Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH :
HERLINA AFRIYANI
(P07131220017)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap makanan mempunyai kandungan gizi yang berbeda, salah satunya adalah
karbohidrat. Karbohidrat merupakan sumber tenaga yang kita dapatkan sehari-hari.
Karbohidrat menyediakan kebutuhan dasar yang diperlukan tubuh makhluk hidup.
Monosakarida, khususnya glukosa, merupakan nutrien utama sel. Selain sebagai sumber
energi, karbohidrat juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan asam basa di dalam
tubuh, berperan penting dalam proses metabolisme dalam tubuh, dan pembentuk struktur
sel dengan mengikat protein dan lemak.
Karbohidrat mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan
makanan, misalnya rasa, warna, tekstur, dan lain-lain. Sedangkan dalam tubuh,
karbohidrat berguna untuk mencegah timbulnya ketosis, pemecahan protein tubuh yang
berlebihan, kehilangan mineral, dan berguna untuk membantu metabolisme lemak dan
protein (Winarno, 2002).
Konsep karbohidrat merupakan konsep yang sangat penting karena berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari dan termasuk konsep nyata. Namun konsep ini bisa
menjadi abstrak jika peserta didik kurang mengaitkan antara materi di kelas dengan
kehidupan sehari-hari sehingga mereka mengalami kesulitan dalam memahami materi
meskipun karbohidrat hampir setiap saat dijumpai oleh peserta didik (Dumgair, 2013:3-
4).
B. Rumusan Masalah
1. Ada berapa metode pemeriksaan karbohidrat secara kualitatif maupun kuantitaif ?
2. Bagaimana prinsip, cara kerja, perhitungan, pemeriksaan karbohidrat baik secara
kualitatif maupun kuantitatif ?
3. Apa saja kegunaannya ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Uji Kualitatif
1. Uji Molisch
Uji ini untuk semua jenis karbohidrat. Monosakarida, disakarida, dan
polisakarida akan memberikan hasil positif. Uji positif jika timbul cincin merah
ungu yang merupakan kondensasi antara furfural atau hidroksimetil furfural dengan
a-naftol dalam pereaksi molish.
a. Prinsip
Prinsip reaksi ini adalah dehidrasi senyawa karbohidrat oleh asam sulfat
pekat. Dehidrasi heksosa menghasilkan senyawa hidroksi metil furfural,
sedangkan dehidrasi pentosa menghasilkan senyawa fulfural. Uji positif jika
timbul cincin merah ungu yang merupakan kondensasi antara furfural atau
hidroksimetil furfural dengan a-naftol dalam pereaksi molish. Uji molisch
adalah uji kimia kualitatif untuk mengetahui adanya karbohidrat. Uji ini untuk
semua jenis karbohidrat. Mono-, di-, dan polisakarida akan memberikan hasil
positif.
b. Cara Kerja
1) 15 tetes larutan uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2) 3 tetes pereaksi Molisch ditambahkan dan dicampur dengan baik.
3) Tabung reaksi dimiringkan lalu dialirkan dengan hati-hati 1 mL H 2SO4
pekat melalui dinding tabung agar tidak tercampur.
4) Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna ungu pada
batas antara kedua lapisan.
2. Uji Benedict
Uji Benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat)
pereduksi (yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas). Gula pereduksi meliputi
semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa, glukosa dan
maltosa. Uji benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau
keton bebas dalam suasana alkalis, biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti
sitrat atau tatrat untuk mencegah terjadinya pengendapan CuCO3. Uji positif ditandai
dengan terbentuknya endapan merah bata, kadang disertai dengan larutan yang
berwarna hijau, merah, atau orange.
a. Prinsip
Gula yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan mereduksi
2+
ion Cu dalam suasana alkalis menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O
berwarna merah bata.
b. Cara kerja
1) Alat dan bahan disiapkan.
2) 3 tetes sampel(dalam bentuk larutan) dimasukkan kedalam tabung reaksi
yang masih kering dan bersih.
3) 2 mL pereaksi Benedict ditambahkan, kemudian dikocok.
4) Dimasukkan kedalam penangas air selama 5 menit. Amati perubahan
warna endapannya.
5) Pembentukan warna endapan hijau, kuning, atau merah menunjukan reaksi
positif karbohidrat.
3. Uji Seliwanoff
Uji Seliwanoff bertujuan untuk mengeahui adanya ketosa (karbohidrat yang
mengandung gugus keton). Pada pereaksi seliwanoff, terjadi perubahan oleh HCl
panas menjadi asam levulinat dan 4hidroksilmetilfurfural. Jika dipanaskan
karbohidrat yang mengandung gugus keton akan menghasikan warna merah pada
larutannya. Disakarida sukrosa yang mudah dihidrolisa menjadi glukosa dan
fruktosa memberi reaksi positif dengan uji Seliwanoff. Glukosa dan karbohdrat lain
dalam jumlah banyak dapat juga memberi warna yang sama.
a. Prinsip
Dehidrasi fruktosa oleh HCl pekat menghasilkan hodroksimetilfurfural
dan dengan penambahan resorsinol akan mengalami kondensasi membentuk
senyawa kompleks berwarna merah oranye.
b. Cara kerja
1) 5 tetes larutan uji dan 15 tetes pereaksi Seliwanoff dimasukkan ke dalam
tabung reaksi.
2) Tabung dididihkan di atas api kecil selama 30 detik atau dalam penangas air
mendidih selama 1 menit.
3) Hasil positif ditandai dengan terbentuknya larutan berwarna merah orange.
4. Uji Barfoed
Uji ini untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan jalan
mengontrol kondisi-kondisi percobaan, seperti pH dan waktu pemanasan. Pada
analisa ini, karbohidrat direduksi pada suasana asam. Disakarida juga akan
memberikan hasil positif bila didihkan cukup lama hingga terjadi hidrolisis.
a. Prinsip
Ion Cu2+ (dari pereaksi Barfoed) dalam suasana asam akan direduksi lebih
cepat oleh gula reduksi monosakarida daripada disakarida dan menghasilkan
endapan Cu2O berwarna merah bata.
b. Cara kerja
1) 1 mL larutan uji karbohidrat dimasukkan kedalam tabung reaksi yang masih
kering dan bersih.
2) 1 mL pereaksi Barfoed ditambahkan, kemudian dikocok.
3) Tabung dimasukkan kedalam penangas air selama 3 menit.
4) Dinginkan dalam air mengalir.
5) Bila tidak terjadi reduksi selama 5 menit, lakukan pemanasan selama 15
menit sampai terlihat adanya reduksi.
5. Uji Osazon
Untuk membedakan bermacam-macam karbohidrat dari gambar kristalnya.
a. Prinsip
Suatu aldosa atau ketosa dengan fenil hidrazin akan membentuk Kristal
osazon. Kristal osazon yang terbentuk khas sesuai dengan jenisnya.
b. Cara kerja
1) 2 mL larutan uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi
2) Seujung spatel fenilhidrazin-hidroklorida dan kristal natrium asetat
ditambahkan ke dalam tabung.
3) Tabung dipanaskan dalam penangas air mendidih selama beberapa menit.
4) Didinginkan perlahan dibawah air keran.
5) Perhatikan kristal yang terbentuk dan diidentifikasi dibawah mikroskop.
6. Uji Tollens
Uji ini untuk positif terhadap karbohidrat pentosa yang membedakannya
dengan heksosa. Aldehida dapat mereduksi pereaksi Tollens sehingga membebaskan
unsur perak (Ag). Pereaksi tollens, pengoksidasi ringan yang digunakan dalam uji
ini, adalah larutan basa dari perak nitrat. Larutannya jernih dan tidak berwarna.
Untuk mencegah pengendapan ion perak sebagi oksida pada suhu tinggi, maka
ditambahkan beberapa tetes larutan amonia. Amonia membentuk kompleks larut air
dengan ion perak.
a. Prinsip
Aldehid dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag+ dalam reagensia
Tollens direduksi menjadi logam Ag. Uji positf ditandai dengan terbentuknya
cermin perak pada dinding dalam tabung reaksi.
b. Cara kerja
1) Masukkan beberapa tetes larutan uji karbohidrat kedalam tabung rekasi
yang telah diisi 2 mL pereaksi Tollens.
2) Masukan kedalam penangas air selama 1 menit. Perhatikan perubahan
warna yang terjadi.
3) Hasil dicatat.
7. Hidrolisa Sukrosa
Mengidentifikasi hasil hidrolisis sukrosa
a. Prinsip
Sukrosa dalam HCl dalam keadaan panas akan terhidrolisis, lalu
menghasilkan fruktosa dan glukosa. Hal ini menyebabkan uji Benedict dan
Seliwanoff yang sebelumnya hidrolisis menghasilkan hasil negative menjadi
positif. Uji Barfoed menjadi positif pula dan menunjukkan bahwa hidrolisis
sukrosa menghasilkan monosakarida.
b. Cara kerja
1) Isi tabung reaksi dengan 5 mL larutan uji sukrosa.
2) Tambahkan 1 mL HCl 10%.
3) Masukan kedalam penangas air selama 15 menit.
4) Dinginkan perlahan-lahan, kemudian netralkan.
5) Tes hidrolisa dengan pereaksi Benedict, Seliwanoff dan Barfoed.
6) Catat hasil dan buatlah kesimpulannya.
8. Uji Bial
Uji bial untuk menguji adanya gula pentose. Pemanasan pentose dengan HCl
pekat akan menghasilkan furfural yang berkondensasi dengan orcinol dan ion feri.
Hasil pemanasan akan menghasilkan warna biru hijau yang menunjukkan adanya
gula pentosa.
a. Prinsip
Dehidrasi pentosa oleh HCl pekat menghasilkan furfural dengan
penambahan orsinol (3.5-dihidroksi toluena) akan berkondesasi membentuk
senyawa kompleks berwarna biru.
b. Cara kerja
1) 5 tetes larutan uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2) 10 tetes peraksi Bial dan 2 tetes HCl pekat ditambahkan.
3) Campurlah dengan baik, lalu dipanaskan di atas api kecil sampai timbul
gelembung-gelembung gas dipermukaan larutan.
4) Perhatikan warna atau endapan yang terbentuk. Terbentuknya warna biru
menunjukan adanya pentose.
9. Uji Iodium
Uji iod bertujuan untuk mengidentifikasi polisakarida. Uji iod juga dapat
membedakan amilum dengan nitrogen. Reaksi antara polisakarida dengan iodin
membentuk rantai poliiodida. Polisakarida umumnya membentuk rantai heliks
(melingkar), sehingga dapat berikatan dengan iodin, sedangkan karbohidrat berantai
pendek seperti disakarida dan monosakaraida tidak membentuk struktur heliks
sehingga tidak dapat berikatan dengan iodin.
a. Prinsip
Polisakarida dengan penambahan iodium akan membentuk kompleks
adsorpsi berwarna yang spesifik. Amilum atau pati dengan iodium
menghasilkan warna biru , dekstrin menghasilkan warna merah anggur,
sedangkan glikogen dan sebagian pati yang terhidrolisis bereaksi dengan iodium
membentuk warna cokelat.
b. Cara kerja
1) 3 tetes larutan uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2) Ditambahkan 2 tetes larutan iodium.
3) Diamati perubahan warna yang terjadi.
B. Uji Kuantitatif
1. Analisis total gula (Metode Anthrone)
Gula dapat bereaksi dengan sejumlah pereaksi menghasilkan warna spesifik.
Intensitas warna dipengaruhi oleh konsentrasi gula. Intensitas warna yang terbentuk
diukur dengan spektofotometer. Pereaksi Anthrone (9,10-dihidro-9-oksoantrasena)
0,1% dalam asam sulfat pekat. Pereaksi Anthrone bereaksii dengan karbohidrat
dalam asam sulfat pekat menghasilkan warna biru kehijauan. Intensitas
absorbansnya diukur pada λ=630nm. Metode ini digunakan untuk analisis total gula
bahan padat atau cair.
a. Prinsip
Prinsip dasar dari metode anthrone adalah senyawa anthrone akan
bereaksi secara spesifik dengan karbohidrat dalam asam sulfat pekat
menghasilkan warna biru kehijauan yang khas. Senyawa anthrone (9,10dihydro-
9- oxanthracene) merupakan hasil reduksi anthraquinone.
b. Cara kerja
1) Pembuatan kurva standar :
a) Kedalam tabung reaksi bertutup, pipet larutan glukosa standar
sebanyak 0,2;0,4;0,6;0,8; dan 1,0 ml (glukosa standar 0,2 mg/ml), lalu
encerkan sehingga total volume masing-masing tabung 1,0 ml.
b) Buat larutan blanko dengan cara memipet 1 ml air destilata ke dalam
tabung reaksi lain.
c) Tambahkan pereaksi 5 ml Anthrone dengan cepat ke dalam larutan
glukosa standard an blanko kemudian tutup. Voertex dan kocok hingga
merata.
d) Panaskan tabung reaksi di atas penangas air 100 oC selama 12 menit.
Dinginkan
e) Pindahkan larutan ke dalam kuvet dan baca absorbans dengan UV-Vis
spektrofotometer pada 630 nm.
f) Buat plot kurva yaitu konsentrasi (g) glukosa standar pada sumbu x dan
nilai absorbans pada sumbu y.
2) Analisis contoh :
a) Lakukan pengenceran contoh
b) Masukkan sebanyak 1ml contoh kedalam tabung reaksi tertutup
c) Lakukan tahap seperti pada pembuatan kurva standar
3) Perhitungan
Perhitungan metode ini adalah dengan menentukan konsentrasi gula
dalam contoh mengguanakan kurva standar (hubungan antara konsentrasi
gula standar dengan absorbans) dan memperhitunkan pengenceran yang
dilakukan. Rumusnya dapat ditulis sebagai berikut.
Total gula (%) = ((GxFP)/W)x100
Dimana:
G = konsentrasi gula dari kurva standar (gram)
FP = faktor pengenceran
W = berat contoh (gram)
Alat :
Alat reflux
Hot plate
Buret
Klem & statif
Erlenmeyer
Beaker Glass
Batang Pengaduk
Pipet volume
Bola hisap
Pipet Tetes
Labu ukur
Corong gelas
Bahan :
Sampel Madu
Larutan luff schoorl
KI 20 %
Natrium tiosulfat 0,1 N
Indikator amilum 1 %,
Al(OH)2
H2SO4 10%
KIO3
Amylum
HCl
NaOH
Kertas Saring
Aquades
b. Metode Analisa
a) Penetapan Gula Reduksi (Luff Schoorl)
1) Timbang bahan padat yang sudah dihaluskan 1 gram atau bahan cair
sebanyak 1 ml tergantung kadar gula reduksinya, dan pindahkan
kedalam labu takar 100ml, tambahkan 50 ml aquades. Tambahakan
bubur Al (OH). Penambahan bahan penjernih ini diberikan tetes
demi tetes sampai penetesan dari reagensia tidak menimbulkan
pengeruhan lagi. Kemudian tambahakan aquades sampai tanda dan
disaring.
2) Filtrat ditampung dalam labu takar 250 ml.
3) Ambil 15 ml fitrat yang diperkirakan mengandung 15- 60 mg gula
reduksi dan tambahkan 15 ml larutan Luff Schoorl dalam
Erlenmayer.
4) Dibuat perlakuan blanko yaitu 15 ml larutan Luff-Schoorl dengan
15 ml aquades.
5) Setelah ditambah beberapa butir batu didih, erlenmayer
dihubungkan dengan pendingin balik, kemudian dididihkan.
Diusahakan 2 menit sudah mendidih. Pendidihan larutan
dipertahankan selama 10 menit.
6) Selanjutnya cepat-cepat didinginkan dan tambahkan 15ml KI 20%
dan dengan hati-hati tambahakan 10 ml H2SO4 15%.
c. Prosedur Kerja
a) Preparasi Sampel
1 g sampel masukkan labu 100 ml + 50ml aquadest
Rumus :
V = ml blanko – ml sampel (kadar gula reduksi dilihat pada tabel)
% Gula Sebelum Inversi = (mg gula reduksi x FP) / (Bobot Sampel (mg))
x 100%
Keterangan :
Bubur aluminium hidroksida (Al(OH)3, tawas)
Larutan tawas dalam air (1:20), masukkan ke dalam ammonia 10 % (1
bagian tawas :1,1 bagian amonia 10%). Endapan yang diperoleh dibiarkan
mengendap, cairan yang terdapat di atasnya dituang. Endapan ditambah
air, diaduk, dibiarkan, kemuadian cairan dibuang lagi. Pekerjaan ini
diulang kembali sampai cairannya tidak bereaksi basis. Endapannya
disimpan sebagai pasta.
M = mol/(V(L))
M = (0,025005 mol)/0,25L
= 0,1002 M
N = M x val
N = 0,1002 M x 1
= 0,1002 N
KIO3 0,1802 g 50 mL
mol = massa/Mr
mol = (0,1802 g)/(214 g/mol)
mol = 0,000842 mol
M = mol/(V(L))
M = (0,000842 mol)/0,05L
= 0,01684 M
N = M x val
N = 0,01684 M x 6
= 0,10104 N
e. Hasil Pengamatan
a) Pembakuan Na2S2O3 oleh KIO3
c) Perhitungan
Pembakuan
% Gula Sebelum Inversi = (mg gula reduksi x FP) / (Bobot Sampel (mg)) x 100%
1,3337 mg x 334
= x 100 %
1200 mg
= 37,1213 %
Setelah Inversi
V = ml blanko – ml sampel
= 18,55 ml – 18,2 ml
= 0,35 ml
% Gula Sebelum Inversi = (mg gula reduksi x FP) / (Bobot Sampel (mg)) x 100%
0,8487 mg x 670
= x 100 %
1200 mg
= 47,3858 %
f. Pembahasan
Pada praktikum ini melakukan penetapan kadar sukrosa menggunakan
metode Luff Schoorl. Metode Luff-Schrool digunakan untuk
menentukan kupri oksida dalam larutan sebelum direaksikan dengan
gula reduksi (titrasi blanko) dan sesudah direaksikan dengan sampel gula
reduksi (titrasi sampel). Penentuannya dengan titrasi menggunakan
Natrium tiosulfat yang akan dibakukan terlebih dahulu dengan KIO3.
Untuk mengetahui titrasi telah berakhir maka diperlukan indicator yaitu
amylum, karena amylum memberikan perubahan warna menjadi biru.
Sampel yang akan ditentukan kadar gulanya adalah madu.
Pengujian karbohidrat dengan etode luff schoorl dilakukan preparasi
pengenceran sampel dengan aquades dan diatmabah Al(OH) bertujuan
agar tidak terjadi kekeruhan sehingga larutan yang dihasilkan jernih.
Kemudian dilakukan penetapan kadar gula reduksi sebelum inverse dan
setelah inverse. Sebelum dititrasi dengan Na2S2O3 sampel dipanskan
dengan pendingin tegak (reflux) selama 10 menit untuk menghidrolisis
sampel menjadi karbohidrat yang lebih sederhana (monosakarida).
Proses pemanasan, diusahakan larutan mendidih dalam waktu 3 menit
dan biarkan mendidih selama 10 menit, hal ini dimaksudkan agar proses
reduksi berjalan sempurna, dan Cu dapat tereduksi dalam waktu kurang
lebih 10 menit. Agar tidak terjadi pengendapan seluruh Cu3+ yang
tereduksi menjadi Cu+ sehingga tidak ada kelebihan Cu2+ yang dititrasi
maka larutan harus mendidih atau diusahakan mendidih dalam waktu 3
menit.
Setelah direflux lalu didinginkan dengan cepat dan dimasukkan dalam
erlenmeyer dan kemudian ditambahkan KI 20% sebanyak 10 mL dan
H2SO4 15% perlahan-lahan. Penambahan larutan-larutan ini akan
menimbulkan reaksi antara kuprioksida menjadi CuSO4 dengan H2SO4,
dan CuSO4 tersebut bereaksi dengan KI. Reaksi tersebut ditandai dengan
timbulnya buih dan warna larutan menjadi coklat. Larutan tersebut
dititrasi dengan Na2S2O3 untuk mengetahui kadar gula reduksi dalam
sampel. Untuk melihat terjadinya TAT perlu ditambahkan indicator
amylum sehingga terjadi perubahan warna dari biru menjadi putih susu.
Hasil penetapan kadar sampel madu dari titrasi kadar gula sebelum
inverse dan setelah inverse di peroleh kadar sukrosa sebesar 9,7513%.
g. Kesimpulan
Praktikum penetapan kadar karbohidrat menggunakan metode luff
schoorl dapat disimpulkan bahwa kadar sukrosa madu yang diperoleh
dari kadar gula reduksi sebelum inverse dan setelah inverse sebesar
9,7513%.
LAMPIRAN
1. Tabel Penentuan Glukosa, Fruktosa dan Gula Invert dalam suatu Bahan dengan
Methoda Luff-Schoorl
ml 0,1 N Glukosa, fruktosa, gula ml 0,1 N Glukosa, fruktosa, gula
Na-thiosulfat invert Na-thiosulfat invert
mg C6H12O4 mg C6H12O4
Δ Δ
1. 2,4 2,4 13. 33,0 2,7
2. 4,8 2,4 14. 35,7 2,8
3. 7,2 2,5 15. 38,5 2,8
4. 9,7 2,5 16. 41,3 2,9
5. 12,2 2,5 17. 44,2 2,9
6. 14,7 2,5 18. 47,1 2,9
7. 17,2 2,6 19. 50,0 3,0
8. 19,8 2,6 20. 53,0 3,0
9. 22,4 2,6 21. 56,0 3,1
10. 25,0 2,6 22. 59,1 3,1
11. 27,6 2,7 23. 62,2 -
12. 30,3 2,7 24. - -
2. Kristal Osazon
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/31598116/Analisa_Kualitatif_Dan_Kuantitatif_Karbohidrat_pdf
https://www.academia.edu/30217318/Uji_Karbohidrat_dengan_Cara_Luff_Schoorl_docx
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2F123dok.com%2Fdocument
%2F4yrp7nvq-penetapan-kadar-glukosa-sukrosa-sachet-dengan-metode-
schoorl.html&psig=AOvVaw30jyPUotNUz7ePAJO3wwOI&ust=1612448720670000&sourc
e=images&cd=vfe&ved=0CAIQjRxqFwoTCMiu-t_1ze4CFQAAAAAdAAAAABAD
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.scribd.com%2Fdocument
%2F376325270%2FKristal-
Osazon&psig=AOvVaw0SqsPIi7KCcJMo7FzRGlGv&ust=1612449444901000&source=ima
ges&cd=vfe&ved=0CAIQjRxqFwoTCIjyqM_6ze4CFQAAAAAdAAAAABAD