Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS

DOSEN PEMBIMBING:

Ns. EFRIN , S.KEP, M.KEP

DISUSUN OLEH KELOMPOK 8:

1. DONITA IRNA
2. RAHMI NAILENDRIATI PUTRI
3. RESTI PRANITA

AKADEMI KEPERAWATAN BINA INSANI SAKTI KOTA SUNGAI PENUH

T.A 2019/2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia, taufiq,
hidayah, kesehatan, kekuatan serta kesempatan sehingga kami mampu menyelesaikan
makalah asuhan keperawatan gerontik ini.

Makalah ini membahas tentang pengkajian pada lansia. Besar harapan kami makalah ini
dapat berguna bagi pembaca. Namun kami menyadari masih banyak kekurangan, oleh karna
itu kritik dan saran yang membangun dan bermanfaat bagi semua pihak terutama kepada
mata kuliah keperawatan gerontik ini, kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak serta mohon kritik dan saran sebagai masukkan untuk perbaikan dan penyempurnaan
makalah ini untuk masa yang akan datang.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT. Kami berserah diri semoga makalah ini bermanfaat
bagi semuanya.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang masih memiliki angka kejadian luar biasa (KLB) penyakit
menular dan keracunan yang cukup tinggi. Kondisi ini menyebabkan perlunya peningkatan sistem
kewaspadaan dini dan respon terhadap KLB tersebut dengan langkah-langkah yang terprogram dan
akurat, sehingga proses penanggulangannya menjadi lebih cepat dan akurat pula. Untuk dapat
mewujudkan respon KLB yang cepat, diperlukan bekal pengetahuan dan keterampilan yang cukup
dari para petugas yang diterjunkan ke lapangan. Kenyataan tersebut mendorong kebutuhan para
petugas di lapangan untuk memiliki pedoman penyelidikan dan penanggulangan KLB yang
terstruktur, sehingga memudahkan kinerja para petugas mengambil langkah-langkah dalam rangka
melakukan respon KLB.

Dewasa ini kejadian wabah penyakit sudah merupakan masalah global, sehingga mendapat
perhatian utama dalam penetapan kebijakan kesehatan masyarakat. Letusan penyakit akibat pangan
(foodborne disease) dan kejadian wabah penyakit lainnya terjadi tidak hanya di berbagai negara
berkembang dimana kondisi sanitasi dan higiene umumnya buruk, tetapi juga di negara-negara maju.
Oleh karena itu disiplin ilmu epidemiologi berupaya menganalisis sifat dan penyebaran berbagai
masalah kesehatan dalam suatu penduduk tertentu serta mempelajari sebab timbulnya masalah dan
gangguan kesehatan tersebut untuk tujuan pencegahan maupun penanggulangannya.

Peristiwa bertambahnya penderita atau kematian yang disebabkan oleh suatu penyakit di
wilayah tertentu, kadang-kadang dapat merupakan kejadian yang mengejutkan dan membuat panik
masyarakat di wilayah itu. Secara umum kejadian ini kita sebut sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB),
sedangkan yang dimaksud dengan penyakit adalah semua penyakit menular yang dapat menimbulkan
KLB, penyakit yang disebabkan oleh keracunan makanan dan keracunan lainnya. Penderita atau yang
beresiko penyakit dapat menimbulkan KLB dapat diketahui jika dilakukan pengamatan yang
merupakan semua kegiatan yang dilakukan secara teratur, teliti dan terus-menerus, meliputi
pengumpulan, pengolahan, analisa/interpretasi, penyajian data dan pelaporan. Apabila hasil
pengamatan menunjukkan adanya tersangka KLB, maka perlu dilakukan penyelidikan epidemiologis
yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk mengenal sifat-sifat penyebab dan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi terjadinya dan penyebarluasan KLB tersebut di samping tindakan
penanggulangan seperlunya. Hasil penyelidikan epidemiologis mengarahkan langkah-langkah yang
harus dilakukan dalam upaya penanggulangan KLB. Upaya penanggulangan ini meliputi pencegahan
penyebaran KLB, termasuk pengawasan usaha pencegahan tersebut dan pemberantasan penyakitnya.
Upaya penanggulangan KLB yang direncanakan dengan cermat dan dilaksanakan oleh semua pihak
yang terkait secara terkoordinasi dapat menghentikan atau membatasi penyebarluasan KLB sehingga
tidak berkembang menjadi suatu wabah (Efendy Ferry, 2009).

Undang-Undang No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular serta PP No. 40 tahun
1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular mengatur agar setiap wabah penyakit
menular atau situasi yang dapat mengarah ke wabah penyakit menular (kejadian luar biasa – KLB)
harus ditangani secara dini. Sebagai acuan pelaksanaan teknis telah diterbitkan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 1501/Menteri/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat
Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.

Dalam pasal 14 Permenkes Nomor 1501/Menteri/Per/X/2010 disebutkan bahwa upaya


penanggulangan KLB dilakukan secara dini kurang dari 24 (dua puluh empat) jam terhitung sejak
terjadinya KLB. Oleh karena itu disusun Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar
Biasa (KLB) Penyakit Menular dan Keracunan Pangan sebagai pedoman bagi pelaksana baik di pusat
maupun di daerah. Diperlukan program yang terarah dan sistematis, yang mengatur secara jelas peran
dan tanggung jawab di semua tingkat administrasi, baik di daerah maupun di tingkat nasional dalam
penanggulangan KLB di lapangan, sehingga dalam pelaksanaannya dapat mencapai hasil yang
optimal.

1.2 Masalah / Topik Bahasan


1. Apa definisi dari kejadian luar biasa (KLB) ?
2. Bagaimana karakteristik penyakit yang berpotensi terjadi kejadian luar biasa (KLB) ?
3. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi timbulnya kejadian luar biasa (KLB) ?
4. Bagaimana penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) dan prosedurnya ?
5. Bagaimana penyidikan kejadian luar biasa (KLB) ?
6. Bagaimana pelaporan kejadian luar biasa (KLB) ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
2. Untuk mengetahui definisi kejadian luar biasa.
3. Untuk mengetahui karakteristik penyakit yang berpotensi terjadi kejadian luar biasa.
4. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi timbulnya kejadian luar biasa.
5. Untuk mengetahui penanggulangan kejadian luar biasa dan prosedurnya.
6. Untuk mengetahui penyidikan kejadian luar biasa.
7. Untuk mengetahui penyusunan laporan kejadian luar biasa
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi kejadian luar biasa (KLB)


Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia untuk
mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit.
Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya
kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun
waktu tertentu.

Berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular serta
Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 tahun 1989, maka penyakit DBD harus dilaporkan segera dalam
waktu kurang dari 24 jam. Undang-undang No. 4 tahun 1984 juga menyebutkan bahwa wabah adalah
kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat, yang jumlah penderita
nyameningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta
dapat menimbulkan malapetaka. Dalam rangka mengantisipasi wabah secarad ini, dikembangkan
istilah kejadian luar biasa (KLB) sebagai pemantauan lebih dini terhadap kejadian wabah. Tetapi
kelemahan dari system ini adalah penentuan penyakit didasarkan atas hasil pemeriksaan klinik
laboratorium sehingga seringkali KLB terlambat diantisipasi (Sidemen A., 2003).

Badan Litbangkes berkerjasama dengan Namru telah mengembangkan suatu system


surveilans dengan menggunakan teknologi informasi (computerize) yang disebut dengan Early
Warning Outbreak Recognition System (EWORS). EWORS adalah suatu system jaringan informasi
yang menggunakan internet yang bertujuan untuk menyampaikan berita adanya kejadian luar biasa
pada suatu daerah di seluruh Indonesia kepusat EWORS secara cepat (BadanLitbangkes, Depkes RI).
Melalui system ini peningkatan dan penyebaran kasus dapat diketahui dengan cepat, sehingga
tindakan penanggulangan penyakit dapat dilakukan sedini mungkin. Dalam masalah DBD kali ini
EWORS telah berperan dalam hal menginformasikan data kasus DBD dari segi jumlah,
gejala/karakteristik penyakit, tempat/lokasi, dan waktu kejadian dari seluruh rumah sakit DATI II di
Indonesia (Sidemen A., 2003).

Kejadian Luar Biasa (KLB) yaitu munculnya penyakit di luar kebiasaan (base line condition)
yang terjadi dalam waktu relatif singkat serta memerlukan upaya penanggulangan secepat mungkin,
karena dikhawatirkan akan meluas, baik dari segi jumlah kasus maupun wilayah yang terkena
persebaran penyakit tersebut. Kejadian luar biasa juga disebut sebagai peningkatan kejadian kasus
penyakit yang lebih banyak daripada eksternal normal di suatu area atau kelompok tertentu, selama
suatu periode tertentu. Informasi tentang potensi KLB biasanya datang dari sumber-sumber
masyarakat, yaitu laporan pasien (kasus indeks), keluarga pasien, kader kesehatan, atau warga
masyarakat. Tetapi informasi tentang potensi KLB bisa juga berasal dari petugas kesehatan, hasil
analisis atau surveilans, laporan kematian, laporan hasil pemeriksaan laboratorium, atau media lokal
(Tamher. 2004).

Penyakit menular yang potensial menimbulkan wabah di Indonesia dicantumkan Permenkes


560/MENKES/PER/VIII/1989 tentang Penyakit potensial wabah :

 Kholera
 Pertusis
 Pes
 Rabies
 Demam Kuning
 Malaria
 Demam Bolak-balik
 Influenza
 Tifus Bercak wabah
 Hepatitis
 DBD
 Tifus perut
 Campak
 Meningitis
 Polio
 Ensefalitis
 DifteriAntraks
Pengertian kejadian luar biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya
kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu.

Batasan KLB meliputi arti yang luas, yang dapat diuraikan sebagai berikut :

 Meliputi semua kejadian penyakit, dapat suatu penyakit infeksi akut kronis ataupun penyakit
non infeksi.
 Tidak ada batasan yang dapat dipakai secara umum untuk menentukan jumlah penderita yang
dapat dikatakan sebagai KLB. Hal ini selain karena jumlah kasus sangat tergantung dari jenis dan
agen penyebabnya, juga karena keadaan penyakit akan bervariasi menurut tempat (tempat tinggal,
pekerjaan) dan waktu (yang berhubungan dengan keadaan iklim) dan pengalaman keadaan penyakit
tersebut sebelumnya.
 Tidak ada batasan yang spesifik mengenai luas daerah yang dapat dipakai untuk menentukan
KLB, apakah dusun desa, kecamatan, kabupaten atau meluas satu propinsi dan Negara. Luasnya
daerah sangat tergantung dari cara penularan penyakit tersebut.
 Waktu yang digunakan untuk menentukan KLB juga bervariasi. KLB dapat terjadi dalam
beberapa jam, beberapa hari atau minggu atau beberapa bulan maupun tahun.

Dari pengertian – pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa KLB atau wabah adalah
terjadinya peningkatan jumlah masalah kesehatan di masyarakat (terutama penyakit) yang menimpa
pada kelompok masyarakat tertentu, di daerah tertentu, dan dalam periode waktu tertentu.

7 (tujuh) Kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB) Menurut Permenkes 1501 Tahun 2010 adalah :

 Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
pada suatu daerah.
 Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam,hari
atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
 Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya
dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis penyakitnya.
 Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan duakali
atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah per bulan dalam tahun sebelumnya.
 Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan kenaikan
dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan perbulan pada tahun
sebelumnya.
 Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu)kurun waktu tertentu
menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan angka kematian
kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
 Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
2.2 Karakteristik Penyakit Yang Berpotensi KLB
1, Penyakit yang terindikasi mengalami peningkatan kasus secara cepat.
2. Merupakan penyakit menular dan termasuk juga kejadian keracunan.
3. Mempunyai masa inkubasi yang cepat.
4. Terjadi di daerah dengan padat hunian.

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Kejadian Luar Biasa (KLB)


a. Herd Immunity Yang Rendah
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya KLB/Wabah adalah Herd Immunity.
Secara umum dapat dikatakan bahwa herd immunity ialah kekebalan yang dimiliki oleh sebagian
penduduk yang dapat menghalangi penyebaran. Hal ini dapat disamakan dengan tingkat kekebalan
individu yaitu makin tinggi tingkat kekebalan seseorang, makin sulit terkena penyakit tersebut.
Demikian pula dengan herd immunity, makin banyak proporsi penduduk yang kebal berarti makin
tinggi tingkat herd immunity-nya hingga penyebaran penyakit menjadi semakin sulit.

Kemampuan mengadakan perlingangan atau tingginya herd immunity untuk menghindari


terjadi epidemi bervariasi untuk tiap penyakit tergantung pada:
1) Proporsi penduduk yang kebal,
2) Kemampuan penyebaran penyakit oleh kasus atau karier, dan
3) Kebiasaan hidup penduduk.
Pengetahuan tentang herd immunity bermanfaat untuk mengetahui bahwa menghindarkan
terjadinya epidemi tidak perlu semua penduduk yang rentan tidak dapat dipastikan, tetapi tergantung
dari jenis penyakitnya, misalnya variola dibutuhkan 90%-95% penduduk kebal.

2.4 Penyakit-Penyakit Berpotensi Wabah/KLB


1. Penyakit karantina/penyakit wabah penting: Kholera, Pes, Yellow Fever.
Penyakit potensi wabah/KLB yang menjalar dalam waktu cepat/mempunyai mortalitas tinggi
& penyakit yang masuk program eradikasi/eliminasi dan memerlukan tindakan segera :
DHF,Campak,Rabies, Tetanus neonatorum, Diare, Pertusis, Poliomyelitis.
Penyakit potensial wabah/KLB lainnya dan beberapa penyakit penting : Malaria, Frambosia,
Influenza, Anthrax, Hepatitis, Typhus abdominalis, Meningitis, Keracunan, Encephalitis, Tetanus.
Tidak berpotensi wabah dan atau KLB, tetapi Penyakit-penyakit menular yang masuk
program : Kecacingan, Kusta, Tuberkulosa, Syphilis, Gonorrhoe, Filariasis, dll
2.5 Penggolongan KLB Berdasarkan Sumber
 Sumber dari manusia : jalan nafas, tenggorokan, tinja, tangan, urine, dan muntahan. Seperti :
Salmonella, Shigela, Staphylococus, Streptoccocus, Protozoa, Virus Hepatitis.
 Sumber dari kegiatan manusia : penyemprotan (penyemprotan pestisida), pencemaran
lingkungan,penangkapan ikan dengan racun, toxin biologis dan kimia.
 Sumber dari binatang : binatang piaraan, ikan dan binatang pengerat.
 Sumber dari serangga : lalat (pada makanan) dan kecoa. Misalnya : Salmonella,
Staphylococus, Streptoccocus.
 Sumber dari udara, air, makanan atau minuman (keracunan). Dari udara, misalnya
Staphylococus, Streptoccocus, Virus, Pencemaran Udara. Pada air, misalnya Vibrio cholerae,
Salmonella. Sedangkan pada makanan, misalnya keracunan singkong, jamur, makan dalam kaleng.

2.6 Penanggulangan KLB


Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menangani penderita,
mencegah perluasan KLB, mencegah timbulnya penderita atau kematian baru pada suatu KLB yang
sedang terjadi.
Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-KLB), yang dapat
diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB secara dini dengan melakukan
kegiatan untuk mengantisipasi KLB. Kegiatan yang dilakukan berupa pengamatan yang sistematis
dan terus-menerus yang mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya
suatu perubahan status kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data
kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi KLB secara mingguan sebagai upaya SKD-
KLB. Data-data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis data untuk penyusunan
rumusan kegiatan perbaikan oleh tim epidemiologi (Dinkes Kota Surabaya, 2002). Upaya
penanggulangan KLB yaitu :

 Penyelidikan epidemilogis.
 Pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita termasuk tindakan karantina.
 Pencegahan dan pengendalian.
 Pemusnahan penyebab penyakit.
 Penanganan jenazah akibat wabah.
 Penyuluhan kepada masyarakat.
 Upaya penanggulangan lainnya.

2. Indikator keberhasilan penanggulangan KLB :


1. .Menurunnya frekuensi KLB.
2. Menurunnya jumlah kasus pada setiap KLB.
3. Menurunnya jumlah kematian pada setiap KLB.
4. Memendeknya periode KLB.
5. Menyempitnya penyebarluasan wilayah KLB.

2.7 Prosedur Penanggulangan KLB/Wabah.


Masa pra KLB
Informasi kemungkinan akan terjadinya KLB / wabah adalah dengan melaksanakan Sistem
Kewaspadaan Dini secara cermat, selain itu melakukakukan langkah-langkah lainnya :
1. Meningkatkan kewaspadaan dini di puskesmas baik SKD, tenaga dan logistic
2. Membentuk dan melatih TIM Gerak Cepat puskesmas.
3. Mengintensifkan penyuluhan kesehatan pada masyarakat
4. Memperbaiki kerja laboratorium
5. Meningkatkan kerjasama dengan instansi lain
6. Tim Gerak Cepat (TGC) : Sekelompok tenaga kesehatan yang bertugas menyelesaikan
pengamatan dan penanggulangan wabah di lapangan sesuai dengan data penderita puskesmas
atau data penyelidikan epideomologis.

3. Pengendalian KLB
Tindakan pengendalian KLB meliputi pencegahan terjadinya KLB pada populasi, tempat dan
waktu yang berisiko (Bres, 1986). Dengan demikian untuk pengendalian KLB selain diketahuinya
etiologi, sumber dan cara penularan penyakit masih diperlukan informasi lain. Informasi tersebut
meliputi :
1. Keadaan penyebab KLB
2. Kecenderungan jangka panjang penyakit
3. Daerah yang berisiko untuk terjadi KLB (tempat)
4. Populasi yang berisiko (orang, keadaan imunitas)

2.8 Penyidikan KLB


Penyidikan KLB (Kejadian Luar Biasa) meliputi :
1. Dilaksanakan pada saat pertama kali mendapatkan informasi adanya KLB atau dugaan KLB.
2. Penyelidikan perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutan.
3. Penyelidikan KLB untuk mendapatkan data epidemiologi KLB atau penelitian lainnya yang
dilaksanakan sesudah KLB berakhir.
4. Tujuan umum Penyidikan KLB yaitu mencegah meluasnya kejadian (penanggulangan) dan
mencegah terulangnya KLB dimasa yang akan datang (pengendalian). Sedangkan tujuan
khusus Penyidikan KLB yaitu diagnosis kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab
penyakit, memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB, mengidentifikasi sumber dan
cara penularan, mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB, dan mengidentifikasi
populasi yang rentan atau daerah yang beresiko akan terjadi KLB.

4.Langkah-langkah Penyidikan KLB :


1. Persiapan penelitian lapangan.
2. Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB.
3. Memastikan diagnosis Etiologis.
4. Mengidentifikasi dan menghitung kasus atau paparan.
5. Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu, dan tempat.
6. Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera (jika diperlukan).
7. Mengidentifikasi sumber dan cara penyebaran.
8. Mengidentifikasi keadaan penyebab KLB.
9. Merencanakan penelitian lain yang sistematis.
10. Menetapkan saran cara pencegahan atau penanggulangan.
11. Menetapkan sistem penemuan kasus baru atau kasus dengan komplikan.
12. Melaporkan hasil penyidikan kepada instansi kesehatan setempat dan kepala sistim pelayanan
kesehatan yang lebih tinggi.

2.9 Penyusunan laporan KLB


Hasil penyelidikan epidemiologi hendaknya dilaporkan kepada pihak yang berwenang baik
secara lisan maupun secara tertulis.Laporan secara lisan kepada instansi kesehatan setempat berguna
agar tindakan penanggulangan dan pengendalian KLB yang disarankan dapat dilaksanakan.Laporan
tertulis diperlukan diperlukan agar pengalaman dan hasil penyelidikan epidemiologi dapat
dipergunakan untuk merancang dan menerapkan teknik-teknik sistim surveilans yang lebih baik atau
dipergunakan untuk memperbaiki program kesehatan serta dapat dipergunakan untuk penanggulangan
atau pengendalian KLB.
BAB 3
PENUTUP

KESIMPULAN
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia untuk
mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit.

Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya
kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun
waktu tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

Beare, Stanley. 2012. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi ke-2. Jakarta: ECG
http://miracleofnursing.blogspot.com/2012/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html?m=1
http://yenitarosaria.blogspot.com/2012/01/masalah-masalah-pada -lanjut-usia.html?m=1
Maryam, R. Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai