Anda di halaman 1dari 13

Waralaba (Franchise) di Indonesia

WARALABA (FRANCHISE) DI INDONESIA

Sri Redjeki Slamet


Kantor Advokat Sri Redjeki Slamet & Partners
Jln. Bungur Besar Raya Blok A-8 No. 85 Jakarta Pusat
lis_jeki113@yahoo.com

Abstract
Franchise contracts are granting permission by the holders of Intellectual Property Rights or other
know-how to other parties to use the brand or a particular procedure is and as kopensasinya
franchise holder shall pay a royalty for use of trademarks and product manufacturing processes
that amount to be determined in the form of a written agreement bardasarkan , where in the event of
cancellation of the agreement, then the franchise to Demand acquisition compensation and the
fulfillment of the agreement.

Keywords: Franchise, Agreement, Royalty

Pendahuluan investasi akan dilakukan. Sedangkan bentuk inves-


Menurut Warren J. Keegen dalam bukunya tasi langsung dan akuisisi bisnis, hanya mungkin
Global Marketing Management menyatakan, pe- dapat dilakukan jika secara ekonomis, sosial dan
ngembangan usaha secara internasional dapat di- politik dimungkinkan.
lakukan melalui sekurangnya lima macam cara, Sebaliknya, cara lisensi yang Lisensi meru-
yaitu: 1. dengan cara ekspor; 2. melalui pemberian pakan suatu bentuk pemberian hak yang dapat ber-
lisensi; 3. dalam bentuk franchising (waralaba); 4. sifat ekslusif maupun berbentuk non eksklusif, dira-
pembentukan perusahaan patungan (joint ventures); sakan cukup mengurangi risiko, dimana dengan li-
atau 5. total ownership atau pemilikan menyeluruh sensi produsen lebih berupaya mendekatkan diri
yang dapat dilakukan melalui direct ownership (ke- kepada konsumen di negara tujuan dan memperkecil
pemilikan langsung) atau akuisisi.(Waren, 1989) risiko biaya tinggi, risiko hilangnya barang atau
Ekspor merupakan salah satu bentuk inter- mungkin embargo dalam kaitannya dengan masalah
nasionalisasi produk yang paling sederhana, dimana politik. Dengan lisensi, maka dapat meningkatkan
kegiatan ekapor pada dasarnya merupakan kegiatan penjualan, menekan biaya dan perolehan keuntu-
jual beli yang dilakukan secara internasional yang ngan yang optimal. (Waren, 1989)
melibatkan berbagai macam sarana dan lembaga Akan tetapi dalam perkembangannya, pem-
lain. Namun bagi pemilik usaha/pengusaha, kegia- berian lisensi tersebut tidak dapat dirasakan cukup
tan ekspor ini kurang mendatangkan keuntungan optimal terutama jika pemberi lisensi bermaksud
yang disebabkan karena faktor-faktor teritorial yang untuk melakukan penyeragaman total baik dalam
berdampak ekonomis dan faktor-faktor yang bersi- bentuk hak maupun dalam bentuk kewajiban-ke-
fat politis, serta faktor biaya dan risiko. wajiban untuk mematuhi dan menjalankan segala
Demikian juga bentuk usaha patungan un- perintah yang dikeluarkan termasuk pada sistem pe-
tuk memproduksi barang atau jasa, dapat menimbul- laksanaan operasional kegiatan atau usaha yang
kan risiko yang cukup besar bagi seorang pengusaha diberikan lisensi tersebut.
terutama masalah sosial politik dari negara dimana
127 Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 2, April 2011
Waralaba (Franchise) di Indonesia

Dengan permasalahan tersebut, maka telah ber- perkenalkan konsep Waralaba (Franchise) sebagai
kembang suatu bentuk pemberian hak dan kegiatan suatu cara mengembangkan distribusi produknya.
usaha yang disebut waralaba (Franchise) sebagai Demikian pula dengan perusahaan-perusahaan bir
salah bentuk alternatif pengembangan usaha yang yang memberikan lisensi kepada perusahaan kecil
khususnya dilakukan secara internasional. Waralaba sebagai upaya mendistribusikan produk mereka.
(Franchise) seperti halnya lisensi, mengandalkan (Suharnoko, 2004)
kepada kemampuan mitra usaha dalam mengem- Di Indonesia bentuk usaha bisnis ini juga
bangkan dan menjalankan kegiatan usaha waralaba- berkembang dengan pesat, dimana bentuk usaha
nya melalui tata cara, proses serta suatu code of franchise ini banyak digunakan dalam usaha fast
conduct dan sistem yang telah ditentukan oleh pe- food restaurant seperti Kentucky Fried Chiken,
ngusaha franchisor. Pizza Hut, Mc Donald, Hotel dan jasa penyewaan
Dalam Waralaba (Franchise) ini dapat dika- mobil. Bentuk ini juga digunakan oleh bisnis lokal
takan bahwa sebagai bagian dari kepatuhan mitra di Indonesia seperti Es Teller 77.
usaha terhadap aturan main yang diberikan oleh pe- Dengan perkembangan yang pesat tersebut,
ngusaha Franchisor, maka mitra usaha atau maka untuk memberikan perlindungan dan kepas-
penerima Franchise diberikan hak untuk meman- tian hukum, Pemerintah mengeluarkan Peraturan
faatkan Hak Atas Kekayaan Intelektual dari pe- Pemerintah Republik Indonesia No. 16 tahun 1997
ngusaha Franchisor, baik dalam penggunaan merek tentang Waralaba dan Keputusan Menteri Perin-
dagang, merek jasa, hak cipta atas logo, desain in- dustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No.
dustri, paten berupa teknologi maupun rahasia 259/MPP/KEP/7/1997 tentang Ketentuan dan Tata
dagang dan sebaliknya, pengusaha Franchisor Cara Pelaksanaan Pendaftaran Waralaba. Kedua-
memperoleh royalti atas penggunaan Hak Atas Ke- nya diubah dengan Peraturan No. 42 Tahun Tahun
kayaan Intelektual mereka. (Gunawan, 2001) 2007 tentang Waralaba dan Peraturan Menteri Per-
Waralaba (Franchise) pada dasarnya adalah dagangan RI No. 12/M-DAG/PER/3/2006 Tentang
sebuah perjanjian mengenai metode pendistribusian Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda
barang dan jasa kepada konsumen. Dalam hal ini Pendaftaran Usaha Waralaba. Perangkat hukum ter-
franchisor memberikan lisensi kepada franchisee sebut telah memberikan definisi tersendiri mengenai
untuk melakukan kegiatan pendistribusian barang waralaba.
dan jasa di bawah nama dan identitas franchisor Waralaba (franchise) adalah perikatan an-
dalam wilayah tertentu, dimana usaha tersebut dija- tara Pemberi Waralaba dengan Penerima Waralaba
lankan sesuai dengan prosedur dan cara yang dite- dimana Penerima Waralaba diberikan hak untuk
tapkan franchisor dan franchisor memberikan ban- menjalankan usaha dengan memanfaatkan dan/atau
tuan (assistance) terhadap franchise. Sebagai im- menggunakan hak kekayaan intelektual atau pe-
balannya francisee membayar sejumlah uang berupa nemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki Pemberi
innitial fee dan royalti. (Suharnoko, 2004) Waralaba dengan suatu imbalan berdasarkan per-
Jenis usaha Waralaba (Franchise) lahir di syaratan yang ditetapkan oleh Pemberi Waralaba de-
Amerika Serikat kurang lebih satu abad yang lalu ngan sejumlah kewajiban menyediakan dukungan
ketika perusahaan mesin jahit Singer mulai mem-
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 2, April 2011 128
Waralaba (Franchise) di Indonesia

konsultasi operasional yang berkesinambungan oleh chisor under takes to assist the Franchisee thorugh
advertising promotion and other advisory
Pemberi Waralaba kepada Penerima Waralaba.
service.(Gunawan, 2001)
Melihat perkembangan yang ada di Indonesia
terhadap usaha Waralaba (Franchise), maka diper- Dari rumusan %ODFN¶V /DZ 'LFWLRQDU\ ter-
lukan adanya kepastian hukum dan perlindungan sebut menunjukan bahwa Waralaba (Franchise) ter-
hukum bagi pelaku usaha terutama bagi franchisee nyata juga mengandung unsur-unsur sebagaimana
terhadap tindakan franchisor yang merugikan fran- yang diberikan kepada lisensi hanya saja lebih me-
chisee. nekankan kepada pemberian hak untuk menjual
produk berupa barang-barang atau jasa dengan me-
Pembahasan manfaatkan merek dagang Franchisor (pemberi
Aspek Hukum Franchise waralaba) dengan kewajiban kepada Frinchisee (pe-

Waralaba (Franchise) berasal dari bahasa nerima waralaba) untuk mengikuti metode dan tata

Perancis, yaitu franchir yang mempunyai arti mem- cara atau prosedur yang telah ditetapkan.

beri kebebasan kepada para pihak (Salim, 2003). Dari seluruh pengertian di atas, Waralaba

PH. Collin, dalam Law Dictionary memberikan di- (Franchise) dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek

finisi franchise sebagai, Lincense to trade using yuridis dan bisnis. Pengertian franchise dari segi

and paying a royalty for it dan Franchising seba- yuridis, dapat dilihat dalam ketentuan peraturan pe-

gai act of selling a license to trade as a Franchisee rundang undangan, berbagai pendapat, dan pan-

(Gunawan, 2002). Definisi tersebut menekankan dangan ahli. Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerin-

pada pentingnya peran nama dagang dalam pem- tahan nomor 42 tahun 2007 tentang Waralaba,

berian waralaba dengan imbalan royalti. Waralaba (Franchise) diartikan sebagai :

Dengan pemberian royalti berarti ada pem- Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh

berian lisensi yang merupakan, suatu bentuk hak orang perseorangan atau badan usaha terhadap sis-

untuk melakukan satu atau serangkaian tindakan tem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka me-

atau perbuatan yang diberikan oleh mereka yang masarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti

berwenang dalam bentuk izin. Tanpa adanya izin berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan

tersebut, maka tindakan atau perbuatan tersebut oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.

merupakan tindakan atau perbuatan yang terlarang, Pasal 1 ayat (1) Keputusan Menteri Perda-

yang tidak sah yang merupakan perbuatan melawan gangan No. 12/M-DAG/PER/3/2006 Tentang Ke-

hukum. (Gunawan, 2001). Dalam %ODFN¶V /DZ tentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pen-

Dictionary, Franchise diartikan sebagai : daftaran Usaha Waralaba, Waralaba (franchise) ada-

³A special privilege granted or sold, such as to use lah perikatan antara Pemberi Waralaba dengan Pe-
a name or to sell products or service.In its simple nerima Waralaba dimana Penerima Waralaba dibe-
terms, a Franchise is a license from owner of a
trade mark or trade name permitting another to sell rikan hak untuk menjalankan usaha dengan meman-
a product or service under that name or mark. faatkan dan/atau menggunakan hak kekayaan inte-
More bradly stated, a Franchise has evolved into
an elaborate agreement under whice the Franchise lektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang di-
undertakes to conduct a business or sell a product miliki Pemberi Waralaba dengan suatu imbalan ver-
or service in accordance with methods and proce-
dures prescribed by the Franchisor, and the Fran- dasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh Pemberi
129 Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 2, April 2011
Waralaba (Franchise) di Indonesia

Waralaba dengan sejumlah kewajiban menyediakan Selanjutnya, pengertian Waralaba (Fran-


dukungan konsultasi operasional yang berkesinam- chise) dari aspek bisnis sebagaimana dikemukakan
bungan oleh Pemberi Waralaba kepada Penerima oleh Bryce Webster, adalah salah satu metode pro-
Waralaba. duksi dan distribusi barang dan jasa kepada kon-
Dari definisi Keputusan Menteri Perda- sumen dengan suatu standar dan sistem eksploitasi
gangan di atas, maka unsur-unsur yang dapat diru- tertentu. Pengertian standar dan eksploitasi tersebut
muskan dari Waralaba adalah 1) adanya perikatan; meliputi kesamaan dan penggunaan nama peru-
2) adanya hak dan pemanfaatan dan/atau penggu- sahaan, merek, sistem produksi, tata cara penge-
naan; 3) adanya objek, yaitu hak atas kekayaan inte- masan dan penggunaan nama pengedarnya (Ridwan,
lektual atau penemuan baru atau ciri khas usaha; 4) 1992).
adanya imbalan atau jasa; dan 5) adanya persyaratan Definisi Waralaba (Franchise) ini ada kesa-
dan penjualan barang. maan dengan difinisi yang tercantum dalam kamus
Bryce Webster mengemukakan pengertian %ODFN¶V /DZ 'LFWLRQQDU\, yaitu Lisensi atau izin da-
Waralaba (Franchise) dari aspek yuridis, yaitu:
ri pemilik suatu merek atau nama dagang kepada
lisensi yang diberikan oleh franchisor dengan pem-
bayaran tertentu, lisensi yang diberikan itu bisa pihak lain untuk menjual produk atau jasa di bawah
berupa lisensi paten, merek perdagangan, merek
merek atau nama dagangannya. Dari difinisi me-
jasa, dan lain-lain yang digunakan untuk tujuan
perdagangan tersebut di atas. (Ridhwan, 1992). nurut aspek bisnis tersebut, dapat diperleh unsur-
unsur franchise sebagai berikut: 1. metode pro-
Definisi ini belum memperlihatkan adanya
duksinya; 2. adanya izin dari pemilik, yaitu fran-
hubungan hukum antara franchisor dan franchisee
chisor kepada franchisee; 3) adanya suatu merek
karena yang ditonjolkan di sini adalah pemberian li-
atau nama dagang; 4) untuk menjual produk barang
sensi dari franchisor kepada franchisee, sementara
atau jasa; 5) di bawah merek atau dagang dari fran-
fokus pada pembuatan kontrak antara para pihak
chise. Brayce Webster mengemukakan ada tiga
adalah adanya hubungan hukum di antara mereka
bentuk dari Waralaba (Franchise), yaitu :
tidaklah tampak.
1. Product franchising
Berdasarkan hal tersebut, dapatlah di-
Product franchising, adalah suatu franchise,
rumuskan bahwa Waralaba (Franchise)adalah suatu
yang franchisor-nya memberikan lisensi kepada
kontrak yang dibuat antara franchisor dan fran-
franchisee untuk menjual barang hasil produk-
chisee, dengan ketentuan pihak franchisor mem-
sinya. Franchisee berfungsi sebagai distributor
berikan lisensi kepada franchisee untuk mengguna-
produk franchisor. Sering kali terjadi franchisee
kan merek barang atau jasa dalam jangka waktu ter-
diberi hak eksklusif untuk memasarkan produk
tentu dan pembayaran sejumlah royalti tertentu ke-
tersebut di suatu wilayah tertentu. Misalnya dea-
pada franchisor (Salim, 2003). Sehingga unsur-un-
ler mobil, stasiun pompa bensin.
sur secara yuridis dari franchise adalah : 1. adanya
2. Manufacturing franchises
subjek hukum, yaitu franchisor dan franchisee; 2.
Manufacturing franchise franchisor memberikan
adanya lisensi atas merek barang atau jasa; 3) untuk
know-how dari suatu proses produksi. Franchisee
jangka waktu tertentu; 4. adanya pembayaran ro-
memasarkan barang-barang itu dengan standar
yalti.
produksi dan merek yang sama dengan yang di-
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 2, April 2011 130
Waralaba (Franchise) di Indonesia

miliki franchisor. Bentuk franchise semacam ini Pemegang Waralaba (Franchise) wajib
banyak digunakan dalam produksi dan distribusi membayar sejumlah royalti untuk penggunaan me-
minuman soft drink,seperti Coca Cola dan Pepsi. rek dagang dan proses pembuatan produk yang be-
3. Business format franchising sarnya ditetapkan bardasarkan perjanjian. Royalti
Business format franchising adalah suatu bentuk kadang-kadang bukan ditetapkan dari persentase
franchise yang franchisee-nya mengoprasikan keuntungan melainkan dari beberapa unit. Dalam
suatu kegiatan bisnis dengan memakai nama hal demikian pihak franchisor tidak peduli apakah
franchisor. Sebagai imbalan dari penggunaan na- pemegang franchisee untung atau tidak. Disamping
ma franchisor, maka franchisee harus mengikuti harus membayar royalti, pihak pemegang franchise
metode-metode standar pengoperasian dan ber- harus mendesain perusahaannya sedemikian rupa se-
ada dibawah pengawaan franchisor dalam hal hingga mirip dengan perusahaan franchisor. Begitu
bahan-bahan yang digunakan, pilihan tempat pula dengan manajemen, tidak jarang franchisor ju-
usaha, desain tempat usaha, jam penjualan, per- ga memberikan asistensi dalam manajemen.
syaratan karyawan, dan lain-lain. Sehingga fran- Dalam hal demikian pemegang franchise
chisor memberikan seluruh konsep bisnis yang perlu membayar fee tersendiri untuk asistensi ter-
meliputi strategi pemasaran, pedoman dan stan- sebut. Tidak jarang pula franchisor dalam keperluan
dar pengoperasian usaha dan bantuan dalam pembuatan produknya mewajibkan pemegang fran-
mengoperasikan franchise. Sehingga franchisee chise untuk membeli bahan-bahan dari pemasok
memiliki identitas yang tidak terpisahkan dari yang ditunjuk franchisor. Hal itu dalam hukum kon-
franchisor (David, 1995). trak disebut sebagai tying-in agreement. Bahkan ka-
dang-kadang pemegang franchise berdasarkan kon-
Selain ketiga bentuk diatas, di Indonesia ju- trak membolehkan franchisor melakukan auditing
ga mulai berkembang group tranding franchise, terhadap keuangan franchisee. Semua ini diwa-
yang menunjukan pada pemberian hak toko grosir jibkan oleh franchisor dengan alasan quality con-
maupun pengecer. trol. Namun di lain pihak, melalui kontrak lisensi
maupun franchise diharapkan terjadinya alih tek-
Kontrak Waralaba nologi antara licensor/franchisor terhadap licen-
Kontrak Waralaba (Franchise) berada di- se/franchisee.
antara kontrak lisensi dan distributor. Adanya pem- Bentuk Waralaba (Franchise) menurut Pa-
berian izin oleh pemegang Hak Milik Intelektual sal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 42 Ta-
atau know-how lainnya kepada pihak lain untuk hun 2007 tentang Waralaba dan Pasal 2 Keputusan
menggunakan merek ataupun prosedur tertentu me- Menteri Perdagangan No. 12/M-DAG/PER/3/
rupakan unsur perjanjian lisensi. Sedangkan di lain 2006 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan
pihak juga adanya quality control dari franchisor Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba adalah
terhadap produk-produk pemegang lisensi yang ha- berbentuk tertulis.
rus sama dengan produk-produk pemegang lisensor, Sifat perjanjian Waralaba (Franchise)
seakan-akan pemegang franchise merupakan distri- (agreement franchise) adalah, sebagai berikut :
butor franchisor. (Salim, 2003)
131 Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 2, April 2011
Waralaba (Franchise) di Indonesia

1. Suatu perjanjian yang dikuatkan oleh hukum (le- waralaba utama memiliki hak atau izin membuat
gal agreement) perjanjian waralaba lanjutan dari pemberi waralaba.
2. Memberi kemungkinan pewaralaba/franchisor Hal-hal yang harus dimuat dalam perjanjian
tetap mempunyai hak atas nama dagang dan atau Waralaba (Franchise), yaitu sebagai berikut :
merek dagang, format/pola usaha, dan hal-hal a. Nama dan alamat perusahaan para pihak;
khusus yang dikembangkannya untuk suksesnya b. Nama dan jenis Hak Kekayaan Intelektual atau
usaha tersebut. penemuan atau ciri khas usaha seperti sistem
3. Memberikan kemungkinan pewaralaba/ fran- manajemen, cara penjualan atau penataan atau
chisor mengendalikan sistem usaha yang dilin- distribusi yang merupakan karakteristik khusus
sensikannya. yang dimiliki Objek Waralaba;
4. Hak, Kewajiban, dan tugas masing-masing pihak c. Hak dan kewajiban para pihak serta bantuan
dapat diterima pewaralaba/franchisee. dan fasilitas yang diberikan kepada Penerima
Waralaba;
Perjanjian ini dibuat dalam Bahasa d. Wilayah usaha (zone) Waralaba;
Indonesia dan terhadapnya berlaku hukum e. Jangka waktu perjanjian;
Indonesia. Sebelum membuat perjanjian, Pemberi f. Perpanjangan, pengakhiran dan pemutusan
Waralaba wajib memberikan keterangan tertulis perjanjian;
atau prospektus mengenai data dan atau informasi g. Cara penyelesaian perselisihan;
usahanya dengan benar kepada Penerima Waralaba h. Tata cara pembayaran imbalan;
yang paling sedikit memuat: a. Identitas Pemberi i. Pembinaan, bimbingan dan pelatihan kepada
Waralaba, berikut keterangan mengenai kegiatan Penerima Waralaba;
usahanya termasuk neraca dan daftar rugi laba 1 j. Kepemilikan dan ahli waris.
(satu) thun terakhir; b. Hak kekayaan intelektual
atau penemuan atau ciri khas usaha yang menjadi Menurut Bryce Webster klausul-klausul yang
objek waralaba disertai dokumen pendukung; c. Ke- harus dimuat dalam perjanjian Waralaba
terangan mengenai kriteria atau persyaratan-per- (Franchise), adalah sebagai berikut :
syaratan yang harus dipenuhi Penerima Waralaba 1. trem of contrac; 2. contrac renewal; 3. location
termasuk biaya investasi; d. Bantuan atau fasilitas selection; 4. territory and exclusively; 5. lease ap-
yang diberikan Pemberi Waralaba kepada Penerima proval; 6. franchise fess, initial, and cash requi-
Waralaba; e. Hak dan kewajiban antara Pemberi rements; 7. Royalitas regular fess; 8. Adveristing
Waralaba dan Penerima Waralaba; dan f. Data atau policies; 9. Tradermark use resticion; 10. Training
informasi lain yang perlu diketahui oleh Penerima offered by franchise company; 11. On-site assistance
Waralaba dalam rangka pelaksanaan perjanjian and location preparation; 12. Use of peration ma-
Waralaba selain huruf a sampai dengan huruf e. Di nual; 13. Operating practices; 14. Obligation to
samping itu, penerima waralaba utama, wajib purchise; 15. Equipment and premiesess maintan-
memberitahukan secara tertulis dokumen autentik ces; 16. Right of inspection; 17. Right to audit; 18.
kepada penerima waralaba lanjutan bahwa penerima Similar bussiness or noncompetation clause; 19.
Trade secret; 20. Cancellation clause; 21. Franchise
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 2, April 2011 132
Waralaba (Franchise) di Indonesia

termination; 22. Accurate representation; 23. Rights terletak pada pemberian izin ataupun pem-
to transfer of the right of first refusal; 24. Rights to bayaran royalti.
inherit; 25. Sale equipment; 26. Contracnht enfor- 2. Corak perjanjian lisensi yang kedua adalah ke-
cement (Salim, 2003). balikan dari corak yang pertama. Dari luarnya
Yang menjadi subjek hukum dalam perjan- tampak sebagai perjanjian lisensi, namun sebe-
jian franchise, yaitu franchisor dan franchisee. narnya bukan perjanjian lisensi dalam arti sebe-
Franchisor adalah perusahaan yang memberikan narnya. Perjanjian tersebut dibuat semata-mata
lisensi, baik, berupa paten, merek dagang, merek untuk tujuan penyelundupan pajak; dengan cara
jasa, maupun lainnya kepada franchisee. Sedangkan seolah-olah suatu cabang perusahaan di suatu
franchisee adalah perusahaan yang menerima lisensi Negara tertentu membayar royalti kepada pe-
dari franchisor. rusahaan induknya di Negara lain. Perjanjian se-
Di samping itu, ada dua pihak lainya dalam macam ini lazim dinamakan return contracts.
perjanjian Waralaba (Franchise) yang terkena dam- 3. Perjanjian lisensi dalam arti sebenarnya, tanpa
pak dari perjanjian ini, yaitu : camouflaging effects sebagaimana diuraikan di-
1. Franchisee lain dalam system franchise (fran- atas.
chising system) yang sama. Kontrak yang dibuat oleh pihak franchisor
2. Konsumen atau klien dari franchisee maupun dengan franchisee berlaku sebagai undang-undang
masyarakat pada umumnya. bagi kedua belah pihak. Sejak penandatanganan
kontrak antara kedua belah pihak akan menimbul-
Objek dalam perjanjian franchisee adalah li- kan hak dan kewajiban. Kewajiban dari pihak fran-
sensi. Lisensi adalah izin yang diberikan oleh fran- chisor adalah menyerahkan lisensi kepada fran-
chisor kepada franchisee. Ada dua kriteria lisensi chisee. Sedangkan yang menjadi haknya adalah se-
sebagaimana dikemukakan oleh Dieter Plaff, yaitu bagai berikut :
1. tujuan ekonomis, dan 2. acuan yuridis. Tujuan 1. Logo merek dagang (trade mark), nama dagang
ekonomis adalah apa yang hendak dicapai oleh li- (trade name), dan nama baik/repurtasi (goodwill)
sensi itu. Sedangkan acuan hukum, yaitu instrumen yang terkait dengan merek dan atau nama ter-
hukum yang digunakan untuk mencapai tujuan ter- sebut.
sebut. 2. Format/pola usaha, yaitu suatu sistem usaha yang
Berdasarkan kriteria tersebut, maka lisensi terekam dalam bentuk buku pegangan (manual),
dibagi menjadi tiga macam, sebagaimana dikemu- yang sebagian isinya dalam rahasia usaha.
kakan berikut ini ; 3. Dalam kasus tertentu berupa rumus, resep, de-
1. Licence exchange contract, yaitu perjanjian an- sain, dan program khusus.
tara para pesaing yang bergerak dalam kegiatan 4. Hak cipta atas sebagian dari hal di atas bisa da-
yang ama atau memiliki hubungan yang erat, se- lam bentuk tertulis dan terlindungi dalam un-
hingga disebabkan masalah teknis, mereka tidak dang-undang hak cipta.
dapat melakukan kegiatan tanpa adanya pe-
langgaran hak-hak termasuk hak milik perindus- Hak franchisee adalah menerima lisensi,
turian dari pihak lain. Di sini, titik berat lisensi sedangkan kewajibannya adalah membayar royalti
133 Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 2, April 2011
Waralaba (Franchise) di Indonesia

kepada franchisor dan menjaga kualitas barang dan dalam bahasa asing, perjanjian tersebut harus diter-
jasa yang di-franchise. jemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Walaupun para pihak diberikan kebebasan Sebelum membuat perjanjian, franchisor ha-
untuk menentukan jangka waktu berakhirnya kon- rus memberikan keterangan secara tertulis kepada
trak franchise (waralaba), namun Pemerintah me- franchisee mengenai :
lalui Menteri Perindusturian dan Perdagangan telah 1. Identitas franchisor berikut keterangan me-
menetapkan jangka waktu perjanjian waralaba ngenai kegiatan usahanya termasuk rencana
sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun. Jangka dan daftar laba rugi selama dua tahun terakhir.
waktu itu dapat diperpanjang. 2. Hak Atas Kekayaan Intelektual atau penemuan
atau ciri khas usaha yang menjadi objek
Perlindungan Hukum Terhadap Franchise waralaba.
di Indonesia 3. Persayaratan yang harus dipenuhi oleh fran-

Pengaturan Hukum chisee.

Bidang usaha Waralaba (Franchise) di 4. Bantuan atau fasilitas yang ditawarkan fran-

Indonesia diatur dalam Buku ke III Kitab Undang chisor kepada franchisee.

Undang Hukum Perdata sebagai aturan umum dan 5. Hak dan kewajiban franchisor kepada fran-

Peraturan Pemerintah RI. tanggal 23 Juli 2007 No. chisee.

42 Tahun 2007 tentang Waralaba serta Peraturan 6. Cara-cara dan syarat pengakhiran, pemutusan

Menteri Perdagangan RI No. 12/M-DAG/PER/3/ dan perpanjangan perjanjian waralaba.

2006 tanggal 29 Maret 2006 Tentang Ketentuan 7. Hal-hal lain yang perlu diketahui franchisee

dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran dalam rangka pelaksanaan perjanjian waralaba.

Usaha Waralaba.
Menurut Pasal 1 ayat (1) Peraturan pemerin- Ketentuan pasal 7 Peraturan Pemerintah RI.

tahan nomor 42 tahun 2007 tentang waralaba, Wa- No. 42 Tahun 2007 tentang Waralaba jo pasal 5

ralaba (Franchise) diartikan sebagai: hak khusus Peraturan Menteri Perdagangan RI No. 12/M-

yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan DAG/PER/3/2006 tanggal 29 Maret 2006 Tentang

usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda

dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa Pendaftaran Usaha Waralaba, mewajibkan fran-

yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan chisor sebagai pemberi waralaba melakukan dis-

dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan per- closure terhadap berbagai aspek material yang da-

janjian waralaba. pat mempengaruhi keputusan franchisee sebagai

Pasal 4 Peraturan Pemerintahan nomor 42 penerima waralaba untuk menolak atau menerima

tahun 2007 menyatakan bahwa Waralaba diseleng- persyaratan yang akan dituangkan dalam suatu per-

garakan berdasarkan perjanjian tertulis antara Pem- janjian waralaba atau franchise Agreement yang

beri Waralaba dengan Penerima Waralaba dengan meliputi: a. data identitas Pemberi Waralaba; b. le-

memperhatikan hukum Indonesia. Dalam hal per- galitas usaha Pemberi Waralaba; c. sejarah kegiatan

janjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditulis usahanya; d. struktur organisasi Pemberi Waralaba;
e. laporan keuangan 2 (dua) tahun terakhir; f. jumlah
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 2, April 2011 134
Waralaba (Franchise) di Indonesia

tempat usaha; g. daftar Penerima Waralaba;dan h. laba Lanjutan berlaku paling sedikit 5 (lima)
hak dan kewajiban Pemberi Waralaba dan Penerima tahun.
Waralaba.
Klausula yang tertuang dalam Perjanjian Wa- Menurut pasal 7 Peraturan Pemerintah No.
ralaba (Franchise) sebagaimana ketentuan pasal 7 16 tahun 1997 jo pasal 11 Peraturan Menteri Perda-
ayat (1) Peraturan Menteri Perdagangan RI No. gangan RI No. 12/M-DAG/PER/3/2006 tanggal 29
12/M-DAG/PER/3/2006 tanggal 29 Maret 2006 Maret 2006 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pe-
Tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat nerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba,
Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba adalah : perjanjian waralaba beserta keterangan tertulis wa-
a. Nama dan alamat perusahaan para pihak; jib didaftarkan kepada Direktur Jendral Perdaga-
b. Nama dan jenis Hak Kekayaan Intelektual ngan Dalam Negeri Departemen Perdagangan da-
atau penemuan atau ciri khas usaha seperti lam hal Penerima Waralaba Utama yang berasal da-
sistem manajemen, cara penjualan atau pena- ri Pemberi Waralaba Luar Negeri wajib dan Kepa-
taan atau distribusi yang merupakan karak- da Kepala Dinas yang bertanggung jawab dibidang
teristik khusus yang dimiliki Objek Wara- perdagangan daerah setempat dalam hal Penerima
laba; Waralaba Utama yang berasal dari Pemberi Wa-
c. Hak dan kewajiban para pihak serta bantuan ralaba Dalam Negeri dan Penerima Waralaba Lan-
dan fasilitas yang diberikan kepada Penerima jutan yang berasal dari Pemberi Waralaba Luar Ne-
Waralaba; geri dan Dalam Negeri wajib, paling lambat 30 (tiga
d. Wilayah usaha (zone) Waralaba; puluh) hari terhitung sejak berlakunya perjanjian
e. Jangka waktu perjanjian; franchise untuk memperleh Surat Tanda Pendaftaran
f. Perpanjangan, pengakhiran dan pemutusan Usaha Waralaba (STPUW). Pendaftaran ini dilak-
perjanjian; sanakan dalam rangka dan untuk kepentingan pem-
g. Cara penyelesaian perselisihan; binaan usaha dengan cara waralaba.
h. Tata cara pembayaran imbalan; Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba
i. Pembinaan, bimbingan dan pelatihan kepada (STPUW) berlaku untuk jangka waktu 5 tahun dan
Penerima Waralaba; dapat diperpanjang jika jangka waktu perjanjian
j. Kepemilikan dan ahli waris. waralaba masih berlaku. Jika franchisor memutus-
kan perjanjian franchise sebelum berakhir masa
Jangka waktu Perjanjian waralaba tersebut berlakunya dan kemudian menunjuk franchisee ba-
menurut ketentuan pasal 7 Peraturan Menteri Perda- ru, maka penerbitan STPUW bagi franchisee baru
gang adalah: hanya akan diberikan jika franchisor telah menye-
1. Jangka waktu Perjanjian Waralaba antara Pem- lesaikan seluruh permasalahan yang timbul sebagai
beri Waralaba dengan Penerima Waralaba Uta- akibat pemutusan tersebut yang dituangkan dalam
ma berlaku paling sedikit 10 (sepuluh) tahun. bentuk Surat Pernyataan Bersama (clean break).
2. Jangka waktu Perjanjian Waralaba antara Pene- Demikian sanksi yang diberikan oleh Pasal 14
rima Waralaba Utama dengan Penerima Wara- Peraturan Menteri Perdagangan RI No. 12/M-
DAG/PER/3/2006.
135 Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 2, April 2011
Waralaba (Franchise) di Indonesia

Pembatalan Perjanjian Franchise perjanjian seperti: kegagalan memenuhi jumlah pen-


Undang undang No. 9 Tahun 1995 tentang jualan, kegagalan memenuhi standar pengoperasian,
usaha kecil menyebutkan bahwa Waralaba (Fran- dan sebagainya.
chise) adalah salah satu pola kemitraan antara usaha Franchisor mempunyai discretionary power
kecil dengan usaha menengah dan usaha besar. Na- untuk menilai semua aspek usaha franchisee, se-
mun kenyataan menunjukan bahwa franchise asing hingga perjanjian tidak memberikan perlindungan
berkembang lebih pesat dari franchise lokal. yang memadai bagi franchisee dalam menghadapi
Berbagai faktor mengakibatkan lambatnya pemutusan perjanjian dan penolakan franchisor un-
pertumbuhan Waralaba (Franchise)lokal. Sistem tuk memperbaruhi perjanjian. (David,1995:342) Da-
franchise membutuhkan 5-15 tahun untuk pengem- lam hal ini Franchisor dapat memanfaatkan kedu-
balian modalnya padahal pengusaha bisnis eceran dukan franchisee untuk menguji pasar, setelah me-
Indonesia ingin meraih keuntungan dalam jangka ngetahui bahwa kondisi pasar menguntungkan, ma-
pendek. Selain itu sebagai franchisor, pengusaha ka franchisor memutuskan perjanjian dengan fran-
harus membuka rahasia suksesnya, seperti sistem chisee, selanjutnya franchisor mengoperasikan out-
manajemen, resep masakan, dan sebagainya. Tim- let atau tempat usaha sendiri diwilayah franchisee.
bul kekhawatian rahasia suksesnya ditiru oleh fran- Terdapat dua pandangan mengenai hubungan
chise. Karena itu bisnis di Indonesia lebih suka ber- antara franchisor dengan franchisee, yang melahir-
kembang sendiri dengan membuka cabang usaha kan conflicting polities, yaitu :
meskipun perkembangannya lebih lambat daripada 1. Pandangan Protecsionist
melibatkan orang lain dengan sistem franchise. Menurut pandangan ini, alasan yang bersifat
Di pihak pengusaha lemah dan kecil timbul ekonomis tidak dapat dijadikan alasan atau da-
kekhawatiran pasar. Jika keadaan pasar tidak me- sar pemutusan perjanjian karena jika alasan
nguntungkan, maka franchisor akan memutuskan ekonomis dijadikan dasar pemutusan perjan-
perjanjian. Demikian pula bila keadaan pasar me- jian, maka undang-undang yang dibuat untuk
nguntungkan, maka franchisor akan memutuskan melindungi kepentingan franchise dari kesera-
perjanjian dan akan membuka tempat usaha sendiri, kahan franchisor akan kehilangan maknanya
setelah franchise memperkenalkan produk dan na- dan membiarkan franchisor bertindak opurtu-
ma franchisor. nistic. Hal ini karena Franchisor berada dalam
Hubungan hukum antara franchisor dan fran- kedudukan yang sangat kuat, dimana ia me-
chisee ditandai dengan ketidakseimbangan kekua- nguasai semua informasi biaya, keuntungan,
tan tawar menawar (unequal bargaining power). jangka waktu yang diperlukan untuk strategi
Perjanjian franchise merupakan perjanjian baku pemasaran. Sementara franchisee hanya men-
yang dibuat oleh franchisor, yang menetapkan sya- jalankan suatu pre-exising system dengan me-
rat-syarat dan standar yang harus diikuti oleh fran- nandatangani perjanjian yang memberi kekua-
chisee yang memungkinkan franchisor dapat mem- saan kepada franchisor untuk mengontrol se-
batalkan perjanjian apabila dia menilai franchisee mua aspek usaha franchisee termasuk keten-
tidak dapat memenuhi kewajibannya. Dalam perjan- tuan tentang pemutusan perjanjian (Robert,
jian dicantumkan kondisi-kondisi bagi pemutusan 1994). Sehingga jika franchisor memutuskan
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 2, April 2011 136
Waralaba (Franchise) di Indonesia

perjanjian karena kondisi pasar yang tidak franchisee telah berkali-kali melanggar perjan-
menguntungkan, maka ia telah bertindak opur- jian maka perjanjian dapat dibatalkan dan fran-
tunistic. chisee tidak perlu diberikan kesempatan untuk
2. Pandangan Law and Economics memperbaiki kesalahannya.
Menurut pandangan law and economic, per-
janjian yang efisien adalah perjanjian yang da- Dari kedua pandangan tersebut, pandangan
pat mengurangi biaya. Melalui franchising, protecsionist mengutamakan tujuan undang-undang
franchisor dapat mendistribusikan dan mem- untuk melindungi kepentingan franchisee. Oleh ka-
perkenalkan produknya dalam wilayah yang rena itu, berdasarkan pandangan ini, Hakim tidak
luas tanpa perlu mengeluarkan biaya untuk akan menemukan good clauses kecuali jika fran-
membuka outlet sendiri. Franchisee dapat chisee melanggar perjanjian secara substansial.
menjalankan usaha yang sudah mapan dan Walaupun mungkin saja franchisor memutuskan
memperoleh keuntungan dari reputasi yang di- perjanjian dengan didasarkan pada alasan-alasan
miliki franchisor. Untuk mencapai economic yang tidak wajar dengan didasari self motive. Se-
efficiency maka resources harus dialokasikan baliknya dalam pandangan Law and Economic,
pada nilai yang tertinggi. Mekanisme pasar mengabaikan tujuan undang-undang untuk melin-
akan berjalan menuju efesiensi dan perjanjian dungi franchisee dari keserakahan franchisor. Se-
dipandang sebagai sarana atau fasilitas untuk hingga yang diperhatikan dalam hubungan antara
mencapai efesiensi. Oleh karenanya jika ada franchisor dengan franchisee hanyalah manfaat
pihak ketiga yang lebih berhasil memasarkan ekonomi. (Suharnoko, 2004)
produk yang bersangkutan, maka franchisor Faktor-faktor yang dapat dijadikan acuan bagi
seharusnya memutuskan perjanjian dengan hakim dalam mengadili kasus pemutusan perjanjian
franchisee dan mengalihkan hubungannya ke- franchise adalah, sebagai berikut (Tracey, 1994):
pada pihak ketiga dengan membayar ganti ru- Motif dari franchisor untuk memutuskan
gi kepada franchisee. Perjanjian baru dipan- perjanjian franchise. Jika sejumlah bukti menun-
dang lebih efisien karena lebih menguntung- jukkan bahwa franchisor menyalahgunakan untuk
kan dan meningkatkan nilai produk yang di- kepentingan sendiri dengan memutuskan perjanjian
pasarkan. Sehingga meskipun franchisor me- franchise, maka pemutusan perjanjian tersebut ti-
langgar perjanjian, hukum harus mendukung dak berdasarkan good cause.
pemutusan perjanjian dengan membayar ganti a. Dampak tindakan franchisee terhadap na-
rugi kepada franchisee. (Jeffrey, 1995) ma perusahaan franchisor. Jika franchisor
Dalam hal Franchisee berkali-kali melanggar tidak menyalahgunakan kekuasaannya maka
perjanjian seperti terlambat membayar, meng- franchisor dapat memutuskan perjanjian ber-
halangi franchisor melakukan pemeriksaan dan dasarkan good cause, karena franchise me-
tidak melaporkan hasil penjualannya secara langgar perjanjian dan merugikan nama baik
lengkap kepada franchisor, sehingga Fran- perusahaan franchisor.
chisor kehilangan sejumlah royalti yang diha- b. Investasi dan pengharapan franchisee. Jika
rapkan. Dalam hal yang demikian karena franchisee melanggar perjanjian dan tidak
137 Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 2, April 2011
Waralaba (Franchise) di Indonesia

merugikan nama perusahaan franchisor, ma- kukan sesuatu atau tidak berbuat sesuatu, maka pi-
ka harus diperhatikan apakah tindakan fran- hak kreditur, di samping memperoleh ganti rugi juga
chisor memutuskan perjanjian tidak me- dapat menuntut pelaksanaan perjanjian. Bahkan se-
rugikan investasi dan pengharapkan fran- andainya debitur tidak mau menaati putusan pe-
chisee. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan ngadilan, maka kreditur dapat minta dikuasakan
jumlah investasi yang telah dilakukan fran- oleh hakim untuk melakukan prestasi itu sendiri atas
chisee, jangka waktu yang telah dilakukan biaya debitur atau dalam hal perikatan untuk tidak
franchisee dalam menjalankan usahanya, dan berbuat sesuatu dilanggar, maka kreditur berhak
keuntungan yang diharapkan franchisee da- untuk minta dikuasakan oleh hakim untuk meng-
ri investasinya berdasarkan informasi yang hapus sendiri segala sesuatu yang telah dibuat oleh
diberikan oleh franchisor. Maka dalam hal debitur. Dalam ilmu hukum hal ini dikenal dengan
yang demikian franchisor dapat memutus- istilah relee executie atau eksekusi riil. Ketentuan
kan perjanjian berdasarkan good cause apa- seperti ini tidak dikenal dalam kasus di mana salah
bila hal itu tidak merugikan investasi dan satu pihak telah lalai memenuhi perjanjian yang
pengharapan franchisee. perstasinya berupa kewajiban untuk menyerahkan
sesuatu maka menurut Kitab Undang-Undang Hu-
Dalam hal terjadi pembatalan perjanjian, kum Perdata kreditur hanya dapat menuntut ganti
upaya hukum apa yang dapat digunakan untuk rugi.
memulihkan kerugian franchisee, apakah pelaksa-
naan perjanjian atau ganti rugi sejumlah uang? Kesimpulan
Indonesia yang mempunyai basic law Kitab Un- Aspek hukum dari Waralaba (Franchise)
dang-Undang Hukum Perdata dipengaruhi oleh sis- adalah: bahwa ada kontrak franchise terdapat
tem hukum Eropa Kontinental di mana tuntunan pemberian izin oleh pemegang Hak Milik Intelek-
moral untuk memenuhi janji lebih diutamakan dari tual atau know-how lainnya kepada pihak lain untuk
pada ganti rugi, khususnya dalam perjanjian yang menggunakan merek ataupun prosedur tertentu dan
prestasinya untuk berbuat sesuatu dan tidak berbuat sebagai kopensasinya Pemegang franchise wajib
sesuatu. Subekti mengistilahkan ganti rugi hanya membayar sejumlah royalti untuk penggunaan me-
bersifat pengarem-arem, pelaksanaan perjanjian rek dagang dan proses pembuatan produk yang be-
adalah sesuatu hal yang lebih penting (Subekti, sarnya ditetapkan bardasarkan perjanjian.
1998). Akan tetapi, untuk perjanjian yang pres- Perjanjian Waralaba (Franchise) berbentuk
tasinya berupa menyerahkan sesuatu seperti fran- tertulis dalam bahasa Indonesia yang didalamnya
chisor yang mempunyai kewajiban untuk memasok memuat: a. Nama dan alamat perusahaan para pi-
barang kepada franchisee, maka upaya pemulihan hak; b. Nama dan jenis Hak Kekayaan Intelektual
hukumnya jika terjadi wanprestasi adalah ganti ru- atau penemuan atau ciri khas usaha seperti sistem
gi. manajemen, cara penjualan atau penataan atau
Menurut ketentuan Pasal 1239 sampai de- distribusi yang merupakan karakteristik khusus yang
ngan Pasal 1242 Kitab Undang-Undang Hukum dimiliki Objek Waralaba; c. hak dan kewajiban para
Perdata, perikatan yang perestasinya berupa mela- pihak serta bantuan dan fasilitas yang diberikan
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 2, April 2011 138
Waralaba (Franchise) di Indonesia

kepada Penerima Waralaba; d. Wilayah usaha (zo- ________, ³Keputusan Menteri dan Perdagangan
ne) Waralaba; e. Jangka waktu perjanjian; f. Perpan- Republik Indonesia tentang Ketentuan dan
jangan, pengakhiran dan pemutusan perjanjian; g. Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaf-
Cara penyelesaian perselisihan; h. Tata cara pemba- taran Usaha Waralaba´, Kep.Mendag No.
yaran imbalan; i. Pembinaan, bimbingan dan pelati- 12/M-DAG/PER/3/2006.
han kepada Penerima Waralaba; j. Kepemilikan dan Institut Pendidikan dan Pembinaan Manajemen,
ahli waris. ³Peta Pewaralabaan (Franchising) di Dunia
Perlindungan hukum terhadap Waralaba Manajemen´ Jakarta, 1992.
(Franchise) di Indonesia diberikan oleh Buku ke Jeffrey L. Harrison, ³Law and Economics´ Wet
III Kitab Undang Undang Hukum Perdata sebagai Publishing Company, St. Paul-Minnesota,
aturan umum dan Peraturan Pemerintah RI. Tang- 1995.
gal 23 Juli 2007 No. 42 Tahun 2007 tentang Wara- Robert W. Emerson, ³Franchise Contract Clauses
laba serta Peraturan Menteri Perdagangan RI No. DQG WKH )UDQFKLVRU¶V 'XW\ RI &DUH 7RZDUGV
12/M-DAG/PER/3/2006 tanggal 29 Maret 2006 It Franchisees´ Nort Carolina Law Review.
Tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Vol 72. April 1994.
Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba . R. Soebekti, ³+XNXP 3HUMDQMLDQ´ PT. Intermasa,
Dalam hal terjadi pembatalan perjanjian, ma- Jakarta, 1998.
ka franchise dapat menutut perolehan ganti rugi Ridhwan Khaerandy, ´Aspek Aspek Hukum Fran-
dan pemenuhan perjanjian. chise dan Keberadaannya Dalam Hukum
Indonesia´, Majalah Anisa. Yogjakarta :
Daftar Pustaka UII, Yogjakarta, 1992.
%ODFN¶V /DZ 'LFWLRQDU\ 1979. Suharnoko, ´Hukum Perjanjian : Teori dan Analisa
David Hess, ³The Lowa Franchise Act : Toward Kasus´, Cet. 1, Kencana, Jakarta, 2004.
Protecting Reasonable Expectations of Salim H.S, ´Perkembangan Hukum Kontrak Inno-
Franchisees and Franchisors´ Vol 80. minat di Indonesia´, Cet. Pertama, Sinar
Januari 1995. Grafika Offset, Jakarta, 2003.
Gunawan Widjaja, ´Seri Hukum Bisnis : Lisensi´ Tracey A. Nicastro, ³Note : How the Cokie Crum-
Rajawali Pers, Jakarta, 2001. bles: the Good Requirement for Terminating
_________, ´Seri Hukum Bisnis - Lisensi atau Wa- Franchise Agreement´ Valparaso Univer-
UDODED 6XDWX 3DQGXDQ 3UDNWLV´ Ed. Ke- sity Law Review. Vol 28. Winter, 1994.
satu Cet. Kesatu, PT. RajaGrafindo Persada, Warren J. Keegen, ³Global Marketing Manage-
Jakarta, 2002. ment´, Prentice Hall International, New
Harian Kompas, ´Aspek Hukum dari Franchise´ York, 1989.
Edisi tanggal 21 Maret 1990.
Indonesia, ³Peraturan Pemerintah Republik
,QGRQHVLD WHQWDQJ :DUDODED´ P.P. No. 42
tahun 2007.

139 Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 2, April 2011

Anda mungkin juga menyukai