatkan awal
melalui pendekatan kebijakan terencana (Boks ES. 1). yang lebih baik adalah meningkatkan pelayanan
publik di daerah, yang dapat memperbaiki peluang
Kebijakan publik dapat membantu kesehatan, pendidikan dan keluarga berencana
mengurangi dampak faktor-faktor di bagi semua orang.
luar kendali individu yang memengaruhi • Menggalakkan lapangan pekerjaan yang lebih
nasib masyarakat, dengan memastikan baik dan kesempatan melatih keterampilan bagi
bahwa mereka tidak lagi terbagi menjadi tenaga kerja: Pekerja yang dulu tidak mendapatkan
orang berpunya dan tidak berpunya sejak awal yang adil masih bisa meningkatkan
sebelum lahir. Tidak semua ketimpangan perlu keterampilan mereka. Saat keterampilan mereka
diatasi. Pemerintah dapat berusaha mengatasi sudah meningkat, Pemerintah dapat membantu
ketimpangan yang disebabkan faktor-faktor di luar dengan memastikan tersedianya pekerjaan
kendali individu, dan membiarkan ketimpangan yang lebih baik melalui iklim investasi yang lebih
yang memberi imbalan untuk individu yang bekerja kondusif dan peraturan perlindungan tenaga kerja
keras, mengambil risiko dan berinovasi. Ini berarti yang tidak kaku tapi lebih efektif.
memutus siklus kemiskinan dan ketimpangan yang • Memastikan perlindungan dari guncangan:
diwariskan dari generasi ke generasi. Semua anak Kebijakan pemerintah dapat mengurangi frekuensi
harus terlahir sehat, tumbuh dengan baik pada usia dan keparahan guncangan, sekaligus memberikan
dini, pergi ke sekolah dan mengenyam pendidikan mekanisme penanggulangan agar semua rumah
berkualitas, serta memasuki lapangan kerja dengan tangga memiliki akses ke perlindungan memadai
keterampilan yang tepat untuk ekonomi masa jika guncangan melanda.
kini yang modern dan dinamis. Selain itu, semua • Menggunakan pajak dan anggaran belanja
keluarga memerlukan akses pada mekanisme yang pemerintah untuk mengurangi ketimpangan
dapat melindungi mereka dari berbagai potensi saat ini dan di masa depan: Prioritas terakhir
guncangan yang dapat melanda dalam hidup. ini adalah prasyarat untuk ketiga prioritas
Harus ada lebih banyak orang yang memperoleh pertama. Menetapkan kebijakan fiskal yang tepat
akses pada aset keuangan dan fisik seiring sehingga mampu meningkatkan belanja negara
waktu, dan membayar pajak dengan besaran adil untuk infrastruktur, kesehatan dan pendidikan,
atas pendapatan yang mereka hasilkan. Untuk bantuan sosial serta jaminan sosial. Pemerintah
melakukan ini, para pembuat kebijakan punya menciptakan peluang yang lebih setara di masa
depan dan lapangan kerja yang lebih baik di masa mendanai anggaran belanja dapat digunakan
kini agar rumah tangga berkemampuan melindungi mengurangi ketimpangan saat ini, sekaligus
diri sendiri. Artinya, ketiga tindakan prioritas mengatasi sebagian aspek konsentrasi
pertama hanya mungkin dilakukan jika anggaran kekayaan yang tidak adil.
belanja negara cukup dan efektif. Hasil pajak untuk
Brasil pro-rakyat miskin; dan (iv) perluasan tahun, tak peduli tingkat pendidikan
mengurangi
bantuan sosial. orang tuanya. Saat semakin banyak
Warga miskin telah mengambil manfaat pekerja menjadi terampil, mereka
ketimpangan
dari stabilitas dan pertumbuhan pun menikmati upah lebih tinggi.
makroekonomi. Karena kaum miskin Ini berarti ada lebih sedikit pekerja
tidak punya akses pada instrumen tidak terampil. Seiring pertumbuhan
Brasil telah berhasil mengurangi keuangan yang dapat melindungi ekonomi, permintaan terhadap pekerja
ketimpangan pada tahun 2000an, mereka dari inflasi, iklim makroekonomi tidak terampil pun meningkat, dan
meskipun diawali dengan keadaan yang menjaga harga barang tetap stabil upah untuk pekerja tidak terampil
yang amat tidak setara. Antara tahun menguntungkan warga miskin dan juga naik. Diperkirakan bahwa
2001 dan 2009, rasio Gini penghasilan rentan di Brasil. Pada saat yang sama, menurunnya perbedaan upah antara
Brasil turun lima poin dari 58,8 ke pembangunan ekonomi secara luas pekerja terampil dan tidak terampil
53,7.7 Penurunan ini lebih drastis telah mendorong terciptanya lapangan menyumbang dua pertiga penurunan
daripada rata-rata di wilayah Amerika kerja, sehingga memungkinkan rumah ketimpangan.
Latin, yang juga mengalami penurunan tangga miskin untuk memperoleh
ketimpangan selama era 2000an. pendapatan yang lebih baik. Kebijakan belanja negara yang lebih
pro-rakyat miskin, dan perluasan
Dengan banyak persamaan antara Perluasan pendidikan dasar signifikan bantuan sosial, juga
konteks Brasil dan Indonesia, dan menengah telah mengubah memberi kontribusi pada penurunan
ada beberapa pelajaran relevan profil tenaga kerja. Ketimpangan ketimpangan. Nyaris separuh belanja
yang dapat diambil tentang cara pendapatan pekerja di Brasil sebagian pemerintah dihabiskan untuk program
mengurangi ketimpangan. Brasil mirip besar disebabkan ketimpangan sosial, termasuk bantuan langsung
dengan Indonesia dalam beberapa di bidang pendidikan. Brasil mulai tunai, kesehatan dan pendidikan.
hal: ekonomi Brasil yang besar dan melaksanakan kebijakan terencana Kenaikan signifikan belanja negara
berbasis sumber daya alam mengalami untuk memperluas pendidikan bagi
pertumbuhan pesat selama tahun rumah tangga miskin. Perluasan ini Growth incidence curve, Brazil 2001-
2000an; sistem politiknya sangat amatlah sukses. Pada tahun 1993, 2009 (bag. ES.17)
terdesentralisasi; Brasil telah melewati anak yang ayahnya tidak mengenyam
transisi untuk menjadi negara t i n g k a t p e r tumbu h a n
p e r ta h u n ( p e r s e n )
berpendapatan menengah atas. Brasil 7
Income Ginis are higher than consumption 11.78
pun sempat didera ketimpangan Ginis because rich households save more
8.30
income, meaning consumption is more 7.45
6.69 6.06
pendapatan dan peluang yang tinggi 5.63 4.79
equally distributed than income. The 3.86 2.89
serupa dengan yang dialami Indonesia Indonesian income Gini was 6.4 points higher 1.61
kini. Ada empat pendorong di balik than the consumption Gini, based on the
average difference for the three years when
menurunnya tingkat ketimpangan
both income and consumption Ginis were
di Brasil yang dapat dipelajari oleh collected in Indonesia (1984, 1990 and 1993).
0.60 decile
0.56 B raz il
0.52 p e r tumbu h a n p e n d a p a t a n
p e r k a p i ta r ata- r ata
5.91%
048
Amerika Latin
( 1 7 n ega ra)
0.44
0.40
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
23 executive sumary
B oks 1 ( cont . )
untuk bantuan sosial memainkan tingkat manfaat lebih tinggi daripada signifikan adalah hal yang mungkin.
peran penting dalam mengurangi Bolsa Familia, tapi memainkan Jelas bahwa Indonesia bisa melakukan
ketimpangan. Peningkatan bantuan peran lebih kecil dalam mengurangi lebih dari sekadar memperlambat
kontribusi dan nonkontribusi dari ketimpangan, sementara program peningkatan ketimpangan, dan bahkan
pemerintah Brasil menyumbang jaminan sosial formal dan sektor publik bisa mulai menguranginya, jika (i)
sekitar 30 persen pengurangan rasio perkembangannya sangat kurang. hal ini menjadi salah satu prioritas
Gini antara tahun 2001 dan 2009. utama pemerintah, (i) pemerintah
Yang terpenting adalah perluasan Berkat kebijakan-kebijakan ini, mengembangkan strategi yang koheren
Bolsa Familia, yaitu program bantuan pendapatan orang miskin di Brasil naik dan spesifik, (iii) seorang menteri senior
langsung tunai bersyarat, yang mirip paling tinggi selama periode tersebut. diberi tanggung jawab utama lewat
PKH di Indonesia. Tidak seperti PKH Pertumbuhan pendapatan rata-rata mandat penting dari presiden untuk
yang hanya menjangkau sekitar 5 untuk separuh populasi Brasil yang lebih mengawasi dan menerapkan strategi
persen rumah tangga di Indonesia, miskin berada di atas rata-rata nasional. tersebut, (iv) proposal kebijakan baru
Bolsa Familia telah berkembang hingga Warga termiskin paling diuntungkan, di semua kementerian dan institusi
menjangkau 25 persen rumah tangga terbukti dengan pertumbuhan pemerintah ditelaah untuk melihat
di Brasil, dan dipandang sebagai salah pendapatan per kapita rata-rata sebesar potensi efeknya pada ketimpangan,
satu kontribusi yang paling efektif dalam 12 persen per tahun, nyaris dua kali lipat dan (v) semua kebijakan dan
hal biaya untuk menjangkau kaum rata-rata nasional dan 10 kali lipat dari program yang bertujuan mengurangi
miskin dan mengurangi ketimpangan. angka untuk 10 persen warga terkaya. ketimpangan dirancang, didanai dan
Program-program lain seperti Beneficio diterapkan dengan baik.
de Prestacao Continuada ( jaminan Kasus Brasil menunjukkan bahwa
pensiun nonkontribusi) memberikan penurunan ketimpangan secara
mendukung tanggung jawab pemerintah daerah meningkat mengatasi ketimpangan peluang dimulai
dengan meningkatkan akses rumah
awal hidup drastis. Saat ini sebagian besar wewenang atas
tangga miskin pada pelayanan kesehatan
pelayanan dasar yang memberi peluang untuk
yang lebih awal hidup yang baik, seperti kesehatan, air berkualitas. Agar anak dari rumah tangga
baik bagi dan sanitasi, nutrisi dan keluarga berencana, miskin mendapatkan awal yang baik mereka
semua orang dikendalikan atau dipengaruhi oleh pemerintah harus memperoleh akses pelayanan kesehatan
Indonesia daerah. Banyak hal harus dilakukan agar mereka berkualitas di tahap tumbuh kembang usia dini.
Bila tidak, mereka akan berada dalam posisi
adalah memiliki sarana, kapasitas dan insentif untuk
kurang beruntung sepanjang sisa hidup mereka.
menyediakan atau mendukung layanan
memperbaiki tersebut secara efektif. Peningkatan anggaran belanja untuk kesehatan
pelayanan dapat membantu mengurangi kesenjangan
publik di Sejumlah kebijakan utama dapat akses. Namun, memperbaiki kualitas pelayanan
kesehatan tetap menjadi prioritas. Tindakan spesifik
daerah mendukung perbaikan aspek pelayanan
antara lain:
publik di daerah. Membangun kapasitas
pemerintah daerah untuk menyediakan pelayanan
publik dengan menerapkan sistem transfer yang • Meningkatkan pembiayaan kesehatan, dengan
lebih berbasis kinerja dan menyediakan instrumen investasi Dana Alokasi Khusus (DAK) bertarget
bagi warga untuk mengawasi pelayanan publik dan insentif yang tepat, agar fasilitas kesehatan
di daerah dapat membuahkan hasil. Pertama, efisien dan mencoba insentif berbeda dari yang rasio
kenaikan anggaran kesehatan masyarakat belum digunakan sampai saat ini untuk mendorong
lama ini harus dipertahankan. Anggaran kesehatan tenaga kesehatan agar bersedia bekerja di daerah
anggaran
Indonesia terhadap rasio PDB adalah yang kelima terpencil. Contohnya, alih-alih memberi insentif kesehatan
terendah dari 188 negara, yaitu hanya 1,2 persen keuangan untuk menarik tenaga kesehatan ke Indonesia
dari PDB pada tahun 2014 (termasuk anggaran daerah pedesaan dan terpencil, bisa saja semua terhadap
untuk sistem jaminan sosial kesehatan nasional), dokter diwajibkan bekerja selama beberapa waktu
PDB adalah
sebelum diumumkan kenaikan dalam anggaran di daerah tersebut demi mendapatkan akreditasi
2016. Namun anggaran kesehatan masyarakat nasional, seperti yang diwajibkan di Australia, atau yang kelima
juga dapat ditingkatkan dengan cara membuat pemberian beasiswa pemerintah untuk tenaga terendah
pemerintah daerah lebih akuntabel dan mampu medis profesional dengan syarat wajib bekerja dari 188
menyediakan pelayanan kesehatan di lapangan. selama satu atau dua tahun di daerah tertinggal.
Salah satu pendekatannya adalah menggunakan
investasi DAK (Dana Alokasi Khusus) bertarget • Menciptakan kebutuhan pelayanan kesehatan
yang digabung dengan insentif untuk dan sanitasi melalui penguatan tenaga kesehatan
membuahkan hasil. Contohnya, besarnya DAK masyarakat (kader Posyandu). Kebutuhan dan
untuk pemerintah kabupaten/kota dapat dikaitkan pengetahuan tentang pelayanan kesehatan
dengan indikator ketertinggalan pelayanan ibu dan anak serta air dan sanitasi dapat
kesehatan terhadap standar dasar, contohnya ditingkatkan melalui: pendidikan, dukungan dan
kesehatan ibu dan anak. Kontribusi pemerintah tekanan sosial, dan insentif, termasuk sosialisasi
kabupaten/kota dapat diganti oleh pusat apabila yang lebih baik tentang pentingnya perilaku
ada bukti penyediaan layanan. Seterusnya, alokasi sehat; penjangkauan dari pejabat kesehatan
DAK dapat juga memperhitungkan kemajuan setempat, tokoh masyarakat terpercaya dan
dalam indikator tersebut. Kabupaten/kota yang LSM; serta insentif melalui bantuan langsung
kinerjanya kurang bisa dibantu, apabila terbukti tunai bersyarat seperti PKH (Program Keluarga
masalahnya adalah kekurangan kapasitas. Harapan) atau program bantuan sosial lainnya.
Peningkatan profesionalisasi kader Posyandu
• Menghasilkan tenaga kesehatan kompeten dalam khususnya penting dilakukan melalui peningkatan
jumlah memadai dan memastikan cukup banyak kualitas pelatihan, insentif berbasis kinerja, dan
dari mereka disalurkan ke daerah tertinggal. pengawasan ketat dari Puskesmas. Para kader
Ada beberapa cara untuk meningkatkan jumlah, tersebut harus turun langsung ke masyarakat
kualitas dan penyaluran tenaga kesehatan. untuk memastikan ibu hamil menerima perawatan
Menghasilkan jumlah yang tepat dimulai dengan prakelahiran secara rutin, ibu membawa anak
lebih memahami dinamika tenaga kesehatan mereka untuk diimunisasi, dan tindakan dasar
di tingkat nasional dan subnasional, dengan lainnya untuk mengurangi ancaman penyakit
menggunakan metode perencanaan modern untuk sekaligus tingginya biaya perawatan yang
menghasilkan dan menyalurkan tenaga kesehatan terlambat. Sehubungan dengan kurangnya
sesuai kebutuhan riil, dan lebih melibatkan sektor tinggi badan dan nutrisi, kader Posyandu dapat
swasta. Kualitas dapat ditingkatkan dengan memainkan peran utama dalam Komunikasi
membatasi rekrutmen pegawai negeri sipil Perubahan Perilaku yang efektif, terutama lewat
pada mereka yang sudah mendapat sertifikasi konseling pribadi yang menitikberatkan pada
menurut standar nasional dan membatasi praktik perawatan kesehatan ibu yang lebih baik
pemberian pelayanan untuk pasien dengan dan perilaku pemberian makanan untuk bayi dan
asuransi kesehatan pada pelayanan yang sudah anak kecil. Seperti telah ditunjukkan di negara-
disediakan tenaga kesehatan bersertifikasi baik negara lain, kuncinya adalah kunjungan ke rumah
di sektor publik maupun swasta. Memperbaiki secara teratur untuk memberikan dukungan yang
sistem sertifikasi, akreditasi dan perizinan disesuaikan bagi setiap ibu. Percontohan pelatihan
pendidikan tenaga kesehatan dan tenaga medis Posyandu di bawah PNPM Generasi juga dapat
profesional. Terakhir, agar bisa mengerahkan ditingkatkan lebih lanjut.
cukup banyak tenaga kesehatan berkualifikasi
ke daerah tertinggal diperlukan penekanan Kesenjangan akses untuk bersekolah
sektor publik pada penempatan dokter di daerah perlahan mulai berkurang, tapi tetap
pedesaan yang kekurangan pelayanan kesehatan. harus diikuti oleh peningkatan kualitas
Meningkatkan penggunaan uang rakyat secara pendidikan agar dapat mengurangi
bertarget yang sudah ada, seperti KIP (Kartu • Meningkatkan kompetensi guru di semua daerah,
Indonesia Pintar)., Pemerintah daerah sekaligus dan memastikan kecukupan penyalurannya ke
didorong menggunakan dukungan operasional daerah tertinggal. Strategi yang bisa digunakan
mereka untuk sekolah yang melengkapi BOS antara lain: (i) seleksi masuk dan keluar yang
(Bantuan Operasional Sekolah Daerah atau lebih ketat (melalui penggunaan tes kompetensi)
BOSDA) . BOS memungkinkan sekolah memenuhi dan akreditasi institusional untuk memastikan
standar pelayanan minimum sedangkan BOSDA tersedianya guru kompeten; (ii) rekrutmen dan
memungkinkan sekolah memenuhi standar penyaluran guru kompeten, khususnya di daerah
pendidikan nasional yang lebih tinggi. Reformasi di tertinggal, dengan menggabungkan insentif
DKI Jakarta baru-baru ini memberikan suatu contoh keuangan, skema bonding dan penempatan
pendekatan potensial, dengan menggabungkan berbasis kelompok; (iii) pengembangan dan
komponen ekuitas (alih-alih pengeluaran merata dukungan profesional yang lebih kuat; dan (iv) Kecukupan
per orang, sekolah-sekolah di Kepulauan Seribu akuntabilitas guru yang lebih tinggi, seperti
pendanaan
menerima lebih banyak dana karena biaya melalui penggunaan penilaian dan tes kompetensi
penyediaan pelayanan yang lebih tinggi) dan tahunan untuk menentukan kemajuan karir, dan untuk program
komponen insentif (sekolah-sekolah dengan nilai mengaitkan pembaruan kontrak dengan kinerja. keluarga
Ujian Nasional tertinggi dan kenaikan nilai Ujian berencana
Nasional tertinggi menerima alokasi tambahan Dengan strategi tepat sasaran, pemerintah
sangat penting
pada tahun berikutnya). Selain itu, investasi DAK dapat memberikan keluarga miskin
bertarget dan berbasis kinerja yang diusulkan di akses yang adil pada pelayanan keluarga
bidang kesehatan juga bisa diterapkan di bidang berencana untuk mengendalikan
pendidikan berdasarkan kesenjangan pendidikan jumlah anggota keluarga. Selain karena
pada tingkat kabupaten/kota. urbanisasi dan kenaikan angka partisipasi
sekolah, jumlah anggota keluarga akan berkurang
saat pertumbuhan ekonomi di Indonesia terus
berlanjut. Namun dibutuhkan usaha untuk
mentargetkan rumah tangga miskin supaya
mereka tidak tertinggal karena terlalu banyak
anak. Caranya dengan mengurangi ketimpangan
dalam pengetahuan, penggunaan, akses dan
kualitas pelayanan keluarga berencana, sekaligus
memastikan bahwa keluarga berencana dianggap
sebagai hak yang sangat penting.
Sektor swasta digunakan oleh 73 persen
peserta keluarga berencana di Indonesia, maka
kemampuan swasta untuk menyediakan pelayanan
efektif bagi sebagian besar rakyat Indonesia
harus diperkuat, bukan dilemahkan. Namun, kecil
kemungkinan sektor swasta cukup menjangkau
semua rumah tangga miskin karena sulit dan
mahal untuk menjangkau kelompok miskin dan
termarginalkan. Maka, usaha lebih besar dari
pemerintah pusat dan daerah dibutuhkan untuk
merevitalisasi program keluarga berencana,
dengan strategi mentargetkan mereka yang paling
membutuhkan. Tindakan spesifik antara lain:
96 persen mengakibatkan kelahiran anak lebih cepat dan pelayanan keluarga berencana; menggalakkan
orang keluarga lebih besar. Sangat penting untuk memastikan penggunaan kontrasepsi oleh pasangan dari
semua orang punya akses pada keluarga berencana. kelompok miskin dan termarginalkan dalam
Indonesia merencanakan keluarga mereka. Diperlukan
punya • Membantu sektor swasta untuk memberikan lebih banyak usaha untuk menangani kebutuhan
akses pada pelayanan keluarga berencana yang efektif, kontrasepsi pasangan dari keluarga kurang
persalinan sementara program pemerintah menutupi beruntung yang belum terpenuhi, termasuk
kesenjangan dalam hal cakupan. Karena melalui sosialisasi; pemberian layanan kontrasepsi
oleh tenaga sebagian besar orang Indonesia menggunakan terjangkau bagi rumah tangga miskin; dan
kesehatan pelayanan keluarga berencana swasta, maka peningkatan jumlah bidan yang memiliki kualifikasi
terampil, tapi kemampuan sektor swasta harus diperkuat. untuk memasang IUD dan implan.
seperempat Perbaikan infrastruktur dan logistik akan
memperluas jangkauan sektor swasta ke daerah • Bahkan ketika keluarga memiliki akses pada
dari semua terpencil yang sampai sekarang kurang terlayani pelayanan, mereka tidak selalu menggunakannya.
persalinan sehingga mengurangi penyediaan pelayanan Pendekatan-pendekatan baru harus dijadikan
tidak dibantu publik. Pemerintah juga harus mencari cara contoh untuk lebih memahami apa yang dapat
oleh tenaga mendorong pelayanan sektor swasta untuk mendorong mereka untuk menerapkan perilaku
terampil kembali menggunakan metode jangka panjang yang tepat. Ketimpangan peluang tidak selalu
dan permanen bagi keluarga yang sudah merupakan masalah kurangnya akses. Sejumlah
mencapai ukuran ideal. Metode semacam ini lebih 96 persen orang Indonesia punya akses pada
efektif daripada metode jangka pendek. Saat persalinan oleh tenaga kesehatan terampil, tapi
ini, inisiatif untuk mengkriminalisasi penyediaan seperempat dari semua persalinan tidak dibantu
alat kontrasepsi oleh swasta, memperparah tren oleh tenaga kesehatan terampil, sehingga
kelahiran anak. Rumah tangga miskin tidak mampu meningkatkan risiko kematian ibu. Anak yang
mengakses pelayanan sektor swasta, sementara lahir lebih dulu dalam keluarga lebih besar
pendanaan program keluarga berencana pemerintah berkemungkinan diimunisasi penuh daripada anak
sangat minim. Perjanjian di tingkat pusat antara yang lahir belakangan. Ini menandakan bahwa
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana masalahnya bukan pada akses pada pelayanan
Nasional (BKKBN) dan Kementerian Dalam Negeri kesehatan, tetapi karena motivasi keluarga untuk
(yang menangani permasalahan pemerintah menerapkan perilaku yang tepat menurun seiring
daerah) tentang pendanaan keluarga berencana waktu. Sebagian kasus kurangnya tinggi badan
amatlah penting karena anggaran keluarga disebabkan oleh perilaku rumah tangga, seperti
berencana kini adalah hak prerogatif daerah. mempersingkat ASI eksklusif dan memberikan
makanan pendamping yang salah. Pengetahuan
• Para pendukung keluarga berencana di daerah bisa ditambah melalui penguatan kader Posyandu
harus menerima bantuan teknis dan badan seperti dibahas di atas, tapi perubahan perilaku
keluarga berencana daerah harus didirikan di akan membutuhkan pendekatan baru dan inovatif
lebih banyak kabupaten/kota di bawah peraturan yang diuji di lapangan, kemungkinan lewat pelaku
yang ada. Penggunaan DAK dapat diubah agar nonpemerintah seperti LSM dan sektor swasta.
anggaran keluarga berencana tidak terlalu
berfokus pada infrastruktur dan lebih pada
biaya operasional, seperti pelatihan bidan dan
penyediaan alat kontrasepsi.
02
• Mengembangkan strategi lokal untuk
merevitalisasi pelayanan keluarga berencana Meningkatkan
bertarget. Strategi pemerintah yang jelas dapat keterampilan pekerja
memperbaiki penyediaan informasi dan pelayanan
masa kini dan
memberikan mereka
keluarga berencana, dengan fokus pada kelompok
target yang termarginalkan dan miskin. Strategi
yang efektif antara lain: pembatasan peran dan akses lebih besar
tanggung jawab yang jelas untuk pemerintah
pada lapangan kerja
produktif
daerah, Kementerian Kesehatan, dan BKKBN, serta
fokus memperbaiki penyediaan informasi dan
Dalam jangka pendek, lebih banyak hal bisa dilakukan untuk meningkatkan
keterampilan pekerja saat ini dan menciptakan lebih banyak pekerjaan produktif
Indonesia dapat menciptakan lapangan menghalangi penciptaan lapangan kerja formal
kerja yang lebih baik dengan mengatasi namun justru memiliki perlindungan de facto yang
penghalang dan kendala pertumbuhan rendah. Reformasi peraturan dan program tertentu
produktivitas, khususnya melalui secara sedikit demi sedikit sulit dilakukan karena
infrastruktur yang lebih baik dan daya jika ada perubahan dalam hubungan industri,
saing yang lebih tinggi. Salah satu aspek keuntungan satu pihak dianggap sebagai kerugian
terpenting pembaruan adalah memperbaiki pihak lain. Karena alasan inilah barangkali
infrastruktur, konektivitas, dan logistik, yang dibutuhkan Grand Bargain untuk melaksanakan
dibahas secara mendetail di bagian berikutnya. reformasi menyeluruh yang dinilai menguntungkan
Di luar itu, peringkat Indonesia dalam indeks bagi pengusaha, serikat pekerja, maupun pencari kerja.
Kemudahan Menjalankan Bisnis harus terus
ditingkatkan, selain juga akses pembiayaan untuk Reformasi sistem pelatihan keterampilan
usaha kecil yang ingin memperluas bisnis. Sektor nasional juga memungkinkan pekerja
manufaktur maupun pertanian dapat menyerap meningkatkan keterampilan mereka
pekerjaan produktif dan semiterampil untuk dan mendapatkan pekerjaan lebih baik.
pekerja miskin dan rentan, sehingga revitalisasi Pemberian insentif kepada pengusaha untuk
kedua sektor tersebut sangat diperlukan. pelatihan berbasis kebutuhan dan berorientasi
hasil, idealnya bermitra dengan penyedia
Indonesia dapat pula menerapkan "Grand pelatihan, sehingga dapat menghasilkan taraf
Bargain" antara pemerintah, pengusaha, keterlibatan sektor swasta yang lebih tinggi.
dan serikat pekerja untuk meninjau ulang Menyesuaikan tingkat subsidi dengan jenis
peraturan pasar tenaga kerja dan memberi pekerja yang dilatih dapat mengatasi ketimpangan,
perlindungan lebih efektif kepada misalnya perempuan, anak muda dan orang
pekerja. Peraturan pasar dan perlindungan yang hidup dengan disabilitas. Kemitraan dengan
tenaga kerja di Indonesia saat ini dinilai sebagai sektor swasta dalam pengadaan dan pembiayaan
salah satu yang paling kaku secara regional dan pelatihan, akan membuat pemerintah lebih leluasa
mengalokasikan dana untuk memperluas sistem dalam negeri telah menurun selama beberapa
pelatihan ke semua provinsi dan daerah tertinggal. dasawarsa terakhir karena sejumlah alasan,
termasuk lambatnya mekanisasi dan buruknya
Memperkuat
pemerintah belum berhasil memacu produksi
pertanian. Di sisi lain, kebijakan stabilisasi harga
perlindungan sosial belum efektif dan mungkin turut menyebabkan
perlindungan memadai kepada semua rumah pengaturan institusional yang disetujui sebelumnya
tangga rentan; dan menambah program baru tentang perencanaan, koordinasi, pendanaan dan
untuk jenis risiko yang saat ini belum tercakupi penyaluran, serta pengawasan dan evaluasi.
(program pekerjaan umum yang menyediakan
pekerjaan jangka pendek, misalnya). Komponen pengawasan sudah dikembangkan
dan diterapkan oleh Sekretariat Tim Nasional
Selain itu, perlu diterapkan program Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K),
jaminan sosial baru, khususnya di bidang berikutnya perlu memfokuskan pada protokol
kesehatan dan perluasan cakupannya respon dan pengaturan institusional. Sistem
dibarengi dengan ketersediaan pelayanan Pengawasan dan Tanggap Krisis yang terkait erat
yang memadai. Akses pada pelayanan dengan perangkat penanggulangan bencana yang
kesehatan preventif dan perawatan untuk semua sudah ada akan membantu memberi perlindungan
orang Indonesia amat penting untuk membantu yang tepat kepada orang yang tepat.
melindungi dari penyakit dan kecelakaan yang
dapat berdampak sangat buruk pada pendapatan, 04
pengeluaran dan tabungan rumah tangga. Premi
Menggunakan Pemerintah
pajak dan anggaran
sekitar 90 juta rakyat Indonesia, kebanyakan
warga miskin dan rentan, ditanggung oleh dapat mengatasi
Pemerintah. Namun, masih banyak orang yang belanja pemerintah ketimpangan
walaupun tidak hidup di bawah garis kerentanan,
perekonomiannya akan sangat terpengaruh jika untuk mengatasi dengan
menentukan
mengalami guncangan kesehatan yang serius. ketimpangan saat ini
cara
Mereka kebanyakan bekerja di sektor informal,
tidak membayar premi, dan belum menjadi
dan di masa depan menghasilkan &
tertanggung. Upaya menjangkau rumah tangga Fokus pada kebijakan fiskal dibutuhkan membelanjakan
untuk mengatasi ketimpangan dalam
semacam ini akan menjadi langkah terpenting
pendapatan
dalam mencapai cakupan asuransi kesehatan jangka panjang. Untuk mengatasi ketimpangan
universal. Namun, cakupan saja tidak akan peluang dan menyediakan pekerjaan yang lebih negara
memberi perlindungan cukup terhadap guncangan baik dalam jangka panjang dibutuhkan anggaran
bila tidak tersedia pelayanan kesehatan belanja pemerintah lewat kebijakan prioritas
berkualitas untuk semua orang. Rekomendasi seperti: peningkatan anggaran kesehatan dan
tentang pembiayaan dan tenaga kesehatan untuk kelanjutan pendanaan pendidikan, investasi lebih
melindungi masyarakat dari guncangan sama besar pada infrastruktur, dan peningkatan cakupan
pentingnya dengan memberikan awal yang sehat bantuan sosial, manfaat dan jaminan sosial
kepada semua anak. untuk semua orang. Menyelaraskan anggaran
pemerintah di balik prioritas tersebut adalah satu
Mengetahui di mana, kapan dan cara peran utama yang dapat dimainkan kebijakan fiskal
menanggapi ketika krisis melanda juga dalam mengatasi ketimpangan jangka panjang
sangat penting. Contoh kasus, selama krisis karena faktor-faktor di luar kendali individu.
keuangan global pada tahun 2008-09, Indonesia
tidak punya sistem pengawasan untuk mengetahui Kebijakan fiskal juga dapat digunakan
dengan cepat di mana efek negatif dirasakan dan untuk mengatasi ketimpangan dalam
oleh siapa. Respon pemerintah kurang efektif jangka pendek walaupun secara umum
karena seringkali lamban dan tidak terkoordinasi. belum dipraktikkan di Indonesia, Banyak
tindakan kebijakan yang dibahas hanya
Belajar dari pengalaman tersebut, sangatlah berdampak pada ketimpangan jangka panjang,
penting mengembangkan sebuah Sistem seperti perbaikan kesehatan dan nutrisi anak,
Pengawasan dan Tanggap Krisis untuk mendeteksi kualitas pendidikan dan pengembangan
efek suatu krisis dan menanggapinya dengan keterampilan yang lebih baik, produktivitas tenaga
tepat. Sistem semacam ini punya tiga komponen: kerja yang lebih tinggi dan lingkungan yang
(i) sistem pengawasan permanen dan real-time mendukung penciptaan lapangan kerja. Namun,
di tingkat nasional maupun rumah tangga; (ii) rancangan kebijakan fiskal keseluruhan juga dapat
protokol yang disetujui sebelumnya tentang kapan, berdampak pada ketimpangan jangka pendek
di mana dan apa respon yang akan diambil; (iii) melalui beberapa cara. Saat ini, pendapatan rumah
tangga yang berbeda dapat terkena dampak lewat pendidikan berupa barang atau jasa, rasio Gini
berbagai cara: pilihan pajak, bantuan langsung, hanya turun dua poin.8 Untuk menyelaraskan
subsidi dan bantuan jasa oleh Pemerintah. kebijakan fiskal demi mendorong pemberantasan
ketimpangan dibutuhkan:
Di sejumlah negara, rasio Gini menurun
secara drastis setelah memperhitungkan • Belanja negara di bidang yang tepat: bantuan
kebijakan fiskal. Contohnya, rasio Gini sosial, kesehatan dan infrastruktur. Hal utama yang
Brasil 14 poin lebih rendah setelah dapat mengurangi ketimpangan adalah alokasi
memperhitungkan semua pajak dan belanja belanja negara yang tepat. Indonesia sejak dulu
pemerintah, dibandingkan rasio Gini yang telah menghabiskan banyak biaya untuk kebijakan
hanya berdasarkan pendapatan pasar. yang dampaknya paling kecil untuk mengurangi
Namun, di Indonesia perubahan bersih pendapatan ketimpangan, seperti subsidi, dan sedikit biaya
rumah tangga dari pajak dan bantuan langsung untuk kebijakan yang memberi efek paling besar,
nyaris tidak mengubah rasio Gini. Contohnya, contohnya program bantuan sosial seperti PKH
saat mengikutsertakan belanja kesehatan dan (sejenis bantuan tunai bersyarat), BSM (sekarang
8
Lihat Jellema, Wai-Poi dan Afkar (2015) “The Distributional Impact of Fiscal Policy
in Indonesia dan Kementerian Keuangan dan Bank Dunia (2015) “Taxes and Public
Spending in Indonesia: Who pays and who benefits?".
Kartu Indonesia Pintar atau KIP, yaitu program menciptakan situasi adil bagi setiap orang.
beasiswa untuk murid miskin), dan kesehatan.
Padahal penting untuk mengalihkan anggaran ke • Meski kebijakan fiskal dapat digunakan untuk
program-program yang lebih adil semacam ini. mengatasi ketimpangan, hal ini harus dilakukan
Belanja negara dapat dibuat lebih pro-rakyat miskin. secara berkelanjutan, dan pertumbuhan anggaran
Anggaran pendidikan, kesehatan dan bantuan sosial belanja tidak boleh melebihi pertumbuhan
saat ini tidak mengurangi ketimpangan sebanyak pendapatan. Ketika biaya untuk distribusi
anggaran di negara-negara lain. Sebagian besar ulang dan anggaran sosial lainnya lebih besar
kenaikan anggaran kesehatan yang diusulkan dibandingkan pendapatan, maka kerangka fiskal
untuk tahun 2016 dimaksudkan untuk sistem asuransi akan sulit dipertahankan. Indonesia mampu
kesehatan nasional (Jaminan Kesehatan Nasional mengalokasikan lebih banyak dana untuk
atau JKN) yang cenderung berpihak ke rumah anggaran sosial, tetapi penambahan anggaran
sakit besar di kota-kota besar dan menguntungkan tidak boleh didasarkan pada peningkatan
rumah tangga yang lebih mapan, padahal pendapatan negara yang tidak realistis. Risiko ini
jangkauan anggaran peningkatan pelayanan berlaku untuk anggaran 2015 maupun Rencana
kesehatan primer akan lebih pro-rakyat miskin. Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015-19. Dibutuhkan reformasi signifikan
• Infrastruktur merupakan kunci penting untuk meningkatkan pendapatan negara. Jika
pendukung kebijakan untuk mengatasi diasumsikan keadaan tetap seperti saat ini, tanpa
ketimpangan pada semua aspek lainnya. Rencana reformasi signifikan pada kebijakan pendapatan
alokasi ulang subsidi BBM untuk investasi lebih atau administrasi, maka pendapatan dasar untuk
besar pada infrastruktur juga sangat penting. 2015-19 diproyeksikan tetap stabil di antara 13,3
Anggaran belanja infrastruktur dapat meningkatkan sampai 13,5 persen dari PDB. Jika tidak dibatasi
akses pada pelayanan publik. Seperempat secara hukum untuk menjaga defisit fiskal di
populasi Indonesia berada di perkotaan dan bawah 3,0 persen dari PDB (ini disebut aturan
lebih dari separuh penduduk pedesaan kurang fiskal), berarti defisit akan mencapai 4,6 persen
memiliki akses transportasi. Manfaat perbaikan dari PDB pada 2015, dan naik sampai 6,0 persen
transportasi berlipat ganda: meningkatkan akses dari PDB pada 2019. Tanpa skema ruang fiskal
pada pelayanan keluarga berencana, pelayanan tambahan, Pemerintah harus mengurangi secara
kesehatan ibu dan anak, serta pendidikan. Selain drastis peningkatan anggaran belanja yang
itu, akan mengurangi biaya transportasi sehingga direncanakan (dan diperlukan) untuk prioritas
meningkatkan konektivitas dan produktivitas. pembangunan dan ketimpangan.
Masalah transportasi adalah kendala besar
bagi industri manufaktur. Mengurangi kendala • Kebijakan mencampurkan pendapatan yang
ini akan meningkatkan produktivitas dan daya digunakan untuk mencapai kesinambungan
saing, membantu menciptakan pekerjaan yang fiskal juga dapat memengaruhi ketimpangan
lebih banyak dan lebih baik, serta mendekatkan saat ini. Pemerintah bisa membiayai anggaran
produsen lokal bahan mentah ke pasar domestik. belanja untuk memberantas ketimpangan dengan
Contohnya, saat ini lebih murah mengimpor beberapa cara. Namun perlu dipertimbangkan
jeruk dari Tiongkok daripada mendapatkannya siapa yang membayar pajak dan pendapatan
dari Kalimantan. Peningkatan konektivitas untuk nonpajak, serta bagaimana ini berdampak pada
daerah terpencil dan penurunan biaya logistik ketimpangan. Ada pendekatan yang menghasilkan
akan membantu menurunkan harga beras pendapatan sekaligus menanggulangi
maupun bahan pokok lainnya yang sangat ketimpangan untuk pajak tidak langsung seperti:
memengaruhi rakyat miskin. Terakhir, Indonesia pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak barang
diperkirakan kehilangan lebih dari 1 poin mewah, pajak penghasilan pribadi dan badan,
persentase pertumbuhan PDB tambahan per tahun serta pendapatan nonpajak dari sumber daya.
karena kurangnya investasi pada infrastruktur,
khususnya transportasi. Dengan menghilangkan
kendala ini, maka serapan tenaga kerja akan
lebih banyak, pendapatan dan konsumsi rumah
tangga meningkat. Artinya, sumber daya fiskal
untuk belanja pemerintah pada program sosial
pun meningkat, yang akhirnya akan membantu
kesimpulan
Kami
Perlu diambil tindakan sesegera
mungkin dan dampaknya dapat
Mengatasi ketimpangan sebagian besar
merupakan usaha jangka panjang yang
langsung dirasakan. Tindakan perbaikan membutuhkan komitmen kebijakan
membutuhkan waktu agar efeknya mulai terasa. jangka panjang pula. Ketimpangan secara
Artinya aksi penanggulangan ketimpangan umum berubah perlahan-lahan seiring waktu,
harus dimulai sekarang. Caranya dengan maka penurunan pesat dalam jangka pendek
memanfaatkan kemauan politik yang ada tidaklah mungkin. Sejumlah kebijakan utama untuk
dan dukungan masyarakat (88 persen orang mengatasi ketimpangan, seperti peluang yang lebih
Indonesia yang disurvei mengatakan mengatasi merata bagi anak-anak saat ini untuk memperoleh
ketimpangan adalah hal yang "sangat mendesak" kesehatan, pendidikan dan pekerjaan yang lebih
atau "cukup mendesak"). Menunda-nunda bisa baik di masa depan, akan membutuhkan satu
berbahaya. Ini melihat banyaknya warga Indonesia generasi untuk membuahkan hasil. Walau demikian,
yang lebih kaya yang memilih untuk tidak mengatasi ketimpangan tidak bisa dilakukan tanpa
memanfaatkan pelayanan kesehatan pemerintah, memutus rantai kemiskinan dan ketidaksetaraan
sehingga berisiko berkurangnya desakan kuat dari generasi ke generasi, yang merupakan tujuan
kepada pemerintah untuk menyediakan dan kebijakan yang mendapat dukungan luas.
mengalokasikan anggaran pajak yang lebih tinggi Untuk melakukan ini kesetaraan peluang harus
dan adil bagi pelayanan publik yang lebih baik. diusahakan secepat mungkin yang tentu saja akan
membutuhkan pengumpulan pendapatan negara
yang lebih tinggi, pengalihan anggaran belanja
negara, yang berujung pada pentargetan dan
penyediaan serta peningkatan kualitas pelayanan
publik yang lebih baik.
35 executive sumary
K etimpang an yang
Men ingkat
Tren Belakangan Ini dan Mengapa Penting Dipahami9
1 .1 1. 2
Tren ketimpangan Apakah ketimpangan
belakangan ini penting?
37 42
9
Bagian ini merangkum analisis mendetail berbagai makalah latar belakang. Lihat Bank Dunia (2015a) untuk bukti dan analisis tentang persepsi dan preferensi masyarakat
terkait ketimpangan. Lihat Bank Dunia (2015b) untuk bukti dan analisis tentang seberapa tidak setaranya akses pada layanan publik dan peluang lainnya. Lihat pula Bank
Dunia (akan datang (c)) tentang "Pendapatan Tertinggi di Indonesia." Temuan utama dirangkum dalam Bank Dunia (2014b).
37 Chapter 1 ketimpangan yang meningkat
1.1.
Tren
ketimpangan
Belakangan ini
Ketimpangan telah meningkat di Indonesia karena pertumbuhan ekonomi
yang pesat tidak dinikmati sama rata oleh semua orang
Ketimpangan telah meningkat di mengonsumsi lebih dari Rp 10 juta per bulan, atau
Indonesia sejak tahun 2000. Berdasarkan kurang dari 0,1 persen jumlah penduduk.11 Secara
pengukuran mana pun, kesenjangan antara mengejutkan, angka-angka ini tampak cukup
standar hidup ekonomis rumah tangga yang rendah. Selain itu, sekitar separuh dari semua mobil
berbeda telah meningkat. Pada tahun 2002, 10 yang terdaftar di Polri (5 juta mobil) tidak muncul
persen warga terkaya Indonesia mengonsumsi dalam data survei.12 Ini artinya jika warga Indonesia
sama banyaknya dengan total konsumsi 42 yang lebih kaya masuk dalam data survei, maka
persen warga termiskin, sedangkan pada tahun ketimpangan akan lebih tinggi lagi.13 Terlebih
2014 mereka mengonsumsi sama banyaknya bila korupsi juga tinggi, maka keuntungan yang
dengan 54 persen warga termiskin. Konsumsi riil diperoleh dari praktik tersebut dan kontribusinya
per kapita (setelah memperhitungkan inflasi) naik pada ketimpangan bisa jadi tidak terungkap.
hanya 12 persen antara tahun 2002 dan 2014 untuk Ranking Indonesia pada peringkat ke-107 dari 175
10 persen warga termiskin dan rata-rata 25 persen negara dalam Indeks Persepsi Korupsi (ranking lebih
untuk 80 persen warga termiskin. Tapi kenaikannya rendah berarti sebuah negara dianggap lebih korup)
mencapai 56 persen untuk 10 persen warga terkaya juga menunjukkan bahwa sebagian ketimpangan
kedua dan bahkan 74 persen untuk 10 persen pendapatan karena korupsi tidak tertangkap oleh
warga terkaya (Bagan 1.1). Dari beberapa cara data (Transparency International 2015).
mengukur ketimpangan (lihat Boks 1.1), ukuran yang
paling populer digunakan adalah koefisien Gini, di Naiknya ketimpangan belakangan ini
mana 0 berarti sepenuhnya setara dan 100 berarti berlawanan dengan tren historis,
sepenuhnya tidak setara.10 Di Indonesia, rasio Gini dan mencapai tingkat tertinggi dari
meningkat dari 30 pada tahun 2000—angka yang yang pernah terukur sebelumnya. Rasio
relatif moderat berdasarkan standar internasional— Gini relatif stabil pada paruh kedua pemerintahan
menjadi 41 pada tahun 2014. Ini kenaikan yang cukup Suharto, meskipun angkanya mulai naik pada
tajam selama periode tersebut. periode menjelang krisis keuangan Asia pada tahun
1997-98. Rumah tangga kaya terhantam paling keras
Seringkali taraf ketimpangan oleh krisis dan mereka pulalah yang paling lambat
dianggap lebih rendah dari yang pulih, sehingga rasio Gini malah turun antara tahun
sebenarnya. Dalam data survei rumah tangga 1996 dan 2000. Namun setelah itu, dalam periode
yang digunakan untuk mengukur ketimpangan, demokratisasi, desentralisasi dan pertumbuhan
hanya 2 juta rakyat Indonesia yang mengonsumsi ekonomi yang didorong oleh lonjakan komoditas,
lebih dari Rp 4 juta per bulan, atau hanya 0,8 persen rasio Gini naik signifikan dari angka 30 setelah
jumlah penduduk. Hanya 218.000 orang yang krisis keuangan Asia pada tahun 2000 menjadi
10
Angka ini lebih sering diungkapkan sebagai proporsi antara 0 kedua dalam suatu rumah tangga (yang relatif jarang terjadi di
dan 1. Indonesia), maka sekitar 10,5 juta rumah tangga di Indonesia
11
Konsumsi per kapita bulanan rumah tangga dari data Susenas, memiliki mobil penumpang, padahal hanya 5,6 juta yang muncul
disesuaikan dengan perbedaan biaya hidup perkotaan dan dalam data Susenas.
pedesaan tiap provinsi, diukur berdasarkan garis kemiskinan BPS. 13
Salah satu latar belakang makalah kami mencoba menghitung
Hasil serupa didapatkan jika yang digunakan adalah konsumsi berapa orang kaya Indonesia yang tidak terwakili dalam data survei
nominal. tersebut, dan memperkirakan pengukuran ketimpangan yang lebih
12
Sejumlah 11,5 juta mobil penumpang terdaftar di kepolisian. akurat. Lihat Bank Dunia (akan datang (c)) "Pendapatan Tertinggi
Dengan asumsi bahwa sekitar 1 juta dari jumlah tersebut di Indonesia."
digunakan untuk tujuan komersial atau merupakan mobil
37 saat krisis keuangan global tahun 2008-09. (Bagan 1.2). Namun, rasio Gini tetap stabil di angka 41
Indonesia berhasil melewati krisis terakhir ini dan sejak tahun 2011, dan diduga sebagian peningkatan
mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang kuat, yang terjadi antara tahun 2010 dan 2011 disebabkan
tapi sejak itu ketimpangan terus merangkak naik perubahan metodologi survei (lihat Boks 1.1).
hingga rasio Gini mencapai 41 pada tahun 2014
Konsumsi per kapita bulanan rata-rata (Rp) Sumber Susenas dan kalkulasi Bank Dunia.
catatan Semua nilai disesuaikan berdasarkan lokasi dan waktu,
berdasarkan desil, 2002 dan 2014 (bag. 1.1) 2002 2014
dengan menggunakan rasio garis kemiskinan rata-rata nasional
pada tahun tertentu terhadap garis kemiskinan daerah untuk
tahun tersebut.
Termiskin
2
3
4
5
6
7
8
9
Terkaya
40
35
30
Gini
25
20
15
10
K emiskinan – lama Kemiskinan – baru
5
0
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Berdasarkan standar regional, pada saat yang sama ketika tingkat ketimpangan
tingkat ketimpangan Indonesia stabil atau malah turun di negara tetangga di Asia
tengah meningkat pesat, walaupun Timur lainnya yang juga tengah berkembang pesat
masih belum setinggi di beberapa seperti Malaysia, Thailand dan Vietnam (Bagan 1.4).
negara berkembang. Pada awal era 1990an, Laju peningkatan ini juga pesat jika diukur dengan
rasio Gini Indonesia adalah yang terendah secara standar internasional, walaupun ketimpangan masih
regional (Bagan 1.3)14. Namun pada akhir periode lebih tinggi di beberapa negara berpendapatan
2000an angkanya berhasil, atau nyaris berhasil, menengah ke bawah lainnya, khususnya di Amerika
mengejar sebagian besar negara tetangga lain. Latin (Bagan 1.5).
Ini karena besarnya kenaikan rasio Gini selama
14
Rasio Gini untuk Indonesia pada Bagan 1.3 dan Bagan 1.5
periode ini hanya lebih rendah dari Tiongkok, sedikit berbeda dari rasio Gini pada Bagan 1.2. Perbandingan
dan sebagian besar kenaikan rasio Indonesia regional didasarkan pada kalkulasi dari PovcalNet, dan meskipun
mereka menggunakan data dasar survei rumah tangga yang sama,
terjadi hanya dalam satu dasawarsa terakhir. metodologinya berbeda dari rasio Gini Indonesia yang resmi dan
Dan lagi, ketimpangan naik pesat di Indonesia tidak menghitung rasio Gini langsung dari data dasar.
Koefisien Gini di Asia Timur, catatan Rasio Gini konsumsi untuk semua negara kecuali Malaysia, yang
menggunakan pendapatan. Periode untuk tiap negara adalah: Indonesia 1990-
periode 1990an & 2000an (bag. 1.3) 90 an 00 an
2011; Malaysia 1992-2009; Laos 1992-2008; Tiongkok 1990-2008; Vietnam 1992-
2008; Thailand 1990-2009; Filipina 1991-2009; dan Kamboja 1994-2008.
Sumber Zhuang, et al. (2014).
Malaysia
China
Philippines
Thailand
Indonesia
Cambodia
India
Laos
Vietnam
0 10 20 30 40 50 60
0.46
cepat, dengan peningkatan 10 persen per tahun
sejak 2002 (Bagan 1.6)15.
0.4
Namun, mereka yang posisinya
aman secara ekonomi sekarang
40
0.26
dinikmati oleh kelas konsumen yang berkembang.
Antara tahun 2003 dan 2010, konsumsi per
orang untuk 10 persen warga terkaya Indonesia
naik lebih dari 6 persen per tahun setelah
20
P h il i pp i ne s
Ca mbod i a
15
Untuk laporan ini, rumah tangga dalam kelas menengah
C h i na
I nd o ne si a
Lao s
I nd i a
56.9
56.2
55.8
54 .6
53.1
52.5
52.4
51.4
50.8
50.5
4 8.8
4 8.3
4 7.4
4 7.3
4 6.2
4 5.5
4 2.9
4 2.7
4 2.4
4 1.5
4 1.3
4 1.0
4 0.8
4 0.4
4 0.2
4 0.0
39.9
38.9
38.0
37.8
3 7.6
36.7
36.7
36.5
36.5
35.7
35.5
35.5
35.2
34 .5
33.8
33.0
31.9
30.8
30.8
3 0.7
3 0.0
26.4
indonesia (income estimate)
indonesia (consumption)
sao tome and principe
yemen, republic of
corte d'lvoire
south sudan
timor–leste
el salvador
cape verde
uzbekistan
guatemala
nicaragua
philppines
swaziland
cameroon
Honduras
camb odia
mongolia
djiboutri
paraguay
sri lanka
morocco
thailand
malaysia
moldova
pakistan
lesotho
armenia
senegal
georgia
vietnam
ukraine
albania
lao pdr
bhutan
nigeria
Bolivia
zambia
ghana
sudan
belize
china
india
iraq
Koefisien Gini untuk negara berpendapatan sumber Indikator Pembangunan Dunia, tahun terakhir yang tersedia.
catatan Rasio Gini pendapatan berwarna hitam, rasio Gini konsumsi berwarna abu–abu.
menengah ke bawah (bag. 1.5) Rasio Gini pendapatan Indonesia diperkirakan sebagai Gini konsumsi ditambah 6,4 poin,
yaitu kenaikan rata-rata rasio Gini dari konsumsi ke pendapatan selama tiga tahun saat
baik Gini pendapatan maupun konsumsi dihitung di Indonesia (1984, 1990 dan 1993).
Pembagian populasi berdasarkan sumber Susenas dan kalkulasi Bank Dunia. Pendapatan orang miskin yang berada
di bawah garis kemiskinan nasional yaitu sekitar Rp 300.000 per orang per bulan.
kelas (persen) 2002-14 (bag. 1.6) Orang yang rentan punya kemungkinan lebih dari 10 persen untuk menjadi miskin
pada tahun berikutnya dan berada 1,5 kali di bawah garis kemiskinan. Kelas
M is kin KE LAS KONS UMEN B ERKE M BANG konsumen posisinya aman secara ekonomi, dengan kemungkinan kurang dari 10
pertumbuhan / TA HU N (–)2.2% pertumbuhan/TAH UN 2.4% persen untuk menjadi miskin atau rentan pada tahun berikutnya, dan mengonsumsi
lebih dari Rp 1 juta per orang per bulan. Kelas konsumen yang berkembang aman
RENTAN KE LAS KONS UMEN dari kemiskinan tapi tidak dari kerentanan, dan berada di antara garis kerentanan
pertumbuhan / TA HU N (–)0.1 % pertumbuhan/TAH UN 1 0%
dan keamanan ekonomi. Lihat Bank Dunia (akan datang (a)) untuk detail lebih lanjut.
100
7.0 10.1 14 . 8
17.7
80
4 1 .2
43. 3
45.9
60 44.2
40
3 3.7
28.8
26 .1
26 . 9
20
1 8 .1 17.7
13 . 3 11. 3
0
B o k s 1 .1
Mengukur ketimpangan
Pengukuran Ketimpangan. dan memenuhi semua syarat adalah Mengukur Ketimpangan Indonesia dengan
Koefisien Gini adalah ukuran ketimpangan indeks Theil, yang merupakan bagian dari Data Survei Rumah Tangga
yang paling umum digunakan. Rasionya kelompok ukuran ketimpangan entropi yang Ketimpangan konsumsi rumah tangga
berada di antara 0 (sepenuhnya setara) disamaratakan. Rumus umumnya adalah: (dan angka kemiskinan resmi) diukur di
dan 1 (sepenuhnya tidak setara), dengan Indonesia menggunakan Survei Sosial
jangkauan umum di antara 0,3 dan 0,5. Ekonomi Nasional (Susenas), yaitu survei
Ini seringkali dinyatakan dalam angka yang mewakili seluruh rumah tangga secara
antara 0 dan 100, seperti dilakukan dalam nasional yang diadakan setiap tahun.
di mana γ adalah konsumsi untuk orang ί,
laporan ini. Rasio Gini umumnya dihitung Metodologi pengambilan sampel survei ini
yaitu konsumsi rata-rata per orang, dan α
dari distribusi pendapatan atau konsumsi berubah secara signifikan pada tahun 2011.
adalah parameter yang melambangkan bobot
(distribusi konsumsi biasanya lebih setara Jumlah unit sampel primer (Blok Sensus)
yang diberikan pada jarak antara konsumsi
rata-rata 6,6 poin daripada distribusi yang disurvei bertambah hampir dua
pada bagian distribusi pendapatan yang
pendapatan; Deininger dan Squire 1996). kali lipat, dan jumlah rumah tangga yang
berbeda dan dapat diberi nilai riil apa pun.
Rasio Gini dibangun dari kurva Lorenz, disurvei dalam tiap Blok Sensus berkurang
Ukuran GE dapat diberi nilai antara 0 sampai
seperti ditunjukkan di sebelah kanan, yang hampir setengahnya. Walaupun jumlah
tak terhingga, di mana 0 melambangkan
membandingkan kurva frekuensi kumulatif total sampel secara nasional dan untuk
kesetaraan dan nilai yang lebih tinggi
distribusi aktual (konsumsi dalam kasus tiap daerah tetap sama, dengan metode
melambangkan tingkat ketidaksetaraan yang
Indonesia) dengan kurva frekuensi kumulatif ini jenis rumah tangga yang diikutsertakan
lebih tinggi. Untuk nilai α yang lebih rendah,
yang akan dihasilkan jika konsumsi semua sangat lebih bervariasi. Karena metodologi
ukuran ini lebih sensitif terhadap perubahan
individu sama. Rasio Gini dihitung sebagai baru pengambilan sampel tersebut, angka
pada bagian distribusi terbawah, dan untuk
A/(A+B), di mana A dan B adalah area kemiskinan dan ketimpangan tidak bisa
nilai α yang lebih tinggi, ukuran ini lebih sensitif
yang ditunjukkan dalam grafik. Meskipun semata-mata dibandingkan antara tahun
terhadap perubahan yang memengaruhi
memenuhi banyak syarat untuk suatu 2010 dan sebelumnya dengan tahun 2011
bagian distribusi teratas. Nilai α yang paling
ukuran ketimpangan, namun rasio Gini tidak dan setelahnya. Ini mungkin menjelaskan
umum digunakan adalah 0, 1, dan 2. Indeks
mudah dibagi atau ditambah berdasarkan lonjakan ketimpangan yang tidak biasa
T pada Theil adalah GE(1) dan index L pada
kelompok, maka rasio Gini nasional tidak antara tahun 2010 dan 2011. Metodologi yang
Theil adalah GE(0), yang juga dikenal sebagai
sama dengan jumlah rasio Gini di bawah baru mungkin saja menangkap lebih banyak
ukuran deviasi log rata-rata. Untuk informasi
tingkat nasional (misalnya perkotaan/ rumah tangga kaya yang tidak tercakup
lebih lanjut tentang koefisien Gini dan indeks
pedesaan atau daerah). dalam survei-survei sebelumnya.
Theil, lihat Haughton dan Khandker (2009)
Ukuran ketimpangan yang umum digunakan
Handbook on Poverty and Inequality.
100
80
60
40
20
0
20 40 60 80 100
Apakah 1.2
ketimpangan
penting?
Tidak semua ketimpangan itu buruk, tapi ketimpangan bisa menjadi
tidak adil saat tidak semua orang memiliki peluang awal yang sama
miskin dan mengenyam pendidikan lebih baik ini, Indonesia mungkin tidak akan menikmati laju
namun tetap tidak bisa mendapatkan pekerjaan pertumbuhan ekonomi yang sama, tapi jelas bahwa
produktif (Bagan 1.8). Sebagian besar lapangan pola pertumbuhan yang tidak merata pada era
kerja yang tercipta sejak tahun 2001, bahkan hingga 2000an mengakibatkan kemiskinan turun lebih
sekarang, adalah di sektor dengan produktivitas lambat dari yang seharusnya.
rendah. Ini melemahkan pertumbuhan ekonomi,
karena potensi produktif tenaga kerja yang ada Ketimpangan yang tinggi juga
saat ini tidak bisa dimaksimalkan ketika jumlah berdampak buruk pada kesatuan
penduduk usia produktif mencapai puncaknya. bangsa. Penelitian belum lama ini (Pierskalla
dan Sacks 2015) menemukan bahwa lebih banyak
Ketimpangan juga bisa berakibat konflik terjadi di daerah yang ketimpangannya
buruk pada pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. Berdasarkan data yang digunakan
dengan cara lain. Tingginya tingkat dalam studi tersebut, diperkirakan bahwa rata-rata
ketimpangan dapat melemahkan pertumbuhan jumlah konflik di daerah dengan ketimpangan
ekonomi melalui beberapa cara. Pertama, menengah (rasio Gini 30) 25 persen lebih tinggi
meningkatnya ketidakstabilan sosial sehingga daripada daerah dengan ketimpangan rendah (rasio
memengaruhi ekonomi dengan menghambat Gini 20), sedangkan konflik di daerah dengan
investasi dan mengganggu hubungan tenaga ketimpangan tinggi (rasio Gini 40) 54 persen lebih
kerja.17 Kedua, ketidakmampuan 40 persen rakyat tinggi daripada daerah dengan ketimpangan
termiskin untuk keluar dari kerentanan dan pindah rendah (Bagan 1.7).
ke kelas menengah, melemahkan pertumbuhan
konsumsi di masa depan yang didorong oleh Rata-rata insiden konflik pada Sumber
Pierskalla
kelas menengah. Terlebih lagi, bila pertumbuhan daerah dengan ketimpangan and Sacks
konsumsi 40 persen rakyat termiskin tetap di bawah rendah, menengah dan tinggi (2015).
Kalkulasi
rata-rata nasional, maka naiknya ketimpangan yang (bag. 1.7) berdasarkan
database
dihasilkan juga dapat mengurangi pertumbuhan konflik
100
ekonomi melalui beberapa cara, antara lain18 NVMS yang
80 mencakup
kurangnya pasar kredit, rendahnya investasi pada 80 14 provinsi
65
modal manusia (Galor dan Zeira 1993) dan kegiatan antara 1997
60
52 – 2015 dan
wirausaha (Banerjee dan Newman 1993). DAPOER
40
Gini
Gini
40
30
0
kemiskinan. Antara tahun 2003 dan 2010,
angka kemiskinan turun sebesar 5,4 poin Jenis pekerjaan untuk lulusan Sumber
Sakernas
persentase dari 17,4 persen menjadi 12,0 persen. sekolah menengah atas (bag. 1.8) 2001-10 dan
Namun, karena sebagian besar pertumbuhan kalkulasi
World Bank
ekonomi selama periode ini hanya dinikmati
100
oleh orang kaya, konsumsi warga miskin lambat 17 16
naik. Apa yang akan terjadi pada kemiskinan bila 80 t er am p i l
17
Lihat Gupta (1990), Keefer dan Knack (2002) mengenai efek (1989) dan Mani (2001) tentang besarnya pasar domestik.
ketidakstabilan politik pada pertumbuhan ekonomi, dan Alesina 19
Ini adalah hasil dekomposisi Datt-Ravallion. 2003 digunakan
dan Rodrik (1994), Alesina dan Perotti (1994) dan Persson dan sebagai tahun basis untuk dekomposisi. Ada sisa pertumbuhan
Tabellini (1994) mengenai hubungan antara ekonomi politik dan ekonomi dalam jumlah besar yang tidak bisa serta-merta ditafsirkan
pertumbuhan ekonomi. sebagai hasil pertumbuhan atau perubahan distribusi. Seluruh sisa
18
Lihat pula Mason (1988) tentang investasi yang tidak produktif, tersebut biasanya dialokasikan untuk distribusi ulang, maka estimasi
Marshall (1988) tentang pola permintaan, Galor dan Zang (1997) komponen pertumbuhan merupakan batas bawah. Dengan asumsi
dan Kremer dan Chen (2002) tentang kelahiran, Murphy, et. al. konservatif seperti ini sekalipun, kemiskinan akan turun sampai nol.
Pembagian konsumsi nasional per kuintil: jumlah Sumber Bank Dunia (2015a)
menggunakan data LSI (2014)
seharusnya menurut orang Indonesia, jumlah saat ini
menurut mereka, jumlah sebenarnya (persen) (bag. 1.9)
t e r m isk i n 2 3 4 t er k aya
d ist ribus i
14 16 19 23 28
id e a l
d ist ribus i
p e r s ep s i 7 12 18 25 38
d i st ribu s i
ak t ua l 7 10 14 20 49
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
M e ng a pa Ket im pang a n
Men ingkat
2.1 2 .2 2. 3 2 .4 2 .5
Kerangka untuk Mengapa awal Mengapa peningkatan Mengapa keuangan Mengapa guncangan
memahami yang tidak setara kesenjangan antara dan aset fisik membuat kebanyakan
ketimpangan dalam hidup tenaga kerja terampil membantu orang orang semakin
47 membuat kaum dan tenaga kerja kaya meninggalkan sulit mengejar
miskin tidak bisa tidak terampil kelompok lainnya ketertinggalan
berkembang meningkatkan 81 87
53 ketimpangan
71
Bagian ini meneliti faktor-faktor pendorong utama ketimpangan. kerentanan dan ketahanan terhadap guncangan membuat banyak
Kami akan mengawali bagian ini dengan membahas mengapa orang tidak mampu meningkatkan derajat ekonomi mereka.
konsumsi rumah tangga kaya tumbuh lebih cepat untuk Selanjutnya bagian ini dibagi menjadi lima bagian:
dibandingkan yang lain dengan menggunakan kerangka I Kerangka untuk memahami ketimpangan;
untuk memahami bagaimana masing-masing rumah tangga II Mengapa awal yang tidak setara membuat kaum miskin tidak
menghasilkan pendapatan. Inti dari bagian ini menelaah faktor- bisa berkembang;
faktor pendorong utama ketimpangan pendapatan: bagaimana III Mengapa kesenjangan yang kian lebar antara upah pekerja
awal yang tidak setara membuat sebagian keluarga tidak dapat terampil dan tidak terampil membuat ketimpangan meningkat;
mengembangkan sumber daya manusia sebaik mungkin; IV Mengapa aset keuangan membuat posisi orang kaya semakin
bagaimana hal ini menyebabkan hanya sebagian orang dapat jauh meninggalkan yang lain; dan
meraup untung dari perbedaan upah antara pekerja terampil dan V Mengapa guncangan membuat banyak orang miskin atau
tidak terampil; bagaimana segelintir orang meraup keuntungan rentan semakin sulit mengejar ketertinggalan mereka.
dari sumber daya finansial; dan bagaimana perbedaan dalam
47 Chapter 2 mengapa ketimpangan meningkat
Kerangka untuk
memahamI
Ketimpangan
2.1 Pertumbuhan ekonomi yang terjadi akhir-akhir ini
lebih dinikmati oleh rumah tangga kaya
Ketimpangan meningkat karena naik tiga kali lebih cepat untuk keluarga terkaya
pendapatan rumah tangga kaya naik daripada keluarga termiskin (Bagan 2.1 dan Boks
lebih cepat daripada pendapatan 2.1). Pertumbuhan konsumsi 60 persen rumah
kaum miskin dan kelas menengah. tangga termiskin berada di bawah rata-rata, dan
Selama periode 1996 hingga 2010, pertumbuhan pertumbuhan untuk kaum miskin dan rentan
rata-rata per tahun konsumsi rumah tangga, secara riil nyaris nol.
Kurva insiden pertumbuhan berdasarkan Sumber Susenas dan kalkulasi Bank Dunia
2.0
1.8
1.6
P ertumbuhan rata - rata
1.4
1.2
1.0
0.8
0.6
0.4
growth incidence 1 996 – 2 0 1 0
0.2
0.0
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 41 43 46 49 52 55 58 61 64 67 70 73 76 79 82 85 88 91 94 97
Mengapa pendapatan orang kaya naik menabung dalam bentuk tunai tidak mendapatkan
lebih cepat daripada pendapatan bunga, sementara rumah tangga kaya yang punya
orang miskin dan kelas menengah? akses pada pasar finansial memperoleh bunga dan
Untuk memahami mengapa pendapatan orang kaya barangkali juga dividen. Keluarga miskin yang tenaga
naik lebih cepat daripada orang miskin dan kelas kerjanya tidak terampil mendapat upah lebih rendah
menengah, kita harus meneliti berbagai faktor di daripada tenaga kerja dari keluarga kaya yang lebih
balik pendapatan. berpendidikan dan lebih terampil.
1 2 3
Memahami
ketimpangan melalui
kerangka aset yang
menghasilkan
Aset Pendapatan Konsumsi
pendapatan dengan Setiap rumah tangga Rumah tangga menerima Pendapatan rumah tangga digunakan untuk konsumsi
memiliki kuantitas pendapatan dari yang (hal yang mendasari ketimpangan), namun semakin
siklus umpan balik dan kualitas aset yang setiap sumber hasilkan banyak anggota rumah tangga maka semakin jauh
yang memperkuat berbeda • Sumber daya penyebaran pendapatan
(bag.2.2) •Sumber daya manusia manusia menghasilkan
•Sumber daya keuangan penghasilan dari Guncangan meningkatkan biaya hidup;
tenaga kerja contohnya kenaikan harga makanan
Guncangan secara • Sumber daya keuangan
4
langsung mengurangi menghasilkan keuntungan
kemampuan dan pembayaran sewa
menghasilkan
pendapatan pada Guncangan mengurangi Investasi
aset: contohnya pendapatan yang
bencana alam, sakit dihasilkan aset:
Pendapatan yang tidak digunakan diinvestasikan pada
sumber daya keuangan dan manusia untuk anak-anak
contohnya kekeringan,
mereka (hal yang mendasari ketimpangan selanjutntya
pengangguran
melalui bertambahnya aset)
Tra ns mis i pe nghasilan
p en da patan antar
ge ne rasi
hanya lulusan SD. Karena pendidikannya rendah, warga miskin. Karena pekerjaannya di sektor
ia bekerja paruh waktu di sebuah warung makan informal, ia juga tidak mendapatkan tunjangan
di pinggir jalan dan mendapatkan upah informal kesehatan dari tempat kerja.
yang rendah. Ia punya sebidang kecil tanah yang
dijadikan sawah oleh tetangganya. Tetangganya Kelas menengah memiliki aset yang
mengambil separuh beras dari sawah tersebut, meningkat, pendapatan yang lebih
sementara separuhnya lagi dikonsumsi oleh rumah tinggi dan tabungan lebih besar. Dewi
tangga Putri. Karena Putri punya empat anak, beras adalah bagian dari kelas menengah Indonesia
dari sawah tidak cukup dan mereka harus membeli (Boks 2.4). Ia lulusan sekolah menengah atas dan
tambahan di pasar, maka kenaikan harga beras bekerja sebagai pegawai negeri sipil dengan gaji
baru-baru ini, menyulitkan mereka. Seiring waktu dan tunjangan memadai. Ia juga mendapatkan
nilai tanah milik Putri mulai naik, tapi karena ia tidak pelatihan berkelanjutan dan sertifikasi keterampilan
punya kepemilikan resmi, nilai tanah itu terbatas lewat tempat kerjanya. Ia tidak punya tanah atau
dan tidak bisa dijadikan jaminan untuk kredit rumah, tapi punya tabungan yang diinvestasikan
usaha kecil. Putri menyimpan sedikit tabungan di di bank dan mendapatkan bunga. Seiring waktu
rumah untuk keadaan darurat. Karena inflasi dan tabungannya semakin bertambah dan ia juga
tidak adanya bunga, nilai tabungan ini semakin mendapatkan tunjangan pensiun. Seperti Putri,
lama semakin menyusut. Dan karena Putri sering ia memiliki jaringan teman dan kerabat di Jakarta
mengambil uang dari tabungannya, jumlahnya yang membantunya mendapatkan pekerjaannya
tidak berkembang. yang sekarang. Dewi dan suaminya punya dua
anak, yang berarti mereka bisa mengeluarkan
Putri juga memiliki koneksi sosial, sedikit lebih banyak uang untuk pendidikan anak
yaitu teman dan saudara di sekitar dibandingkan jika keluarga mereka lebih besar.
tempat tinggalnya. Ia pernah meminjam Dewi punya asuransi kesehatan untuk digunakan
uang dari mereka untuk biaya sekolah anak- saat sakit, tapi jika kehilangan pekerjaan ia harus
anaknya. Kegiatan sosial berkelanjutan mengambil uang dari tabungannya.
memperkuat jaringan sosial ini. Putri mendapat
asuransi kesehatan gratis dari Pemerintah tapi Orang kaya Indonesia memiliki sumber
tidak tahu apa saja yang dijamin oleh asuransi daya yang baik dan menghasilkan
tersebut, lagi pula tidak ada Puskesmas di dekat pendapatan tinggi dari sumber
rumahnya. Jika ia atau salah satu anaknya sakit, ia daya tersebut. Mereka juga menggunakan
harus meminjam dari kerabat atau menjual tanah pendapatan ini untuk ditabung, sehingga
untuk membayar biaya perawatan. pendapatan mereka di masa depan lebih tinggi lagi.
Siti adalah bagian dari kelas atas Indonesia (Boks
Kelas konsumen yang berkembang 2.5). Ia lulusan universitas dan akan mengambil
mendapatkan pendidikan lebih baik gelar MBA di Amerika Serikat. Ia mendapatkan
dan memiliki sedikit tabungan. Fitri gaji tinggi karena mengelola perusahaannya
(Boks 2.3) adalah bagian dari kelas sosial terbesar sendiri, yang memperoleh laba cukup besar. Ia juga
Indonesia, yaitu kelas konsumen berkembang, berinvestasi di reksa dana dan pasar saham, yang
yang berada di atas garis kerentanan tapi belum memberikan imbal hasil tinggi dalam beberapa
aman secara ekonomi dan punya kesempatan tahun terakhir. Ia menginvestasikan kembali laba
lebih dari 10 persen untuk kembali rentan di perusahaan untuk mengembangkan usahanya dan
tahun berikutnya. Fitri adalah lulusan SMP. terus mengumpulkan modal finansial seiring waktu,
Ia menggunakan koneksi sosialnya untuk yang pada gilirannya menghasilkan lebih banyak
mendapatkan pekerjaan di sebuah pabrik kecil di pendapatan lagi pada tahun berikutnya. Siti memiliki
daerahnya. Karena merupakan usaha kecil, pabrik koneksi kuat dengan elite bisnis dan politik, dan
itu tidak mengikuti aturan upah minimum. Fitri ia menggunakan koneksi ini untuk mendapatkan
punya sedikit tabungan yang ia simpan di rekening lisensi dan kontrak yang menguntungkan bagi
biasa di bank untuk keadaan darurat. Tabungan perusahaannya. Siti dan suaminya punya satu anak,
ini bertambah sedikit demi sedikit seiring waktu, yang sekarang sedang kuliah di Eropa. Karena
karena ia bisa menyisihkan sebagian dari gajinya. memiliki investasi dan asuransi serta melakukan
Fitri tidak punya asuransi kesehatan, karena tindakan pencegahan, Siti paling bisa bertahan
ia tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan menghadapi guncangan sosial.
asuransi kesehatan gratis dari Pemerintah untuk
Box.2.2
Putri adalah warga miskin dengan
aset terbatas & imbal hasil rendah
Aset Intensitas Penggunaan Imbal Hasil Akumulasi
Modal F inansial Tidak dimanfaatkan; Negatif karena inflasi Tidak ada. Tabungan
sedikit tabungan yang disimpan untuk dikonsumsi habis setiap tahun &
disimpan di rumah jika terjadi guncangan dikumpulkan dari awal lagi
Modal Sosial jaringan Dimanfaatkan untuk Bisa sedikit berinvestasi Kegiatan sosial
kerabat dan teman di meminjam uang saat pada pendidikan anak berkelanjutan
sekitar tempat tinggal harus membayar uang laki-laki memperkuat jaringan
sekolah anak
Box.2.3
Fitri adalah konsumen berkembang
dengan sedikit akumulasi aset
Aset Intensitas Penggunaan Imbal Hasil Akumulasi
Modal Manusia Bekerja pada Mendapat gaji tetap di Tidak ada, karena pabrik
Pendidikan SMP manufaktur di pabrik bawah upah minimum tidak menyediakan
berskala kecil karena tidak termasuk pelatihan
serikat pekerja
Modal F inansial Tidak dimanfaatkan; Bunga dalam jumlah Tabungan dari gaji
sedikit tabungan, tidak disimpan untuk kecil dari rekening biasa
ada dana pensiun dikonsumsi jika terjadi di bank
guncangan
Box.2.4
Dewi adalah bagian dari kelas
menengah yang aman secara
ekonomi dengan aset meningkat
Aset Intensitas Penggunaan Imbal Hasil Akumulasi
Modal Fin a n s ia l Diinvestasikan di bank Mendapatkan bunga dari Menabung dari gaji
tabungan; tunjangan tabungan
pensiun
Box.2.5
Siti adalah warga kelas atas yang
punya banyak aset & imbal hasil tinggi
Aset Intensitas Penggunaan Imbal Hasil Akumulasi
Modal Fis ik Tinggal di satu rumah Mendapat untung dari Nilai apartemen dan
punya beberapa dan menyewakan yang biaya sewa yang tinggi rumah naik pesat
apartemen dan rumah lainnya
Persentase ketimpangan konsumsi karena perbedaan antar Persentase ketimpangan konsumsi karena perbedaan antar
dan dalam kelompok dengan keadaan berbeda saat lahir dan dalam kelompok dengan keadaan berbeda saat lahir,
(bag. 2.3) berdasarkan kelompok usia lahir (bag. 2.4)
38.6
37.3
36.3
33%
34.7
67
33.9
Perbedaan antar
% Kepala Kepala Kepala Kepala Kepala
kelompok keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga
lahir pada lahir pada lahir pada lahir pada lahir setelah
1948 – 57 1958 – 67 1968 – 77 1978 – 87 1987
Perbedaan dalam
kelompok Sumber Susenas dan kalkulasi Bank Dunia. Catatan: Dekomposisi Indeks Theil
L (GE(0)) (semua individu) pada perbedaan dalam dan antarkelompok. Keadaan
saat lahir mencakup studi jenis kelamin kepala rumah tangga, pendidikan orang
tua*, provinsi tempat lahir dan apakah tempat lahir murni perkotaan (entah
kotamadya atau kabupaten). *Pendidikan individu diambil sebagai indikator untuk
memperkirakan pendidikan orang tua, yang tidak ada dalam data. Namun, analisis
data SAKERTI menunjukkan bahwa pendidikan dan pendapatan orang tua adalah
penentu penting pendidikan anak mereka nantinya, selain juga ketersediaan
sekolah, yang kesemuanya termasuk keadaan saat lahir. Keadaan yang tidak
terjadi saat lahir termasuk usaha setiap anak.
2.2. 2
Anak-anak harus mengawali hidup dan pascakelahiran oleh para ibu, pemantauan
dengan baik untuk bisa mendapatkan tumbuh kembang anak dan penyuluhan tentang
penghasilan yang cukup saat dewasa. nutrisi, imunisasi, akses ke air bersih dan
Awal hidup yang sehat adalah salah satu faktor sanitasi memadai (khususnya terkait pembuatan
terpenting agar dapat sukses nantinya. Anak makanan), akses pada dan penerapan perawatan
yang tumbuh dengan asupan gizi cukup saat memadai untuk diare, serta hidup di rumah yang
dalam kandungan dan sampai usia dua tahun, bersih dan berkondisi baik (Bank Dunia 2015b).
mencapai tinggi badan yang tepat sesuai usia
mereka. Mereka lebih mungkin mengembangkan Namun, angka kematian anak dan gizi
kemampuan kognitif yang lebih baik, mencapai buruk di Indonesia relatif tinggi,
tingkat pendidikan lebih tinggi, mendapatkan khususnya di kalangan rakyat miskin
penghasilan lebih tinggi, dan menjadi individu dan mereka yang tinggal di pedesaan.
lebih sehat saat dewasa, dibandingkan anak-anak Indonesia telah membuat kemajuan signifikan
yang mengalami kekerdilan atau tumbuh tanpa dalam mengurangi angka kematian bayi dan anak,
mencapai tinggi badan yang tepat (Alderman dan tapi jumlahnya masih lebih tinggi dibandingkan
Behrman 2004; Victora et al. 2008). negara-negara tetangga (Bagan 2.5). Risiko
kematian paling tinggi terdapat pada anak yang
Untuk mendapatkan awal hidup yang tinggal di pedesaan, miskin dan pendidikan
baik semua anak harus mendapat ibunya rendah. Terlebih lagi, contoh terpenting
peluang yang sama, tak peduli gizi buruk yaitu kekerdilan masih terbilang tinggi
di mana mereka lahir atau siapa di Indonesia (Bagan 2.6), dan lebih tinggi lagi
orang tua mereka. Kesehatan anak dapat pada anak-anak yang orang tuanya berpendidikan
ditingkatkan melalui pemeriksaan prakelahiran rendah (Bagan 2.7).
Awal yang sehat bagi bayi dimulai tangga di pedesaan menggunakan bidan terampil
dengan perawatan prakelahiran (Bagan 2.9 dan Bagan 2.10) atau melahirkan di
dan pascakelahiran untuk ibu, fasilitas kesehatan resmi yang meningkatkan
tapi tidak semua orang beruntung kemungkinan mereka menerima perawatan
mendapatkannya. 25 Perawatan kesehatan pascakelahiran (tercatat 96 persen ibu yang
yang tepat selama dan setelah kehamilan tidak melahirkan di fasilitas resmi juga menerima
hanya dapat menjaga kesehatan ibu, tapi juga si perawatan pascakelahiran; Bank Dunia 2014d).
anak. Perawatan kesehatan dan nutrisi yang tepat
untuk ibu juga berarti nutrisi yang tepat untuk Kebanyakan anak memulai
bayi yang belum lahir. Selain itu, pemeriksaan proses imunisasi tapi tidak
pascakelahiran juga dapat mendorong perilaku menyelesaikannya, khususnya anak
yang baik saat menyusui dan kemungkinan dapat dari keluarga miskin. Setelah lahir dengan
mendeteksi risiko pada bayi yang baru lahir. sehat, anak masih membutuhkan perlindungan
Namun, penggunaan perawatan prakelahiran dari penyakit. Namun, meski sebagian besar anak
dan khususnya pascakelahiran cukup rendah memulai proses imunisasi, sekitar sepertiga dari
Tidak di rumah tangga miskin (Bagan 2.8), sehingga mereka tidak menyelesaikannya sehingga tetap
semua anak para bayi dalam keluarga semacam ini berisiko rentan terhadap penyakit. Anak miskin pada
mendapatkan mendapatkan awal hidup yang buruk. Salah satu khususnya memiliki risiko tinggi (Bagan 2.11).
awal yang sehat alasannya adalah kecilnya kemungkinan rumah
Angka kematian bayi (per 1.000 kelahiran) (bag. 2.5) Kemungkinan kekerdilan berdasarkan
pendidikan orangtua (persen) (bag. 2.7)
Malaysia 7. 3
38
Thailand 11. 4 36
35
East Asia & Pacific 17. 2
27
Vietnam 18. 4
Philippines 23 . 5
Dibawah SMA
SD SMP
SD keatas
Indonesia 25. 8
Sumber SAKERTI dan kalkulasi Bank Dunia.
Cambodia 33.9 Catatan Kekerdilan ekstrim berarti standar deviasi z-score tinggi
badan berdasarkan usia <-2 menggunakan standar WHO 2006,
anak usia 0-5 tahun.
Lao DPR 54 .0
Penggunaan perawatan prakelahiran dan
Sumber WDI 2012. pascakelahiran terampil (persen) (bag. 2.8)
Catatan Yang termasuk kematian bayi adalah kematian pada usia 0-1 tahun.
Malaysia 17. 5
Vietnam 23
40% 20%
Nasional Urban Rural
terbawah terbawah
Philippines 33
Perwatan prakelahiran terampil
Myanmar 35
78 85
80
71
Indonesia 39
54
Cambodia 41
Kelahiran tanpa menggunakan Sumber Susenas 2011. Kelahiran tanpa menggunakan bidan Sumber
Catatan Usia 0 – 1 tahun Susenas 2011.
bidan berdasarkan daerah (persen) berdasarkan desil konsumsi
(bag. 2.9) per kapita (persen) (bag. 2.10)
Rural 37 1 41
Urban 12 2 32
3 27
Sumatera 19
4 24
Jawa/Bali 20
5 22
Kalimantan 31
6 20
Sulawesi 44
7 18
NT 40 8 15
Maluku 56 9 11
Papua 49 10 7
80
60
40
20
0
la kI
pere mpuan
Urban
Rural
termisk in
q2
q3
q4
terkaya
la kI
pere mpuan
Urban
Rural
termisk in
q2
q3
q4
terkaya
la kI
pere mpuan
Urban
Rural
termisk in
q2
q3
q4
terkaya
Banyak bayi dan anak kecil yang tidak Banyak bayi di atas usia 6 bulan yang seharusnya
diberi makan dengan layak, dan anak mendapatkan makanan pendamping dan ASI,
miskin paling berisiko dalam hal ini. tidak lagi diberi ASI (Bagan 2.12). Tambahan
Pemberian ASI pada usia yang sesuai sangat lagi, banyak anak tidak diberi mikronutrisi dan
penting untuk pertumbuhan anak yang sehat. obat cacing, sehingga dapat memengaruhi
Namun, kurang dari separuh jumlah bayi usia pertumbuhan mereka. Tingkat perawatan ini paling
0-6 bulan mendapatkan ASI dengan tepat, tidak rendah di kalangan warga miskin (Bagan 2.13).
diberi ASI eksklusif melainkan makanan lain.
Pemberian ASI pada usia yang tepat Sumber Susenas 2012 Nutrisi yang cukup seringkali tidak
untuk 0-6 bulan; SDKI 2012
berdasarkan usia (persen) (bag. 2.12) untuk lainnya.
disertai kebersihan dan sanitasi
Catatan Pemberian ASI pada memadai serta perawatan yang tepat
usia yang tepat adalah ASI
eksklusif sampai umur 6 bulan, untuk diare. Walaupun anak diberi cukup
lalu ASI dengan makanan makan dengan cara yang tepat, pertumbuhan
100 pendamping (padat dan
7.9 semipadat) sampai umur 2 dan perkembangan mereka akan terganggu jika
tahun. the second year of life. lingkungan mereka tidak bersih dan sanitasinya
23.6 kurang baik, sehingga meningkatkan risiko diare.
Kesenjangan akses pada air bersih dan sanitasi
40.3 memadai antara orang kaya dan miskin telah
80
berkurang seiring waktu (Bagan 2.14). Meski
demikian, sekitar 1 dari 6 anak usia 0-5 tahun
1.11
terkena diare dalam dua minggu terakhir. Banyak
50.6 di antara mereka yang menderita diare tidak
diberi oralit, dengan risiko lebih tinggi pada anak
60 perempuan (Bagan 2.15).
0.6
100
85
80
80 79
78
71
75 66
66 64 65
60 62 62
64 60
61 58
59
53
40
34
38
29
27 27
26 27 24
20 26 25 23 21
15 16
14 14 14 14 13 14 15
11 11
8
0 4
Kurangnya akses pada air bersih dan sanitasi Kasus diare dan perawatannya (persen)
memadai berdasarkan desil konsumsi per (bag. 2.15)
kapita rumah tangga (persen) (bag. 2.14)
60
50.5
50 47.8
4.6
sanitasi buruk 2002 42.3
40
sanitasi buruk 2011
tanpa akses
100 air bersih 2002 30
80 20
15.6 15.7
14.1 15.4 15.6 14.3
tanpa akses 13.2 12.9
air bersih 2011
60 10
40 0
urban rural male female
20
0
diare 2 minggu perwatan tanpa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 terakhir ort perawatan
Sementara itu lebih dari 40 persen masyarakat sesuai standar minimum bervariasi di tiap provinsi,
di Sulawesi Barat, Maluku dan Kalimantan Barat khususnya di Indonesia timur (Bagan 2.17). Kesiapan
menghabiskan lebih dari satu jam perjalanan ke ini diukur dengan 38 indikator yang mencakup
rumah sakit umum daerah, dibandingkan angka fasilitas dasar, perlengkapan dasar, proses standar
nasional sebesar 18 persen. pencegahan infeksi, kapasitas diagnostik dan obat-
obatan penting. Tidak satu pun Puskesmas yang
Fasilitas kesehatan tidak dilengkapi siap pada seluruh indikator, dan hanya separuh
sarana yang tepat untuk menyediakan Puskesmas di Papua dan Maluku yang melaporkan
pelayanan kesehatan dasar kesiapan 80 persen. Yang cukup mengkhawatirkan,
sebagaimana diamanatkan undang- ada kekurangan signifikan pada layanan-layanan
undang, termasuk pelayanan yang utama yang memengaruhi apakah seorang anak
memengaruhi kesehatan anak usia dini, mendapatkan awal yang sehat, seperti: keluarga
khususnya di Indonesia timur (Bank berencana (lihat bagian berikut), perawatan
Dunia 2014a). Kesiapan fasilitas kesehatan prakelahiran, pelayanan kebidanan dasar dan
untuk menyediakan pelayanan kesehatan dasar imunisasi rutin.26
49 50
46
24 . 3
41
38 36 37
35
27
11. 9
7.2
6
3.9 4.2 4.5
1 .7 2 .7
Nasional Urban Rural Sumatera Java Kalimantan Sulawesi Bali & Nusa Maluku &
26
Lihat Bagan 40 dan Tabel 8,
Tenggara Papua Bank Dunia (2014a).
pelayanan terpilih Utara Sumatera 68.5 79.6 60.3 37.3 64.8 61.2
Barat Sumatera 76.8 81.5 69.9
dan indeks kesiapan 77.6 74.7 75.9
Riau 69.0 81.8 64.2 69.7 71.1 71.0
pelayanan umum
Jambi 70.5 83.2 62.4 71.5 71.2 71.6
untuk Puskesmas Sumatera Selatan 68.6 84.5 65.6 59.0 72.3 69.7
berdasarkan provinsi, Bengkulu 66.5 83.9 59.4 49.3 65.1 64.0
2011 (bag. 2.17) Lampung 71.9 81.7 67.9 62.9 72.5 71.0
Bangka Belitung 77.3 84.5 76.7 75.7 67.5 75.4
Sumber Kementrian
Kepulauan Riau 76.7 84.9 69.7 75.0 78.2 76.8
kesehatan, sensus
fasilitas kesehatan 2011, DKI Jakarta 87.0 84.1 76.4 20.2 69.7 65.7
diaporkan di World Bank Jawa Barat 76.3 85.9 79.1 58.4 74.0 74.0
(2014a).
Jawa Tengah 84.5 86.4 84.8 80.0 77.9 82.2
DI Yogyakarta 88.1 87.3 95.0 96.5 74.5 87.4
Jawa Timur 83.6 87.7 85.7 78.0 77.9 82.0
Banten 76.4 86.7 78.0 55.6 69.0 72.1
Bali 83.6 88.3 85.5 68.3 72.1 78.5
Nusa Tenggara Barat 76.2 87.8 74.9 84.3 76.9 79.7
Nusa Tenggara Timur 63.6 86.2 65.0 53.6 63.5 65.3
Kalimantan Barat 66.8 84.9 65.9 71.8 68.0 70.9
Kalimantan Tengah 73.4 85.3 64.0 56.1 70.7 69.2
Kalimantan Selatan 77.2 86.3 75.6 84.3 75.6 79.5
Kalimantan Timur 76.2 82.9 71.2 68.7 69.5 73.0
Sulawesi Utara 69.7 81.5 61.5 35.8 60.1 60.4
Sulawesi Tengah 66.2 82.0 52.2 54.9 57.1 61.4
Sulawesi Selatan 72.4 82.5 67.3 65.6 66.1 70.1
Sulawesi Tenggara 65.7 80.8 58.3 35.3 65.5 60.3
Gorontalo 71.2 84.2 68.2 39.4 61.2 63.3
Sulawesi Barat 55.3 81.1 49.5 55.3 47.1 56.4
Maluku 62.4 71.2 46.6 35.6 53.3 52.7
Maluku Utara 58.9 81.5 56.7 44.9 60.8 59.9
Papua Barat 55.1 75.4 49.2 34.8 63.9 55.3
Papua 53.5 72.0 41.6 29.3 56.8 50.0
Indonesia 73.9 83.7 70.7 60.6 69.9 71.1
Selain itu, meskipun jumlah tenaga pengetahuan tentang perawatan prakelahiran dan
kesehatan telah meningkat pesat pengobatan anak pada banyak dokter, perawat
hingga hampir mencapai standar dan bidan.
internasional, namun penyebarannya
sangat tidak merata dan kurang Penggunaan pelayanan kesehatan
kompetensi sehingga masih menjadi juga dipengaruhi pendidikan dan
masalah serius (Bank Dunia 2014a). Rasio perilaku ibu. Ibu yang berpendidikan lebih
tenaga kesehatan inti terhadap populasi sebesar mungkin untuk memastikan anaknya diimunisasi
2,2 per 1.000 orang kini makin dekat dengan penuh (Bagan 2.18). Mereka juga punya
angka 2,3 yang direkomendasikan WHO. Namun, kemungkinan lebih besar mengetahui manfaat
banyak Puskesmas khususnya di Indonesia timur oralit dalam pengobatan diare, memberikan
tidak memiliki dokter, hanya tiga provinsi yang mikronutrisi dan obat cacing kepada anak, dan
memiliki satu dokter per 1.000 orang sesuai mengonsumsi suplemen zat besi saat hamil. Selain
rekomendasi WHO, dan ketersediaan dokter itu, terdapat bukti yang menunjukkan bahwa
spesialis hanya terpusat di Jawa. Indonesia juga kurangnya penggunaan pelayanan kesehatan
masih sangat kekurangan tenaga kesehatan tidak hanya disebabkan kurangnya pengetahuan
penting di sektor publik meskipun banyak lulusan atau pelayanan yang tersedia, tapi juga kurangnya
sekolah keperawatan. Terlebih lagi, kualitas motivasi. Tingkat imunisasi turun drastis untuk
tenaga kesehatan masih menjadi masalah. Rokx anak keempat dan seterusnya dalam suatu
et al. (2010) menemukan kurangnya akurasi keluarga (Bagan 2.19).
Tingkat imunisasi penuh untuk anak usia 12-23 bulan Tingkat imunisasi untuk anak berdasarkan
berdasarkan pendidikan ibu (persen) (bag. 2.18) urutan lahir (persen) (bag. 2.19)
100 80
80
60
60
40
40
20
20
0 0
penuh penuh
penuh tidak sama penuh tidak sama
(tanpa (tanpa
(hep. b) sekali (hep. b) sekali
hepatitis B) hepatitis B)
Tambahan lagi, anak-anak adalah yang maupun pelayanan kesehatan yang memadai
paling rentan kehilangan beberapa meningkatkan risiko penyakit dan menurunkan
peluang sekaligus. Penting untuk tidak kesempatan untuk mendapatkan perawatan
hanya melihat jumlah anak yang tidak punya yang tepat. Anak-anak di wilayah pedesaan dan
akses pada peluang penting dalam setiap aspek, Indonesia timur seringkali mengalami kekurangan
tapi juga memahami apakah anak yang sama dalam beberapa aspek terkait (Bank Dunia
mengalami kekurangan dalam beberapa aspek 2015b). Misalnya, saat banyak anak miskin di kota
27
Hasil ini diperoleh dari
sekaligus. Contohnya, jika anak-anak tinggal di kekurangan salah satu dari air, sanitasi atau kondisi Hadiwidjaja, Paladines dan
suatu daerah di mana tidak ada sekolah atau tempat tinggal yang baik (Bagan 2.20), anak miskin Wai-Poi (2013), dengan
menerapkan metodologi yang
transportasi memadai, membangun sekolah saja di desa umumnya kekurangan dua dari ketiga hal pertama diusulkan dalam
mungkin takkan cukup untuk meningkatkan angka di atas atau malah ketiga-tiganya (Bagan 2.21).27 Ferreira dan Lugo (2012).
partisipasi sekolah. Kurangnya akses pada sanitasi
46%
Hadiwidjaja,
Paladines 27 %
Miskin
65
and Wai-Poi
Miskin (2013). %
Air
Perumahan
6 % Miskin
Perumahan
19%
4%
Miskin 2%
Air
18%
32% 2% 3%
1% 25%
2% 1%
58 %
10% Miskin
12% Sanitasi
10%
23 %
Miskin
Sanitasi
Ketimpangan yang semakin lebar
61 Chapter 2 mengapa ketimpangan meningkat
Berkurangnya 2.2.3
jumlah anggota
keluarga Perubahan pola kelahiran juga
miskin pernah memengaruhi ketimpangan,
membantu baik kini maupun di masa depan
mengurangi
ketimpangan
nasional
Jumlah anggota keluarga miskin menunjukkan rasio Gini aktual sebesar 34 poin
turun lebih pesat daripada keluarga pada tahun 1993 maupun 2002 (yang mencakup
kaya pada era 1990an. Jumlah anggota masa krisis keuangan Asia dan pemulihannya).
keluarga dan total angka kelahiran telah menurun Bagan tersebut juga menunjukkan bahwa rasio
di Indonesia selama belasan tahun berkat program Gini akan 2,5 poin lebih tinggi jika jumlah anggota
keluarga berencana nasional yang efektif (Jones keluarga pada 2002 tetap sama seperti pada 1993,
dan Adioetomo 2014; Hull, akan datang). Tren ini dan tidak turun signifikan seperti yang terjadi pada
berlanjut hingga era 1990an untuk semua rumah keluarga miskin.
tangga. Jumlah anggota 10 persen keluarga
termiskin berkurang dari rata-rata 5,6 ke 4,8 orang Namun, saat jumlah anggota keluarga
antara 1993 dan 2002, sementara untuk 50 persen kaya terus mengecil pada era 2000an,
keluarga termiskin berkurang dari 4,9 ke 4,3 orang. tidak demikian dengan rumah tangga
Pada saat yang sama, jumlah anggota keluarga kaya miskin sehingga membuat ketimpangan
juga menurun tapi dalam taraf yang lebih rendah. semakin tinggi. Antara tahun 2002 dan
Jumlah anggota 50 persen keluarga terkaya turun 2014, angka rata-rata jumlah anggota keluarga
dari rata-rata 3,8 ke 3,6 orang, sementara 10 persen dari separuh populasi yang lebih miskin tidak
keluarga terkaya jumlah anggotanya tetap rata-rata lagi menurun dan relatif stabil di 4,3, sementara
3,3 orang (Tabel 2.1). untuk separuh populasi yang lebih kaya angkanya
terus turun, meskipun lebih lambat, dari 3,6 ke 3,4
Ini berarti ketimpangan saat itu lebih (Tabel 2.2). Hal ini turut menyebabkan peningkatan
rendah dibandingkan jika tidak ada ketimpangan selama periode tersebut. Rasio
program keluarga berencana. Karena Gini mencapai 1,3 poin lebih tinggi pada 2014
rumah tangga miskin kala itu memiliki lebih sedikit dibandingkan jika struktur rumah tangga tetap
anak untuk berbagi pendapatan keluarga, konsumsi sama seperti pada 2002 (Bagan 2.23). Apalagi jika
mereka per orang naik lebih cepat. Bagan 2.22 perubahan jumlah anggota dalam keluarga yang
Rata-rata jumlah anggota keluarga berdasarkan desil Perbandingan rasio Gini 2002 aktual dan konseptual
konsumsi per kapita, 2002 dan 2014 (Tab. 2.1) jika jumlah anggota keluarga pada 2002 tetap sama
seperti 1993 (bag. 2.22)
36.5
berbeda tidak hanya berbalik tapi terus menurun Rata-rata jumlah anggota keluarga berdasarkan desil
lebih cepat untuk rumah tangga miskin dan tidak konsumsi per kapita, 2002 dan 2014 (Tab. 2.2)
untuk keluarga kaya, seperti yang terjadi antara
Desil 2002 2014 Perubahan(%)
tahun 1993 dan 2002, rasio Gini akan menurun jauh
sebanyak 4 poin ke angka 36,5 pada 2014.
1 4.8 4.8 –0.3%
2.2.4
Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur Biaya sekolah tahunan berdasarkan jenjang Sumber
Susenas
(semuanya kurang dari 80 persen).32 SMP dan sekolah ( juta Rp) (bag. 2.26) 2014 dan
SMA secara umum banyak tersedia dan biasanya World Bank
kalkulasi dari
tidak terlalu penuh, masih bisa menerima murid World Bank
tambahan. Menurut Susenas, hampir separuh dari (2015e).
bawah 25.33
183
32
Analisis data Sensus Potensi Desa (Podes).
33
Modul pendidikan Susenas 2012.
Persentase rumah tangga dengan anak usia sekolah yang mendapat beasiswa Sumber Susenas 2014 and
World Bank calculations from
berdasarkan desil pengeluaran per kapita rumah tangga (persen) (bag. 2.27)
urban rural
World Bank (2015e).
30
25 27
25.1
20
18.5
15 17.7
15.1 14.5
13.1 13.6
10 11.6
10.6
9.7
8.6
5 7.1 7.4 6.9
5.6 5.5
4.8
1.2
2.3
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sebagian anak lainnya putus sekolah tidak berpendidikan dengan yang orang tuanya
karena mereka memilih bekerja berpendidikan tinggi, atau antara kuintil termiskin
untuk membantu penghasilan rumah dan terkaya, berkurang separuhnya dalam satu
tangga. Meski tidak banyak data tentang upah dasawarsa terakhir (Bagan 2.29 dan Bagan 2.30).
pekerja anak di bawah usia 15 tahun, data survei
anak usia 15 sampai 18 tahun mengindikasikan Walaupun demikian, lamanya
bahwa penghasilan bulanan mereka nyaris tiga kali seseorang mengenyam pendidikan
lebih tinggi dari garis kemiskinan bulanan. Inilah tidak selalu sejalan dengan
mengapa bekerja menjadi pilihan menarik bagi pendapatan yang lebih tinggi. Tren
anak yang kurang mampu (Bagan 2.28). jangka panjang menunjukkan perbaikan dalam hal
pendidikan. Anak yang lahir pada tahun 1960an dan
Namun meskipun ketimpangan terus 1970an dari orang tua yang tidak berpendidikan
terjadi, Indonesia telah cukup jauh lebih mungkin memperoleh pendidikan lebih
berhasil mengurangi kesenjangan banyak dari orang tua mereka dibandingkan
partisipasi sekolah antara warga anak yang lahir pada tahun 1950an. Contohnya,
kota dan desa, orang kaya dan miskin, anak-anak yang orang tuanya tidak lulus SD,
serta laki-laki dan perempuan. Secara anak yang lahir di era 1960an dan 1970an lebih
historis, anak laki-laki yang tinggal di kota dengan kecil kemungkinannya untuk tidak memperoleh
orang tua lebih berpendidikan dan berasal dari pendidikan dibandingkan mereka yang lahir tahun
keluarga mampu, memiliki kemungkinan lebih besar 1950an (kemungkinannya masing-masing lebih kecil
masuk sekolah daripada anak perempuan yang 11 dan 37 persen), dan lebih besar kemungkinannya
kurang mampu, tinggal di desa, dengan orangtua untuk lebih lama mengenyam pendidikan daripada
yang kurang berpendidikan. Namun, kesenjangan orang tua mereka (Bagan 2.31 dan Bank Dunia
berdasarkan jenis kelamin, antara kota dan desa, 2015b). Tapi sebagai orang dewasa, kesempatan
kaya dan miskin, serta tingkat pendidikan orang mereka untuk meraih pendapatan lebih tinggi tidak
tua mulai berkurang. Contohnya, kesenjangan jauh berbeda dengan orang lain yang lebih tua dan
tingkat masuk SMP antara anak yang orang tuanya berpendidikan lebih rendah (Bagan 2.32).
Angka partisipasi sekolah anak usia 13-15 tahun Angka partisipasi sekolah anak usia 13-15 tahun
berdasarkan kuintil konsumsi orang tua (bag. 2.29) berdasarkan pendidikan orang tua (bag. 2.30)
80 q3 80
q2 sd
70 70
60 60
q1 tidak sekolah
50 50
Sumber Susenas.
Catatan Yang tertinggi dari pendidikan kedua orang tua; kuintil konsumsi rumah tangga per kapita orang tua.
Salah satu alasannya adalah tidak semua anak (Bagan 2.35). Hanya sekitar separuh pemukiman di pedesaan
menikmati manfaat yang sama dari bersekolah memiliki lembaga PAUD, sedangkan separuhnya rata-rata
karena sebelumnya mereka tidak mendapat berjarak 20 km dari PAUD terdekat. Sementara di Papua dan
awal yang sehat dan cerdas. Ketertinggalan pada usia Maluku hanya 10 persen pemukiman memiliki lembaga PAUD,
dini membatasi manfaat pendidikan dari bersekolah nantinya. sedangkan sisanya berjarak sangat jauh dari PAUD di mana
Kita sudah melihat bahwa anak yang orang tuanya kurang yang terdekat berjarak 50 km, artinya anak yang masuk PAUD
berpendidikan dan rendah pendapatannya lebih mungkin bisa dikatakan tidak ada. Bahkan ketika lembaga PAUD mudah
mengalami kekerdilan (Bagan 2.7 di atas dan Bank Dunia diakses, tidak semua anak memasukinya. Contohnya, anak
2015b). Mereka juga berkemungkinan lebih kecil mengikuti usia 4 tahun di wilayah perkotaan umumnya punya peluang
program pendidikan anak usia dini (PAUD), seperti halnya anak 30 persen untuk masuk PAUD, sementara anak usia 4 tahun
di Indonesia timur (Bagan 2.33). Sebagai akibat dari hal ini dan di pedesaan hanya berpeluang 21 persen. Namun, untuk anak
faktor-faktor lainnya, mereka lebih mungkin berada di kuintil kota dengan ibu berpendidikan tinggi kemungkinan ini naik
terbawah secara kognitif daripada kuintil teratas (Bagan 2.34). dari 30 ke 36 persen, sementara untuk anak desa dengan
ibu berpendidikan rendah kemungkinannya turun dari 21 ke
Akses terbatas pada lembaga PAUD turut 9 persen saja (Hasan et al. 2013). Demikian pula dengan anak
berperan, demikian pula latar belakang orang dari 20 persen keluarga terkaya yang punya peluang 40 persen
tua. Hanya di wilayah perkotaan dan Jawa kita dapat untuk masuk PAUD, dibandingkan anak dari 20 persen keluarga
menemukan lembaga PAUD dalam pemukiman penduduk termiskin yang kesempatannya hanya 16 persen.
(sekitar 90 persen) atau berjarak kurang 10 km dari pemukiman
–20
–30
q1 q2 q3
–40 –5
Sumber Susenas.
Catatan: Highest of both parents’ education; parents’ per capita household consumption quintile.
Angka partisipasi PAUD untuk anak usia 5-6 Probabilitas anak usia 7-14 tahun berada di kuintil teratas atau
tahun berdasarkan daerah, jenis kelamin dan terbawah dalam skor kemampuan kognitif berdasarkan pendidikan
pendapatan (persen) (bag. 2.33) orang tua (persen) (bag. 2.34)
Nasional 37
Urban 42.9
29
Rural 31.6 28
Sumatera 27.5
25
Jawa 45 25
Kalimantan 3 1.2
Sulawesi 3 1.9 21
Salah satu alasan mengapa pendidikan terpencil. Contohnya, anak kelas tiga SD di Jawa
yang lebih tinggi tidak memicu membaca 26 kata lebih cepat per menit dibandingkan
pendapatan yang lebih tinggi karena anak di Nusa Tenggara, Maluku atau Papua, dan
perbedaan mutu pendidikan itu sendiri. 10-12 kata lebih cepat daripada anak di daerah mana
Saat ini anak miskin lebih mungkin masuk sekolah pun (Tabel 2.3). Anak dari keluarga berpendapatan
dibandingkan masa sebelumnya, namun mutu menengah membaca 6-12 kata lebih cepat daripada
pengembangan keterampilan mereka terhambat anak miskin, dan anak kaya membaca 18 kata lebih
oleh mutu pendidikan. Ini berdampak buruk pada cepat, sementara anak yang pernah mengikuti PAUD
hasil pembelajaran murid-murid miskin dan di daerah mampu membaca 11 kata lebih cepat.
Ketersediaan PAUD di pemukiman (persen) dan jarak ke PAUD jarak rata – rata
ke fasilitas ECD
% desa dengan
fasilitas ECD
terdekat jika letaknya tidak di pemukiman (km) berdasarkan jika tidak di desa
90.3 89.5
5 2. 3
69
60.3 54.6 57.3
54.1
41.5
23 . 4
19 19.7
16 . 2
16.8
8 .2 6.1 8. 8
2 .8
Sumber USAID (2014) Keunggulan kefasihan membaca lisan berdasarkan partisipasi PAUD,
lokasi dan pendapatan (kata per menit lebih cepat dari rujukan) (Tab. 2.3)
Keunggulan berdasarkan lokasi: Keunggulan berdasarkan Keunggulan berdasarkan PAUD:
kata per menit lebih cepat dari pendapatan: kata permenit kata per menit lebih cepat dari
anak dari Maluku, Nusa Tenggara lebih cepat dari anak dari kuartil anak yang tidak masuk PAUD
dan Papua termiskin
77
nasional
68
62 61
55
rural 49 45
33
urban
maluku/papua
Salah satu penghambat kemajuan anak Sebagai akibat dari tidak meratanya
adalah kualitas fasilitas pendidikan akses pada pendidikan berkualitas
maupun guru. Fakta juga menunjukkan bahwa untuk banyak anak, nyaris tiga
anak miskin lebih kecil kemungkinannya untuk perempat anak Indonesia kurang
belajar. Salah satu kendala kualitas pendidikan memiliki kemampuan mendasar di
yang dihadapi banyak anak Indonesia adalah mutu bidang matematika dan sains. Hasil
fasilitas pendidikan dan guru. Masalah ini lebih besar tes kependidikan internasional OECD (Program
lagi bagi anak di pedesaan, khususnya di Indonesia Penilaian Siswa Internasional atau PISA), anak usia
timur (Bagan 2.36). Sebelas persen siswa SMP di 15 tahun harus memperoleh nilai 420 atau lebih
Papua dan Maluku mengatakan guru mereka sering untuk dianggap memiliki kemampuan dasar di
atau selalu terlambat atau absen, dibandingkan bidang matematika dan sains. Dengan 74 persen
hanya 1 persen di tingkat nasional.34 Sementara, anak usia 15 tahun memperoleh nilai di bawah
akses ke pendidikan berkualitas tidak cukup untuk 420, Indonesia tercatat sebagai negara dengan
mengembangkan kemampuan yang tepat bagi nilai kelima terburuk dari 83 negara yang termasuk
semua anak. Selain lebih kecil kemungkinan anak dalam data (Bagan 2.39, OECD 2015).
miskin untuk tinggal di dekat sekolah dengan guru
berkualitas, kemungkinan mereka untuk belajar juga
34
Modul pendidikan Susenas,
lebih kecil (Bagan 2.37 dan Bagan 2.38). 2012.
Anak yang mengaku membaca buku teks dalam seminggu terakhir (persen) (bag. 2.37) non miskin miskin
Sma usia
Smp usia
sd usia
0 20 40 60 80 100
Anak yang mengaku membaca buku sains dalam seminggu terakhir (persen) (bag. 2.38) non miskin miskin
Sma usia
Smp usia
sd usia
0 20 40 60
yang disurvei mengindentifikasikan “kesenjangan Tingkat pendidikan Pekerja, 2002-13 (persen) (bag. 2.40)
kemampuan pekerjaan” sebagai kemampuan
berpikir dan tingkah laku, dan sekitar 13 persen
menyatakan kemampuan dasar sebagai hal yang tersier sma smp sd atau kurang
sd atau kurang
60
Sementara, hanya ada ada sedikit
50
peluang pelatihan bagi pekerja dengan sekolah menengah
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
ini untuk mengembangkan kemampuannya. Hanya
ada kurang dari satu persen anak-anak muda usia 19
sampai 24 tahun yang telah mendapatkan pelatihan Kemampuan-kemampuan penting Sumber World
Bank (2011)
yang diidentifikasi oleh pemilik sangat keterampilan
di bidang teknik, teknologi dan informasi, atau bahasa penting tidak dimiliki
pekerjaan dan kesenjangan staf
karena terbatasnya ketersediaan pelatihan (Bagan
keterampilan (bag. 2.42)
2.45). Sebagai tambahan, perusahaan perekrutan
tenaga kerja di Indonesia hanya sedikit yang
Keterampilan
menawarkan kesempatan pelatihan dibandingkan dasar
negara lain di Asia Timur ataupun seluruh dunia
(Bagan 2.46). Biasanya perusahaan lebih besar Keterampilan
kognitif
yang melakukan hal ini dibandingkan perusahaan
kecil, tetapi perbandingannya pun masih kurang
dari setengah. Perusahaan ekspor dan asing juga Perilaku
14% 13%
5%
2% 5%
18%
teman dan saudara dikontak perusahaan bursa kerja mengontak perusahaan iklan lowongan
Teknik
IT
Language
Pembaguan Perusahaan yang menyediakan pelatihan formal Sumber Bank Dunia 2011.
Indonesia Asia pasifik world
(persen) (bag. 2.46)
Besar (100+)
Sedang (20–99)
Kecil (5–19)
Non Exporter
Exporter (>10% of
penjualan)
Domestik
0 20 40 60 80
5%
4%
3%
Wage growth
2%
1%
–1 %
–2 %
Sebagai konsekuensi, upah bagi juga menuntut keterampilan lebih seperti layanan 35
Produktivitas tenaga kerja
yang diukur di dalam laporan
pekerja terampil – mereka yang keuangan, telekomunikasi, dan beberapa sektor
ini sebagai nilai dari output
mendapatkan keuntungan dari manufaktur, telah meningkat lebih cepat dibanding GDP dibagi dengan jumlah
awal pendidikan yang baik – telah sektor yang memiliki produktivitas lebih rendah. pekerja. Produktivitas pekerja
memiliki cakupan sekitar
meningkat secara lebih cepat Secara rata-rata, setiap tambahan sekitar Rp. 200 Rp. 20 juta Rupiah dari GDP
dibanding dengan pekerja tidak juta dari produktivitas buruh tahunan dinikmati yang merupakan sektor
dengan produktivitas rendah
terampil. Terdapat peningkatan kesenjangan oleh sektor terkait sebanyak 1 persen peningkatan seperti pertanian, hingga
upah antara pekerja terampil dan tidak terampil. upah lebih tinggi setiap tahun antara tahun 2001 Rp 100-200 juta di sektor
dengan produktivitas lebih
Keterampilan, dibandingkan dengan pendidikan, dan 2014 (Bagan 2.71)35 Di sektor pasar buruh, tinggi seperti manufaktur dan
sangat sulit untuk diidentifikasi dalam survei pekerja dari rumah tangga kaya yang memiliki layanan keuangan, hingga di
atas 500 juta di sektor non-
tenaga kerja. Bagaimanapun, secara keseluruhan, pendidikan lebih baik dan keterampilan lebih
minyak dan pertambangan gas.
upah di sektor pekerjaan yang lebih produktif, dan tinggi akan mendapatkan upah yang tinggi.
2.3.2
Pertumbuhan pekerjaan dan produktivitas tenaga kerja per sektor, 2001-2012 (persen) (bag.2.49)
140
120
Transportasi
45%
100
80
60
40
Pertanian Perdagangan
35.1% 20.9%
20 Jasa
sosial dan
personal Konstruksi
15.4% 6.1%
0
–20 Finansial
2.4%
Manufaktur
–40 13.9%
–60
Pertambangan
1.4%
Sebagai konsekuensi, banyak tenaga kerja dengan pekerja paruh waktu masih merepresentasikan 8
kurang terampil dan berasal dari rumah tangga persen dari total pekerja. Sementara pekerja mandiri (self
miskin terjebak di sektor pekerjaan informal employed) yang cenderung lebih rentan dan kurang produktif,
dengan produktivitas rendah. Sektor informal yang walaupun jumlahnya berkurang, masih meningkat sekitar 18,5
besar masih mempekerjakan lebih 50 persen dari total pekerja juta (16,6 persen dari total pekerjaan).
(70 persen di area pedesaan), dan tetap menjadi tantangan
serius bagi pasar tenaga kerja di Indonesia. Walaupun Beberapa faktor membatasi pembentukan
pembagian “pekerjaan baik” (pekerjaan dependen formal) pekerjaan yang lebih produktif dengan
secara total meningkat dari 27,7 persen menjadi 36,4 persen upah yang lebih baik. Berkenaan dengan kurangnya
produktivitas dari ketersediaan pekerja, seperti yang telah
antara Agustus 2001 dan Agustus 2012 (Bagan dibahas, terdapat dua hambatan utama terkait dengan generasi
2.50), namun porsi pembagian pekerja masih yang lebih baik dan pekerjaan lebih produktif di Indonesia. Hal
bersifat sangat rentan, dengan hampir 18 juta pertama adalah cakupan hambatan terhadap tingkat kompetisi
pekerja yang tidak dibayar dan sekitar 11,5 dan produktivitas, termasuk kurangnya investasi di sektor
juta pekerja lepas (16 persen dan 10 persen infrastruktur; rumit dan panjangnya proses untuk mendirikan
dari total). Kebanyakan pekerja ini terkonsentrasi di area bisnis baru; kurangnya akses finansial bagi perusahaan
berketerampilan rendah, sektor yang kurang produktif dan yang lebih produktif dan peningkatan produktivitas sektor
informal, serta berupah rendah seperti pertanian, konstruksi, pertanian; serta revitalisasi sektor manufaktur (lihat World
transportasi, perdagangan grosir, dan layanan (bagan 2.51). Bank 2014c untuk pembahasan lebih rinci). Hal kedua adalah
Sebagai tambahan, pengurangan jumlah pekerja lepas di sektor berbagai peraturan pasar tenaga kerja yang kaku menghambat
pertanian telah menjadi awal dari peningkatan pekerja lepas di pembentukan pekerjaan yang lebih baik dan mencegah pekerja
sektor non-pertanian dan walaupun jumlah lapangan pekerjaan berpindah dari sektor berproduktivitas rendah ke sektor
dengan pekerja permanen meningkat, lapangan pekerjaan berproduktivitas lebih tinggi.
29 30.1
27.7 28.1 28.1
27.3 27.2 27.5 27.8
26.9
27.1
26 26.0 26.1
25.4
23.9 23.9 24.2 23.8
20.3 20.4 23.1
20.4 20.3 20.1 22.5
19.4 19.2 19.5 19.4
18.4 20.4
17.4
18.5 16.6
17.6 18.2 18.0
16.9 16.9 17.3 17.3 16.9
17.3 16.2
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Pertanian 88
Konstruksi 55
Transportasi 53
Pertambangan 39
Manufaktur 22
Jasa personal 17
Finansial 8
4.0
3.5
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
United States
Singapore
Canada
United Kingdom
Malaysia
New Zealand
Ireland
Australia
Brunei
Japan
Switzerland
Mongolia
Korea
Denmark
Slovak Republic
Czech Republic
Hungary
Sweden
Netherlands
Finland
Thailand
Lao PDR
Cambodia
Poland
Austria
Philippines
Vietnam
Germany
Iceland
Italy
Belgium
Luxembourg
Norway
China
France
Portugal
Greece
Indonesia
Spain
Mexico
Turkey
ASEAN+
OECD – 30
ECA
Oleh karenanya merekrut tenaga menerima biaya kompensasi sama sekali (66
kerja formal tidak disarankan ketika persen), dan lainnya menerima bayaran kurang
kebanyakan pekerja masih tidak dari yang diwajibkan (27 persen); hanya 7 persen
terlindungi. Peraturan ini hanya melindungi pekerja yang dipecat menerima pembayaran
sejumlah kecil pekerja. Kebanyakan pekerja tidak penuh (World Bank 2010c).
Kemudahan berbisnis di Asia Timur (Tab. 2.4) Sumber World Bank (2014e)
P e r ing k at R e g i o na l
Pembangunan
Perdagangan
Internasional
Penegakan
Melindungi
Insolvency
Membayar
Mendapat
Registrasi
Resolving
Peringkat
Minoritas
pinjaman
Ekonomi
Memulai
Investor
Properti
Koneksi
Kontrak
Bisnis
Dunia
Listrik
Pajak
Izin
Singapore 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2
Malaysia 18 3 8 9 10 3 3 5 3 5 4
Taiwan, China 19 4 5 1 7 8 6 6 4 14 1
Thailand 26 9 3 3 3 17 5 10 5 4 5
Samoa 67 5 12 7 8 21 8 14 12 13 16
Tonga 69 7 6 11 22 5 20 11 11 8 17
Mongolia 72 6 16 24 4 9 4 12 25 3 11
Vanuatu 76 17 17 18 13 5 17 7 20 12 13
Vietnam 78 14 7 22 5 5 15 25 10 7 14
Fiji 81 21 15 15 9 11 13 15 21 10 12
Solomon Islands 87 10 9 13 20 11 9 9 14 19 18
China * 90 15 24 20 6 11 16 19 16 6 7
Philippines 95 22 20 6 16 19 18 20 8 16 6
Palau 113 12 14 17 1 11 23 23 18 17 21
Indonesia * 114 20 23 16 17 11 7 24 7 21 8
Kiribati 134 13 13 25 18 22 18 3 13 11 23
Cambodia 135 24 25 23 15 1 9 13 22 22 9
Timor-Leste 172 11 19 5 23 22 12 8 15 25 23
Myanmar 177 25 21 19 19 25 21 18 17 24 20
Proses pengaturan upah minimum waktu ke waktu untuk pekerja intensif di sektor
juga menjadi permasalahan yang manufaktur dan layanan. Sementara, peraturan
menghambat pembentukan pekerjaan hanya berlaku bagi sebagian kecil pekerja
formal dan gagal menguntungkan (Bank Dunia 2014c) karena kebanyakan pekerja
kebanyakan pekerja. Setelah satu dekade merupakan pekerja mandiri (self employed) (61
terjadi peningkatan moderat terhadap upah persen di tahun 2011), informal (54 persen), atau
minimum, peningkatan telah bertambah signikan yang tidak memiliki kontrak (lebih dari 80 persen),
sejak tahun 2010. Pada tahun 2013, 25 provinsi bahkan jika pekerja tersebut formal, kapasitas
telah menaikkan upah minimumnya rata-rata 30 pemerintah untuk menegakkan peraturan
persen dan Jakarta meningkatkannya menjadi masih terbatas38. Selanjutnya, pemerintah
44 persen37, jauh lebih tinggi dibandingkan telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.
Thailand dan Vietnam, tetapi juga sedikit di atas 78/2015, yang memperkenalkan formula baru
Cina dan Filipina. Upah minimum Jakarta menjadi untuk penyesuaian upah minimum per tahun
yang tertinggi kedua di tingkat regional setelah yang dikaitkan dengan inflasi dan pertumbuhan
37
Lihat catatan kaki Malaysia. Terlepas dari fakta bahwa Indonesia GDP. Selagi ini berjalan, masih terdapat beberapa
World Bank (2014c) untuk
kesimpulan proses penentapan merupakan negara dengan tingkat produktivitas ketidakpastian yang membutuhkan penyesuaian
upah minimum. pekerja yang rendah (Bagan 2.77 dan World kebijakan oleh gubernur dan uji coba efektivitas
38
Tingkat ketidakpatuhan
berfluktuasi antara 30-40
Bank 2014c). Sebagai konsekuensi, muncul dari implmentasinya.
persen (World Bank 2014c). biaya ketidakpastian yang cukup besar dari
Upah minimum di beberapa negara vietnam indonesia philippines Sumber World Bank
(2012d and 2014c)
Asia Timur (US$ per bulan) (bag.2.53) thailand china
Malaysia
250
200
150
100
50
2 . 3. 3
100.1
97.2
2003 2010 2003 2010 82.9
71.6
20.5 17.42
17.4 15.7
semua yang
Koefisien Gini Upah Primer, 2000-13 (bag.2.56) pegawa
penuh waktu
bekerja
penuh waktu
semua
pegawai
semua orang
berpenghasilan
Sumber Sakernas and World Bank calculations.
50
45
40
35
30
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Perubahan Konsumsi Gini 2003-2010 dikurangi, jumlah persentase yang berubah dapat dijelaskan (Tab. 2.5)
P e r ub a h an Ku n ci un tu k P e r ub a ha n Kunci ya ng m e nga r a h
p e n didika n lebih tin ggi k e pa da k e t i m pa nga n ya ng r e nda h
2.4 Mengapa
keuangan & aset
fisik membantu
orang kaya
meninggalkan
kelompok lainnya
Sebagai tambahan, sejumlah kecil masyarakat Indonesia
mendapatkan keuntungan dari pengembalian keuangan
dan aset fisik saat ini, yang selanjutnya meningkatkan
pendapatan di masa mendatang
5
CHN
can
usa
ger
Fra
jpn
ita
GBR
–5
–10
–15
32
30
28
6.000
5,000
4,000
3,000
2,000
1,000
0
Juli – 97
Juli – 98
Juli – 99
Juli – 00
Juli – 01
Juli – 02
Juli – 03
Juli – 04
Juli – 05
Juli – 06
Juli – 07
Juli – 08
Juli – 09
Juli – 10
Juli – 11
Juli – 12
Juli – 13
Pasar Perumahan dan Kondominium di Jakarta (bag.2.60) Sumber Jones Lang LaSalle.
Rp per 2
meter
35000000
30000000
atas
25000000
20000000
tengah
15000000
10000000
tengah bawah
5000000
1Q07
2Q07
3Q07
4Q07
1Q08
2Q08
3Q08
4Q08
1Q09
2Q09
3Q09
4Q09
1Q10
2Q10
3Q10
4Q10
1Q11
2Q11
3Q11
4Q11
1Q12
2Q12
3Q12
4Q12
1Q13
2Q13
3Q13
Tetapi, hanya orang- orang paling kaya dan pasar modal yang secara teori merupakan
di Indonesia yang memiliki aset-aset subjek dari pajak pendapatan personal, tetapi
tersebut. Sekitar 4,5 juta orang Indonesia tidak masuk dalam pajak pendapatan. Dengan
memiliki investasi langsung maupun tidak pengawasan dan kepatuhan yang rendah
langsung pada saham dan surat-surat berharga. terhadap pajak pendapatan personal, tingkat
Sekitar 439.000 orang Indonesia memiliki pajak pendapatan yang rendah seringkali
rekening surat-surat berharga, 170.000 orang menghasilkan jumlah pendapatan pajak yang
Indonesia berinvestasi di perusahaan investasi dan sedikit. Sementara, bagi banyak pekerja, pajak
3,6 juta orang Indonesia memiliki dana pensiun pendapatan yang dibebankan terhadap gaji dan
yang mungkin termasuk investasi surat-surat upah seringkali ditahan oleh pemilik pekerjaan
berharga.40 Hanya 1 persen penduduk Indonesia untuk memastikan tingkat kepatuhan terhadap
memiliki hipotek, ini menunjukkan bahwa hanya pendapatan buruh. Akibatnya, sekitar 95 persen
sekelompok kecil yang mendapatkan manfaat dari pajak pendapatan personal (sekitar 20 persen dari
ledakan sektor perumahan saat ini (Bank Dunia total pajak pendapatan) dikumpulkan melalui pajak
forthcoming (c)). pendapatan yang didominasi oleh gaji dan hanya
sekitar 5 persen berasal dari pendapatan.41
40
Bagaimanapun, dana Lebih lanjut, peningkatan pajak
pensiun masyarakat tidak
didasarkan pada akun investasi dari pendapatan modal lebih rendah Pemasukan Rumah Tangga tidak hanya
individu, tetapi lebih kepada dibanding pendapatan pekerja, dari pendapatan melalui pekerjaan,
'bayar ketika menggunakan'
yang berarti dana pensiun walaupun keduanya memiliki masalah tetapi juga melalui aset keuangan
masyarakat tidak memiliki terkait dengan kepatuhan. Beberapa dan fisik yang terkonsentrasi pada
dampak dari pasar modal.
41
Kementerian Keuangan,
pendapatan modal mendapatkan keuntungan dari rumah tangga kaya. Pembagian pendapatan
Realisasi APBN, Rincican pajak pendapatan yang rendah dibanding dengan yang dihasilkan oleh pekerja telah menurun dan
Penerimaan Perpajakan, Walau
pendapatan pekerja. Sebagai contoh pajak dividen pembagian yang dihasilkan oleh modal seperti
bagaimanapun, porsi signifikan
dari pajak pendapatan pekerja hanya 10 persen (dan pajak bunganya hanya 20 keuangan dan aset properti telah meningkat
tidak menjadi subjek dari persen), lebih rendah dibanding pendapatan pajak di Indonesia dan negara lainnya di dunia. Di
pajak pendapatan, sebagai
contoh, pekerja mandiri seperti pekerja dan secara signifikan lebih rendah dari Indonesia, hal ini mencerminkan kekuatan nilai
pengacara dokter, akuntan, dan 30 persen margin pajak tertinggi yang dibayar pengembalian dari aset-aset ini dalam satu dekade
lainnya yang secara signifikan
mengurangi kepatuhan oleh pemiliki deviden. Di sisi lain, pendapatan terakhir dan didominasi oleh rumah tangga kaya
terhadap pajak pekerja. modal yang signifikan berasal dari properti yang memiliki akses terhadap sumber daya.
Seperti yang telah dibahas di dalam executive Lebih lanjut, akumulasi kekayaan
summary, satu persen orang terkaya memiliki menghasilkan pendapatan yang
setengah dari seluruh kekayaan di Indonesia lebih tinggi di masa depan dan
(Bagan xiii), yang merupakan tertinggi kedua memicu tingkat ketimpangan yang
(bersama Thailand) dan setelah Rusia dari total 38 semakin tinggi. Aset keuangan dan finansial
negara. Adalah kenyataan, 10 orang paling menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi
kaya di Indonesia memiliki sekitar 77 persen bagi sebagian kecil rumah tangga di Indonesia
dari seluruh kekayaan dan menduduki urutan dan rumah tangga ini kemudian menyimpan
tertinggi kedua (bersama Turki dan Hong Kong) pendapatannya sehingga mendorong peningkatan
setelah Rusia dari total 46 negara (bagan 2.61). kekayaan lebih tinggi lagi. Pembagian kekayaan
Artinya, pendapatan dari sektor keuangan dan yang dimiliki 10 persen orang terkaya di Indonesia
aset fisik menguntungkan sebagian kecil rumah meningkat sebanyak 7 poin persentase antara
tangga di Indonesia dibandingkan negara lain tahun 2007 dan 2014, peringkat 10 teratas dari
di seluruh dunia. 46 negara di periode yang sama (Bagan 2.62).
Peningkatan aset keuangan dan fisik hari ini
menghasilkan pendapatan yang lebih banyak kelak.
Pembagian dari total kekayaan yang dimiliki oleh 10 rumah Sumber Credit Suisse (2014)
Perubahan pembagian total kekayaan yang dimiliki Sumber Credit Suisse (2014)
New Zealand
Saudi Ar abia
Switz er land
Philippines
Singapo r e
Co lo mbia
Malaysia
Ger many
D enmar k
B elg ium
F inland
No r way
Canada
Sweden
Po land
F r ance
Mex ico
Japan
Italy
-6.9
-0.5
-0.5
-2.5
-5.2
-4.5
-4.5
-6.4
-2.2
-0.4
-4.2
-5.3
-0.3
-3.3
-1.5
-1.2
-1.4
-7.1
-1.1
-1.1
-3
China 15.4
Egy pt 12.3
11.9
11
9.6
8.7
8.1
7.7
7.7
4.9
4.6
3.9
2.6
1.5
1.3
1.3
1.3
0.8
0.6
0.5
0.3
0
Ho ng Ko ng
Tur key
Ko r ea
Ar g entina
India
Russia
Taiwan
Indo nesia
Isr ael
Cz ech Republic
B r az il
United King do m
Spain
Chile
Gr eece
Austr ia
Thailand
Po rtugal
Ir eland
Per u
Austr alia
United States
Beberapa akumulasi kekayaan ini dihasilkan dari sumber daya ekonomi dan politik. Hal yang sama juga diungkapkan
berbagai bentuk korupsi. Bagi sebagian, aset keuangan oleh Acemoglu dan Robinson (2012) yang menggambarkan ekonomi
diperoleh melalui hubungan personal dan praktik korupsi. Di tahun “ekstraksi” dan institusi politik yang berfungsi memusatkan sewa
2014, Indeks Persepsi Korupsi di Indonesia yang mengukur korupsi ekonomi kepada sekelompok kecil elit dan meningkatkan hambatan
di sektor publik di seluruh dunia, berada di poin 34 dari 100 (0 berarti bagi kompetitor ekonomi untuk bersaing, sehingga mengurangi
sangat korup dan 100 sangat bersih), menempatkan Indonesia di kemungkinan “penghancuran kreatif” di sektor ekonomi. Melihat
peringkat 107 dari 175 negara. Praktik korupsi dapat berbentuk tingginya konsentrasi kekayaan di Indonesia dan kinerja yang buruk
seperti korupsi legal berupa pemberian kontrak pekerjaan di sektor pemberantasan korupsi, analisis ini menjadi relevan. Walau
pelayanan pengadaan publik atau kontrak jasa kepada lingkar demikian, isu ini masih membutuhkan banyak penelitian.
sosial mereka, penunjukkan teman dan keluarga di posisi sektor
publik yang strategis atau bentuk korupsi ilegal seperti menyuap Lonjakan komoditas mungkin telah berkontribusi
jaksa untuk mengubah keputusan atau menyuap pejabat untuk terhadap peningkatan ketimpangan di tahun
pemberian pelayanan tertentu. 2000-an tetapi tidak menjelaskan peningkatan
ketimpangan secara menyeluruh. Jika lonjakan
Tingginya konsentrasi kekayaan, walaupun komoditas telah menjadi faktor pendorong utama peningkatan
bersifat adil, dapat berdampak buruk terhadap ketimpangan di Indonesia, maka melihat lonjakan tersebut sudah
ketimpangan, dalam hal berkurangnya investasi berhenti, kekhawatiran bahwa ketimpangan akan terus meningkat
di sektor sumber daya manusia, elit politik dan mungkin bisa dikurangi. Bagaimanapun, ketimpangan hanya
institusi ekonomi. Bahkan tanpa akumulasi ilegal maupun meningkat secara moderat di tahun 1970-an, walaupun terdapat
tindak ketidakadilan, konsentrasi yang tinggi terhadap kekayaan lonjakan komoditas, khususnya di sektor minyak dan gas (sehingga
tetap memberikan dampak buruk karena dua alasan. Pertama, akan konsentrasi keuntungan hanya pada sekelompok kecil). Dengan
menularkan ketimpangan kesempatan lintas generasi, dalam hal adanya lonjakan komoditas akhir-akhir ini, yang memiliki konsentrasi
sumber daya keuangan yang besar dan juga kemampuan untuk rendah dibanding minyak dan gas, serta terjadi di dalam konteks
memperoleh hal tersebut, serta memfasilitasi investasi yang lebih desentralisasi dan pemisahan sistem alokasi sewa, terdapat dua
besar pada sumber daya manusia (anak-anak dari keluarga yang alasan untuk memercayai bahwa dampak lonjakan komoditas
lebih kaya). Kedua, kekayaan yang tinggi akan dapat memengaruhi di tahun 2000-an terhadap ketimpangan tidak akan lebih besar
perolehan kebijakan dan lembaga. Sebagai contoh, kekayaan dibanding tahun 1970-an. Ini terbukti dari Indeks Gini yang hanya 4
dapat digunakan untuk memberikan pengaruh keuangan dan politik poin lebih tinggi dibandingkan lonjakan di tahun 1978 (Hill 2000).
sehingga pajak yang dibebankan terhadap modal menjadi lebih Walaupun kebanyakan kegiatan ekstratif mineral adalah sektor
rendah dibanding pekerja, atau membatalkan proses hukum demi beorientasi modal daripada tenaga kerja, namun banyak juga
menghindari proses peradilan terkait korupsi. North, Wallis, dan lonjakan di tahun 2000-an berada di sektor perkebunan seperti
Weingast (2009) sebagai contoh, menggambarkan “Keterbatasan kelapa sawit, karet dan kokoa, dan batu bara yang merupakan
akses” sebagai penawaran yang diberikan para elit dan diperoleh industri berorentasi pekerja. Ketidaksetaraan mulai meningkat di
ketika penyewaan ekonomi dibagi sebagai upaya memelihara pertengahan tahun 1990-an dan awal tahun 2000-an, sebelum
kestabilan dan mengurangi kekerasan. Untuk melindungi sewa terjadi lonjakan kedua pada tahun 2003 (Lihat Boks 2.9 untuk
tersebut, elit harus membatasi akses kelompok non-elit terhadap pembahasan lebih lanjut).
Ketimpangan: berlanjut walaupun mungkin akan Krisis Keuangan Asia, tetapi sebelum
Tidak hanya
berakhir. Koefisien Gini telah mulai adanya lonjakan komoditas (setiap
meningkat antara tahun 1993 dan 1996 orang terkena dampak krisis, tetapi
terkait dengan
setelah periode stabil yang panjang. orang kaya terkena dampak lebih besar
Hal ini mencerminkan adanya pola dibanding orang miskin, tercermin
lonjakan
peningkatan signifikan (keberpihakan dari adanya penurunan GIC). Terdapat
terhadap orang kaya) terkait konsumsi tekanan besar terhadap ketimpangan
komoditas
rumah tangga di tingkat nasional sebelum terjadi lonjakan komoditas;
selama periode ini (Bagan 2.63), ketika bila faktor pendorongnya masih aktif,
orang kaya menikmati pertumbuhan maka ketimpangan akan cenderung
yang lebih baik dibanding orang miskin terus meningkat.
1 –2 4
0 –3 3
–1 –4 2
–2 –5 1
–3 –6 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4 4
3 3
Sumber Susenas dan kalkulasi
2 2 Bank Dunia
Catatan Seluruh pertumbuhan
1 1
adalah riil, dan terkena dampak
dari rasio rata-rata garis
kemiskinan nasional yang
0 0
permanen di dalam tahun yang
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 diberikan.
Namun terdapat perbedaan utama pertumbuhan di Orde Baru dihasilkan mempromosikan kesetaraan
antara konteks lonjakan minyak dan dari sektor peningkatan kesetaraan. pertumbuhan (World Bank 1993).
gas di tahun 1970-an dan lonjakan Sektor beras memiliki performa yang Kedua, penurunan sektor minyak dan
komoditas yang lebih beraneka sangat kuat; sektor perkebunan juga gas dikembalikan menjadi proyek
ragam di tahun 2000-an yang perlu cenderung diasosiasikan dengan pembangunan dan penghasilan
dipertimbangkan jika kita berbicara distribusi yang lebih adil terhadap lapangan kerja di area pedesaan
tentang ketimpangan. Hill (2000) pendapatan dan kekayaan karena dan juga pendorong terhadap
mengindentifikasi sejumlah faktor penggunaan teknologi, dan proses pendidikan. Investasi besar di sektor
yang melatarbelakangi hasil distribusi penanaman serta kepemilikan yang inrastruktur membantu petani-petani
komoditas yang baik di tahun 1970-an lebih dominan oleh kelompok kecil. miskin dan meningkatkan pergerakan
dan 1980-an. Jumlah ini tidak dapat Sebagai tambahan, pertumbuhan personal yang berkontribusi terhadap
diaplikasikan di Indonesia pada saat sektor manufaktur yang berorientasi kesempatan kerja.
sekarang. Pertama, banyak dari ekspor dan padat karya juga cenderung
2.5 Mengapa
guncangan
membuat
kebanyakan
orang semakin
sulit mengejar
ketertinggalan
Pengaruh guncangan lebih besar pada rumah tangga miskin & rentan sehingga
dapat menghambat mereka menuju kondisi ekonomi yang lebih baik.
Akses terhadap Asuransi Kesehatan (persen) Akses terhadap Pensiun (persen) (bag.2.65)
(bag.2.64)
41.2
49.4 50.0
44.9
6.2
2.4
0.9
0.5
Bahkan ketika orang miskin dan Walaupun masih terlalu dini untuk mengevaluasi
rentan secara teknis terjangkau oleh JKN, jika kita belajar dari Jamkesmas yang sekarang
jaminan sosial, mereka belum tentu terintegrasi dengan JKN sebagai komponen
mendapatkan manfaat. Jutaan orang non-kontribusi untuk orang miskin dan rentan,
Indonesia bukan hanya belum terjangkau oleh JKN, maka hal ini menjadi relevan. Alasannya adalah
tetapi mereka yang terjangkau pun belum tentu “keseimbangan dampak program untuk melindungi
menerima tingkat perlindungan yang sama seperti orang miskin, baik dalam rangka mempromosikan
kelompok rumah tangga kaya. Cakupan jangkauan kesehatan dan pemanfaatan perawatan maupun
kesehatan universal tidak hanya terhadap populasi, dalam rangka mengurangi dampak dari biaya yang
tetapi juga layanan kesehatan yang memadai dan dikeluarkan, paket manfaatnya tidaklah sebesar yang
biaya pelayanan yang terjangkau (Bagan 2.66). diperkirakan” (Bredenkamp, et al. 2011). Pertama,
cakupan
biaya
penurunan
biaya dibayar
oleh penerima
manfaat perluasan
layanan
sumber daya
perluasan saat ini
cakupan
cakupan
layanan
cakupan populasi
banyak dari orang miskin tidak mengetahui layanan dan teman-teman. Bagaimanapun, langkah ini tidak
asuransi kesehatan apa yang mereka terima dan memberikan dukungan penuh untuk mengatasi
mereka cenderung untuk tidak menggunakannya permasalahan dan bahkan menjadi tidak bermanfaat
(World Bank 2012a dan 2012d). Kedua, pembatasan sama sekali ketika seluruh komunitas terkena
untuk mengakses layanan yang tersedia, khususnya guncangan di saat bersamaan, seperti ketika terkena
di area-area miskin, yang berarti mereka tidak selalu bencana alam. Ketika bantuan informal tidak cukup,
dapat menggunakan asuransinya (World Bank rumah tangga mungkin berusaha untuk mengurangi
2012a, 2012d, dan 2014a). Sebagai konsekuensinya, pendapatan di masa depan seperti menjual aset
orang-orang miskin dan rumah tangga di sekor produktif atau mengeluarkan anak dari sekolah.42
informal tidak akan memiliki akses terhadap nutrisi
dan investasi kesehatan manusia yang sama (tingkat Sebagai tambahan, berbagai harga
pemanfaatan layanan kesehatan lebih tinggi di mengalami kenaikan lebih cepat bagi
antara pengguna Jamkesmas dibanding mereka orang miskin dan kelompok rentan
yang tidak terlindungi, biaya kesehatan sendiri dibandingkan dengan kelompok rumah
memiliki tingkat per kapita yang sama sebagai tangga lainnya, yang berarti standar
pembagian dari total konsumsi Harimurti, et al, 2013). kehidupan mereka akan jatuh lebih
Jangkauan Kesehatan Universal merupakan langkah rendah lagi. Antara bulan Oktober 2007 dan
kebijakan penting untuk melindungi seluruh warga Desember 2013, harga bagi rata-rata konsumen
negara Indonesia, tetapi tingkat efektivitasnya akan meningkat sebesar 144 persen (Bagan 2.67).
bergantung pada penerapan. Walaupun demikian, harga untuk barang dan jasa
yang digunakan oleh orang miskin meningkat
Masyarakat lebih sering bergantung sebesar 161 persen dalam periode yang sama.
pada teman atau keluarga yang Hal ini terutama didorong oleh inflasi yang tinggi
cenderung tidak memadai, atau pada bahan makanan yang menjadi bagian besar
Untuk pembahasan yang
42 mengambil langkah yang dapat konsumsi rumah tangga keluarga miskin. Harga-
rinci mengenai risiko yang mengurangi pendapatan di masa harga bahan makanan yang dinikmati oleh orang
dihadapi rumah tangga dan
mekanisme yang mereka depan. Ketika masyarakat tidak memiliki akses ke miskin meningkat sebesar 175 persen dalam periode
gunakan, lihat World Bank mekanisme penyelesaian formal saat menghadapi ini, sedangkan harga barang-barang non-makanan
(2015c) Risk and Informal
Risk Managemet among the
guncangan, maka mereka akan menggunakan cara- yang dinikmati oleh orang miskin hanya meningkat
Rural Poor in Indonesia. cara informal. Biasanya, bergantung kepada keluarga sebesar 138 persen (Bagan 2.68).
CPI dan CPI untuk orang miskin, 2002-13 (bag.2.67) CPI orang miskin (makanan) dan CPI orang miskin (non-
makanan), 2002-13 (bag.2.68)
Sumber BPS dan Bank Dunia
Sumber BPS dan Bank Dunia
200 120
IHK Miskin IHK M i sk i n : m a k a na n
100
150
80
100 60
40
IHK
50
20
IHK M i sk i n : no n m a k a na n
0 0
Jan-02
Jan-03
Jan-04
Jan-05
Jan-06
Jan-07
Jan-08
Jan-10
Jan-11
Jan-12
Jan-13
Jan-02
Jan-03
Jan-04
Jan-05
Jan-06
Jan-07
Jan-08
Jan-10
Jan-11
Jan-12
Jan-13
11.3% 26.9 %
( 6 8 jut a )
( 2 8 jut a )
r e n ta n
miskin
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Q4), banyak di antara kelompok rumah tangga tersebut naik Q1 37% 36% 19% 6% 2%
ke kelompok kuantil pendapatan yang lebih tinggi (41, 21, dan Q2 31% 28% 19% 14% 8%
21 persen). Pada saat yang bersamaan, banyak pula yang jatuh
Q3 23% 27% 28% 13% 10%
ke kuantil pendapatan terkecil (31,50, dan 52 persen). Hanya
20 persen kelompok rumah tangga paling kaya di tahun 1993 Q4 12% 18% 22% 26% 21%
yang memiliki kesempatan lebih baik untuk tetap berada di
Q5 8% 8% 11% 18% 56%
kelompok kuantil yang sama; seluruh kuantil lainnya memiliki
26 hingga 37 persen peluang untuk tetap berada di posisi Sumber Indonesian Family Life Survey and World Bank calculations.
Growth incidence curve, Thailand 2000-06 Growth incidence curve, Thailand 2006-10
(bag. 3.1) (bag. 3.2)
7 6
6
4
5
2
4
0
3
2 –2
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100
Sumber Bank Dunia menggunakan data survei sosial-ekonomi rumah tangga.
Growth incidence curve, Vietnam 2004-12 (bag.3.3) Growth incidence curve, Brazil 2001-09 (bag.3.4)
Sumber Penrhitungan Bank Dunia Sumber Bank Dunia (2012e).
menggunakan data survei sosial-ekonomi 11.78
rumah tangga (World Bank 2014g)
pe rce ntile
growth
8 2004 – 12
8.3
Ac tua l g r owt h r at e ( % )
7.45
5
me an 6.69
growth
4 2004 – 12 6.06
5.63
3 4.79
2 3.86
1 2.89
0 1.61
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
income percentile
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ketimpangan dapat diatasi melalui berbagai •Bagian 3.3 Memastikan perlindungan dari guncangan:
kebijakan untuk mengurangi dampak dari Kebijakan pemerintah dapat mengurangi frekuensi dan
faktor-faktor di luar kendali indvidu yang tingkat keterpurukan dari goncangan, sekaligus menyediakan
dapat memengaruhi penghasilan mereka. Tidak mekanisme penyelesaian untuk memastikan seluruh rumah
semua ketimpangan perlu diatasi; Pemerintah seharusnya fokus tangga mendapatkan akses perlindungan yang cukup dari
terhadap peningkatan ketimpangan akibat berbagai faktor guncangan ketika terjadi.
di luar kendali individu dan mengabaikan ketimpangan yang
memberikan penghargaan kepada individu sebagai hasil kerja •BagIan 3.4 Kebijakan fiskal yang tepat: Kebijakan fiskal
kerasnya, keberanian mengambil risiko, dan inovasi. Untuk dan penggunaan anggaran yang tepat dari Pemerintah
melakukan hal ini, pembuat kebijakan memiliki berbagai dapat menciptakan lapangan pekerjaan lebih baik saat ini
instrumen yang sangat luas di bawah kendalinya. Mereka harus dan peluang yang adil kelak. Penggunaan anggaran dapat
menggunakan peralatan tersebut untuk menghadapi faktor memengaruhi ketimpangan sekarang, sekaligus mengurangi
utama peningkatan ketimpangan yang sudah teridentifikasi potensi pemusatan kekayaan di masa mendatang.
sebelumnya dan juga yang dikerjakan (Tabel 3.2). Bagian berikut
dari laporan ini menggarisbawahi berbagai kebijakan utama •Bagian 3.5 Mengimplementasikan berbagai kebijakan
yang dibutuhkan untuk mengurangi ketimpangan, baik yang didukung luas oleh publik dan mengomunikasikan
di masa sekarang maupun mendatang. pentingnya kebijakan yang tidak banyak dukungan.
Kebanyakan dari berbagai rekomendasi kebijakan di bagian
• Bagian 3.1 Meningkatkan kualitas pelayanan di tingkat 3 memiliki basis dukungan publik yang luas sebagai upaya
daerah: Kunci untuk mendapatkan awal yang baik bagi generasi untuk menyelesaikan kemiskinan. Pemerintah tidak perlu
selanjutnya adalah meningkatkan pelayanan di daerah sehingga takut melakukan berbagai kebijakan ini. Selain itu, strategi
dapat memperbaiki kualitas kesehatan, pendidikan, dan komunikasi efektif akan dibutuhkan untuk beberapa
peluang keluarga berencana untuk semua. kebijakan yang tidak memiliki banyak dukungan.
Kesenjangan peluang • Kebijakan fiskal yang tepat (penggunaan angaran di sektor layanan)
mengakses kesehatan • Meningkatkan penyajian pelayanan daerah (kesehatan, pendidikan, dan
dan pendidikan keluarga berencana)
• Meningkatkan investasi di sektor infrastruktur
Kesenjangan akses • Kebijakan fiskal yang tepat (reformasi dan pengekan aturan perpajakkan)
dan pengembalian • Kebijakan-kebijakan yang mendukung (mengurangi korupsi)
aset-aset keuangan
B o k s 3 .1
0.60 0.588
0.583
0.58 0.576 43
Boks ini berdasarkan
Brazil 0.566 0.564 World Bank (2012c),
0.559
0.56
0.548 Inequality in Focus.
0.542
0.537 44
Gini pendapatan lebih
0.54
tinggi dari Gini konsumsi
0.52 karena rumah tangga kaya
Am e r i k a l a t i n
lebih banyak menabung,
0.50 (17 negara) sehingga konsumsi
0.48
terlihat lebih merata
daripada pendapatan. Gini
0.46 pendapatan Indonesia
berkisar 6.4 poin lebih tinggi
0.44
daripada Gini konsumsi,
0.42 berdasarkan selisih rata-
rata pada saat kedua Gini
0.40 dihitung di Indonesia (1984,
2001 2001 2001 2001 2001 2001 2001 2001 2001 1990, dan 1993).
96
pendidikan primer dan sekunder; (iii) hanya terdapat sedikit pekerja yang mengurangi ketimpangan jika: (I) hal ini
penggunaan anggaran sosial yang tidak terampil (unskilled). Dengan menjadi prioritas pemerintah; (ii) strategi
berpihak pada orang miskin; dan (iv) meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang jelas dan koheren dikembangkan;
ekspansi dari bantuan sosial. maka meningkat pula permintaan untuk (iii) keterbukaan untuk mengawasi
pekerja kasar (tidak terampil), upah dan mengimplementasikan strategi di
Brazil dan Indonesia memiliki banyak mereka juga meningkat. Diperkirakan bawah tanggung jawab utama menteri
konteks kemiripan, terdapat beberapa penurunan perbedaan upah antara senior yang mendapat mandat dari
hal yang bisa dijadikan pelajaran pekerja terampil dengan yang tidak, Presiden; (iv) pengajuan kebijakan baru
untuk mengurangi ketimpangan. Brazil ikut berperan menurunkan dua per tiga di seluruh kementerian, dan lembaga
menyerupai Indonesia dalam berbagai ketimpangan. negara diminta untuk mengawasi
hal: keduanya sama-sama memiliki dampaknya terhadap ketimpangan; dan
ekonomi berbasiskan sumber daya alam Gerakan anggaran sosial yang berpihak (v) semua kebijakan utama dan program
yang besar, menikmati pertumbuhan pada orang miskin dan ekspansi yang yang menargetkan pengurangan
ekonomi yang kuat di periode tahun signifikan terhadap bantuan sosial, ketimpangan dirancang dengan baik,
2000—an; memiliki sistem politik juga berkontribusi terhadap penurunan didanai, dan diimplementasikan.
terdesentralisasi yang telah membuat ketimpangan. Hampir setengah dari
Brazil naik peringkat menjadi negara anggaran pemerintah digunakan untuk
dengan pendapatan kelas menengah pos dana sosial, termasuk transfer
Growth incidence curve,
atas, dan Indonesia kini sedang dana, pendidikan, dan kesehatan. Brazil 2001-2009 (bag.3.6)
berproses ke sana. Berdasarkan Upaya penting lain untuk mengurangi
konteks tersebut, terdapat empat ketimpangan adalah ekspansi di sektor p e r tumbu h a n t a h u n a n ( % )
5.91%
1993, seorang anak dari ayah yang pendapatan per kapitanya hampir 12
tidak memiliki pendidikan formal, bisa persen, meningkat dua kali lipat dari
menyelesaikan sekolah selama empat rata-rata nasional dan 10 kali lipat dari 10
tahun, dibandingkan pelajar-pelajar persen orang paling kaya.
sekarang yang perlu waktu 9-11 tahun
untuk menyelesaikan sekolah, terlepas Jelas bahwa Indonesia dapat Sumber : Bank Dunia (2012e).
dari pendidikan orangtuanya. Jumlah melakukan lebih dari sekedar Kasus Brazil mengilustrasikan bahwa
pekerja terampil pun meningkat dan menghambat peningkatan ketimpangan pengurangan ketimpangan secara signifikan
upah mereka lebih tinggi. Artinya pula, dan dapat sesegera mungkin merupakan hal yang mungkin dilakukan.
97 Chapter 3 bagaimana ketimpangan
dapat diatasi
Peningkatan
kualitas pelayanan
lokal, khususnya
bidang kesehatan,
pendidikan &
keluarga berencana
3.1.
Meningkatkan kualitas pelayanan Penerapan kebijakan-kebijakan
terkait dengan pendidikan dan utama dapat mendukung peningkatan
kesehatan membutuhkan peremajaan di seluruh area pelayanan daerah.
sistem yang berfungsi baik sehingga Pelayanan di daerah dapat ditingkatkan dengan
pelayanan dapat dilakukan melalui membangun kapasitas pemerintah daerah dalam
pemerintah daerah. Layanan dan infrastruktur menyajikan layanan secara progresif lewat sistem
di dalam suatu negara yang sangat besar dan tersebar transfer berbasiskan performa dan menyediakan
seperti Indonesia membutuhkan keterlibatan aktif instrumen bagi masyarakat untuk mengawasi
dari masyarakat dan pemerintah daerah. Namun praktik pelayanan tersebut. Beberapa prioritas untuk
kenyataannya, lebih dari satu dekade setelah meningkatkan pelayanan daerah yang bersifat antar
desentralisasi diterapkan, terlepas dari adanya sektor termasuk: mengubah mekanisme alokasi
peningkatan signifikan penggunaan anggaran untuk anggaran; mengubah insentif anggaran daerah;
desentralisasi (sekitar setengah dari total penggunaan memberikan insentif untuk pencapaian standar
anggaran nasional), kualitas dari layanan masih rendah daerah dari setiap layanan daerah; dan meningkatkan
dan tidak terdistribusi secara merata ke seluruh pengawasan publik terhadap layanan daerah. Secara
daerah. Permasalahannya adalah kebanyakan dari khusus, kita dapat melihat proses pencapaian hal
pemerintah daerah tidak memiliki kapasitas yang ini di sektor kesehatan, pendidikan, dan keluarga
cukup untuk memberikan pelayanan dan tidak berencana.
memiliki keterbukaan terkait hasil yang diperoleh
terhadap pemerintah pusat dan masyarakat.
3 .1 .1
III. Peningkatan layanan kesehatan bagi mereka 5 persen dari GDP (Bagan 3.7). Penggunaan anggaran saku
yang sangat membutuhkan. yang besar di Indonesia mengindikasikan dampak goncangan
ketimpangan yang bersifat tidak langsung akibat kurangnya
Pengeluaran anggaran kesehatan di Indonesia akses terhadap kesehatan dan terpuruknya rumah tangga ke
adalah salah satu yang terendah di dunia 45 . dalam kemiskinan ketika jatuh sakit. Pemerintahan Presiden
Kondisi ini membutuhkan peningkatan secara substansial, Joko Widodo memang telah meningkatkan anggaran kesehatan
seperti rencana anggaran tahun 2016, tetapi dengan penekanan pada tahun 2016 di angka 5 persen dari total APBN. Namun
yang lebih terkait pelayanan kesehatan primer. Sampai dengan kebanyakan dari peningkatan ini ditujukan kepada sistem
akhir-akhir ini, Indonesia merupakan negara terendah kelima asuransi kesehatan nasional (Jaminan Kesehatan Nasional atau
di sektor penggunaan anggaran kesehatan terhadap rasio JKN). Hal ini sebenarnya mengalihkan penggunaan anggaran
GDP dari 188 negara, dengan 1,2 persen GDP dan penggunaan ke rumah sakit besar di berbagai kota besar yang cenderung
anggaran saku yang besar dari total penggunaan anggaran menguntungkan rumah tangga kaya, padahal seharusnya lebih
kesehatan. Kebanyakan negara memiliki anggaran saku untuk dialokasikan ke sektor kesehatan primer yang lebih memihak
kesehatan sesuai rekomendasi WHO yaitu 15-20 persen dan hal kelompok miskin.
yang sama juga berlaku bagi anggaran kesehatan yang hanya
Belanja Kesehatan Publik (persen PDB) dan Pengeluaran Kesehatan Pribadi Sumber 45
Bagian ini mengandung
Indikator berbagai rekomendasi
(persen total pengeluaran kesehatan) secara internasional (bag.3.7) Perkembangan penting untuk meningkatkan
Dunia dan Bank sektor finansial di bidang
70 Dunia (2014a). kesehatan dan pelayanan
Myanmar dari Bank Dunia (2014a).
60 Cambodia
Sri Lanka
50
Philippines
Indonesia
Vietnam
40
Lao PDR
Malaysia Korea
30
China
20 Fiji
Japan
Papua
Thailand New
Guinea
10
Anggaran belanja kesehatan masyarakat juga kesehatan dengan menitikberatkan peran para pembuat
harus diperbaiki dengan membuat pemerintah keputusan di tingkat daerah (terutama bagi sebuah negara
daerah lebih bertanggung jawab dalam besar dan heterogen seperti Indonesia). Namun, ternyata tidak
memberikan layanan kesehatan di lapangan. terdapat hubungan antara perubahan penggunaan anggaran
Pemerintah daerah telah menjadi penanggung jawab utama kesehatan pemerintah daerah terhadap pencapaian standar di
pemberian layanan kesehatan sejak tahun 2001. Diasumsikan bidang kesehatan (Bagan 3.8 dan Bagan 3.9, Bank Dunia 2014a).
bahwa desentralisasi akan meningkatkan kualitas layanan
Perubahan Belanja Kesehatan riil (%, 2003-11) Sumber Perubahan belanja kesehatan riil (%, 2003-11) Sumber
Ministry of Ministry of
& perubahan proses kelahiran oleh tenaga Finance & perubahan jangkauan imunisasi (persen Finance
kesehatan terampil (persen 2003-11) (bag.3.8) and BPS, as
2003-11) (bag.3.9) and BPS, as
reported in
reported in
100 World Bank 80 World Bank
2014a. 2014a).
Catatan Catatan
Sample of Sample of
147 districts 154 districts
80 for which for which
data are 60 data are
available in available in
both years. both years.
60
40
40
20
20
0 0
100 300 500 0 200 400 600
Salah satu pendekatan adalah menggunakan Jamkesmas saat ini sedang diadaptasi oleh Kementerian
investasi bertarget dengan insentif. Peningkatan Kesehatan dan BPJS. Analisis potensi efisiensi yang diperoleh
transfer tahun jamak dari Dana Alokasi Khusus (DAK) kepada dari penguatan sistem pembayaran ini dititikberatkan pada
distrik dapat dikaitkan dengan kesenjangan yang diukur melalui layanan primer dan pembatasan penggunaan yang berlebihan
penyediaan standar dasar layanan kesehatan, seperti yang seperti: (I) analisis pembagian pembayaran asuransi untuk
terkait dengan kesehatan ibu dan anak. Kontribusi distrik/ layanan kesehatan primer, sekunder, dan tersier yang bisa
daerah kepada DAK akan dikembalikan dengan syarat distrik menjadi informasi tolok ukur peningkatan alokasi layanan
memperlihatkan adanya ketersediaan layanan ini. Cara seperti kesehatan primer; (ii) analisis tarif rawat inap rumah sakit yang
ini telah dibuktikan berhasil di sejumlah provinsi lewat transfer tidak dapat dihindari untuk kasus primer dan kondisi tertentu;
DAK untuk infrastruktur. (iii) Analisis harga obat-obatan dan pengembalian terkait dengan
tolok ukur internasional maupun dari negara-negara tetangga.
Distrik berkinerja rendah dapat diberi
bantuan asalkan masalahnya berkaitan dengan Reformasi akan membutuhkan dukungan dari
lemahnya kapasitas pelaksanaan. Jika diperlukan, data berkualitas tinggi. Keberhasilan dari skema
pemerintah pusat dapat mempertimbangkan mengambil alih yang ditawarkan bergantung kepada kemampuan untuk
layanan sementara waktu, seperti yang telah berhasil dilakukan mengumpulkan data-data reguler dan tingkatan fasilitas yang
di beberapa negara seperti Kolombia. Transfer selanjutnya juga relevan (berdasarkan sampel dari keterwakilan fasilitas di tingkat
dapat dikaitkan dengan proses penutupan kesenjangan. distrik, termasuk fasilitas privat) dan memastikan data-data yang
terkumpul mencerminkan pedoman dan norma-norma nasional.
Pendekatan lainnya adalah dengan merancang Data ini akan membantu menemukan tidak hanya tempat yang
penyedia layanan pembayaran yang dapat mengalami kekurangan, tetapi juga asal kekurangan tersebut.
mendukung pelayanan secara efektif. Penyedia Pengumpulan data harus bersifat independen, dan idealnya
sistem layanan pembayaran yang sebelumnya disebut Program terpisah dari adminsitrasi dan pengawasan data yang rutin.
Jika memungkinkan, data juga harus dikumpulkan dari sampel iv. Memperkuat tidak hanya kemampuan klinis dari perawat
(pasien) yang memperoleh manfaat layanan untuk memastikan dan bidan, namun juga kompensasi untuk menyediakan layanan
penyediaan layanan berlangsung sesuai yang diharapkan klinik di area-area terpencil.
dan pasien menerima layanan yang pantas. Terdapat
berbagai dimensi terkait dengan penyajian layanan, termasuk Menyediakan informasi yang baik mengenai
kemampuan dan usaha dari penyedianya—pengukuran dimensi perubahan tenaga kesehatan di tingkat
ini lebih kompleks terkait penyediaan layanan yang dapat nasional dan sub -nasional. Terdapat sekitar 5.500
dinilai dan ditingkatkan secara sistematis dan reguler. Hal ini lulusan dokter, 34.000 perawat, dan 10.000 bidan setiap
termasuk usaha untuk memastikan bahwa perlengkapan dasar tahunnya. Data dari penyedia tenaga kesehatan melaporkan
di sebuah fasilitas tidak hanya tersedia, tetapi juga dikalibrasi adanya peningkatan kecil setiap tahunnya. Hal ini secara jelas
dan dimanfaatkan dengan baik dan penilaian dibuat untuk mengindikasikan bahwa informasi saat ini tidak menelusuri
memastikan bahwa tenaga kerja memiliki kemampuan dan secara akurat lokasi bekerja tenaga medis; apakah di sektor
motivasi untuk menyediakan layanan berkualitas tinggi. publik atau swasta, pedesaan atau perkotaan, siapa yang
mereka layani; dan apakah mereka memelihara kemampuan
Sosialisasi Jangkauan Kesehatan Universal mereka setelah lulus. Sebagai tambahan, informasi yang
(Universal Health Coverage/UHC) yang lebih lebih baik diperlukan untuk kebutuhan administrasi tenaga
baik kepada pemerintah daerah, penerima kesehatan dan kebutuhan ini harus dijadikan prioritas utama
manfaat, dan penyedia layanan. Dalam beberapa bagi agenda penelitan pengembangan Informasi Sumber Daya
kasus tertentu, permasalahan ini bukan terkait dengan sumber Manusia di masa mendatang. Saat ini hanya sedikit informasi
daya tambahan, tetapi lebih kepada pengetahuan dan persiapan mengenai gaji dan pendapatan dari tenaga kesehatan, padahal
yang diperlukan untuk pengenalan UHC di antara pemerintah informasi ini dibutuhkan untuk memberikan pemahaman struktur
daerah, penerima manfaat, dan berbagai penyedia. Pemerintah insentif. Perbaikan data merupakan kunci untuk mengetahui
dapat memastikan adanya dampak penyediaan yang jelas seberapa baik pelayanan di area yang sangat membutuhkan,
serta spesifik berdasarkan paket keuntungan JKN, kemudian mencocokkan kebutuhan tersebut dengan lulusan baru, serta
informasi ini secara efektif disebarkan dan diterima sebagai tingkatan tambahan insentif yang diperlukan.
prioritas operasional. Hal ini akan menutup biaya perlengkapan,
pelatihan, diagnosis kemampuan, dan penyediaan obat-obatan Membatasi perekrutan dokter yang didanai
di berbagai level pelayanan. Dampak selanjutnya, keterbukaaan publik di area perkotaan. Fakta memperlihatkan lebih
dalam penyediaan dan penyerahan uang ketika dibutuhkan. banyak dokter yang bekerja di perkotaan karena adanya
Dalam hal ini, BPJS dapat mempertimbangkan implementasi kesempatan praktik pribadi. Hal yang logis bagi sektor publik
proses akreditasi yang reguler dan independen untuk fasilitas bila menekankan penempatan dokter di daerah pedesaan yang
publik dan swasta. belum terlayani untuk meningkatkan efisiensi
penggunaan uang rakyat.
46
Bagian ini mengadung rekomendasi kunci untuk meningkatkan penyediaan tenaga kesehatan dari Bank Dunia (2009).
jaminan bahwa mereka menyediakan pelayanan masyarakat, yang dapat menyampaikan pesan
berkualitas (kecuali bila budaya mementingkan tertentu;
orang lain sangat kuat). Saran untuk menerapkan v. Menjangkau LSM;
kompetisi dikemukakan oleh Hammer dan Jack vi. Menjajaki kelompok komunitas dan forum
(2001). Namun, hal ini dapat dilakukan jika pasar yang mampu mendorong atau memberikan
memungkinkan, dan inipun masih menjadi tanda motivasi untuk meningkatkan pemanfaatan
tanya bagi dokter yang ditempatkan di pedesaan. kemampuan orang miskin seperti melalui PNPM-
Generasi or PNPM-Rural;
Memperkuat tidak hanya kemampuan vii. Mempertimbangkan insentif melalui PKH atau
klinis dari perawat dan bidan, namun program bantuan sosial;
juga kompensasi dengan menyediakan viii. “Perilaku vital” dibutuhkan sebagai
layanan klinik di area-area persyaratan dari PKH; dan
terpencil. Pentingnya perawat dan bidan ix. Rencana perluasan PKH secara bertahap
sebagai layanan dasar di masayarakat pedesaan untuk mewujudkan keadaan yang diinginkan bagi
sangat jelas. Berbagai penelitian menunjukkan, di perempuan dari kelompok miskin.
area-area tersebut, perawat dan bidan memiliki
tanggung jawab sangat besar bahkan kadang Secara khusus, dibutuhkan
berada di luar cakupan kemampuan mereka tanpa peningkatan profesionalisme
adanya dukungan secara hukum. Meningkatkan kader-kader Posyandu, melalui
kemampuan mereka dan memberikan pengakuan peningkatan kualitas pelatihan,
legal praktik mereka akan meningkatkan insentif berbasiskan kinerja, dan
penyediaan layanan kesehatan di pedesaan dan pengawasan ketat dari Puskesmas.
daerah terpencil. Kader-kader ini mengunjungi setiap komunitas
untuk memastikan ibu hamil menerima layanan
Sangat dibutuhkan peningkatan pra-kelahiran, mendorong ibu-ibu untuk membawa
penggunaan tenaga persalinan anaknya imunisasi, memastikan anak-anak yang
terampil di tempat yang memadai, terjangkit demam mendapatkan diagnosis terkait
Peningkatan layanan sebelum dan sesudah malaria dan tindakan lain yang dapat mengurangi
layanan persalinan, imunisasi, asupan ancaman penyakit dan biaya tinggi dari perawatan.
mikronutrisi bagi ibu dan anak, serta Untuk kasus kerdil (cebol) dan kurang gizi, kader
kesehatan pelayanan efektif terhadap diare Posyandu dapat memainkan peran penting
bagi mereka bagi orang miskin dan kelompok melalui Perubahan Komunikasi Tingkah laku/
yang sangat rentan. Berikut adalah aktivitas yang harus Behavioral Change Communication (BCC) yang
membutuhkan dilakukan bagi kelompok ini melalui pendidikan, efektif, khususnya lewat konseling personal yang
dorongan dan tekanan sosial, atau pemberian berfokus pada perbaikan perilaku pola asuh ibu
insentif serta pola makan bayi dan anak-anak kecil. Seperti
i. Sosialisasi yang lebih baik tentang pentingnya yang ditunjukkan di negara-negara lain, kunjungan
perilaku sehat, termasuk pengajaran terhadap ibu- rumah yang reguler sebagai bentuk dukungan
ibu miskin yang seharusnya didapatkan melalui khusus dari penyedia layanan kesehatan,
posyandu dan puskesmas; merupakan kunci utama keberhasilan. Rintisan
ii. Memperkuat dan memberdayakan Posyandu; pelatihan untuk Posyandu di bawah PNPM-
iii. Menjangkau karyawan Puskesmas; Generasi juga dapat ditingkatkan lebih jauh lagi.
iv. Menjangkau tokoh-tokoh kepercayaan
3.1 . 2
Boks 3.2
mendukung sekolah di
Jakarta meraih standar pendidikan nasional.
Pemerintah provinsi menjalankan penelitian
Biaya dan pendanaan di DKI Jakarta untuk mencapai berbagai sumber Bank Dunia (2014f).
MS S NES BO S BO P Total
Meningkatkan kualitas melalui i. Pra-masa bakti dan penataran: Mungkin sebagian tertarik
kompetensi tenaga pengajar di manapun, dengan peningkatan gaji guru, saat ini terdapat 1 juta mahasiswa
di akademi pengajaran, sepertiga dari total pendaftaran di
tetapi juga memastikan mereka universitas, lebih besar dari kebutuhan saat ini. Seleksi yang
menjangkau area-area miskin lebih baik untuk masuk dan keluar (melalui ujian kompetensi) dan
akreditasi lembaga dapat membantu memastikan kecukupan
Kompetensi tenaga pengajar di Indonesia ketersediaan guru-guru yang kompeten.
secara umum membutuhkan penguatan secara ii. Rekrutmen dan penyebaran komponen pengajar, khususnya
signifikan; data dari Indonesia dan dunia di daerah tertinggal: Melakukan rekrutmen guru untuk sekolah
menunjukkan terdapat beberapa pilihan untuk dengan sistem yang transparan dan berdasarkan kemampuan
membangun tenaga pengajar yang efektif di (merit-based); penguatan program perekrutan dan penyebaran
Indonesia. Lebih dari setengah tenaga pengajar di Indonesia guru-guru yang kompeten di daerah tertinggal dengan
tidak mencapai 60 persen tingkat kompetensi di berbagai mengombinasikan insentif keuangan, skema pengikatan serta
kemampuan yang dibutuhkan sebagai kompetensi dasar. penempatan berbasis kelompok.
Sebagai tambahan, terdapat variasi kompetensi tenaga pengajar iii. Dukungan dan pengembangan profesional—bayaran yang
yang signifikan di berbagai daerah. Bukti dari Indonesia dan besar untuk jangka pendek dan menengah. Menguatkan peran
secara global memperlihatkan ada beberapa pilihan untuk dari Kepala Sekolah untuk mengidentifikasi kebutuhan melalui
membangun tenaga pengajar yang efektif di Indonesia yaitu penilaian tahunan; mengembangkan modul ujian pelatihan dan
rencana belajar untuk meningkatkan pengetahuan iv. Akuntabilitas para pengajar: Menggunakan
dan kemampuan mengajar; memberikan dukungan penilaian tahunan dan ujian kompetensi untuk
melalui pokja guru bekerjasama dengan kader ahli menentukan jenjang karir; menggunakan kontrak
dari masing-masing wilayah (terbukti berhasil untuk baru bagi pegawai pemerintah dengan Perjanjian
geometri di studi Bank Dunia (yang akan datang b)) Kerja (P3K) yang ditujukan kepada guru baru
dan teknologi komunikasi dan informasi (ICT). (termasuk guru honorer yang telah ada); dan
mengaitkan perpanjangan kontrak berbasis kinerja.
3.1 . 3
komunikasi melalui BKKBN dengan dukungan kualifikasi untuk memasukkan IUD dan implan;
dari institusi pemerintah daerah, tempat kerja, dan mengurangi efek samping dari masalah kesehatan
sekolah untuk membantu menyebarkan pesan terkait dampak dari alat kontrasepsi melalui
pernikahan pada usia yang lebih dewasa; dan konseling efektif dan meningkatkan ketersediaan
meningkatkan kesehatan reproduksi bagi mereka konselor terlatih.
yang belum menikah melalui program komunikasi
dan penyediaan layanan. Mendukung penundaan pernikahan
juga menguntungkan rumah tangga
Dari hal-hal tersebut, pemfokusan miskin secara disproporsional. Karena
terhadap rumah tangga kecil dan pernikahan dini lebih cenderung terjadi di rumah
penundaan pernikahan serta tingkat tangga miskin, mengurangi pola ini merupakan
kesuburan pada kelompok miskin akan langkah penting. Terdapat empat aksi terkait hal
memberikan kontribusi paling besar ini yaitu: dukungan politisi, pegawai, tokoh agama
untuk mengatasi ketimpangan. Kebijakan- dan pemimpin komunitas mengenai manfaat dari
kebijakan terpenting untuk melindungi rumah penundaan pernikahan, serta mendorong komitmen
tangga miskin yang memiliki anak-anak sehat dan pemerintah daerah untuk melawan pernikahan
jumlah yang lebih kecil, adalah: bawah umur; menegakkan usia minimum pernikahan
i. Menciptakan permintaan di keluarga miskin terkait pada angka 16 tahun untuk perempuan; menegakkan
dengan berbagai program BKKBN; peraturan masa sekolah anak (saat ini 9 tahun dan
ii. BKKBN lebih memusatkan perhatian terhadap sedang dipertimbangkan untuk ditingkatkan menjadi
kebutuhan keluarga berencana bagi kelompok 12 tahun), memfasilitasi rumah tangga miskin melalui
rumah tangga miskin; pemberian beasiswa yang terencana; sosialisasi
iii. Mendukung penundaan pernikahan; dan program IEC bagi orangtua dan anak-anak mengenai
iv. Pembiayaan untuk program keluarga berencana. manfaat penundaan pernikahan.
Permintaan yang lebih besar terkait Terakhir, karena rumah tangga miskin
keluarga berencana di antara kurang dapat mengakses layanan
kelompok orang miskin dapat dicapai sektor swasta, maka pembiayaan
melalui revitalisasi program yang cukup untuk program keluarga
komunikasi BKKBN 48. Hal ini termasuk program berencana menjadi penting. Dengan
Perubahan Tingkah Laku Komunikasi (Behavior anggaran keluarga berencana yang sekarang
Communication Change /BCC) dan Informasi tentang menjadi hak prerogatif pemerintah daerah,
Pendidikan dan Komunikasi (Information Education persetujuan antara BKKBN dan Kementerian Dalam
and Communication/IEC) yang akan membantu Negeri dalam hal pembiayaan sangat diperlukan.
kelompok rumah tangga miskin memahami Satuan Kerja Perangkat Daerah Keluarga Berencana
keuntungan memiliki keluarga kecil, melalui pesan- (SKPD-KB) membutuhkan bantuan teknis dan
pesan kunci seperti: tingkat kesehatan yang lebih rencana program untuk diterapkan lebih banyak
baik bagi ibu dan anak; kemampuan finansial yang wilayah daerah melalui peraturan yang telah ada.
lebih baik untuk memenuhi kebutuhan dasar anak DAK keluarga berencana (Dana Alokasi Khusus,
dan investasi yang lebih besar bagi pendidikan untuk program prioritas nasional) harus mengurangi
mereka; kesejahteraan antar-generasi; serta pembangunan infrastruktur dan lebih fokus pada
pengurangan kemiskinan dan kerentanan. upaya pengurangan beban operasional, seperti
pelatihan bidan dan ketersediaan alat kontrasepsi.
Usaha yang lebih besar dibutuhkan
untuk mengatasi kebutuhan alat Efektivitas dari kebijakan ini akan
kontrasepsi yang belum terpenuhi bagi bergantung kepada implementasi.
pasangan dari ekonomi lemah. Sebagai Banyak dari rekomendasi kunci yang diutarakan
tambahan untuk mengomunikasikan kegunaan alat Jones dan Adioetomo telah dimasukkan ke dalam
kontrasepsi dilakukan pendekatan siklus kehidupan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN)
(jarak dan pembatasan), termasuk: memastikan 2015-2019 dari Bappenas. Sekarang dibutuhkan
seluruh informasi dan layanan terkait dengan ketegasan mengimplementasikannya secara efektif
tersedianya akses terhadap layanan metode untuk memastikan rekomendasi-rekomendasi yang
jangka panjang (khusunya untuk pembatasan); diberikan berhasil mengurangi setengah dari jumlah 48
Setiap rekomendasi dikutip
menyediakan jumlah bidan yang memenuhi anggota keluarga miskin di Indonesia. dari Jones dan Adioetomo (2014).
Peningkatan
keterampilan
tenaga kerja
dan penyediaan
pekerjaan
produktif
Dampak peningkatan pelayanan publik akan dirasakan dalam jangka panjang. Di jangka pendek,
masih banyak yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja saat ini dengan
menyediakan lapangan pekerjaan yang lebih produktif dan perlindungan lebih baik.
3.2
3 . 2 .1
Membuat lapangan pekerjaan yang lebih formal bagi bisnis; (iii) meningkatkan akses terhadap keuangan untuk
pemula dan pekerjaan semi-terampil bagi banyak menghasilkan bisnis yang produktif dan kuat; (iv) merevitalisasi
pekerja di sektor kurang produktif dapat membantu sektor manufaktur; dan (v) memodernisasi sektor pertanian.
mengatasi ketimpangan melalui pendapatan yang Infrastruktur sebagai area yang penting, akan dibahas di bagian
lebih tinggi. Kebanyakan tenaga kerja sekarang ini tidak kebijakan fiskal, sedangkan akses terkait dengan keuangan,
mampu melakukan pekerjaan yang memerlukan keterampilan revitalisasi sektor manufaktur, dan modernisasi sektor pertanian,
tinggi (serta mendapatkan bayaran tinggi), bahkan dengan didiskusikan di Bank Dunia (2014c). Berdasarkan kesimpulan
pelatihan pasca-sekolah dan ketika bekerja (on-the-job). Bank Dunia (2015d), bagian berikut ini akan fokus pada
Namun, tidak seharusnya mereka menghabiskan seluruh waktu pengurangan waktu dan kompleksitas dalam memulai bisnis.
di area yang kurang produktif dengan bayaran rendah. Jika ada
lebih banyak pekerjaan semi-terampil, untuk pemula dan sektor Usaha-usaha sebelumnya untuk memperbaiki proses
formal, maka jutaan pekerja informal dan lepas bisa menjadi lisensi bisnis dan mengembangkan layanan satu
lebih produktif. Hal ini tentunya akan mendorong pertumbuhan pintu guna mendapatkan lisensi, belum memberikan
ekonomi, dan pekerja pun mendapatkan penghasilan yang hasil. Namun dengan adanya pemerintahan baru, lisensi
lebih tinggi sehingga mengurangi ketimpangan. bisnis kembali menjadi salah satu agenda utama yang akan
direformasi. Pada pemerintahan sebelumnya, berbagai inisiatif
Terdapat lima faktor utama untuk menghilangkan telah dilakukan untuk meningkatkan dan memudahkan proses
hambatan penciptaan lapangan kerja seperti aplikasi lisensi di tingkat nasional dan daerah, tetapi hasil
kurangnya investasi di sektor infrastruktur yang diberikan tidak memuaskan (lihat Bank Dunia 2015d).
dan kemudahan dalam Kunci kegagalan ini adalah lambatnya proses pembentukan
Mempermudah berbisnis. Lima faktor utama layanan satu pintu bagi investor yang ingin mengajukan
pembukaan tersebut adalah: (I) meningkatkan izin, pembentukan organisasi yang lebih sederhana dan
infrastruktur, konektivitas, logistik, antar lembaga, atau menyederhanakan proses pengajuan
bisnis baru & transportasi yang efisien; (ii) lisensi menjadi lebih mudah dan menarik: Layanan Satu Pintu
mendapatkan mengurangi waktu dan prosedur (One Stop Service/OSS) di tingkat nasional dengan proses
izin untuk memulai dan menjalankan aplikasi lisensi dan prosedur sedehana untuk mempercepat
pengeluaran lisensi. Pemerintahan yang baru berkomitmen oleh kementerian dan lembaga terkait sudah dihilangkan
meningkatkan iklim bisnis, mempermudah segala perizinan setelah adanya Layanan Satu Pintu di bulan Januari. Tetapi,
dengan biaya yang lebih murah sehingga perusahaan faktanya, banyak dari investor tetap terus mengajukan aplikasi
dapat memperoleh lisensi dengan cepat, termasuk layanan izinnya langsung kepada kementerian dan lembaga terkait,
satu pintu (OSS). Tujuannya agar mempermudah investor atau menunda pengajuan perizinannya, karena masih kurang
dalam memperoleh izin, hanya dengan mengunjungi Badan familier dengan sistem dan cara kerja Layanan Satu Pintu.
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk membuat aplikasi
pengajuan izin bisnis di level nasional, ketimbang mengunjungi Mencapai proses lisensi yang terintegrasi akan
berbagai kementerian untuk mengajukan hal yang sama. membutuhkan rencana reformasi yang kredibel
Hasil yang diinginkan adalah kecepatan dan kesederhanaan dan sumber daya yang cukup. Layanan Satu Pintu saat ini
dalam mendapatkan izin serta proses yang transparan dan sesungguhnya belum terintegrasi. Sebagai contoh, investor
terintegrasi. Presiden juga telah mengumumkan bahwa Ia masih harus mengunjungi satu per satu meja di BKPM untuk
bermaksud untuk menekan gubernur dan kepala daerah mendapatkan setiap perizinan dan mengajukan izin lainnya,
dalam mengimplementasikan layanan satu pintu yang efektif di dan BKPM hanya memproses sekitar 300 perizinan bisnis
tingkat daerah, dan akan terdapat 'hukuman' dari segi transfer dari sekitar 1.2000 perizinan yang diajukan. Rancangan dan
anggaran bagi mereka yang gagal mengimplementasikannya implementasi dari reformasi lisensi bisnis akan membutuhkan
(Bank Dunia 2015d). sumber daya yang besar dan koordinasi yang kuat antar
berbagai lembaga di level nasional dan daerah. Satuan tugas
Momentum reformasi saat ini sudah cukup kuat. BKPM khusus telah dibentuk untuk melaksanakan program ini dan
telah memulai mereformasi layanannya untuk mencapai berbagai telah mengidentifikasi berbagai area yang membutuhkan
target ambisius. Pemetaan awal prosedur pengajuan lisensi perbaikan (seperti izin terkait perhutanan dan penggunaan
bisnis untuk beberapa sektor dan identifikasi terhadap area yang lahan, serta kebutuhan lingkungan). BKPM merencanakan
berpotensi untuk direformasi telah dilakukan, dan aplikasi secara simplifikasi pengajuan perizinan untuk mengurangi berbagai
online juga telah diterapkan, walaupun hanya melalui beberapa tahapan dan efisiensi waktu di semua perizinan, khususnya
kali uji coba (pilot project) sehingga sektor swasta dapat sektor-sektor prioritas, seperti kelistrikan, manufaktur padat
lebih familier dengan proses baru ini. Untuk mempersiapkan karya, pertanian dan sektor kelautan. Fase kedua dari
peluncuran Layanan Satu Pintu di tahun 2015, BKPM bekerja implementasi sistem Layanan Satu Pintu akan masuk ke dalam
sama dengan berbagai kementerian dan lembaga terkait sektor-sektor lainnya yang berada di tingkat nasional dan
untuk mencapai empat tujuan utama: (i) pengembangan dan daerah yang akan dimulai tahun ini.
penerbitan keputusan menteri mengenai delegasi kewenangan
untuk BKPM dan penugasan staf dari kementerian dan lembaga BKPM akan membutuhkan tambahan sumber daya
ke dalam Layanan Satu Pintu (OSS); (ii) pengembangan dan manusia dan rancangan reformasi organisasi, hal
penerbitan peraturan menteri mengenai standar operasional terpenting lainnya komitmen tingkat tinggi serta
prosedur untuk seluruh proses lisensi yang ada di bawah pengelolaan risiko saat implementasi. Proses pengajuan
Layanan Satu Pintu; (iii) pembentukan organisasi dari Layanan lisensi bisnis baru akan membutuhkan perubahan organisasi
Satu Pintu; dan (iv) pendekatan kepada sektor swasta terkait yang signifikan. Saat ini beberapa staf dari kementerian terkait
dengan proses reformasi lisensi bisnis. Sebagai hasilnya, BKPM dan lembaga hanya ditugaskan temporer di kantor OSS pusat
sekarang menyediakan satu lokasi yang dapat didatangi investor di BKPM, rancangan organisasi BKPM dan isu sumber daya
untuk mengajukan berbagai izin di tingkat nasional. Walapun ini manusia membutuhkan perhatian serius agar bisa keberlanjutan.
merupakan langkah maju yang signifikan, berbagai hambatan Pencapaian target ambisius dan implementasi proses peraturan
masih ada dan harus diselesaikan sebelum tujuan utamanya yang baru secara sistematis dan berkelanjutan di BKPM maupun
dapat tercapai yaitu proses linsensi bisnis yang terintegrasi. lintas kementerian dan lembaga, akan sangat menantang.
Kesulitan dalam melakukan implementasi dan penundaan
Namun, terdapat permasalahan terkait dengan akan dapat terlihat secara cepat, sehingga pemerintah perlu
implementasi dari aplikasi lisensi bisnis secara memproyeksikan berbagai risiko terkait dengan rencana
online. Setelah peluncuran Layanan Satu Pintu, beberapa reformasi. Dukungan dari segenap jajaran di kementerian dan
permasalahan terkait implementasi ini telah berhasil departemen terkait dapat dicapai dan dipertahankan melalui
diidentifikasi. Investor menyatakan sistem aplikasi online masih penerapan strategi reformasi serta perbaikan proses.
belum bisa diandalkan dan tidak cukup mudah digunakan,
sehingga kebanyakan dari mereka tetap mengunjungi kantor
Layanan Satu Pintu untuk berkonsultasi. Hal ini menimbulkan
pertanyaan terkait dengan sistem ICT serta kapasitas BKPM
untuk mendukung secara penuh proses perizinan yang
terintegrasi. Sebagai tambahan, pengajuan izin yang diproses
3. 2 . 2
27%
49
Bank Dunia (2014c) 37
menyediakan diskusi yang 31
66%
rinci (yang disarikan di
pe sangon
dalam bagian ini) mengenai tidak pe nuh 22
peraturan mengenai
perburuhan Indonesia yang
tanpa p e sa ng o n
tegas, sehingga memberikan
biaya besar terhadap
perusahaan dan menghambat
perekrutan formal dan
pertumbuhan produktivitas
(halaman 115-118) Te r m i sk i n 2 3 4 t er k aya
3 .2. 3
3.3 perlindungan
efektif dari
guncangan
Melindungi seluruh rumah di bagian 3.1.1), dokumen ini akan memfokuskan
tangga dari berbagai goncangan kajian kebijakan yang berpotensi memberikan
membutuhkan tindakan dari berbagai dampak paling besar untuk mengurangi
sektor. Rumah tangga menghadapi goncangan ketimpangan melalui perlindungan rumah tangga
dari berbagai sumber. Berbagai kebijakan yang miskin dan rentan:
dibutuhkan untuk menghadapi goncangan ini i. Menangani harga beras yang tidak stabil;
telah dibahas di mana-mana.50 Selain memastikan ii. Memperkuat perlindungan sosial; dan
layanan kesehatan yang cukup, khususnya di iii. Membangun sistem pengawasan dan respon
daerah-daerah miskin (seperti yang telah dibahas krisis yang permanen.
3. 3.1
50
Bank Dunia 2014c (mengatasi bencana alam; lihat juga Jha dan Stanton-Geddes 2012) dan Bank Dunia (2014a) Laporan Ekonomi Indonesia per
Kuartal, Desember 2014 (Membangun Sistem Asuransi Sosial yang Efektif)
51
Fokus yang terus berlangsung di sektor manajemen makro-fiskal merupakan kunci untuk keberlanjutan pertumbuhan ekonomi: keberlangsungan
fiskal dan keseimbangan sektor eksternal; kebutuhan untuk menghindari ketidakstabilan siklus; dan memperkaya kepastian kebijakan dan
kredibilitas untuk mendukung investasi. Ini juga dibutuhkan untuk membantu perlindungan orang miskin. Tanpa akses terhadap instrumen
keuangan untuk mengatur risiko harga, inflasi berperan sebagai pajak bagi orang miskin. Pembahasan lebih rinci lihat (Bank Dunia (2014c).
52
Untuk diskusi yang lebih rinci terkait harga beras di Indonesia, dampak terhadap orang miskin dan rentan (termasuk petani padi), dan kebijakan
pemerintah untuk menyelesaikan ini dan hal-hal yang dapat dilakukan, lihat Bank Dunia (2015d) yang disarikan di dalam bagian ini.
53
Namun, data yang terbatas terkait produksi dan konsumsi beras secara langsung berdampak pada analisis yang tepat serta kebjkan yang
diputuskan. Lihat Bank Dunia (2015d).
sektor pertanian telah meningkat secara signifikan, (Kusumaningrum, et al. 2015). Sebaliknya, walaupun
tetapi alokasinya belum efektif untuk mendukung OP, Raskin, dan volume impor relatif kecil, ketiga
peningkatan pertumbuhan domestik. Perbandingan hal ini akan berkontribusi terhadap volatilitas harga
dari pembelanjaan pertanian publik terhadap beras ketika jumlah cadangan diprediksikan rendah,
pertanian di GDP meningkat dari 9 persen di seperti yang terjadi pada Februari 2015; penjual
tahun 1970-1980 menjadi 35 persen di tahun membatasi aktifitas penjualannya, menunggu
2009 dan bagi hasil pertanian dari anggaran mekanisme yang membuat harga beras kembali
juga meningkat dari 3 persen di 2001 menjadi stabil. Informasi yang simpang-siur terkait produksi,
6 persen di 2008. Tetapi, peningkatan ini tidak konsumsi, dan persediaan, dikombinasikan
menghasilkan peningkatan yang sama di produksi dengan operasi pemerintah dapat menimbulkan
pertanian, hanya rata-rata 3 persen antara tahun ketidakpastian terhadap ketersediaan beras yang
2001 dan 2009 (Armas, et al. 2010). Lemahnya sebenarnya, sehingga cenderung membuat pasar
dampak pembelanjaan terhadap produktivitas mengeluarkan spekulasi jangka pendek.
dapat dikaitkan dengan alokasi pembelanjaan yang
kurang tepat; subsidi pertanian di sektor swasta Ketahanan beras yang efektif
seperti pupuk meningkat empat kali lipat antara membutuhkan informasi lebih baik
tahun 2001 dan 2009, walaupun pembiayaan sehingga siap untuk menghadapi
publik terhadap irigasi cenderung tetap. Penelitian berbagai hambatan dari pertumbuhan
di Indonesia telah memperlihatkan pembelanjaan produktivitas. Beras merupakan makanan
barang publik seperti irigasi memiliki dampak utama di Indonesia dan pasar internasional untuk
yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan beras sangatlah kecil (hanya 6 sampai 7 persen
GDP per kapita di sektor pertanian, walaupun dari total produksi beras global dijual secara
pembelanjaan untuk subsidi pupuk memiliki dampak internasional).54 Berdasarkan konteks ini, fokus
negatif (Armas, et al. 2010). untuk mengamankan ketersediaan beras di
Indonesia dan di manapun, merupakan hal yang
Di sisi lain, kebijakan stabilisasi harga tepat. Namun, berbagai pengalaman akhir-akhir ini
cenderung tidak efektif, bahkan menunjukkan bahwa kebijakan terkait beras saat
berkontribusi dalam menciptakan ini dan impelementasinya memiliki efektivitas yang
masalah. Ketika produktivitas pertanian dan terbatas untuk mencapai tujuan pemerintah yaitu
konektivitas merupakan faktor jangka panjang dari melindungi keluarga miskin dan petani. Berbagai
harga beras, pemerintah menggunakan berbagai kebijakan yang memiliki dampak menaikkan
mekanisme berjangka pendek untuk melakukan harga beras juga meningkatkan kemiskinan
stabilisasi harga, termasuk Operasi Pasar (OP) dan menghambat pasar beras nasional, termasuk
dan impor beras, keduanya dikendalikan oleh mendorong impor ilegal yang menghasilkan
Badan Urusan Logistik (Bulog). OP merupakan tekanan inflasi luas. Ketika operasi pasar memiliki
mekanisme stabilisasi harga yang utama, selagi peran untuk menjaga volatilitas harga, intervensi
Bulog memiliki peraturan impor berbasis monopoli. harus dilakukan secara reguler, sesuai aturan,
Namun, kedua mekanisme tersebut tidak memiliki dan memiliki target yang tepat. Dibutuhkan
dampak signifikan untuk menstabilkan harga. OP, sistem peringatan dini yang efektif dan informasi
impor beras, dan Raskin (beras miskin/subsidi terbarukan mengenai harga, ketersediaan,
utama untuk beras sebagai program bantuan sosial) dan arus beras. Untuk jangka panjang,
secara langsung hanya berdampak kecil terhadap pencapaian peningkatan yang berkelanjutan
total produksi beras. Jumlah OP yang kecil, di sektor ketahanan beras akan meningkatkan
kurang dari 1 persen total produksi beras, dapat produktivitas jangka panjang, dan perbaikan
menjelaskan mengapa mekanisme ini tidak memiliki struktural di sektor pertanian.
dampak signifikan untuk mengurangi harga beras.
54
Bank Dunia 2012, “Using Trade Policy to Overcome Food Insecurity,” in Food Prices, Nutrition, and the Millennium Development
Goals, tersedia online, halaman.119.
3. 3. 2
Perlindungan Sosial yang lebih hanya mencakup pekerja yang memiliki gaji
baik akan membutuhkan sistem tetap, namun bagaimana dengan yang lainnya?
perlindungan sosial yang kuat. Sistem Hal ini dapat dijalankan melalui bantuan sosial
perlindungan sosial tidak hanya mendorong atau program pendapatan minimum, lewat dana
transformasi ekonomi dan sosial, tetapi juga pensiun sosial dalam bentuk lebih umum dan telah
dapat mengurangi kemiskinan, kerentanan, dan diuji, atau bentuk lainnya. Bagaimanapun, SJSN
ketimpangan dengan mencegah kemiskinan merupakan komponen kunci untuk peningkatan
di masa tua bagi pekerja yang sudah pensiun kesetaraan masyarakat dengan menyediakan
sekaligus melindungi lapangan pekerjaan dari kepastian sebagai bentuk perlindungan terhadap
guncangan bagi pekerja yang masih aktif. Hal ini guncangan finansial dan pendapatan ketika
juga akan memberikan akses universal terhadap pekerja keluar dari pekerjaan, sekaligus juga
kesehatan, membantu seluruh rumah tangga, perlindungan kesehatan, kecelakaan kerja, dan
mencegah atau mengatasi guncangan kesehatan, asuransi kematian. Permasalahan ini tidak hanya
termasuk subsidi pemerintah untuk kelompok untuk orang miskin, tetapi juga bagi masyarakat
miskin dan rumah tangga rentan. yang berada di posisi lebih baik, yang dapat lebih
rentan terdampak guncangan finansial, khususnya
Hal ini berarti ekpansi asuransi guncangan kesehatan di luar perkiraan.
sosial yang akan datang harus
dirancang dan diimplementasikan Kepemimpinan yang kuat dibutuhkan
secara efektif dan berkelanjutan 55 . untuk langkah implementasi. Karena
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) secara jumlah pemangku kebijakan yang memiliki
legal memiliki mandat terhadap kesehatan (2014) kepentingan beraneka ragam, maka terdapat
dan pekerja (2015) di bawah Undang-Undang dampak signifikan dari program-program ini
SJSN.56 Untuk dapat efektif dan berkelanjutan, terhadap struktur sosial dari sebuah negara, serta
sistem ini membutuhkan tingkat keuntungan dampak potensial terhadap anggaran negara,
yang sesuai, pengelolan risiko keuangan, dan pasar tenaga kerja, dan makro ekonomi. Program
pengembangan institusi serta manajemen SJSN tingkat nasional akan berbeda baik di dalam
yang baik, termasuk pemberian talangan untuk rancangan dan cakupannya dari program-program
keluarga miskin dan rentan, sekaligus menarik yang sudah ada dan memasukkan program baru
biaya kontribusi dari kelompok keluarga yang yaitu daftar manfaat baru untuk program pensiun.
mampu membayar. Karena kebanyakan orang
miskin dan rentan bekerja sebagai tenaga kerja Bagi mereka yang tidak dapat
yang tidak menerima gaji tetap, maka penting mengatasi guncangan atau tidak
untuk memperluas program SJSN terhadap dapat mengakses asuransi sosial,
kelompok ini. Untuk program kesehatan, program dibutuhkan bantuan sosial yang lebih
ini memiliki fokus jelas, karena orang miskin kuat. Bantuan sosial dalam bentuk program
dibiayai oleh pemerintah. Hal ini termasuk pemerintah non-kontribusi dapat membantu orang
juga fokus terhadap orang miskin yang tidak miskin dari guncangan, dan menginvestasikan
terjangkau karena kesalahan penentuan target. modal sumber daya manusia untuk keluar dari
Untuk program pemberian kerja, Pemerintah kemiskian, selain asuransi sosial. Hal ini juga
55
Bagian ini merupakan
rangkuman dari diskusi harus secara penuh atau sebagian memberikan merupakan komponen penting dari kerangka
mengenai asuransi sosial subsidi terhadap kontribusi dari empat program perlindungan sosial yang komprehensif.
dalam: Indonesia: Avoiding
the Trap (World Bank 2014c). bagi mereka yang tidak mampu membayar. Hal
56
Dibawah UU SJSN tahun ini diperbolehkan tetapi tidak diharuskan oleh Jaring Pengaman Sosial memiliki
2004 (UU No. 40/2004,
mengenai SJSN, (Sistem UU SJSN. Terdapat juga permasalahan mengenai dampak langsung untuk mengurangi
Jaminan Sosial Nasional) dan penyediaan ketahanan pendapatan terhadap kemiskinan dan ketimpangan. Jaring
UU No. 24/2011, mengenai
BPJS/ Badan Penyelenggara
pekerja yang tidak memiliki gaji tetap ketika Pengaman Sosial memungkinkan rumah tangga
Jaminan Sosial. mereka pensiun. Program pensiun dari SJSN untuk berinvestasi di masa mendatang dan
Boks 3.3
4.Dalam jangka menengah, membentuk 5.Menunjuk satu institusi terpusat (unskilled works) sehingga pekerja bisa
tim teknis untuk mengembangkan rencana untuk bertanggung jawab atas strategi memilih programnya sendiri; partisipasi
strategis bagi pembentukan program kepemimpinan secara keseluruhan dan perempuan yang didorong oleh program
kerja publik yang permanen. Termasuk mengawasi program kerja publik. Bentuk yang telah dimodifikasi; proyek buruh
di antaranya: tujuan, rancangan, program lainnya dapat termasuk: intensif yang telah diidentifikasi oleh
mekanisme penyajian, manajemen penggunaan sektor geografi yang berbagai komunitas atau program
lembaga, dan roadmap yang rinci. sistematis untuk menentukan lokasi infrastruktur yang telah diidentifikasi oleh
program; upah yang ditentukan di pengembang strategi/perencana untuk
bawah level pasar untuk pekerjaan memastikan pekerjaan yang dibuat tepat
yang tidak membutuhkan keterampilan guna dan produktif.
3 .3 . 3
harga, seperti pada tahun 2005/2006 saat krisis yang tepat, CMRS masih dibutuhkan untuk
bahan makanan dan bahan bakar, kemudian krisis memastikan sistem bekerja di saat krisis. Sistem
ekonomi dan keuangan di tahun 2008-2009, tersebut akan memberikan kesempatan kepada
dan pada tahun 2010 terkena dampak krisis pemerintah untuk mengetahui apakah ada potensi
harga bahan makanan global, respon pemerintah guncangan yang terjadi, siapa saja yang terkena
terhambat karena tidak ada sistem pengawasan dan dampak, di mana dan bagaimana, serta bagaimana
penanggulangan yang bersifat formal. Hal ini berarti respon yang harus diberikan. Sistem tersebut
pemerintah tidak mengetahui dampak dari krisis memiliki tiga komponen: sistem pengawasan
yang sedang terjadi, melalui apa, di mana, dan siapa yang permanen dan selalu terbarukan (real-time)
saja yang terkena dampak. Sebagai konsekuensi, di tingkat nasional dan rumah tangga; protokol
penyusunan respon yang yang tepat menjadi yang (hampir) disetujui terkait kapan, di mana,
sulit. Walaupun apabila respon yang tepat sudah dan respon apa yang akan diberikan; pengaturan
diketahui, karena ketiadaan protokol fiskal dan lembaga yang (hampir) disetujui terkait dengan
operasional untuk penerapan yang cepat dan efektif, perencanaan, koordinasi, pembiayaan, dan
maka segala bentuk respon menjadi terhambat. pengembalian, serta pengawasan dan evaluasi.
58
Sebagai Contoh, lihat Bank
Dunia (2010a dan 2010b)
untuk diskusi lebih rinci terkait
dampak dari krisis keuangan
global di Indonesia dan
keterbatasan respon pemerintah
Penyelarasan
Pajak & Belanja
Pemerintah
untuk Penurunan
Ketimpangan
3.4 3 . 4 .1
So ut h Af ri ca (2 0 1 0 )
el salvado r (2 0 1 1 )
guatemala (2 0 1 0 )
Co sta ri ca (2 0 1 0 )
In do n es i a (2 0 1 2 )
uruguay (2 0 0 9 )
ethi o p i a (2 0 1 1 )
armen i a (2 0 1 1 )
bo li vi a (2 0 0 9 )
mexi co (2 0 1 0 )
Braz i l (2 0 0 9 )
p eru (2 0 0 9 )
–2 –3 –3
–4 –4
–5
–6
–8
–10
–12
–14
–18
Sumber Armenia (Younger and Khachatryan 2014); Bolivia (Paz et al. 2014); Brazil (Higgins and Pereira 2014); Ethiopia (Woldehanna et al. 2014); Mexico (Scott
2014); Peru (Jaramillo 2014); Uruguay (Bucheli et al. 2014); Lustig(2014) based on Costa Rica (Sauma et al. 2014), El Salvador (Beneke de Sanfeliu et al. 2014), and
Guatemala (Cabrera et al. 2014); South Africa (Inchauste et al. 2014); and Afkar, et al. (2015) for Indonesia based on Susenas 2012.
3 .4 . 2
4.3
4 .0
3.7
3 .1
2.9
1. 2
1. 2
1.1
0. 9 0.8
0.5
0.4 0.4
0. 4
0.3 0. 4
0. 2 0.0
0.0 –0.1 0.0 0.0 0.0 – 0.1
0.02 0.0 8
pkh
bsm
raskin
subsidi energi
pajak
ppn
cukal
semua transfer
kesehatan
sd
smp
sma
tersier
Sumber Kementerian Keuangan
dan Bank Dunia (2015).
Lebih lanjut, pengeluaran yang mengurangi anak-anak mereka untuk mendapatkan awal yang adil dan
ketimpangan sekarang, juga akan selanjutnya penghasilan yang lebih baik di masa mendatang.
menghilangkan ketimpangan di masa mendatang. Bantuan sosial membantu ibu dan anak-anak mendapatkan
Tidak hanya standar hidup rumah tangga miskin yang meningkat layanan pendidikan dan kesehatan; pembelanjaan pendidikan
dari pembelanjaan bantuan sosial (pendapatan yang lebih dan kesehatan membantu memastikan kualitas dari layanan,
tinggi), kesehatan dan pendidikan (mengurangi beban kantong), kesempatan yang sama untuk anak-anak sehingga dapat meraih
namun pembelanjaan yang sama juga dapat membantu keberhasilan di kehidupan selanjutnya.
3.4.3
Menutup kesenjangan besar di sektor infrastruktur, berkonstribusi terhadap kesenjangan yang besar,
infrastruktur dapat mengurangi ketimpangan permasalahan kemacetan, dan kinerja logistik yang rendah, serta
di Indonesia dengan menguatkan menghambat pertumbuhan produktivitas, tingkat kompetitif dan
pertumbuhan, menstimulasi pekerjaan, usaha pengentasan kemiskinan. Investasi yang lebih besar dan
meningkatkan akses terhadap layanan publik tepat guna di sektor infrastruktur dapat membantu mengurangi
ketimpangan dengan berbagai cara.60
dan, menurunkan harga bahan makanan
60
Analisis di bagian 3.5 mengenai bentuk dari belanja pemerintah yang mengurangi
Investasi Indonesia di sektor infrastruktur
ketimpangan kebanyakan dampak pengurangan ketimpangan dari pembelanjaan
telah tertinggal. Terlepas dari meningkatnya infrastruktur, yang secara analisis sulit untuk ditutup. Kebijakan usaha fiskal bersama
pembelanjaan pemerintah di beberapa tahun terakhir, Bank Dunia, walau bagaimanapun, telah berjalan dengan memasukkan belanja sektor
infrastruktur di dalam analisis pembaharuan dampak fiskal. Lihat Kementerian
pertumbuhan infrastruktur inti di Indonesia seperti jaringan Keuangan dan Bank Dunia (2015).62 Theoretically, augmenting the stock of public
jalan, pelabuhan, listrik, dan fasilitas telekomunikasi, tidak capital through investment in infrastructure directly raises the productivity of other
factors (e.g., labor, land) and stimulates economic output. As shown by Barro (1990), it
sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Dalam kenyataannya, can increase the long-term growth trajectory of an economy under certain conditions,
infrastruktur di Indonesia hanya tumbuh 3 persen setiap for example the presence of economies of scale. There are indirect effects as well. The
availability of high-quality infrastructure may reduce the need for own-provision of
tahun dari tahun 2001-2011, yang setara dengan 5,3 persen certain inputs such as roads, water or electricity (Agenor and Moreno-Dodson 2006)
pertumbuhan GDP. Pertumbuhan yang lambat di sektor modal and support the formation of human capital (Galaini et al. 2005).
reformasi subsidi bahan bakar tahun yang rendah (rasio utang terhadap GDP dan proyek investasi sehingga lebih
2015. Akan tetapi, pengembalian dari berada pada 24% di GDP tahun 2014) menghubungkan negara-negara anggota
pembelanjaan ini masih rendah. yang dapat ditambahkan bagi investasi melalui tiga bentuk konektivitas: fisik,
pemerintah daerah dan pembiayaan lembaga, dan antar-individu.
Menghasilkan kemajuan untuk sektor swasta.
memperkecil kesenjangan Kejelasan peraturan dan panduan
memerlukan tiga aksi utama b. Melanjutkan koordinasi dan kerjasama untuk akuisisi lahan. Masih terdapat
a. Memobilisasi pembiayaan untuk dengan partner regional di ASEAN. ketidakjelasan peraturan akuisisi
pengembangan sektor infrastruktur. Negara-negara ini memiliki komitmen lahan dan kompensasi kepada pemilik
Beberapa tahun terakhir, pemerintah untuk mengimplementasikan cetak biru lahan. Hal ini merupakan alasan utama
pusat menghabiskan lebih sedikit Masyarakat Ekonomi Asean (MEA/Asean penundaan proyek infrastruktur,
anggaran untuk sektor infrastruktur Economic Community/AEC) pada akhir khususnya jalan tol. Hal ini mungkin juga
(kurang dari 1 persen GDP) dibanding tahun 2015. Untuk mencapai tujuan ini, menjadi faktor penting mengapa sektor
dengan subsidi bahan bakar (sekitar negara anggota akan mempersiapkan swasta enggan berinvestasi di sektor
2,6 persen dari GDP). Semua kebijakan fasilitas perdagangan dengan mendirikan ini dengan skala besar. Revisi regulasi
yang mengeliminasi atau mengurangi layanan satu pintu guna meningkatkan terkait dengan akuisisi lahan dalam
subsidi penting untuk terus dilakukan. pertukaran data bea cukai, penggunaan bentuk Keputusan Presiden No. 30/2015,
Terlebih peningkatan pengembalian teknologi dan informasi bagi petugas diharapkan dapat memperbaiki kejelasan
akan dapat meningkatkan ruang fiskal perbatasan, dan transparansi proses dan transparansi proses akuisisi lahan
lebih luas untuk membiayai sektor pemeriksaan di perbatasan. Terdapat dan menguatkan kepercayaan publik
infrastruktur. Pemerintah memiliki ruang juga master plan Konektivitas tekait dengan usaha pemerintah untuk
untuk mencari dana tambahan bagi ASEAN yang akan mempercepat memajukan sektor infrastruktur.
sektor infrastruktur. Berkat tingkat hutang implementasi dari inisiatif kerja sama
3. 4. 4
“business as usual” dijadikan asumsi skenario, tanpa reformasi kepatuhan pada peraturan, defisit fiskal maksimal pemerintah
yang signifikan terkait kebijakan pendapatan atau administrasi, pusat harus berada di 2,5 persen. Tanpa membuat ruang fiskal
pendapatan dasar untuk tahun 2015-2019 diproyeksikan berada tambahan, pemerintah harus memotong rencana peningkatan
di antara level 13,3 dan 13,5 persen dari GDP. Tanpa dihalangi belanja di sektor pembangunan yang menjadi prioritas. Boks 3.4
oleh peraturan fiskal, defisit fiskal akan mencapai sekitar 4,6 menjelaskan berbagai kombinasi kebijakan yang mungkin dapat
persen dari GDP di tahun 2015 dan meningkat menjadi 3,5 mencapai hal ini.
persen dari GDP tahun 2019—sementara untuk mempertahankan
Boks 1.4
Meningkatkan Keberlangsungan
fiskal: Aksi Prioritas
Ruang fiskal tambahan akan berasal karena keuntungan dari minyak, gas pajak kendaraan) dan administrasi
dari usaha besar-besaran untuk dan komoditas lainnya juga rendah. (termasuk peningkatan pajak migas
memobilisasi pendapatan—khususnya Sebaliknya, seperti yang ditekankan dan gas, kepatuhan terhadap PPN dan
pajak non-migas dan pendapatan oleh pemerintah, usaha berkelanjutan keuntungan non-pajak pertambangan)
selain pajak dengan meningkatkan untuk memobilisasi keuntungan dapat meningkatkan keuntungan
administrasi dan kepatuhan pajak sangat penting. Reformasi kebijakan tambahan sekitar 1 persen dari GDP
serta mengoptimalisasi kebijakan keuntungan untuk memperluas dasar 2016 dan lebih dari 4 persen di tahun
pajak. Terkait dengan negara-negara pajak, menyederhanakan struktur 2019.63 Kedua, pertumbuhan dari rata-
di kawasan dan pasar berkembang pajak, merasionalisasi bentuk pajak dan rata belanja pegawai dapat ditingkatkan
lainnya, Indonesia memiliki salah satu merevisi secara selektif tarif tertentu sesuai dengan inflasi dibanding hanya 5
rasio terendah pendapatan terhadap agar sesuai dengan level internasional, sampai 8 persen di atas GDP pada tahun
GDP (15,2 persen di 2014) dan pajak dapat meningkatkan pendapatan, 2014, menjadi 2,7 persen pada anggaran
terhadap GDP (11,3 persen di tahun sekaligus mengurangi distorsi ekonomi perubahan tahun 2015. Memelihara
2014). Hal ini bukan karena potensi pajak dan meminimalkan biaya administrasi. belanja pegawai tetap sama akan
yang rendah; berdasarkan estimasi, memberi ruang sebesar 0,5 persen dari
Indonesia telah mengumpulkan kurang Sebagai tambahan, meningkatkan GDP per tahun di tahun 2019. Secara
dari 50 persen total potensi keuntungan keuntungan dari pajak dan non- keseluruhan, ukuran-ukuran ini memiliki
pajak (Fenochietto dan Pessino, 2013). pajak, kepatuhan yang lebih strategis, potensi untuk meningkatkan ruang
Dengan harga minyak dan komoditas pengelolaan kepatuhan berdasarkan fiskal dari 1,1 persen GDP di tahun 2015
lainnya yang cenderung rendah, pendekatan berbasis risiko, serta usaha menjadi 4,7 persen di tahun 2019. Hal ini
pendapatan terhadap GDP mungkin lainnya untuk meningkatkan kepatuhan akan menghasilkan penurunan defisit
akan turun ke tingkat 13,5 persen di yang bersifat sukarela, juga merupakan fiskal selama satu periode pemerintahan,
tahun 2015 dan akan berada pada hal penting. Paket komprehensif dan tetap sesuai dengan aturan defisit
titik tersebut untuk jangka menengah terkait kebijakan pendapatan (termasuk fiskal 2,5 persen dari GDP tahun 2018.
dalam skenario “business as usual” optimalisasi pajak tembakau dan
3 .4 . 5
64
Walaupun rumah tangga yang lebih kaya membayar secara absolut karena pendapatan pasar mereka lebih tinggi.
65
Perbandingan ini mencantumkan tidak hanya PPN, tetapi juga pajak tidak langsung lainnya seperti cukai. Data Indonesia ini
memasukkan dampak dari cukai tembakau, yang memiliki dampak lebih besar terhadap orang miskin dan kelas menengah dibanding
dengan orang kaya lihat Afkar, et al. (2015).
66
Perkiraan Bank Dunia.
Dampak dari pajak tidak langsung di berbagai Sumber For Latin America see: Lustig and Pessino 2014; Paz et al. 2014; Higgins and
Pereira 2014; Scott 2014; Jaramillo 2014; Bucheli, et al. 2014; Lustig et al. 2013. For
negara (persen dari pendapatan pasar) (bag. 3.14) Armenia and Sri Lanka, results are preliminary by Arunatilake, et al. (2014) and Younger
and Khachatryan (2014).
35 % 16 %
30 % 14 %
12 %
25 %
10 %
20 %
8 %
15 %
6 %
10 %
4 %
5 % 2 %
0 % 0 %
bolivia brazil me xico per u u r u g uay a r m e ni a sr i l a nk a i nd o ne sia
Dukungan
Publik
Terhadap
Kebijakan
Menangani
Ketimpangan
3.5
Kebanyakan orang Indonesia berpikir bahwa Persepsi mengenai sumber harta dan kemiskinan
harus ada sesuatu yang dilakukan terkait tercermin dari kebijakan yang paling populer
dengan ketimpangan; 67
Kebijakan apa yang akan untuk mengatasi kemiskinan. Masyarakat diberikan
mendapat dukungan dari mereka? Menggunakan pertanyaan untuk memilih 3 dari 15 pilihan kebijakan yang paling
data survei mengenai persepsi masyarakat Indonesia tentang penting untuk mengurangi ketimpangan. Hasilnya dapat dilihat di
ketimpangan yang dikumpulkan dari LSI,68 Bank Dunia (2015a) Tabel 3.4.
memeriksa bagaimana masyarakat Indonesia berpikir bahwa
orang kaya akan semakin kaya, dan orang miskin semakin miskin; Kebijakan yang dipandang sangat penting untuk
apa yang mereka pikirkan tentang ketimpangan; dan apa yang mengurangi ketimpangan terbagi dalam tiga
mereka pikir harus dilakukan dengan ketimpangan tersebut. kelompok besar: penyediaan kesempatan kerja,
penyediaan perlindungan dari guncangan dan
Kebanyakan orang Indonesia berpikir bahwa keadaan darurat, serta pemberantasan korupsi.
harta diperoleh melalui kerja keras, tetapi Kebijakan yang paling sering dipilih sebagai prioritas teratas
mereka juga berpikir bahwa keberuntungan dan adalah perlindungan sosial, penciptaan lapangan pekerjaan,
latar belakang keluarga memiliki peran besar. pemberantasan korupsi, pendidikan gratis, kredit usaha, dan
Beberapa orang mengaitkan harta dengan korupsi. Sekitar 45 layanan kesehatan gratis (Tabel 3.4). Penciptaan lapangan
persen responden berpikir bahwa talenta dan kerja keras adalah pekerjaan, kredit usaha, dan pendidikan gratis untuk semua,
faktor sangat penting untuk mejadi kaya. Jumlah responden adalah cara menyediakan kesempatan bagi masyarakat untuk
survei yang hampir sama juga memercayai faktor eksternal seperti bekerja keras dan mendapatkan penghasilan yang lebih
keberuntungan dan latar belakang keluarga serta pendidikan baik. Program perlindungan sosial dan layanan kesehatan
ditambah dengan koneksi juga sangat penting. Sisanya, sebanyak gratis merupakan cara untuk melindungi masyarakat dari
10 persen berpikir bahwa korupsi adalah faktor utama. ketidakberuntungan, khususnya bagi keluarga miskin. Terakhir,
prioritas utama pemberantasan korupsi menunjukkan adanya
Pada saat yang sama, banyak dari mereka komitmen untuk mencegah kepemilikan harta dengan cara yang
percaya bahwa kerja keras dapat menarik orang melanggar hukum.
keluar dari kemiskinan, kondisi di luar kendali
(ketidakberuntungan dan latar belakang
keluarga miskin) juga seringkali menjadi
67
Lihat bagian pembukaan.
penyebab kemiskinan. Sekitar 50 persen memercayai 68
Pada bulan Mei 2014, Lembaga Survei Indonesia (LSI) melakukan survei
bahwa hal yang mudah bagi setiap orang untuk meningkatkan representatif nasional pada 3,080 individu di seluruh Indonesia untuk mengukur
persepsi tentang kebijakan dalam mengurangi ketimpangan dan ketidakadilan.
status ekonominya adalah melalui kerja keras, dan sektiar 40 Survei berisi lebih dari 70 pertanyaan tentang persepsi terhadap ketimpangan
persen berpikir meskipun hal ini sulit, tetapi masih dapat dicapai. pendapatan. Untuk penjelasan rinci, lihat World Bank (2015a) dan LSI (2014).
Pertanyaan
“Apa tiga kebijakan yang paling penting untuk mengurangi ketimpangan?”
Program perlindungan sosial (Raskin, BLT, BSM, asuransi kesehatan, dll.) 49%
Preferensi ini secara umum bersifat konstan terlalu tinggi akan berbahaya bagi penciptaan lahan pekerjaan
di seluruh segmen pendidikan dan kelompok yang lebih produktif, hanya dipilih oleh 14 persen responden.
pendapatan. Perlindungan sosial, lahan pekerjaan yang Kelompok vocal minority memilih upah yang tinggi, tetapi
banyak, dan pemberantasan korupsi merupakan tiga prioritas kebijakan ini tidak mendapatkan dukungan luas.
teratas yang dipilih masyarakat dari semua segmen pendapatan
dan pendidikan. Sedangkan responden yang berasal dari orang Bagaimanapun, beberapa kebijakan yang menjadi
kaya dan berpendidikan tinggi lebih memilih perlindungan sosial. prioritas utama pemerintah atau yang akan
Responden dari kelompok miskin dan kurang berpendidikan paling efektif dalam mengurangi ketimpangan
memilih perlindungan sosial dibanding pekerjaan. Kedua juga tidak populer. Dua inisiatif penting dari pemerintah
kebijakan ini dipilih sebagai tiga prioritas teratas oleh 40 persen yakni investasi infrastruktur dan transfer tunai di tingkat desa, juga
dari seluruh kelompok. mendapatkan dukungan kecil; 14 persen memilih kebijakan yang
pertama sebagai tiga kebijakan teratas, dan hanya 7 persen yang
Berbagai kebijakan yang cenderung tidak memilih kebijakan kedua. Kurangnya dukungan untuk infrastruktur
mengurangi ketimpangan secara signifikan secara khusus cukup mengkhawatirkan, padahal ini merupakan
hanya mendapatkan sedikit dukungan, artinya kunci untuk mendorong pertumbuhan dan penciptaan lapangan
hanya ada sedikit tekanan untuk menerapkan pekerjaan. Belanja komunikasi pemerintah di sektor infrastruktur
kebijakan tersebut. Terkait dengan hal ini, kebijakan harus diperkuat dan diperjelas. Dengan dukungan yang kuat
yang cenderung tidak mengurangi ketimpangan menerima untuk pekerjaan dan kurangnya dukungan untuk pertumbuhan,69
sedikit dukungan. Subsidi (termasuk di sektor pertanian dan mengaitkan infrastruktur kepada pembentukan lapangan pekerjaan
bahan bakar) yang hanya menyia-nyiakan sumber daya dan dibanding dengan pertumbuhan ekonomi, mungkin dapat lebih
tidak menguntungkan orang miskin dan rentan, hanya dipilih efektif. Selanjutnya, peningkatan pajak untuk orang kaya hanya
menjadi tiga prioritas teratas oleh 17 persen responden yang menerima 2 persen dukungan, yang berarti berbagai usaha untuk
disurvei. Kebanyakan masyarakat Indonesia menginginkan bahan memperluas pajak pendapatan perlu dipandang sebagai kepatuhan
bakar yang murah sebagai prioritas yang lebih penting dalam terhadap peraturan yang telah ada (“orang membayar bagiannya
pembelanjaan pemerintah. Upah minimum yang apabila dibuat secara adil) dibandingkan melihatnya sebagai kenaikan pajak.
KAMI
Menghadapi ketimpangan secara luas
merupakan permasalahan jangka
memberikan contoh yang jelas mengenai Menghadapi
peraturan yang bias dan menguntungkan orang
ketimpangan
panjang. Ketimpangan secara umum berubah dalam atau pihak terkait tanpa ada konsekuensi
perlahan sepanjang waktu, perubahan yang hukum. Bentuk korupsi cenderung terkait dengan membutuhkan
sangat cepat dalam jangka pendek adalah ketimpangan melalui pertumbuhan yang rendah, waktu; sangat
tidak mungkin. Beberapa kebijakan kunci untuk konsentrasi kekayaan yang tinggi, dan pembuat penting untuk
menghadapi ketimpangan, seperti kesempatan kebijakan yang memperburuk ketimpangan
dimulai dari
yang sama di sektor kesehatan dan pendidikan (sebagai contoh, pasar tenaga kerja yang kaku
untuk anak-anak saat ini dikombinasikan dengan sehingga menghambat pembentukan lapangan
sekarang
pekerjaan lebih baik di masa mendatang, akan kerja produktif, atau pembatasan impor yang
membutuhkan satu generasi untuk merasakan membuat harga bahan makanan meningkat).
manfaatnya. Bagaimanapun, analisis poltik-ekonomi dan
lembaga hukum harus mengidentifikasi penyebab
Menjadi penting untuk memulai dari utamanya. Aspek politik, ekonomi, hukum apa
sekarang. Langkah perbaikan membutuhkan di Indonesia yang menyediakan insentif seperti
waktu, yang berarti harus dimulai dari sekarang. penyewaan lahan, terus berlangsung? Ketika ini
Memulai dari sekarang juga dapat menguntungkan diakibatkan oleh kurangnya mekanisme checks
secara politik untuk menyelesaikan and balances dan ketika kurangnya penegakan
ketidaksetaraan sebagai bentuk dukungan dalam dari unsur pemeriksaan (checks) (apakah melalui
pengambilan keputusan. Ditambah lagi, terdapat kebijakan investigasi dan penuntutan dari potensi
bahaya apabila ditunda. Dengan banyaknya korupsi atau bentuk subversi dari proses hukum
orang Indonesia menolak program layanan melalui penangkapan)?
kesehatan masyarakat, pendidikan, dan layanan
lainnya, maka terdapat potensi bahaya mereka Di area lainnya, seperti
tidak akan menjadi faktor pendorong yang kuat infrastruktur, analisis yang teliti
untuk pelayanan sosial yang lebih baik, tidak dibutuhkan untuk memetakan
mendukung peningkatan dan pembelanjaan publik kebutuhan daerah terhadap
yang adil di sektor-sektor tersebut yang dibiayai investasi. Agenda penelitian di masa depan
oleh pajak. juga harus mempertimbangkan bagaimana
infrastruktur dapat ditingkatkan dengan baik pada
Di beberapa area, lebih banyak yang level daerah. Sebagai contoh, di berbagai lokasi
harus diketahui; agenda penelitian yang berbeda, dibutuhkan jenis infrastruktur
masa depan harus menjadi prioritas yang berbeda untuk membantu meningkatkan
Di beberapa area, khususnya politik- akses terhadap pasar dan pelayanan atau untuk
ekonomi dari lembaga di Indonesia menciptakan pekerjaan. Solusi terhadap hambatan
dan sifat alami dari korupsi; tidak akses mungkin berupa jembatan di suatu lokasi,
banyak yang diketahui mengenai jalan desa di lokasi lain, dan pelabuhan di lokasi
masalah mendasar di Indonesia dan lainnya. Analisa infrastruktur yang rinci dapat
langkah terbaik yang harus diambil. dikerjakan menggunakan data-data di tingkat
Tidak banyak yang diketahui mengenai sifat alami daerah, termasuk pemetaan tingkat kemiskinan
dari korupsi di Indonesia dan kaitannya dengan kabupaten dan desa, serta keadaan fasilitas
ketimpangan. Persepsi publik memperlihatkan kabupaten dan desa.
bahwa ini tersebar, dan kasus-kasus besar
Referensi
Acemoglu, Daron and Robinson, James A. 2012. Why Nations Fail: The Origins of Power, Prosperity and Poverty. New York: Crown Publishers.
Agénor, P.R. and; B. Moreno-Dodson. 2006. Public Infrastructure and Growth: New Channels and Policy Implications. Washington, DC: World Bank
Alderman H. and J.R. Behrman. 2004. Estimated Economic Benefits of Reducing Low Birth Weight in Low-Income Countries. Health, Nutrition and
Population Discussion Paper. Washington, DC: World Bank
Alesina, A. and R. Perotti. 1994. The political economy of growth: a critical survey of the recent literature. The World Bank Economic Review 8: 350-
371.
Alesina, A. and D. Rodrik. 1994. Distributive politics and economic growth. Quarterly Journal of Economics 109: 465-490.
Armas, E. B., Osorio, C. G. and B. Moreno-Dodson. 2010. Agriculture Public Spending and Growth: The Example of Indonesia. World Bank Economic
Premise, No.9, April. Washington, DC: World Bank
Banerjee, A. V. and E. Duflo. 2003. Inequality and Growth: What Can the Data Say? Journal of Economic Growth, Vol. 8, No. 3, pp.267–99.
Banerjee, A. and A. Newman, A. 1993. Occupational choice and the process of development. Journal of Political Economy 101(2), pp.211-35.
Barro, Robert. 1990. Government Spending in a Simple Model of Endogenous Growth. Journal of Political Economy 98(5), pp.s103-26.
Beneke de Sanfeliu, Margarita, Nora Lustig and José Andrés Oliva. 2014. La incidencia de los impuestos y el gasto social sobre la pobreza y la
desigualdad en El Salvador.
Berg, A. and J. Ostry. 2011. Inequality and Unsustainable Growth: Two Side of the Same Coin? IMF Staff Discussion Note SDN/11/08. Washington, DC:
International Monetary Fund.
Brandt, P.M. Jesse and Benarto, Clara L. 2013. Final Report of the Contraceptive Supply Chain Management Assessment Team. Jakarta: United
National Population Fund (UNFPA) and BKKBN.
Bredenkamp, C., A. Tandon, P. Harimurti, E. Pambundi and C. Rokx. 2011. Enhancing Health Equity and Financial Protection in Indonesia: How Well
Does Jamkesmas Do? (Working Paper). Washington, DC: World Bank
Bucheli, M., N. Lustig, M. Rossi and F. Amábile. 2014. Social Spending, Taxes and Income Redistribution in Uruguay. In Lustig, Nora, Carola Pessino
and John Scott. (eds.) The Redistributive Impact of Taxes and Social Spending in Latin America. Special Issue, Public Finance Review: 42(3)
Bussolo, Maurizio and Luis F. Lopez-Calva. 2014. Shared Prosperity: Paving the Way in Europe and Central Asia. Washington, DC: World Bank
Cabrera, Maynor, Nora Lustig and Hilicías E. Morán. 2014. Fiscal Policy, Inequality and the Ethnic Divide in Guatemala. Commitment to Equity Working
Paper 20. Center for Inter-American Policy and Research and Department of Economics, Tulane University and Inter-American Dialogue.
Credit Suisse. 2014. Global Wealth Databook. Zurich: Credit Suisse Research Institute.
Dabla-Norris, E., K. Kochhar, N. Suphaphiphat, F. Ricka and E. Tsounta. 2015. Causes and Consequences of Income Inequality: a global perspective.
IMF Staff Discussion Note SDN/15/13. Washington, DC: International Monetary Fund.
Duflo, E. 2001. Schooling and Labor Market Consequences of School Construction in Indonesia: Evidence from an Unusual Policy Experiment.
American Economic Review 795-813.
Febriani, Esty. 2012. Laporan hasil analisa situasi program KB di kabupaten. Jakarta.
Fenochietto, R. and C. Pessino. 2013. Understanding Countries’ Tax Effort. IMF Working Paper WP/13/244. Washington, DC: International Monetary
Fund.
Ferreira, F. and M. Lugo. 2012. Multidimensional Poverty Analysis: Looking for a middle ground. Policy Research Working Paper 5964. Washington,
DC: World Bank.
Galaini, Sebastian, Paul Gertler and Ernesto Schargrodsky. 2005. Water for Life: The Impact of the Privatization of Water Services on Child Mortality.
Journal of Political Economy 113(1): 83-120.
Galor, O. and H. Zang. 1997. Fertility, income distribution and economic growth: theory and cross-country race obviousness. Japan and the World
Economy 9: 197-229.
Galor, O. and J. Zeira. 1993. Income distribution and macroeconomics. Review of Economic Studies 60: 35-52.
Gupta, Dipak. 1990. The Economics of Political Violence. New York: Praeger.
Hadiwidjaja, G., C. Paladines and M. Wai-Poi, M. 2013. Multidimensional Child Poverty in Indonesia. (Working Paper). Washington, DC: World Bank
Hammer, J. and W. Jack. 2001. Designing incentives for rural health care providers. Journal of Development Economics 69(1): 297-303.
Harimurti, P., E. Pambudi, A. Pigazzini and A. Tandon. 2013. The Nuts & Bolts of Jamkesmas: Indonesia’s Government-Financed Health Coverage
Program for the Poor and Near-Poor. Universal Health Coverage Studies Series (UNICO) Studies Series No. 8.
Hasan, A., M. Hyson and M. Chang, eds. 2013. Early Childhood Education and Development in Poor Villages of Indonesia: Strong Foundations, Later
Success. Washington, DC: World Bank
Hashemi, Syed, and Richard Rosenberg. 2006. Graduating the Poorest into Microfinance: Linking Safety Nets and Financial Services. Focus Note 34.
Washington, D.C.: CGAP.
Haughton, Jonathan and Shahidur Khandker. 2009. Handbook on Poverty and Inequality. Washington, DC: World Bank
Higgins, S. and C. Pereira. 2014. The Effects of Brazil’s Taxation and Social Spending on the Distribution of Household Income. In Lustig, Nora, Carola
Pessino and John Scott, eds. The Redistributive Impact of Taxes and Social Spending in Latin America. Special Issue, Public Finance Review:
42(3).
Hill, Hal. 2000. The Indonesian Economy (2nd ed.). Cambridge University Press.
Hull, T. Forthcoming. Indonesia’s Fertility Levels, Trends and Determinants: dilemmas of analysis. In Jones, G. and C. Guilomo, eds. 40% of the World:
Population and Development Issues in China, India and Indonesia. Singapore: NUS Press.
International Monetary Fund. 2011a. Revenue Mobilization in Developing Countries. IMF Policy Paper. Washington, DC: International Monetary Fund.
International Monetary Fund. 2011b. IMF Country Report: Indonesia No. 11/30.
Inchauste, Gabriela, Nora Lustig, Mashekwa Maboshe, Catriona Purfield, and Ingrid Woolard. 2015. The Distributional Impact of Fiscal Policy in South
Africa. CEQ Working Paper No. 29, Center for Inter- American Policy and Research and Department of Economics, Tulane University and Inter-
American Dialogue.
Jaramillo, Miguel. 2014. The Incidence of Social Spending and Taxes in Peru. In Lustig, Nora, Carola Pessino and John Scott, eds. The Redistributive
Impact of Taxes and Social Spending in Latin America. Special Issue, Public Finance Review: 42(3)
Jellema, J., Matthew Wai-Poi, and Rythia Afkar. 2015. Fiscal Policy, Redistribution, and Inequality in Indonesia (Working Paper). Washington, DC: World
Bank
Jha, Abbas K. and Zuzana Stanton-Geddes, eds. 2012. Strong, Safe, and Resilient: A Strategic Policy Guide for Disaster Risk Management in East Asia
and the Pacific. Washington, DC: World Bank.
Jones Lang LaSalle. 2013. Property Market Update October. Jakarta: Jones Lang Lasalle.
Jones, G. and SM. Adioetomo, SM. 2014. Population, Family Planning and Reproductive Health. Background document for 2014-19 RPJM.
Karabarbounis, Loukas and Brent Neiman. 2014. The Global Decline of the Labor Share. Quarterly Journal of Economics 2014: 61–103.
Keefer, Philip and Stephen Knack. 2002. Polarization, Politics and Property Rights: Links between inequality and growth. Public Choice 111: 127-154.
Kremer, Michael and Daniel Chen. 2002. Income distribution dynamics with endogenous fertility. Journal of Economic Growth 7: 227-258.
Kusumaningrum, D., T. Purwaningsih, S. Rahardja and K. Tanaguchi. 2015. The Evaluation of Rice Market Operation at the Macro Level. World Bank
study, unpublished.
Lewis, Gary L. and Haripurnomo. 2009. Revitalization of Family Planning in Indonesia: A Strategy for Empirically Based Implementation. Jakarta:
BKKBN and UNFPA.
Lembaga Survei Indonesia (LSI). 2014. Inequality Perceptions Survey. Jakarta: Lembaga Survei Indonesia.
Lustig, Nora. 2014. Taxes, Transfers, Inequality and the Poor in the Developing World. Round 1. CEQ Working Paper No. 23, Center for Inter-American
Policy and Research and Department of Economics, Tulane University and Inter-American Dialogue.
Lustig, N. and C. Pessino. 2014. Social Spending and Income Redistribution in Argentina in the 2000s: The Rising Role of Noncontributory Pensions.
Pubic Finance Review. Published online 20 Nov 2013.
Lustig, N., C. Pessino and J. Scott. 2013. The Impact of Taxes and Social Spending on Inequality and Poverty in Argentina, Bolivia, Brazil, Mexico, Peru
and Uruguay: An Overview. CEQ Working Paper No. 3. Center for Inter-American Policy and Research and Department of Economics, Tulane
University and Inter-American Dialogue
Mani, Anandi. 2001. Income distribution and the demand constraint. Journal of Economic Growth 6(2): 107-133.
Marshall, Adriana. 1988. Income Distribution, the Domestic Market and Growth in Argentina. Labour and Society 13(1): 79-103.
Mason, Andrew. 1988. Savings, Economic Growth and Demographic Change. Population and Development Review 14: 113-144.
Ministry of Finance and World Bank. 2015. The Distributional Impact of Fiscal policy in Indonesia. Policy Paper. Jakarta: Ministry of Finance and World
Bank.
Murphy, K. M., A. Schleifer and R. Vishny. 1989. Income distribution, market size, and industrialization. Quarterly Journal of Economics 104: 537-564.
North, D., J. Wallis and B. Weingast. 2009. Violence and Social Orders: A conceptual framework for interpreting recorded human history. Cambridge
University Press.
OECD. Hanushek E. and L. Woessmann. 2015. Universal Basic Skills: What Countries Stand to Gain. Paris: OECD Publishing.
Paz Arauco, V., GG. Molina, W. Jiménez Pozo, W. and E. Yáñez Aguilar. 2014. Explaining Low Redistributive Impact in Bolivia. In Lustig, Nora, Carola
Pessino and John Scott, eds. The Redistributive Impact of Taxes and Social Spending in Latin America. Special Issue, Public Finance Review:
42(3).
Peirskalla, Jan and Audrey Sacks. 2015. Unpacking the Effect of Decentralization on Conflict: Lessons from Indonesia. Unpublished Manuscript.
Persson, T. and G. Tabellini. 1994. Is inequality harmful for growth? American Economic Review 84(3), pp.600-621.
Rao, C.H.H., S.K. Ray and K. Subbarao. 1988. Unstable Agriculture and Droughts - Implications for Policy. New Delhi: Vikas Publishing House Pvt. Ltd.
Rokx, C., J. Giles, E. Satriawan, P. Marzoeki, P. Harimurti, E. Yavux. 2010. New Insight into the Distribution and Quality of Health Services in Indonesia:
A Health Work Force Study. Washington DC: World Bank.
Sauma, Juan Diego Trejos. 2014. Social Public Spending, Taxes, Redistribution of Income, and Poverty in Costa. CEQ Working Paper No. 18. Center
for Inter-American Policy and Research and Department of Economics, Tulane University and Inter-American Dialogue.
Scott, John. 2014. Redistributive Impact and Efficiency of Mexico’s Fiscal System. In Lustig, Nora, Carola Pessino and John Scott, eds. The
Redistributive Impact of Taxes and Social Spending in Latin America. Special Issue, Public Finance Review: 42(3)
Thomas, William J. and Sri Moertiningsih Adioetomo. 2010. BKKBN Organization Development Consultation March 18-April 15, 2010. Jakarta: BKKBN.
Transparency International. 2014. Corruption Perceptions Index 2014: Results. http://transparency.org/cpi2014/results (accessed May 7, 2015).
United States Agency for International Development (USAID). 2014. Indonesia 2014: The National Early Grade Reading Assessment (EGRA) and
Snapshot of School Management Effectiveness (SSME) Survey, Report of Findings. EdData II Technical and Managerial Assistance, Task Number
23. Jakarta: United States Agency for International Development/ Indonesia.
Victora C.G., L. Adair, C. Fall, P.C. Hallal, R. Martorel, L. Richter and H.S. Sachdev, for the Maternal and Child Undernutrition Study Group. 2008.
Maternal and Child Undernutrition: Consequences for Adult Health and Human Capital. The Lancet 371: 340-357.
Woldehanna, Tassew, Eyasu Tsehaye, Gabriela Inchauste, Ruth Hill and Nora Lustig. 2014. Fiscal Incidence in Ethiopia. In World Bank. 2014. Ethiopia
Poverty Assessment. Washington DC: World Bank.
WHO. 2010. Health Systems Financing: the Path to Universal Coverage. Geneva: World Health Organization
World Bank. 1993. The East Asian Miracle: Economic Growth and Public Policy. Washington, DC: World Bank.
World Bank. 2009. Indonesia’s Doctors, Midwives and Nurses: Current Stock, Increasing Needs, Future Challenges and Options. Jakarta: World Bank.
World Bank. 2010a. Crisis Monitoring and Response System Detailed Report. Jakarta: World Bank. World Bank. 2010b. Preparing for the Next Crisis:
Establishing a vulnerability and shock monitoring and response system in Indonesia. Jakarta: World Bank.
World Bank. 2010c. Indonesia Jobs Report: Towards Better Jobs and Security for All. Jakarta: World Bank.
World Bank. 2011. Skills for the Labor Market in Indonesia: Trends in Deman, Gaps and Supply. Jakarta: World Bank.
World Bank. 2012a. Protecting the Poor and Vulnerable in Indonesia. Jakarta: World Bank.
World Bank. 2012b. Targeting the Poor and Vulnerable in Indonesia. Jakarta: World Bank.
World Bank. 2012c. Bantuan Siswa Miskin Cash Transfer for Poor Students. Social assistance public expenditure review background paper. Jakarta:
World Bank.
World Bank. 2012d. Jamkesmas Health Service Fee Waiver. Social assistance public expenditure review background paper. Jakarta: World Bank.
World Bank. 2012e. Inequality in Focus, April 2012. Washington DC: World Bank.
World Bank. 2012f. Investing in Indonesia’s Roads: Improving Efficient and Closing the Financing Gap. Road Sector Public Expenditure Review.
Jakarta: World Bank.
World Bank. 2012g. Food Prices, Nutrition, and the Millennium Development Goals. Washington DC: World Bank.
World Bank. 2013. Slower Growth, High Risks. Indonesia Economic Quarterly, December 2013. Jakarta: World Bank.
World Bank. 2014a. Delivering Change. Indonesia Economic Quarterly, December 2014. Jakarta: World Bank.
World Bank. 2014b. Hard Choices. Indonesia Economic Quarterly, July 2014. Jakarta: World Bank.
World Bank. 2014c. Indonesia: Avoiding the Trap (Development Policy Review 2014). Jakarta: World Bank.
World Bank. 2014d. Universal Maternal health Care Coverage? Assessing the readiness of Public health facilities to provide maternal health care in
Indonesia. Jakarta: World Bank.
World Bank. 2014e. Doing Business 2015: Going Beyond Efficiency. Washington DC: World Bank. World Bank. 2014f. Assessing the Role of the School
Operational Grant Program (BOS) in Improving Education Outcomes in Indonesia. Jakarta: World Bank.
World Bank. 2014g. An Update on Vietnam’s Recent Economic Developments. Taking Stock, July 2014. Hanoi: World Bank.
World Bank. 2015a. A Perceived Divide: How Indonesians think about inequality and what should be done (Working Paper). Jakarta: World Bank.
World Bank. 2015b. An Unfair Start: How unequal opportunities affect Indonesia’s children (Working Paper). Jakarta: World Bank.
World Bank. 2015c. Risk and Informal Risk Management among the Rural Poor in Indonesia: A qualitative study across four sites. Jakarta: World Bank.
World Bank. 2015d. High Expectations. Indonesian Economic Quarterly, March 2015. Jakarta: World Bank.
World Bank. 2015e. Indonesia Social Assistance Public Expenditure Review. Jakarta: World Bank.
World Bank. 2015g. Assessing The Role of the School Operational Grants Program (BOS) in Improving Education Outcomes in Indonesia. Washington
DC: World Bank.
World Bank. Forthcoming (a). Indonesia’s New Climbers: Who are the middle class and what does it mean for the country? Jakarta: World Bank.
World Bank. Forthcoming (b). A Video Study of Teaching Practices in TIMSS Eighth Grade mathematics Classrooms. World Bank.
World Bank. Forthcoming (c). Report on top incomes in Indonesia (Working Paper). Jakarta: World Bank.
Younger, S. and A. Khachatryan. 2014. Fiscal Incidence in Armenia. Background Paper for World Bank (forthcoming) Armenia Public Expenditure
Review.
Zhuang, J., R. Kanbur and C. Rhee. 2014. Asia’s income inequalities. In Zhuang, J., R. Kanbur and C. Rhee, eds. Inequality in Asia and the Pacific:
Trends, Drivers, and Policy Implications. New York: Asia Development Bank and Routledge.