Anda di halaman 1dari 40

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Pisang (Musa paradisiaca, L)

Tanaman pisang merupakan tumbuhan berbatang basah yang besar,

biasanya mempunyai batang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah daun.

Tangkai daun jelas beralur pada sisi atasnya, helaian daun lebar, bangun

jorong (oval memanjang), tulang-tulang cabang yang menyirip dan kecil-

kecil. Bunga dalam suatu bunga majemuk dengan daun-daun pelindung yang

besar dan berwarna merah. Pisang dapat tumbuh diketinggian 2000 dpl,

dengan curah hujan cukup (Prahardini, 2010).

Indonesia sebagai negara berkembang dikenal menjadi salah satu pusat

keanekaragaman pisang. Saat ini, lebih dari 230 jenis pisang tersebar di

seluruh wilayah Indonesia (Prabawati, 2009). Pisang di Indonesia termasuk

buah yang paling banyak dikonsumsi dibandingkan dengan buah-buahan lain.

Berdasarkan data statistik Kementrian Pertanian (2016), produksi pisang di

Indonesia ini cukup besar. Berdasarkan Angka Tetap (ATAP) pada tahun

2017 produksi pisang mencapai 7,162,678 juta ton. Untuk wilayah Asia,

Indonesia termasuk penghasil pisang terbesar karena 50% produksi pisang

Asia dihasilkan oleh Indonesia. Hampir seluruh wilayah Indonesia

merupakan daerah penghasil pisang karena didukung oleh iklim yang sesuai

(Kementrian Pertanian, 2016).

6
7

1. Pelepah Pisang

Pelepah pisang merupakan sampah perkebunan yang belum

dimanfaatkan secara maksimal untuk menghasilkan produk yang bernilai

ekonomi tinggi, hingga kini hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan

untuk industri kerajinan. Setiap pohon pisang berpotensi menghasilkan

pelepah kering sebanyak 6,15 kg. Pelepah pisang dapat didaur ulang

menjadi berbagai barang yang bermanfaat yaitu seperti pulp, media tanam,

kerajinan tangan (bentuk lukisan, kotak tisu, aneka tas wanita, pigura foto,

bros, perlengkapan makan, dan lain – lain (Sukundayanto, 2004).

Tabel 2.1
Komposisi Kimia Dan Unsur dari Pelepah Pisang (berat%kering)
Komponen Kandungan %
Abu 10.7
SiO2 1.59
Ekstraktif
4.76
Hemiselulosa
6 – 30
Lignin
5 - 12.25
Selulosa
40.2-63
Karbon
38.2
Hidrogen
5.3
Nitrogen
0.3
Oksigen 43.4
Sumber : (nurani,lis,2011)
8

Kadar lignin dalam pelepah pisang adalah 12,25% sedangkan

seratnya relatif panjang sekitar 4,29 mm. Kadar lignin yang rendah dari

pelepah merupakan keuntungan lain karena proses pembuatan pulp relatif

membutuhkan bahan pemasak yang relatif sedikit dan waktu yang relatif

singkat sehingga memberikan keuntungan secara ekonomis.Mereka lebih

mudah delignified dan memerlukan kondisi memasak lebih ringan dan

lebih cepat dibandingkan dengan sumber serat kayu (Lisnawati, 2000).

2. Jenis-jenis pisang dan karakteristik

Menurut jenisnya, tanaman pisang yang selama ini dikenal oleh

masyarakat dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu Musa

acuminatae, Musa balbisiana dan hasil persilangan alami maupun buatan

antara Musa acuminatae dan Musa balbisiana.

a. Musa acuminata

Jenis tanaman pisang dari kelompok ini memiliki ciri umum yang

mudah dikenali yaitu tidak ada biji dalam buahnya, batang semunya

memiliki banyak bercak melebar kecoklatan atau kehitaman, saluran

pelepah daunnya membuka, tangkai daun ditutupi lapisan lilin, tangkai

buah pendek, kelopak bunga melengkung ke arah bahu setelah

membuka, bentuk daun bunga meruncing seperti tombak, warna bunga

jantan ptih krem. Musa acuminata disandikan AA, sedangkan untuk

triploid disandikan AAA (Sutanto dan Edison, 2001). Contoh kultivar


9

pisang yang termasuk dalam kelompok pisang ini adalah pisang

Ambon (AAA), Barangan (AAA), dan Mas (AA). Jenis pisang liar

Musa acuminata banyak mengandung biji yang berwarna hitam dalam

buahnya, misalnya Musa acuminata ssp, malacensi.

b. Musa balbisiana

Contoh dari jenis ini yang cukup populer di masyarakat

diantaranya adalah pisang Kluthuk Awu dan pisang Kluthuk Wulung.

Pisang jenis ini mengandung banyak biji dalm buahnya, ciri umum lain

yang mudah dikenali yaitu pada batang semu bercak melebar sangat

jarang dan tidak tampak jelas, saluran pelepah daunnya menutup,

tankai buah panjang, bentuk daun bunga membulat agak meruncing,

ujung daun bunga membulat, kelopak bunga tidak melengkung ke arah

punggung setelah membuka, warna bunga jantan bersemu pink

bervariasi, tangkai buah tidak berbulu. Musa balbisiana disandikan

dengan genom B, dan dibedakan menjadi BB yang diploid, BBB yang

triploid dan BBBB tetraploid. (Sutanto dan Edison, 2001).

c. Persilangan alami maupun buatan dari Musa acuminata dengan

Musa balbisiana

Ciri dari kelompok pisang ini adalah gabungan dari Musa

acuminata dan Musa balbisiana atau bisa disebut Musa paradisiaca,

karena merupakan pisang persilangan, jadi ciri yang mudah dikenali


10

terdapat ciri dari Musa acuminata dan Musa balbisiana.Kelompok

pisang jenis ini biasanya dimanfaatkan sebagai pisang yang

dikonsumsi segar dan pisang olahan. Kultivar pisang yang dapat

langsung dikonsumsi segar misalnya pisang Raja Sere atau Raja Bulu

(AAB) (Kasutjianingati, 2010), sedangkan yang termasuk pisang

olahan misalnya pisang Nangka (AAB), Kepok (AAB) Awak atau

Siam. Jenis pisang olahan yang secara internasional dikelompokkan

dalam plantain adalah yang termasuk dalam genom AAB mempunyai

bentuk buah yang ramping, tidak beraturan dan rasanya agak renyah.

Pisang yang termasuk dalam kelompok ini adalah pisang tanduk atau

pisang Candi. (Sutanto dan Edison, 2001).

kelompok pisang yang terkenal ialah yang mempunyai susunan

gen tripel (AAB dan AAA), bersifat triploid, dan tidak berbiji

(partenokarpi) (Sunarjono, 2002). Huruf besar “A” dan “B” masing-

masing menggambarkan banyaknya genom (kelompok kromosom)

yang berasal dari nenek moyang pisang diploid Musa acuminata dan

Musa balbisiana. Pisang kepok mengandung genom BBB, pisang

mauli mengandung genom AA dan pisang Ambon mengandung genom

AAA.
11

3. Klasifikasi Pisang Ambon

Klasifikasi tanaman pisang ambon yang diterima secara luas saat ini

adalah sebagai berikut (Supriyadi, Ahmad, Suyanti Satuhu 2008):

Division : Magnoliophyta

Sub division : Spermatophyta

Klas : Liliopsida

Sub klas : Commelinidae

Ordo : Zingiberales

Famili : Musaceae

Genus : Musa

Species :Musa paradisiaca var. sapientum (L.) Kunt.

4. Morfologi Tanaman Pisang Ambon

Seperti tanaman yang lainnya, tanaman pisang mempunyai bagian-bagian

tanaman seperti akar, batang, daun, bunga, buah dan biji.

a. Akar

Akar pohon pisang merupakan akar serabut yang berpangkal dari

umbi batang yang sebagian letaknya berada di bawah tanah. Akar

utama memiliki ketebalan sekitar 5-8 mm berwarna putih ketika baru

dan sehat. Dengan diameter sekitar 0,5-1 cm, berbentuk silinder

menyebabkan terlihat besar dan tampak seperti cacing. Rata-rata

panjangnya adalah 4-5 meter untuk yang menjalar kesamping dan


12

hanya 75-150 cm untuk yang tumbuh ke dalam tanah. Secara umum

struktur anatomi akar tersusun atas jaringan epidermis, sistem jaringan

dasar berupa korteks, endodermis, dan empelur; serta sistem berkas

pembuluh yang terdiri dari xylem dan floem yang tersusun berselang-

seling (Supriyadi, Ahmad, Suyanti Satuhu, 2008)

Gambar 2.1 Akar Pisang Ambon


(Musa paradisiaca var. sapientum(L.) Kunt (Supriyadi, Ahmad,
Suyanti Satuhu, 2008)
b. Batang

Batang pisang merupakan batang semu yang terbentuk dari

pelepah daun yang membesar di pangkalnya dan mengumpul

membentuk struktur berselang seling yang terlihat kompak sehingga

tampak sebagai batang ( pseudo stem). Batang pisang yang sebenarnya

terdapat didalam tanah dan kadang-kadang muncul di permukaan tanah

sebagai umbi yang tumbuh akar dan tunas. Secara umum batang

tersusun atas epidermis yang berkutikula dan kadang terdapat stomata.

Sistem berkas pembuluh yang terdiri atas xylem dan floem dan tersusun

tersebar ( Nakasone dan paul,2010).


13

Gambar 2.2 Batang Pisang Ambon


(paradisiaca var. sapientum (L) )( Nakasone 2010)

c. Pelepah Daun

Daun pisang memiliki pelepah daun yang membesar dan

mengumpul berselang seling membentuk suatu struktur seperti batang

yang disebut psudo stem. Kumpulan pelepah daun membentuk suatu

struktur silindris yang disebut dengan batang semu. Lamina daun

pisang dibentuk oleh meristem. Pada awalnya lamina berbentuk

gulungan, lalu terdorong ke atas oleh pembentukan jaringan pelepah

daun di bagian bawah, lalu gulungan membuka menjadi lembaran

sehingga menjadi lebih efektif untuk menangkap cahaya (Robinson,

2010)
14

Gambar 2.3. Pelepah Pisang Ambon


(paradisiaca var. sapientum (L) ). (Robinson,2010)

2.2 Kertas

1. Pengertian kertas

Menurut Departemen Perindustrian (1998), kertas merupakan

lembaran yang terdiri dari serat-serat selulosa yang saling jalin-menjalin

dan dihasilkan dari kompresi serat dari pulp. Serat yang digunakan

biasanya adalah alami, dan mengandung selulosa dan hemiselulosa.

Kertas adalah barang baru ciptaan manusia berwujud lembaran-

lembaran tipis yang dapat dirobek, digulung, dilipat, direkat, dicoret

mempunyai sifat yang berbeda dari bahan bakunya tumbuh-tumbuhan.

Kertas dibuat unutk memenuhi kebutuhan hidup yang sangat beragam.

Kertas adalah suatu bahan yang disusun terutama oleh serat-serat sellulose

yaitu tanaman, mineral, bulu binatang, serat sintetis. Jenis kertas dan

kegunaannya :

1) HVS

Kertas warna putih biasanya digunakan untuk fotocopy atau print.

2) Art Paper

Kertas warna putih/kuning yang lentur dan tipis serta agak mengkilap

atau sering disebut dengan coated paper, digunakan untuk cetak


15

brosur, isi majalah, leaflet ,annual report, kalender, dan pelapis

hardcover.

3) Matte Paper

Hampir sama dengan art paper Cuma yang ini tidak mengkilap untuk

membuatnya pun hampir sama.

4) Art Carton

Lebih tebal dari art paper dan matte paper. Aplikasinya untuk kartu

nama, poster, poster, foto, undangan isi buku, kalender meja, cover

majalah (soft cover).

5) Concorde

Dengan warna putih atau krem kertas yang bertekstur ini ada yang tipis

dan tebal. Untuk print kop surat dan sertifikat.

6) Blues White

Bisa disebut BW, putih dan tebal karakter kertas ini. Bisa untuk print

kartu nama dan sertifikat

7) Fancy

Tekstur yang jelas dan bisa dibilang agak kasar adalah ciri kertas yang

satu ini. Kartu nama, kartu ucapan, dan undangan bisa dibuat dengan

kertas ini.

8) Kalkir
16

Kertas transparan untuk print gambar kerja atau gambar sablon.

9) Stiker

Kertas untuk print sticker.

10) Samson

Adalah kertas daur ulang dengan warna coklat. Digunakan untuk cetak

paper bag atau packaging, kertas ini biasa disebut juga kraft linear.

11) Linen

Kertas dengan banyak pilihan warna (lebih dari 10 warna) bertekstur

dan tebal, kertas ini cocok untuk cover buku. Ada jenis yang hampir

sama dengan kertas linen ini yaitu kertas buffalo.

Berat kertas berdasarkan jenis kertas (Anugerah,2014):

1) Berat kertas HVS :

a) 60 gr

b) 70 gr

c) 80 gr

d) 100 gr

2) Berat kertas Art Paper & Matt Paper:

a) 100 gr

b) 150 gr

3) Berat kertas Art Karton:

a) 210 gr
17

b) 230 gr

c) 260 gr

d) 310 gr

e) 360 gr

4) Berat kertas Duplex (Coated) :

a) 250 gr

b) 270 gr

c) 310 gr

d) 350 gr

e) 400 gr

5) Berat kertas CWB (Coated White Board)/duplex putih :

a) 230 gr

b) 250 gr

c) 300 gr

6) Berat kertas Ivory :

a) 210 gr

b) 230 gr

c) 250 gr

d) 270 gr

e) 300 gr
18

f) 350 gr

7) Berat kertas Kertas Samson atau Kraft Paper :

a) 125 gr

b) 150 gr

8) Berat kertas BW/BC/Manila :

a) 210 gr

c. Jenis dan Ukuran Kertas (Laili, 2015). :

1) HVS : 65 x 100cm dan 79 x 109cm

2) Art Paper : 65 x 100cm dan 79 x 109cm

3) Doorslag : 44 x 69cm

4) Kertas Gambar : 61 x 86cm

5) Kertas Kraft : 65 x 100cm

6) Samson Kraft : 90 x 120cm dan 79 x 109cm

7) Karton BC : 61 x 86cm

8) Art Karton : 65 x 100cm dan 79 x 109cm

9) Karton Bufallo : 79 x 109cm

10) Linen Karton : 79 x 109cm

11) Duplex Karton : 79 x 109cm

12) Board Lokal : 63,5 x 79 cm dan 64 x 74 cm

13) Board Import : 70 x 100 cm dan 75 x 100 cm

2. Proses Pembuatan Kertas


19

Bowyer, J.L, (2003) menjelaskan secara umum proses pembuatan

kertas dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu : pemecahan kayu

menjadi serat penyusun (pulp), pelarutan serat dalam air, penggilingan

atau penghalusan pulp, pencampuran bahan-bahan additive (filler, sizing

material, wet-strength binders, dan lain-lain), pembentukan lembaran

serat, pembuangan air dan pengeringan lembaran. Proses pembuatan kertas

digambarkan berikut.

Gambar 2.4 Proses Pembuatan Kertas


Perbedaan utama yang terjadi diantara proses pembuatan kertas

adalah metode yang digunakan untuk memproduksi pulp. Pulp dapat

dihasilkan dari bahan berlignoselulosa melalui berbagai metode, seperti

mekanis, kimia, semi-mekanis, ataupun semi-kimia. Sifat dan karakteristik

pulp yang dihasilkan dari tiap metode pun berbeda-beda. Saat ini yang

umum digunakan pada industri kertas merupakan metode kimia (proses

kraft), karena pulp yang dihasilkan lebih murni dan memiliki derajat putih

yang lebih tinggi.


20

Pulp yang telah terbentuk (wet pulp atau dry pulp) mengalami

pelarutan kembali dengan menggunakan air untuk memisahkan serat-serat

pada pulp. Pada tahap ini yang sangat diperhatikan adalah konsistensi

pulp. Pulp berada pada konsistensi rendah sekitar 4-5%. Tahap ini

merupakan tahapan pada proses pembuatan kertas yang membutuhkan air

dalam jumlah yang cukup banyak. Proses selanjutnya ialah penggilingan

atau penghalusan pulp, proses ini memipihkan atau menguraikan serat

secara mekanis. Sebagian besar kekuatan kertas terjadi akibat dari ikatan-

ikatan hidrogen molekul-molekul selulosa yang menyusun serat-serat

secara berdampingan.

Untuk memberikan potensi ikatan maksimum, serat ditumbuk atau

digiling untuk memipihkannya dan menguraikan mikrofibril dari dinding-

dinding sel serta memperluas permukaan serat. Setelah proses ini, serat

pun kembali dicampur dengan air hingga konsistensi mencapai kira-kira

1% serat per berat. Penambahan bahan kimia pada proses pembuatan

kertas sangat diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat tertentu pada

kertas. Pada umumnya jumlah bahan kimia yang ditambahkan relatif

sedikit, namun dengan jumlah yang relatif sedikit ini mampu menentukan

lembaran kertas baik dalam keadaan basah maupun dalam keadaan kering.

Bahan kimia yang ditambahkan pun bermacam-macam dengan proporsi

yang bervariasi disesuaikan dengan jenis kertas yang akan dihasilkan.


21

Pulp yang telah mengalami proses tersebut telah siap untuk

dibentuk menjadi lembaran kertas. Stock dialirkan untuk membentuk

kertas pada silinder kasa yang berputar. Saat pulp mengalir diatas

saringan, air terkuras keluar dengan bantuan kotak-kotak penghisap atau

alat-alat yang mempercepat pengurasan air yang terpasang pada bagian

bawah kasa dan pada kasa hanya terbentuk lembaran serat. Lembaran serat

tersebut mengalami proses pengepresan basah dan dilanjutkan dengan

proses penguapan yang bertujuan untuk mengurangi kadar air pada

lembaran serat. Proses selanjutnya ialah pengepresan kembali untuk

mendapatkan ketebalan kertas yang dikehendaki dan pemberian pelapisan

yang bertujuan untuk memperbaiki dan mendapatkan permukaan kertas

yang halus. Kertas lalu digulung ke dalam gulungan gulungan besar

(jumbo rol). Jumbo rol dapat diproses lebih lanjut sesuai dengan

kebutuhan menjadi lembaran-lembaran yang lebih kecil atau menjadi rol-

rol yang ukurannya lebih kecil.

2.3 Kertas Bekas

Pengertian kertas bekas adalah kertas yang sudah terpakai. Kertas bekas

merupakan hal yang kecil sering dilupakan, namun dapat menjadi masalah

yang sangat besar apabilah tidak ditangani dengan serius. Sampah kertas

merupakan masalah utama yang sering ditemui masyarakat, hal tersebut


22

dikarnakan kertas merupakan benda yang paling banyak dibuang dan

menghasilkan sampah. Saat mendengar kertas bekas mungkin hal yang ada di

benak manusia hanyalah benda yang tidak berguna. Namun anggapan seperti

itu tidak selalu benar, kertas bekas juga dapat dimanfaatkan untuk menjadi

barang yang bernilai jual dan menguntungkan. Salah satunya kertas daur

ulang merupakan produk dari bahan kertas bekas. Kertas bekas yang telah

mengalami pengolahan merupakan bahan baku serat yang dikenal dengan

istilah serat sekunder (Wahyono,2011).

1. Komposisi Kertas HVS Bekas

Komposisi kertas HVS sebagian besar terdiri dari selulosa dibandingkan

dengan kandungan lignin atau hemiselulosa. Kandungan selulosa pada

kertas HVS, mampu mencapai 90% berat. Makin tinggi kandungan

selulosa pada kertas maka jumlah glukosa yang dihasilkan pada proses

hidrolisis akan lebih besar sehingga akan memungkinkan jumlah etanol

yang terproduksi juga akan semakin besar (Taruna, H., Rita A., Tania S.,

Sri A,2010).

Tabel 2.2
Komposisi Kimia Substrat Kertas HVS Bekas
Komposisi kimia Jumlah (%)

Lignin 0,1994

Selulosa 64,8465

Sumber: Siti Maskurotus Sholikhah.2018


23

2. Komponen Kandungan Kertas

a. Selulosa

Selulosa adalah salah satu komponen utama dari lignoselulosa yang

terdiri dari unit monomer D-glukosa yang terikat pada ikatan 1,4-

glikosidik. Selulosa cenderung membentuk mikrofibril melalui ikatan

inter dan intra molekuler sehingga memberikan struktur yang larut.

Mikrofibril selulosa terdiri dari 2 tipe, yaitu kristalin dan amorf.

Selulosa adalah karbohidrat yang paling melimpah dan mudah

diperbarui. Akhir-akhir ini, banyak peneliti mengungkapkan bahwa

limbah yang mengandung selulosa dapat digunakan sebagai sumber

gula yang murah dan mudah didapat untuk menggantikan bahan pati

dalam proses fermentasi (Graf dan Koehler, 2000). Sumber selulosa

yang dapat digunakan diantaranya adalah sisa-sisa produk pertanian dan

hasil hutan, kertas bekas, dan limbah industri (White, 2000).

b. Hemiselulosa

Hemiselulosa merupakan salah satu penyusun dinding sel tumbuhan

selain selulosa dan lignin, yang terdiri dari kumpulan beberapa unit gula

atau disebut heteropolisakarida, dan dikelompokkan berdasarkan residu

gula utama sebagai penyusunnya seperti xylan, mannan, galactan dan


24

glucan.Hemiselulosa terikat dengan polisakarida, protein dan lignin dan

lebih mudah larut dibandingkan dengan selulosa.

c. Lignin

Lignin adalah bagian utama dari dinding sel tanaman yang merupakan

polimer terbanyak setelah selulosa. Lignin yang merupakan polimer

aromatik berasosiasi dengan polisakarida pada dinding sel sekunder

tanaman dan terdapat sekitar 20-40% .Komponen lignin pada sel

tanaman (monomer guasil dan siringil) berpengaruh terhadap pelepasan

dan hidrolisis polisakarida (Anindyawati, T. 2009).

2.4 Daur ulang

1. Pengertian

Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas

menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah atau limbah

berubah menjadi sesuatu yang berguna dengan tujuan mengurangi

penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi,

mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca. Jenis

limbah yang biasa dimanfaatkan sebagai bahan daur ulang adalah kertas,

plastik, kaca, alumunium, baja, dan besi (Apriani, 2010).

Daur ulang merupakan salah satu cara atau metode dalam

pengelolaan limbah padat menjadi barang berdaya guna baru sehingga

pada zaman modern yang segalanya serba instan serta penggunaan


25

sumberdaya alam yang tidak atau tanpa perhitungan lagi begitu dibutuhkan

sebagai suatu solusi. Beberapa tujuan Daur  ulang dan pemanfatan ulang,

adalah sebagai  berikut :

a. Mengurangi sumber daya alam sehingga kelangsungan hidup tetap

stabil.

b. Mengurangi jumlah limbah baru  sehingga dapat mengurangi

kerusakan lingkungan dan pencemaran.

c. Mendapatkan suatu barang baru yang dapat dijual sehingga

menghasilkan atau menambah pendapatan.

d. Melestarikan kehidupan makhluk .

e. Menjaga keseimbangan ekosistem makhluk hidup 

f. Mengurangi sampah  atau limbah anorganik 

Produksi daur ulang kertas bermanfaat untuk menunjang

kelestarian alam, membuka peluang kesempatan kerja dan memberi nilai

ekonomi lebih tinggi dibandingkan bila kita hanya menjual kertas bekas

begitu saja. Proses produksi kertas daur ulang tidak memerlukan keahlian

khusus dan siapa saja dapat mengerjakannya, karena prosesnya sangat

sederhana (Apriani, 2010). Selain itu, dengan melakukan daur ulang dapat

melakukan efisiensi pemakain bahan baku terutama untuk kertas yaitu

kayu.

2 Kertas Daur Ulang


26

Pengecilan ukuran adalah proses penghancuran atau pemotongan suatu

bentuk padatan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil oleh gaya

mekanik. Ada empat yang sering digunakan pada mesin-mesin pengecilan

ukuran, cara itu adalah kompresi, pukulan, atrisi, dan pemotongan. Pada

umumnya, kompresi digunakan pada pengecilan ukuran padatan yang

keras, pukulan digunakan untuk bahan padatan yang kasar, setengah kasar,

dan halus. Atrisi digunakan untuk memperoleh produk-produk yang sangat

halus, sedangkan pemotongan untuk menghasilkan produk dengan bentuk

dan ukuran tertentu, halus atau kasar (Listiarsi, 2013).

Tujuan pengecilan ukuran produk adalah :

1. Mempermudah ekstraksi unsur tertentu dan struktur komposisi.

2. Penyesuaian dengan kebutuhan spesifikasi produk atau mendapatkan

bentuk tertentu.

3. Untuk menambah luas permukaan padatan.

4. Mempermudah pencampuran bahan secara merata.

Salah satu kendala dalam proses daur ulang kertas yang sangat

berpengaruh adalah tingkat kecepatan putaran pada campuran kertas dan

air menjadi bubur kertas (pulp) yang akan dicetak menjadi kertas. Bila

bubur kertas (pulp) memiliki tingkat pencampuran kertas dan air yang

rendah, maka kertas yang dihasilkan pada proses daur ulang kertas ini

tidak dapat dipergunakan sehingga menyebabkan kualitas hasil produksi


27

yang kurang optimal. Oleh karena itu diperlukan suatu alat pengendali

kecepatan mixing pada plant daur ulang kertas berbasis microcontroller

ATMEL – ATmega 8535 untuk menjaga mixing kertas dan air agar

menjadi bubur kertas (pulp) dan memiliki tingkat pengadukan yang halus

sehingga menghasilkan kertas yang dapat dipergunakan kembali.

Pembuatan kertas seni memiliki nilai potensial yang cukup tinggi, hal ini

didukung oleh beranekaragamnya tanaman yang dapat dijadikan bahan

baku pembuatan kertas seni (Anthony, 2014).

Salah satu bentuk pemanfaatan yang mudah dilaksanakan dan

murah biayanya ialah menggunakannya untuk bahan pembuatan

kertas seni. Kertas seni (art paper) merupakan salah satu jenis produk

kertas yang akhir-akhir ini semakin banyak diminati baik oleh pasar di

dalam negeri maupun luar negeri. Pada umumnya jenis kertas seni

merupakan hasil buatan tangan dengan bentuk desain yang unik dan

menarik. Bahan baku yang digunakan sangat bervariasi mulai dari kertas

bekas sampai dengan pulp yang dibuat dari limbah pertanian seperti

merang, jerami, dan lain sebagainya.

3 Golongan Kertas Daur Ulang

Making Paper/ Kertas Daur Ulang : HandmadePaper mempunyai

karakteristik tekstur, corak dan warna yang unik dengan sisi pinggir/

tepian kertas yang tidak rata menjadi kekhasan buatan tangan. Bahan-
28

bahan yang digunakan dalam pembuatan Handmade Paper: Gedebok/

Pelepah/ Daun/ Tandan Pisang, Kertas Bekas, Kardus, ampas tebu, Koran,

Eceng Gondok, Sekam Padi (Sutidja, Tim. 2001).

Handmade Paper bisa dikelompokkan jadi dua sumber:

a. Kertas Bekas/ Recycle Paper: Koran, Kardus, Majalah

b. Serat/ Bahan Baru: Gedebok/ Pelepah/ Daun/ Tandan Pisang (Banana

Paper), ampas tebu,, Eceng Gondok, Sekam Padi.

1) Golongan making paper menjadi 2 dan masing-masing golongan

terdiri dari 5 jenis, yaitu :

a) Golongan Kertas : Sisi depan dan belakang relatif sama dan

umumnya tipis ataupun sedang dan tidak terlalu kaku.

b) Golongan Karton : Sisi depan dan belakang berbeda, bagian

belakang licin, lebih padat jadi lebih tebal dan kaku serta keras.

Bagian sisi belakang licin karena pengaruh plate/ alas jemurnya,

jadi bagian belakang licin seperti dilaminating padahal tidak, itu

karena pengaruh alas jemurnya.

2) Golongan Kertas ada 5 jenis:

a) Organik Tekstur:

Bahan dari gabungan lebih dari satu serat dan atau juga warna,

serat alam gedebok/pelepah/Daun/Tandan pisang, eceng gondok.

b) Organik Polos:
29

Bahan dari satu serat dan atau satu warna, serat alam gedebok /

pelepah / daun / tandan pisang, eceng gondok.

c) Kertas Campur:

Bahan dari kertas bekas koran, kardus dll dicampur rata jadi satu

dengan perbandingan tertentu kemudian diblender dengan

gedebok/ pelepah / daun / tandan pisang, eceng gondok.

d) Kertas Tekstur:

Bahan dari kertas bekas koran, kardus, majalah dll diberi tekstur

organik gedebok / pelepah / daun / tandan pisang, kulit bawang

dll.

e) Kertas Polos:

Bahan dari kertas bekas koran, kardus, dll tanpa diberi campuran

tekstur.

Menurut Wahyono, (2011). Berikut tabel Jenis, sumber dan produk

daur ulang sampah kertas.

Tabel 2.3
Jenis,sumber dan produk daur ulang kertas
Jenis Sampah Produk Daur
Sumber
Kertas Ulang
Perkantoran Kertas komputer
Kertas Komputer
Percetakan dan kertas tulis
dan Kertas Tulis
Sekolah Art paper
Karton
Kantong kraft Pabrik,Pasar, Pertokoan
Art paper
Pabrik, Pasar,
Karton dan box Karton Art paper
Pertokoan
Koran, majalah Perkantoran Kertas koran
30

Pasar
dan buku Art paper
Rumah tangga
Kertas tissue
Rumah tangga
Kertas bekas Kertas tulis
Perkantoran TPS/TPA
campuran Kualitas rendah
Pertokoan
Art paper
Kertas Pertokoan
Tidak dapat
pembungkus Rumah tangga
didaur ulang
makanan Perkantoran
Kertas tissue
Rumah tangga
(tetapi sangat
Perkantoran
Kertas tissue jarang yang
Rumah makan
didaur ulang
Pertokoan
kembali)

4 Pulp

Pulp adalah hasil pemisahan serat dari bahan baku berserat. Pulp

dapat dibuat dari bahan kayu, non kayu, dan kertas bekas (waste paper).

Pulp merupakan bubur kayu sebagai bahan dasar dalam pembuatan

kertas. Bahan baku pulp biasanya mengandung tiga komponen utama,

yaitu: selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Secara umum prinsip pembuatan

pulp merupakan proses pemisahan selulosa terhadap impurities bahan-

bahan dari senyawa yang dikandung oleh kayu di antaranya lignin.

Sanastri (2014), menyatakan bahwa kertas seni (art paper) berbeda

dengan kertas pada umumnya. Kertas seni agak kasar dan seratnya

terlihat sehingga menghasilkan tekstur yang tidak merata hal tersebut

menjadikan kertas menjadi lebih menarik untuk dibuat hiasan dengan

berbagai bentuk.
31

Proses pembuatan pulp dapat dibagi menjadi tiga proses yaitu :

a) Proses mekanis, proses semi kimia, dan proses kimia. Pembuatan pulp

secara mekanis dilakukan tanpa menggunakan bahan kimia yaitu

dengan cara menguraikan serat yang ada di dalam kayu secara paksa

dengan menggunakan aksi mekanis. Bahan baku digiling dalam

keadaan basah, serat-serat kayu akan terlepas, kemudian disaring

sampai kehalusan tertentu untuk memperoleh bubur kertas (pulp).

Dalam proses mekanis ini tidak dilakukan pemisahan komponen-

komponen yang terdapat di dalam kayu sehingga pulp yang dihasilkan

mempunyai kandungan bahan seperti semula. Keuntungan proses ini

adalah biaya produksi yang rendah dan hasil yang tinggi karena pulp

yang diperoleh sekitar 90 % dari bahan semula. Kelemahannya adalah

rendahnya mutu kertas yang dihasilkan, dimana kertas mudah sekali

menjadi kuning dan kecoklatan karena kandungan ligninnya masih

banyak.

b) Proses semi kimia adalah karena pada tahap awal pembuatan pulp

digunakan bahan-bahan kimia sebagai pelunak bahan baku. Pelunakan

dimaksudkan untuk memutuskan ikatan lignoselulosa dengan

menghilangkan sebagian dari hemiselulosa dan lignin. Kemudian

diperlakukan secara mekanis untuk memisahkan serat-seratnya. Disini

pulp semi kimia masih mengandung lebih dari 25 % lignin yang


32

terdapat dalam kayu. Pulp yang diperoleh biasanya digunakan untuk

membuat kertas pembungkus, kertas cetak dan papan kertas kayu. Jika

konsentrasi bahan kimia semakin tinggi, maka penyerapan terhadap

selulosa semakin naik dibandingkan dengan penyerapan terhadap

lignin, yang dapat menghasilkan rendemen dan kekuatan rendah.

c) Proses pembuatan pulp secara kimia adalah proses pembuatan pulp

yang menggunakan bahan kimia sebagai bahan utama untuk

melarutkan bagian-bagian kayu yang tidak diinginkan. Rendemen

pulp yang diperoleh dalam proses ini relatif rendah dibandingkan

dengan proses mekanis dan semi kimia, yaitu antara 40 – 60 %,

sehingga diperoleh produk selulosa yang lebih murni. Ada tiga macam

proses pembuatan proses pembuatan pulp secara kimia yaitu proses

soda, proses sulfat atau kraft, dan proses sulfit, masing - masing

menggunakan larutan pemasak yang berbeda.

5 Tepung Kanji Sebagai Perekat/Lem

Tepung tapioka, tepung singkong, tepung kanji, atau aci adalah

tepung yang diperoleh dari umbi akar ketela pohon atau dalam bahasa

indonesia disebut singkong. Tapioka memiliki sifat- sifat yang serupa

dengan sagu, sehingga kegunaan keduanya dapat dipertukarkan. Tepung

ini sering digunakan untuk membuat makanan, bahan perekat, dan banyak

makanan tradisional yang menggunakan tapioka sebagai bahan bakunya.


33

Tepung kanji memiliki bentuk serbuk berwarna putih. Tepung kanji

berbeda bila dirasakan dengan jari tangan sebab memiliki tekstur yang

kesat, ringan, dan mudah melekat. Tepung kanji mudah ditemui di

pasaran. Tepung kanji dijual dalam plastik atau sesuai takaran (Whister,

dkk, 1984)

6 Screen sablon sebagai alat pencetak kertas

Setiap screen sablon memiliki jenis, ukuran dan fungsi yang

berbeda-beda. Ukuran screen sablon biasanya ditandai dengan nomor dan

kode tertentu seperti T (tick) atau M (mesh). Di Indonesia sendiri kode

yang sering digunakan adalah T (tick) sedangkan M (mesh) biasanya

digunakan di Negara eropa. Sedangkan nomor yang tertera sebelum atau

sesudah kode menunjukkan jumlah helai kain atau benang yang yang

dijahit setiap 1 cm, misalkan screen yang ukurannya 48T atau T48 berarti

memiliki 48 benang disetiap 1 cm.

Semakin besar nomornya berarti semakin rapat dan kecil pori-pori

screen. Besar kecilnya pori-pori inilah yang akan menentukan berapa

banyak tinta yang akan di transfer ke media sablon, makin besar pori-

porinya makin banyak dan makin tebal tinta yang akan di transfer ke

media sablon

Ukuran screen sablon berdasarkan media sablon yang digunakan


34

1) Screen 200T, Digunakan untuk mencetak sablon pada media plastik

menggunakan teknik raster.

2) Screen 180T, Merupakan screen yang baik digunakan untuk mencetak

sablon pada plastik atau media yang bertekstur halus.

3) Screen 165 T, Merupakan screen dengan pori – pori halus. Cocok

digunakan untuk menyablon logam, kaca, atau plastik.

4) Screen 150T, Biasanya digunakan untuk membuat sablon kertas dan

stiker.

5) Screen 120T, Cocok digunakan untuk menyablon kayu, kulit, karton,

atau seng.

6) Screen 90T, Merupakan screen yang biasanya digunakan untuk

menyablon kain tekstik yang memiliki tekstur halus. Contohnya kain

satin atau sutera.

7) Screen 77T, Biasanya digunakan untuk menyablon spanduk. Anda juga

dapat menggunakan screen ini untuk menyablon kaos yang

menggunakan desain kecil atau raster.

8) Screen 62T, Screen ini menggunakan kain saring yang lubang porinya

cukup besar, sehingga baik digunakan untuk menyablon kaos. Bisa juga

digunakan untuk sablon dengan teknik foaming, sablon lem stiker, atau

sablon yang bertujuan mendapatkan ketebalan tertentu.


35

9) Screen 55T – 48T, Screen ini memiliki lubang pori yang besar dan

tekstrurnya kasar sehingga dipilih untuk digunakan menyablon media

selimut, karung, handuk, atau karpet karena mampu menyalurkan tinta

dengan banyak dan tebal.

7. Rakel sablon

Gambar 2.5 Rakel Sablon

Jenis rakel sablon dan fungsinya

a. Rakel Lancip

Jenis rakel sablon lancip memiliki dua sisi miring yang simetris dengan

ujung rakel yang lancip dan kelihatan tajam. Rakel jenis ini digunakan

untuk menyapu atau menggesut tinta di bahan tekstil dan biasanya

digunakan untuk menghasilkan detail gambar, seperti menyablon foto

orang dengan format raster. Ujung rakel ini dibuat lancip supaya tinta
36

yang digesut bisa masuk dengan banyak dan tipis. Screen sablon yang

biasa menggunakan rakel lancip adalah screen T24, T32, T36, T40,

T48, T54, T61, T77, dan T90.

b. Rakel Lancip dengan ujung datar

Jenis rakel ini bentuknya seperti rakel lancip tapi ujungnya datar

alias tidak runcing, sehingga dapat menyalurkan tinta lebih banyak.

Rakel jenis ini biasanya digunakan untuk menyablon keramik dan kain

parasit namun tidak menutup kemungkinan digunakan di bahan teksil

yang lain. Mengingat tinta yang dihasilkan sangat banyak maka rakel

ini cocok digunakan untuk mendapatkan hasil sablonan yang tebal alias

nge-blok. Screen yang umum dipakai adalah screen T24 - T48.

c. Rakel Kotak

Jenis rakel sablon kotak bentuknya datar dengan kedua sudut lancip

90 derajat persis seperti balok. Biasanya digunakan untuk menyablon

diatas media kertas dengan tekstur kasar, atau juga bisa digunakan

dibahan tekstil dan lainnya seperti plastik, panel listrik dsb yang

membutuhkan hasil sablonan yang tajam. Tinta yang biasa disapu

dengan rakel ini adalah jenis tinta solvent. Adapun jenis screen sablon

yang cocok adalah T61, T77,T90, T100,T120,T150. 

d. Rakel Bulat
37

Jenis rakel sablon bulan mempunyai ujung bulat dan mampu

menyapu tinta dalam jumlah yang cukup banyak dan tebal. Biasa

digunakan untuk menyablon tinta yang berwarna menyala dan kontras,

misalnya warna rambu-rambu jalan.

e. Rakel Miring

Jenis rakel sablon miring mempunyai satu permukaan yang miring

dengan ujung yang lancip. Tinta yang disapu atau dipindahkan dari

screen ke media sablon dengan rakel ini biasanya sangat sedikit

sehingga sangat cocok digunakan untuk menyablon plastik. Biasanya

digunakan untuk mesin sablon karena menyapu dengan 1 arah saja

makanya dibuatlah lancip 1 sisi, sedangkan hasil sablonannya tidak jauh

beda dengan hasil sablonan menggunakan rakel lancip biasa.

f. Rakel Tumpul

Jenis rakel sablon tumpul bentuknya hampir sama dengan rakel

kotak hanya saja kedua sudutnya tumpul. Rakel ini mampu menyapu

tinta dalam jumlah yang cukup banyak sehingga baik digunakan untuk

bahan kaos, handuk dan selimut.

2.5 Kuat Tarik

Kuat tarik kertas adalah salah satu uji yang digunakan untuk

mengetahui kualitas suatu kertas dan olahan kertas lainya, kekuatan kertas
38

dipengaruhi oleh kekuatan serat dan panjang rata-rata serat dimana hal ini

ditentukan oleh bahan baku kertas itu sendiri (Paskawati dkk,2010).

Kekuatan tarik (tensile strength, ultimate tensile strength) adalah

tegangan maksimum yang bisa ditahan oleh sebuah bahan ketika

diregangkan atau ditarik, sebelum bahan tersebut patah. Kekuatan tarik

adalah kebalikan dari kekuatan tekan, dan nilainya bisa berbeda.

Beberapa bahan dapat patah begitu saja tanpa mengalami

deformasi, yang berarti benda tersebut bersifat rapuh atau getas (brittle).

Bahan lainnya akan meregang dan mengalami deformasi sebelum patah,

yang disebut dengan benda elastis (ductile).

Kekuatan tarik umumnya dapat dicari dengan melakukan uji tarik

dan mencatat perubahan regangan dan tegangan. Titik tertinggi dari kurva

tegangan-regangan disebut dengan kekuatan tarik maksimum (ultimate

tensile strength). Nilainya tidak bergantung pada ukuran bahan,

melainkan karena faktor jenis bahan. Faktor yang dapat mempengaruhi

seperti keberadaan zat pengotor dalam bahan, temperatur dan kelembaban

lingkungan pengujian, dan penyiapan spesimen.

Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi kekuatan tarik antara lain

jumlah dan kualitas ikatan. Selain itu panjang serat juga memiliki peran

penting dalam meningkatkan kekuatan tarik. Karena kekuatan tarik

sangat dibutuhkan untuk beberapa jenis kertas. Diantaranya adalah kertas


39

pembungkus dan kertas kantong. Ketahanan tarik merupakan cerminan

dari struktur ikatan serat pada suatu lembaran. Sedangkan jika kandungan

fines yang tinggi cenderung menurunkan ketahanan tarik lembaran,

dikarenakan jalinan atau ikatan antar serat semakin berkurang

(Widiastono dan Zen, 2007).

Dimensi dari kekuatan tarik adalah gaya per satuan luas. Dalam

satuan SI, digunakan pascal (Pa) dan kelipatannya (seperti MPa,

megapascal).Pascal ekuivalen dengan Newton per meter persegi

(N/m²).Satuan imperial diantaranya pound-gaya per inci persegi (lbf/in²

atau psi), atau kilo-pound per inci persegi (ksi, kpsi).

Kekuatan tarik umumnya digunakan dalam mendesain bagian dari

suatu struktur yang bersifat ductile dan brittle yang bersifat tidak statis,

dalam arti selalu menerima gaya dalam jumlah besar, meski benda

tersebut tidak bergerak. Kekuatan tarik juga digunakan dalam mengetahui

jenis bahan yang belum diketahui, misal dalam forensik dan paleontologi.

Kekerasan bahan memiliki hubungan dengan kekuatan tarik. Pengujian

kekerasan bahan salah satunya adalah metode Rockwell yang bersifat

non-destruktif, yang dapat digunakan ketika uji kekuatan tarik tidak dapat

dilakukan karena bersifat destruktif. Pengujian kekuatan tarik ini sudah

dilakuan oleh Ika Atsari Dewi, Susinggih Wijana, Nur Lailatul Rahmah,

Erwin Sugiarto, dan Arie Febrianto Mulyadi dalam penelitian Ketahanan


40

Tarik Kertas Seni dari Serat Pelepah Nipah (Nypa fruticans) (Kajian

Proporsi Bahan Baku dan Perekat).

Menurut SNI 14-6519-2016, standar ketahanan tarik dan ketahanan

sobek kertas dapat dilihat pada tabel 2.4 berikut ini :

Tabel 2.4
Standar ketahanan tarik dan ketahanan sobek
Karakteristik Satuan Persyaratan

Kuat tarik N/mm Min 1,96

Ketahanan sobek m/N Min 392


Sumber : SNI 14-6519-2016

Kertas seni pada penelitian menggunakan satuan N/mm untuk kuat

tarik dengan metode uji ISO 1924 – 3 : 2005.

2.6 Ketahanan Sobek

Ketahanan sobek adalah gaya yang diperlukan untuk menyobek

lembaran kertas yang dinyatakan dalam gram gaya (gf) atau miliNewton

(mN) yang diukur pada kodisi standar. Nilai ketahanan sobek dinyatakan

dengan indeks sobek, yaitu ketahanan sobek dibagi dengan gramatur kertas

(SNI 0436:2009). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan alat tearing

tester. Ketahanan sobek sangat dipengaruhi terutama oleh panjang serat,

selain itu dipengaruhi juga oleh ikatan antar serat, gramatur, dan fleksibilitas

lembaran. Ikatan antar serat hanya meningkatkan kekuatan sobek sampai


41

tingkat tertentu. Peningkatan kekuatan tarik dan retak akan diikuti oleh

penurunan kekuatan sobek.

Uji ketahanan sobek menggunakan metode Elmendorf dengan

menggunakana alat uji ketahanan sobek metode Elmendorf. Ketahanan sobek

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Fxp
X=
n

Keterangan :

X = Ketahanan sobek dinyatakan dalam mininewton (m/N)

F = Pembacaan skala rata-rata dinyatakan dalam milinewton (Mn)

N = Jumlah contoh uji

P = Fackor pendulum (biasanya 2, 4, 8, 16, 32, 64).

2.7 Penelitian Yang Pernah Dilakukan

Sri Karyati, dkk (2013). Melakukkan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Penambahan Limbah Pelepah Pisang Sebagai Komponen Daur Ulang Kertas”

dengan Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

eksperimen dengan desain penelitian post-test only control group. Variasi

perbandingan yang digunakan antara kertas bekas dengan limbah pelepah

pisang kering dalam pembuatan daur ulang kertas ini adalah 1:1; 1:0,5; 1:1,5;
42

1:2; 0,5:2 dan 1,5:2.Rerata hasil uji kuat tarik kertas terhadap 15 lembar

kertas dari masing-masing perlakuan perbandingan secara berturut-turut

adalah sebesar: 4474 gram; 5524 gram; 6650 gram; 7848 gram; 9546 gram

dan 6800 gram. Setelah diuji dengan one way anova diperoleh nilai p < 0,001

yang berarti bahwa perbedaan yang ada memang bermakna. Variasi

perbandingan 1,5 : 2 menghasilkan kuat tarik paling baik dibandingkan

dengan lima lainnya. Faktor yang berpengaruh pada kuat tarik adalah panjang

serat, komponen bahan, proses penekanan, dan ikatan antar serat yang ber-

hubungan dengan kandungan serat halus. Hasil penelitian menyimpulkan

bahwa semakin banyak jumlah komponen bahan dalam pembuatan kertas

daur ulang maka akan semakin besar pula kuat tarik kertas yang dihasilkan.

Syamsul Bahri, (2015) melakukan penelitian dengan judul “Pembuatan Pulp

dari Batang Pisang” Penelitian ini dilakukan untuk menguji perolehan pulp

dari batang pisang melalui proses soda. Bahan baku pulp terdiri atas selulosa,

hemiselulosa, lignin dan ekstraktif. Pulp dapat dibuat dengan cara kimia,

yaitu memasak bahan baku dengan menggunakan bahan kimia yang sesuai di

dalam Reaktor. Batang pisang yang berukuran 1 cm sebanyak 10 gram

dimasak dengan menvariasikan konsentrasi NaOH dan waktu pemasakan.

Konsentrasi NaOH yang digunakan 0,5; 1; 1,5; 2 dan 2,5 % dengan waktu

pemasakan 30; 60; 90; 120 dan 150 menit. Kondisi terbaik dari hasil

penelitian diperoleh pulp 61.43 %, kandungan selulosa 83.3 %, dan


43

kandungan lignin 2.97 % pada waktu pemasakan 120 menit dan konsentrasi

NaOH 2 %.

2.8 Faktor Yang Mempengaruhi Proses Daur Ulang

1. Komponen bahan, di mana semakin banyak jumlah komponen bahan

dalam proses daur ulang kertas, maka akan semakin besar kuat tariknya,

2. Penekanan, yaitu proses pencetakan tanpa penekanan atau tidak sempurna

mengakibatkan pengikatan yang lemah sehingga kuat tarik menjadi lebih

lemah pula.

3. Ikatan antar serat, di mana Ikatan lemah yang diakibatkan oleh serat halus

yang tinggi menyebabkan kuat tarik kertas juga menjadi lebih lemah

4. Panjang serat

Secara umum ketahanan sobek meningkat seiring dengan peningkatan

panjang serat. Hal ini terjadi karena serat-serat panjang dapat menyebar ke

daerah perusakan ikatan yang lebih besar daripada serat pendek saat

penyobekan (Sri Karyati, 2013)

2.9 Kerangka Berfikir

Pisang dan kertas

Pelepah Pisang Kering Kertas Bekas


(lignin,selulosa, HVS Bekas (Ket : A4)
Hemiselulosa) 21 x 29.7 cm, 70 gr)
44

Kertas Daur Ulang

Kuat Tarik
(SNI 14-6519-2016)
Dan Ketahan Sobek
(SNI 0436:2009)

Gambar 2.3
Kerangka Berpikir Penelitian
2.10 Hipotesis

a. Ada pengaruh penambahan pelepah pisang kering terhadap kualitas

kertas pada parameter kuat tarik dan ketahanan sobek kertas, sebagai

komponen daur ulang kertas

b. Ada pengaruh variasi dan ukuran perlakuan terbaik terhadap kuat tarik

dan ketahanan sobek kerta
6

Anda mungkin juga menyukai