Gambar 3 Jenis dan jumlah penutupan jaringan pada gigi molar ketiga rahang
bawah dengan posisi angulasi
paling sering dijumpai adalah 75% penutupan jaringan lunak, sedangkan kaasus
yang paling sedikit dijumpai adalah sebesar 25% (Gambar 4). Perbedaan jumlah
penutupan jaringan lunak signifikan secara statistic (p < 0,05), karena gigi dengan
Tabel 2). Penutupan jaringan lunak parsial adalah yang paling sering terlihat pada
kasus impaksi vertical, dan yang paling sedikit terlihat pada kasus impaksi
horizontal (hanya pada 3% kasus; Gambar 3). Semua gigi, terlepas dari angulasi,
dengan impaksi vertical (sekitar setengah kasus dari angulasi vertical), sementara
kasus yang paling sedikit pada kasus yang melibatkan impaksi distoangular.
Walaupun jumlah kasus sedikit, hal tersebut tidak ada kaitannya dengan impaksi
dengan erupsi pada ketinggian yang sama dengan oklusal plane (OP) dari gigi
yang berdekatan (57%). Ketika gigi erupsi di atas bidang oklusal (occlusal plane)
dari gigi yang berdekatan, frekuensi pericoronitis lebih sedikit. Perbedaan antara
(p<0,05; Tabel 2). Namun jenis kelamin tidak memiliki dampak signifikan pada
jenis angulasi molar ketiga, penutupan jaringan lunak, dan level erupsi (p> 0,05:
Tabel 3)
Tabel 1. 2 Frekuensi pericoronitis, penutupan jaringan lunak, level erupsi,
susunan gigi maksila yang bertumpuk (niali p yang sebenarnya)
Tabel 1. 3 Analisis komparatif mengenai tipe angulasi, luas daerah penutupan
jaringan lunak, dan level erupsi yang dipengaruhi jenis kelamin (Mean
artimatika dan nilai p)
Diskusi
dan angulasi molar ketiga rahang bawah. Mayoritas kasus pericoronitis terkait
dengan molar ketiga rahang bawah yang berorientasi vertical (81%); dan 20,9%
berada pada atau di bawah ketinggian bidang oklusal. Leone et, al. (1986)
menjelaskan gigi dengan risiko tertinggi adalah gigi molar ketiga rahang bawah
yang erupsi sepenuhnya, dengan posisi vertical, yang berkontak dengan molar
kedua pada bidang oklusal atau di atas bidang oklusal, dan sebagian ditutupi oleh
jaringan lunak dan jaringan keras. Penelitian menunjukan bahwa molar ketiga
yang sebagian ditutupi oleh jaringan lumak mengakibatkan lebih banyak masalah
patologis daripada molar yang ditutupi jaringan atau molar yang erupsi. Dalam
penelitian ini, angulasi diamati memiliki dampak yang signifikan secara statistic
terkait dengan inklinasi vertical (51%). Dengan demikian, hasil penilian ini
tersebut erupsi sampai ketinggian yang sama dengan bidang oklusal molar kedua
yang berdekatan; diikuti dengan erupsi di bawah bidang oklusal. Temuan ini
melaporkan hubungan pericoronitis dengan gigi molar ketiga pada atau di bawah
ketinggian bidang oklusal lengkung. Begitu juga dengan penelitian Leone, et al.
(1986) yang menyatakan hubungan serupa dengan gigi molar ketiga pada atau di
pericoronitis paling mungkin terjadi ketika molar ketiga rahang bawah memiliki
angulasi vertical dan berada pada ketinggian bidang oklusal pada atau hampir
menjadi posisi yang paling sering terjadi di antara semua posisi. Güngörmüs
melaporkan dominasi posisi mesioangular (83%) dari molar ketiga mandibula dan
sebagian besar kasus pericoronitis terkait dengan impaksi mesioangular (lebih dari
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Halverson dan Anderson (1992) yang menyatakan bahwa molar ketiga dengan
penutupan jaringan lunak, temuan dari penelitian ini tidak mendukung penulis
karena 75% penutuoan adalah mode dominan, dimana hal tersebut lebih tinggi
dari yang sebelumnya dilaporkan, yaitu 50%. Jumlah penutupan jaringan dapat
melaporkan bahwa terdapat 39,7% dari impaksi vertical, 56,2% dari impaksi
mesioangular, 14% dari impaksi horizontal, dan 40% dari impaksi distoangular.
Dalam penelitian ini, insidensi adanya impaksi gigi maksula yang berhubungan
dengan pericoronitis akut ditemukan relative lebih tinggi pada impaksi vertical,
ditemukan pada pasien wanita (56,7%) dibandingkan dengan pasien pria (43,3%).
Hal yang sama juga ditemukan pada penelitian ini, yaitu wanita sebesar 61% dan
pria sebesar 39%, mendukung penelitian Bataineh (2003) mengenai pengaruh
variabel tertentu yang diuji dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa
angulasi vertical, penutupan jaringan (enkapsulasi) parsial, dan level erupsi pada
ketinggian yang sama dengan bidang oklusal atau di bawah bidang oklusal yang
perkembangan pericoronitis.