Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep dasar teori

2.1.1. Pengertian
Atelektasis adalah suatu keadaan paru atau sebagian paru yang mengalami hambatan
berkembang secara sempurna sehingga aerasi berkurang atau sama sekali tidak berisi udara.
Hilangnya volume paru secara parsial ataupun komplit dapat diartikan sebagai kolaps atau
atelektasis.
Akhir-akhir ini kolaps atau atelektasis telah menjadi sinonim dan kedua hal tersebut
diartikan sebagai berkurangnya volume udara di dalam paru dan berkaitan dengan menurunnya
volume paru. Hal ini bertolak belakang dengan konsolidasi yang berarti berkurangnya udara di
paru namun volume paru tetap normal. Ada beberapa mekanisme yang berbeda yang dapat
menyebabkan paru menjadi kolaps.
Meskipun atelektasis bukan merupakan penyakit, tetapi ada  kaitanya dengan penyakit
parenkim paru. Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak sempurna
dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak mengandung udara
dan kolaps.
Menurut kamus kedokteran (Ed, 2005), atelektasis adalah pengembangan paru-paru
secara tak sempurna pada bayi baru lahir. Meskipun atelektasis sebenarnya bukan merupakan
penyakit,tetapi ada kaitannya dengan penyakit parenkim paru.
Menurut kamus keperawatan (Ed.17,penerbit buku kedokteran, EGC) atelektasis adalah
sejumlah alveoli paru tidak mengandung udara akibat kegagalan ekspansi (atelektasis kongenital)
atau kegagalan resorpsi udara dari alveoli (collapse).
Atelektasis adalah suatu kondisi di mana paru-paru tidak dapat mengembang secara
sempurna (Somantri, 2008).
Atelektasis adalah suatu kondisi di mana paru-paru tidak dapat mengembang secara
sempurna (somantri, 2008).
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak sempurna dan
menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak mengandung udara dan
kolaps. (Keperawatan Medikal Bedah,vol.2,penerbit buku kedokteran.EGC.2002).
Jadi, atelektasis merupakan suatu keadaan kolaps, dimana paru-paru tidak dapat
mengembang secara sempurna, tepatnya pada alveolus/alveoli paru yang tidak mengandung
udara.
2.2  EPIDEMIOLOGI

telektasis dapat terjadi pada wanita atau pria dan dapat terjadi padasemua ras. Atelektasis
lebih sering terjadi pada anak yang lebih muda dari padaanak yang lebih tua dan remaja.Insiden
dari atelectasis pascaoperasi adalah 80%, tetapi hanya 20% yangsecara klinis signifikan. Dari
hasil 200 pasien
chest radiographs
yang diperiksasecara berturut-turut pada ICU, ditemukan 18 kasus dari kolaps lobaris
(8,5%).Sebagian besar kasus melibatkan lobus kiri bawah (66%), kolaps lobus kanan bawah
(22%) dan lobus kanan atas (11%) juga tercatat.
3
Atelektasis pascaoperasi dan atelektasis lobar adalah atelektasis umumyang sering terjadi.
Insiden dan prevalensi gangguan ini tidak terdokumentasidengan baik. Mortalitas Morbiditas
pasien tergantung pada penyebab yangmendasari atelektasis. Dalam atelektasis pasca operasi,
kondisi umumnyamembaik. Prognosis atelektasis lobar sekunder untuk obstruksi
endobronkialtergantung pada pengobatan keganasan.
4,6
Menurut penelitian pada tahun 1994, secara keseluruhan terdapat 74,4 juta penderita penyakit
paru yang mengalami atelektasis. Di Inggris sekitar 2,1 juta penderita penyakit paru yang
mengalami atelektasis yang perlu pengobatan dan pengawasan secara komprehensif. Di Amerika
serikat diperkirakan 5,5 juta penduduk menderita penyakit paru yang mengalami atelektasis. Di
Jerman 6 juta penduduk. Ini merupakan angka yang cukup besar yang perlu mendapat perhatian

2.3 Klasifikasi atelektasis


            Atelektasis dibagi menjadi 2 yaitu :
2.3.1       Atelektasis Absorpsi
2.3.2      Atelektasis Kompresi

2.4 Patofisiologi
Pada atelektasis absorpsi, obstruksi saluran napas menghambat masuknya udara ke dalam
alveolus yang terletak distal terhadap sumbatan. Udara yang sudah terdapat dalam alveolus
tersebut diabsorpsi sedikit demi sedikit ke dalam aliran darah dan alveolus kolaps. Untuk
mengembangkan alveolus yang kolaps total diperlukan tekanan udara yang lebih besar, seperti
halnya seseorang harus meniup balon lebih keras pada waktu mulai mengembangkan balon.
Atelektasis absorpsi dapat disebabkan oleh obstruksi bronkus intrinsik atau ekstrinsik.
Obstruksi bronkus intrinsik paling sering disebabkan oleh secret atau eksudat yang tertahan.
Tekanan ekstrinsik pada bronkus biasanya disebabkan oleh neoplasma, pembesaran kelenjar
getah benih, aneurisma atau jaringan parut.
Mekanisme pertahanan fisiologik yang bekerja mempertahankan sterilitas saluran nafas
bagian bawah bertindak mencegah atelektasis dengan menghalangi terjadinya obstruksi.
Mekanisme-mekanisme yang beperan adalah kerja gabungan dari “tangga berjalan silia” yang
dibantu oleh batuk untuk memindahkan partikel-partikel dan bakteri yang berbahaya ke dalam
faring posterior, tempat partikel dan bakteri tersebut ditelan atau dikeluarkan.
 Mekanisme lain yang bertujuan mencegah atelektasis adalah ventilasi kolateral. Hanya
inspirasi dalam saja yang efektif untuk membuka pori-pori Kohn dan menimbulkan ventilasi
kolateral ke dalam alveolus disebelahnya yang mengalami penyumbatan. Dengan demikian
kolaps akibat absorpsi gas-gas dalam alveolus yang tersumbat dapat dicegah (dalam keadaan
normal absorpsi gas ke dalam darah lebih mudah karena tekanan parsial total gas-gas darah
sedikit lebih rendah daripada tekanan atmosfer akibat lebih banyaknya O 2 yang diabsorpsi ke
dalam jaringan daripada CO2 yang diekskresikan).
 Selama ekspirasi, pori-pori Kohn menutup, akibatnya tekanan di dalam alveolus yang
tersumbat meningkat, sehingga membantu pengeluaran sumbat mucus. Bahkan dapat dihasilkan
gaya ekspirasi yang lebih besar, yaitu sesudah bernafas dalam, glotis tertutup dan kemudian
terbuka tiba-tiba seperti pada proses batuk normal. Sebaliknya pori-pori Kohn tetap tertutup
sewaktu inspirasi dangkal; sehingga tidak ada ventilasi kolateral menuju alveolus yang
tersumbat; dan tekanan yang memadai untuk mengeluarkan sumbat mucus tidak akan tercapai.
Absorpsi gas-gas alveolus ke dalam aliran darah berlangsung terus, dan mengakibatkan kolaps
alveolus. Dengan keluarnya gas dari alveolus, maka tempat yang kosong itu sedikit demi sedikit
akan terisi cairan edema.
Atelektasis pada dasar paru sering kali muncul pada mereka yang pernapasannya dangkal
karena nyeri, lemah atau peregangan abdominal. Sekret yang tertahan dapat mengakibatkan
pneumonia dan atelektasis yang lebih luas. Atelektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan
penggantina jaringan paru yang terserang dengan jaringan fibrosis. Untuk dapat melakukan
tindakan pencegahan yang memadai diperlukan pengenalan terhadap faktor-faktor yang
mengganggu mekanisme pertahanan paru normal.
Atelektasis tekanan diakibatkan oleh tekanan ekstrinsik pada semua bagian paru atau
bagian dari paru, sehingga mendorong udara keluar dan mengakibatkan kolaps. Sebab-sebab
yang paling sering adalah efusi pleura, pneumothoraks, atau peregangan abdominal yang
mendorong diafragma ke atas. Atelektasis tekanan lebih jarang terjadi dibandingkan dengan
atelektasis absorpsi.
Hilangnya surfaktan dari rongga udara terminal menyebabkan kegagalan paru untuk
mengembang secara menyeluruh dan disebut sebagai mikroatelektasis. Hilangnya surfaktan
merupakan keadaan yang penting baik pada sindrom distress pernapasan akut (ARDS) dewasa
maupun bayi.
Atelektasis dapat terjadi pada satu tempat yang terlokalisir di paru, pada seluruh lobus
atau pada seluruh paru. Penyebab yang palig sering adalah:
Atelektasis biasanya merupakan akibat dari sumbatan bronki kecil oleh mucus atau
sumbatan bronkus besar oleh gumpalan mucus yang besar atau benda padat seperti kanker.
Udara yang terperangkap di belakang sumbatan diserap dalam waktu beberapa menit sampai
beberapa jam. Oleh darah yang mengalir dalam kapiler paru. Jika jaringan paru cukup lentur
(pliable), alveoli akan menjadi kolaps.
Tetapi, jika paru bersikap kaku akibat jaringan fibrotik dan tidak dapat kolaps, maka
absorpsi udara dari alveoli menimbulkan tekanan negatif yang hebat dalam alveoli dan
mendorong cairan keluar dari kapiler paru masuk ke dalam alveoli, dengan demikian
menyebabkan alveoli terisi penuh dengan cairan edema. Ini merupakan efek yang paling sering
terjadi bila seluruh paru mengalami atelektasis, suatu keadaan yang disebut kolaps masif dari
paru, karena kepadatan dinding dada dan mediastinum memungkinkan ukuran paru berkurang
hanya kira-kira separuh dari normal, dan tidak mengalami kolaps sempurna.
Efek terhadap fungsi paru seluruhnya disebabkan oleh kolaps masif (atelektasis) pada
suatu paru dilukiskan pada gambar dibawah ini. Kolaps jaringan paru tidak hanya menyumbat
alveoli tapi hampir selalu juga meningkatkan tahanan aliran darah yang melalui pembuluh darah
paru. Meningkatan tahanan ini sebagian tejadi karena kolaps itu sendiri, yang menekan dan
melipat pembuluh darah sehingga volume paru berkurang. Selain itu, hipoksia pada alveoli yang
kolaps menyebabkan vasokonstriksi bertambah.
Akibat vasokonstriksi pembuluh darah, maka aliran darah yang melalui paru atelektasis
menjadi sedikit kebanyakan darah mengalir melalui paru yang terventilasi sehingga tejadi aerasi
dengan baik. Pada keadaan diatas lima per enam darah mengalir melalui paru yang teraerasi dan
hanya satu per-enam melalui paru yang tidak teraerasi. Sebagai akibatnya, rasio ventilasi/perkusi
seluruhnya hanya sedang saja, sehingga darah aorta hanya mempunyai sedikit oksigen yang tidak
tersaturasi walaupun terjadi kehilangan ventilasi total pada satu paru.
Sekresi dan fungsi surfaktan dihasilkan oleh sel-sel epitel alveolus spesifik ke dalam
cairan yang melapisi alveoli. Zat ini menurunkan tegangan permukaan pada alveoli 2 sampai 10
kali lipat, yang memegang peranan penting dalam mencegah kolapsnya alveolus.
Tetapi, pada berbagai keadaan, seperti penyakit membrane hialine (juga disebut sindrom
gawat napas), yang sering terjadi pada bayi-bayi premature yang baru lahir, jumlah surfaktan
yang disekresikan oleh alveoli sangat kurang. akibatnya tegangan permukaan cairan alveolus
meningkat sangat tinggi sehingga menyebabkan paru bayi cenderung mengempis, atau menjadi
terisi cairan, kebanyakan bayi ini mati lemas karena bagian paru yang atelektasis menjadi
semakin luas.
.
Pada atelektasis tekanan diakibatkan oleh tekanan ekstrinsik pada semua bagian paru atau
bagian dari paru, sehingga mendorong udara keluar dan mengakibatkan kolpas. Sebab-sebab
yang paling sering adalah efusi pleura, pneumotoraks, atau peregangan abdominal yang
mendorong diapragma keatas. Atelektasis tekanan lebih jarang terjadi di bandingkan dengan
atelektasis absorbsi.
Berbeda dengan atelektasis absorpsi, pada atelektasis kompresi (tekanan) terjadi akibat
adanya tekanan ekstrinsik pada bagian paru, sehingga mendorong udara keluar dan menyebabkan
bagian tersebut kolaps. Tekanan ini biasa terjadi akibat efusi pleura, pneumotoraks atau
peregangan abdominal yang mendorong diafragma ke atas.

2.5 Etiologi
Sebab utama dari atelektasis adalah penyumbatan sebuah bronkus. Penyumbatan juga
bisa terjadi pada saluran pernafasan yang lebih kecil. Penyumbatan bisa disebabkan oleh adanya
gumpalan lendir, tumor atau benda asing yang terhisap ke dalam bronkus. Atau bronkus bisa
tersumbat oleh sesuatu yang menekan dari luar, seperti tumor atau pembesaran kelenjar getah
bening.
Jika saluran pernafasan tersumbat, udara di dalam alveoli akan terserap ke dalam aliran
darah sehingga alveoli akan menciut dan memadat. Jaringan paru-paru yang mengkerut biasanya
terisi dengan sel darah, serum, lendir, dan kemudian akan mengalami infeksi.
Atelektasis merupakan suatu akibat dari kelainan paru yang dapat disebabkan:
2.5.1       Bronkus tersumbat
             penyumbatan bisa berasal didalam bronkus (tumor bronkus, benda asing, cairan sekresi
yang massif) dan penyumbatan bronkus akibat penengkanan dari luar bronkus akibat
penengkanan dari luar bronkus (tumor sekitar bronkus, kelenjar membesar).

2.5.2      Tekanan ekstrapulmoner


Biasanya disebabkan oleh pneumothoraks, cairan pleura, peninggian diafragma, herniasi
alat perut kedalam rongga thoraks, dan tumor intra thoraks tepe ekstrapulmuner (tumor
mediastinum).
2.5.3       Paralisis atau paresis gerak pernapasan,
akan menyebabkan perkembangan paru yang tidak sempurna, misalnya pada kasus
poliomiolitis dan kelainan neurologic lainya. Gerak nafas yang tergangu akan mempengaruhi
kelancangan pengeluaran secret bronkus dan ini menyebabkan penyumbatan bronkus yang
berakhir dengan  memperberat keadaan atelektasis.

2.5.4      Hambatan gerak pernapasan


kelainan pleura atau trauma toraks yang menahan rasa sakit. Keadaan ini juga akan
menghambat pengeluaran secret bronkus yang dapat memperhebat terjadinya atelektasis.

Atelektasis seharusnya dapat dibedakan dengan pneumothoraks. Walaupun kolaps


alveolar terdapat pada kedua keadaan tersebut, penyebab kolapsnya dapat dibedakan dengan
jelas. Atelektasis timbul karna alveoli menjadi kurang berkembang atau tidak berkembang,
sedangkan pneumothoraks timbul karena udara masuk kedalam rongga pleura. Pada kebanyakan
pasien, pneumothoraks tidak dapat dicegah dengan perawatan yang tepat .
2.6 Manifestasi klinik                                                                                                      
Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak nafas yang
ringan.
Gejalanya bisa berupa :
         gangguan pernafasan
        nyeri dada
         batuk
Jika disertai infeksi, bisa terjadi demam dan peningkatan denyut jantung, kadang-kadang
sampai terjadi syok (tekanan darah sangat rendah).
Manifestasi klinis sangat bervariasi, tergantung pada sebab dan luasnya atelektasis.
Pada umumnya atelektasis yang terjadi pada penyakit tuberculosis, limfoma, neoplasma,
asma dan penyakit yang disebabkan infeksi misalnya bronchitis, bronkopmeumonia, dan lain-
lain jarang menimbulkan gejala klinis yang jelas, kecuali jika ada obstruksi pada bronkus utama.
Jika daerah atelektsis itu luas dan terjadi sangat cepat akan terjadi :
         dipsneu dengan pola pernapasan yang cepat dan dangkal,
         takikardi dan sering sianosis,
        napas tertinggal,
         temperatur yang tinggi, dan
         jika berlanjut akan menyebabkan penurunan kesadaran atau syok.
Pada palpasi didapatkan fremitus vokal melemah sampai menghilang. Pada perkusi pekak
dan mungkin pula normal bila terjadi emfisema kompensasi, batas jantung dan mediastinum
bergerak ke lateral/bergeser ke sisi yang sakit, dan letak diafragma meninggi.
Pada atelektasis yang luas, atelektasis yang melibatkan lebih dari satu lobus
         suara napas menurun,
2.6.10        bising nafas akan melemah atau sama sekali tidak terdengar,
2.6.11        biasanya didapatkan adanya perbedaan gerak dinding thoraks, gerak sela iga dan
diafragma.
Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak nafas yang
ringan.Penderita sindroma lobus medialis mungkin tidak mengalami gejala sama sekali,
walaupun banyak yang menderita batuk-batuk pendek.
Jika disertai infeksi, bisa terjadi :
        
demam dan peningkatan denyut jantung,
2.6.12   kadang-kadang sampai terjadi syok (tekanan darah sangat rendah).

2.7        Pemeriksaan Penunjang


2.7.1      Pemeriksaan diagnostik
2.7.1.1       Radiologi Konvensional
2.7.1.2     Pemeriksaan laboratorium
2.8    Penatalaksanaan
Penatalaksaan Atelektasis meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :
2.8.1 medis :
     
 Pemeriksaan bronkoskopi
          Pemberian oksigenasi
        Pemberian terapi simtomatis (anti sesak, bronkodilator, antibiotik dan
kortikosteroid)
          Fisioterafi (masase atau latihan pernapasan)
         Pemeriksaan bakteriologis

2.8.2 Keperawatan :
        Teknik batuk efektif
          Pegaturan posisi secara teratur
         Melakukan postural drainase dan perkusi dada
8.2.4        Melakukan pengawasan pemberian medikasi secara teratur

2.9        KOMPLIKASI
Pada pasien yang mengalami atelektasis maka akan terjadi :
2.9.1      Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah adanya udara dalam rongga pleura di mana masukan udara ke
dalam rongga pleura, dapat dibedakan menjadi pneumothorak spontan, udara lingkungan keluar
masuk ke dalam rongga pleura melalui luka tusuk, misalnya udara melalui mediastinum yang
disebabkan oleh trauma.
2.9.2      Efusi pleura
Atelektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru yang terserang
dengan jaringan fibrosis dan juga atelektasis dapat menyebabkan pirau (jalan pengalihan)
intrapulmonal (perfusi ventilasi) dan bila meluas, dapat menyebabkan hipoksemia.

Anda mungkin juga menyukai