Anda di halaman 1dari 12

14 September 2018

HAKIKAT BAHASA
Oleh: Risky Anggita Haraha, S.Pi.

Bahasa merupakan suatu ungkapan yang mengandung maksud untuk


menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Sesuatu yang dimaksudkan oleh
pembicara bisa dipahami dan dimengerti oleh pendengar atau lawan bicara
melalui bahasa yang diungkapkan. Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat
komunikasi (Chaer, 2006).
Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan sesama manusia dalam
berinteraksi melalui pertukaran simbol-simbol linguistik baik verbal maupun
nonverbal. Bahasa sebagai media komunikasi agar lebih mudah dipahami oleh
pihak lain karena dapat mentransmisikan informasi dengan menggunakan simbol-
simbol bahasa (Amri, 2015).
Bahasa adalah satu sistem, sama dengan sistem-sistem lain, yang sekaligus
bersifat sistematis dan bersifat sistemis. Bahasa itu bukan merupakan satu sistem
tunggal melainkan dibangun oleh sejumlah subsistem (subsistem fonologi,
Sintaksis, dan leksikon). Sistem bahasa ini merupakan sistem lambang, sama
dengan sistem lambang lalu lintas, atau sistem lambang lainnya. Hanya, sistem
lambang bahasaini berupa bunyi, bukan gambar atau tanda lain, dan bunyi itu
adalah bunyi bahasa yang dilahirkan alat ucap manusia (Chaer, 2009).

Fungsi Bahasa
Fungsi bahasa dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu fungsi bahasa secara
umum dan secara khusus.
1. Fungsi bahasa secara umum
a. Sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan diri.
Melalui bahasa kita dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang
tersirat di dalam hati dan pikiran kita.
b. Sebagai alat komunikasi. Bahasa merupakan saluran maksud seseorang,
yang melahirkan perasaan dan memungkinkan masyarakat untuk bekerja
sama. Pada saat menggunakan bahasa sebagai komunikasi,berarti memiliki
14 September 2018

tujuan agar para pembaca atau pendengar menjadi sasaran utama perhatian
seseorang. Manusia memakai dua cara berkomunikasi, yaitu verbal dan non
verbal. Berkomunikasi secara verbal dilakukan menggunakan alat/media
(lisan dan tulis), sedangkan berkomunikasi secara non verbal dilakukan
menggunakan media berupa aneka symbol, isyarat, kode, dan bunyi seperti
tanda lalu lintas,sirene setelah itu diterjemahkan kedalam bahasa manusia.
c. Sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial. Pada saat beradaptasi di
lingkungan sosial, seseorang akan memilih bahasa yang digunakan
tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi. Seseorang akan
menggunakan bahasa yang non-formal pada saat berbicara dengan teman
dan menggunakan bahasa formal pada saat berbicara dengan orang tua atau
yang dihormati.
d. Sebagai alat kontrol Sosial. Yang mempengaruhi sikap, tingkah laku, serta
tutur kata seseorang. Kontrol sosial dapat diterapkan pada diri sendiri dan
masyarakat.
2. Fungsi bahasa secara khusus
a. Mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari. Manusia adalah
makhluk sosial yang tak terlepas dari hubungan komunikasi dengan
makhluk sosialnya. Komunikasi yang berlangsung dapat menggunakan
bahasa formal dan non formal.
b. Mewujudkan Seni. Bahasa yang dapat dipakai untuk mengungkapkan
perasaan melalui media seni khususnya dalam hal sastra. Terkadang bahasa
yang digunakan yang memiliki makna denotasi atau makna yang tersirat.
Dalam hal ini, diperlukan pemahaman yang mendalam agar bisa
mengetahui makna yang ingin disampaikan.
c. Mempelajari bahasa kuno. Dengan mempelajari bahasa kuno, akan dapat
mengetahui peristiwa atau kejadian dimasa lampau. Untuk mengantisipasi
kejadian yang mungkin atau dapat terjadi kembali dimasa yang akan
datang, atau hanya sekedar memenuhi rasa keingintahuan tentang latar
belakang dari suatu hal.
d. Mengeksploitasi IPTEK. Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia akan
selalu didokumentasikan supaya manusia lainnya juga dapat
14 September 2018

mempergunakannya dan melestarikannya demi kebaikan manusia itu


sendiri.

Sifat-Sifat Bahasa
Bahasa itu adalah sebuah sistem yang tersusun menurut suatu pola/aturan
serta terdiri dari sub-sub sistem atau sistem bawahan. Berdasarkan definisi bahasa
dari Kridalaksana dan dari beberapa para ahli lainnya, maka dapat disebutkan sifat
atau ciri-ciri yang hakiki dari suatu bahasa. Berikut ini adalah sifat dan ciri-ciri
bahasa antara lain :
- Bahasa sebagai sistem, bahasa memilki suatu aturan atau susunan teratur yang
membentuk suatu keseluruhan yang bermakna dan berfungsi. Sistem ini
dibentuk oleh sejumlah unsur atau komponen yang satu dengan yang lainnya
berhubungan secara fungsional.
- Bahwa berwujud lambang, yaitu bahasa itu dilambangkan atau disampaikan
dalam bentuk bunyi bahasa bukan dalam wujud yang lain yaitu berupa bunyi-
bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
- Bahasa berupa bunyi, yang dimaksud disini adalah satuan bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia yang di dalam fonetik diamati sebagai “fon”
dan di dalam fonemik sebagai “fonem”.
- Bahasa itu bersifat arbitrer, yaitu tidak ada hubungan wajib antara lambang
bahasa yang berwujud bunyi itu dengan konsep atau pengertian yang
dimaksud oleh lambang tersebut,biasa di artikan sewenang-wenang,selalu
berubah-ubah,tidak menetap.
- Bahasa itu konvesional, masyarakat mematuhi akan konvensi yang di terapkan
di dalam konsep yang mewakilinya.
- Bahasa itu bermakna, ditinjau dari fungsinya yaitu menyampaikan pesan,
konsep, ide atau pemikiran. Jadi bentuk-bentuk bunyi yang tidak bermakna
yang disampaikan dalam bahasa apapun tidak bisa disebut sebagai bahasa.
- Bahasa itu bersifat unik, setiap bahasa di dunia itu mempunyai ciri khas yang
spesifik yang tidak dimiliki oleh bahasa lain.
14 September 2018

- Bahasa itu bersifat produktif, unsur-unsur yang terkandung di dalam bahasa


itu dapat dikembangkan menjadi satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tidak
terbatas sesuai dengan sistem yang berlaku di dalam bahasa tersebut.
- Bahasa itu bersifat universal, pada suatu bahasa yang ada di dunia ada ciri-ciri
yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa dan tentunya ciri-ciri itu adalah
unsur bahasa yang paling umum.
- Bahasa itu variasi, bahasa di dunia ini beragam dan bermacam-macam.
- Bahasa itu bersifat dinamis, karena bahasa itu selalu berkaitan dengan semua
kegiatan manusia dan kegiatan manusia itu selalu berubah hingga akhirnya
bahasa juga ikut berubah menjadi tidak tetap, dan menjadi tidak statis tetapi
dinamis.
- Bahasa itu manusiawi artinya bahasa itu hanya dimiliki saja dan digunakan
oleh manusia itu sendiri.
- Bahasa sebagai alat interaksi sosial, hal ini sesuai dengan fungsi bahasa itu
sendiri sebagai alat komunikasi.

Fungsi Bahasa Indonesia


Menurut Arifin (2008) kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional memiliki fungsi, diantaranya:
a. Lambang Kebanggaan Kebangsaan
Di dalam fungsinya sebagai Lambang Kebangaan Kebangsaan, bahasa
Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa
kebangsaan. Atas dasar kebangaan ini, bahasa Indonesia harus terus dijaga,
pelihara dan kembangkan serta rasa kebanggan pemakainya senantiasa kita
bina.
b. Lambang Indentitas Nasional
Bahasa Indonesia fungsinya sebagai Indentitas Nasional, yang mengarah pada
penghargaan terhadap bahasa Indonesia selain bendera dan lambang negara.
Di dalam fungsinya bahasa Indonesia tentulah harus memiliki indentitasnya
sendiri, sehingga serasi dengan lambang kebangsaan yang lain. Bahasa
Indonesia memiliki indentitasnya hanya apabila masyarakat pemakainya
14 September 2018

terutama kaum muda dan pelajar membina dan mengembangkanya


sedemikian rupa sehingga bersih dari unsur-unsur bahasa lain.
c. Alat Perhubungan Antarwarga, Antardaerah, Antarbudaya
Bahasa Indonesia memiliki peranan yang fital dimasyarakat umum dan
nasional. Berkat adanya bahasa Indonesia masyarakat dapat berhubungan satu
dengan yang lain sedemikian rupa sehingga kesalahpahaman sebagai akibat
perbedaan latar belakang sosial budaya dan bahasa tidak perlu dikawatirkan.
Masyarakat dapat berpergian ke seluruh plosok tanah air dengan hanya
memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai satu-satunya alat komunikasi.
d. Alat Pemersatu Suku Budaya dan Bahasanya
Bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu suku, budaya dan bahasa maksudnya,
bahasa Indonesia memungkinkan keserasian di antara suku-suku, budaya dan
bahasa di Nusantara, tanpa harus menghilangkan indentitas kesukuan dan
kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah
yang bersangkutan. Lebih dari itu, dengan bahasa nasional itu masyarakat
dapat meletakkan kepentingan nasional jauh di atas kepentinggan daerah atau
golongan.
Sedangkan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara memiliki
fungsi diantaranya:
a. Bahasa Resmi Kenegaraan
Maksud dari Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahwa
bahasa Indonesia dipakai didalam kegiatan-kegiatan resmi kenegaraan seperti
upacara, peristiwa dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun
dalam bentuk tulisan. Salah satu kegiatan tersebut adalah penulisan dokumen
dan putusan-putusan serta surat-surat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan
badan-badan kenegaraan lainya, serta pidato-pidato kenegaraan.
b. Bahasa Pengatar dalam Pendidikan
Bahasa Indonesia memiliki fungsi fital di dunia pendidikan di nusantara ini,
mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi di seluruh
Indonesia, kecuali pada daerah-daerah tertentu yang masih menggunakan
bahasa daerah sebagai bahasa pengantarnya seperti Aceh, Batak, Sunda, Jawa,
14 September 2018

Madura, Bali dan Makasar, akan tetapi hanya sampai tahun ke tiga pendidikan
Sekolah Dasar.
c. Alat Perhubungan pada Tingkat Nasional
Dalam hal ini bahasa Indonesia dipakai bukan saja sebagai alat komunikasi
timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan bukan saja sebagai
alat perhubungan antardaerah, dan antarsuku, melainkan juga sebagai alat
perhubungan di dalam masyarakat yang sama latar belakang sosial budaya dan
bahasanya.
d. Alat Pegembangan Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Di dalam hubungan ini, bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang
memungkinkan kita membina dan mengembangkan kebudayaan nasional
sedemikian rupa sehingga bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri dan
indentitasnya sendiri, yang membedakanya dengan kebudayaan daerah.
(Puspidalia, 2012).

Pemerolehan Bahasa
Bagaimana manusia memperoleh bahasa merupakan suatu hal yang sangat
mengagumkan dan sulit dibuktikan. Berbagai teori dari bidang disiplin yang
berbeda telah dikemukakan oleh para pengkaji untuk menerangkan bagaimana
proses ini terjadi dalam diri anak. Memang diakui bahwa disadari ataupun tidak,
sistem-sistem linguistik dikuasai dengan baik oleh seorang anak walaupun
umumnya tidak ada pengajaran formal. “…learning a first language is something
every child does successfully, in a matter of a few years and without the need for
formal lessons.”1
Bahasa yang menjadi objek kajian linguistik harus dibedakan dari
berbahasa, yakni kegiatan manusia dalam memproduksi dan meresepsi bahasa.
Proses berbahasa dimulai dari enkode semantik, enkode gramatik, dan encode
fonologi. Enkode semantik dan enkode gramatik berlangsung dalam
otak,bsedangkan enkode fonologi dimulai dari otak lalu dilanjutkan
pelaksanaannya oleh alat-alat bicara yang melibatkan sistem saraf otak
(neuromiskuler) bicara dari otot tenggorokan, otot lidah, otot bibir, mulut, langit-
langit, rongga hidung, pita suara, dan paru-paru.2 Karena Bahasa adalah objek

1
Crain and Lilo-Martin, An Introduction to Linguistic Theory and Language Acquisition (Malden: Blackwell
Publishing, 1999), 244.
2
Abdul Chaer, Psikolinguistik: Kajian Teoretik (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 148.
14 September 2018

kajian linguistik, maka kegiatan berbahasa ini merupakan objek kajian


psikolinguistik. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa berbahasa adalah proses
mengeluarkan pikiran dan perasaan (dari otak) secara lisan, dalam bentuk kata-
kata atau kalimat-kalimat.
Menurut Dardjowidjojo istilah pemerolehan dipakai untuk padanan istilah
inggris acquisition, yang merupakan suatu proses penguasaan bahasa yang
dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya.3
Sementara Chaer memberikan pengertian bahwa pemerolehan bahasa atau
acquisition adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika dia
memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa
biasanya dibedakan dari pembelajaran bahasa (language learning). Pembelajaran
bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang anak
mempelajari bahasa kedua, setelah dia memperoleh bahasa pertamanya.4
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemerolehan bahasa adalah proses yang
berlangsung terhadap anak-anak yang belajar menguasai bahasa pertama atau
bahasa ibu sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan pemerolehan
bahasa kedua, dimana bahasa diajarkan secara formal kepada anak
(Fatmawati, 2015).

Bahasa Baku dan Tidak Baku


Kata baku adalah kata yang sesuai dengan ejaan kaidah bahasa Indonesia.
Sedangkan kata tidak baku adalah kata yang tidak sesuai dengan ejaan kaidah
bahasa Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia ini lebih dikenal sebagai Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD). Selain pedoman
EYD, kamus bahasa Indonesia juga menjadi salah satu rujukan dalam penentuan
baku atau tidaknya suatu kata.
Kata baku sering digunakan pada kalimat resmi ataupun percakapan resmi,
misalnya pada pidato atau ketika berbicara kepada orang yang lebih dihormati.
Kata tidak baku lebih sering digunakan dalam percakapan sehari-hari, misalnya
dengan teman atau anggota keluarga. Kata tidak baku dapat dikenali salah satunya
dari penulisannya.

3
Dardjowidjojo, Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, n.d.), 225.
4
Abdul Chaer, Psikolinguistik: Kajian Teoretik, 167.
14 September 2018

1. Kata Baku

Kata baku adalah kata yang cara pengucapannya atau penulisannya sesuai

dengan kaidah-kaidah standar atau kaidah yang telah dibakukan. Ragam kata baku

memiliki sifat kemantapan dinamis, artinya mempunyai aturan dan kaidah dalam

standar bahasa. Kata baku biasanya digunakan dalam situasi resmi, seperti acara

seminar, pidato, temu karya ilmiah, dll. Kaidah-kaidah standar yang dimaksud

dapat berupa Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (EYD), kamus umum, dan

tata bahasa baku. Dalam hal ini kamus bahasa Indonesia dapat dijadikan rujukan

untuk mengetahui bahasa baku.

Kemunculan istilah kata baku atau kata standar dapat ditelusuri dari
sejarah perkembangan bahasa yang menunjukkan bahwa ragam orang yang
berpendidikan memperoleh gengsi dan wibawa yang tinggi. Ragam itulah
kemudian dijadikan tolak ukur bagi pemakaian bahasa yang benar. Adapun ciri-
ciri kata baku adalah sebagai berikut:
- Tidak dipengaruhi oleh bahasa daerah.
- Tidak dipengaruhi oleh bahasa asing.
- Bukan merupakan bahasa pasar.
- Memakai imbuhan secara eksplisit.
- Pemakaiannya sesuai dengan konteks kalimat.
- Tidak menimbulkan kerancuan.
- Tidak menimbulkan pleonasme.
- Tidak menimbulkan hiperkorek.
Secara umum, fungsi kata baku dalam bahasa adalah sebagai berikut:
- Pemersatu, pemakaian kata baku dalam bahasa dapat mempersatukan
sekelompok orang menjadi satu kesatuan masyarakat bahasa.
- Pemberi kekhasan, pembakuan kata dalam bahasa dapat menjadi pembeda
dengan masyarakat pemakai bahasa lainnya.
- Pembawa kewibawaan, kata baku yang diterapkan dalam bahasa dapat
memperlihatkan kewibawaan pemakainya.
14 September 2018

- Kerangka acuan, kata-kata baku menjadi patokan bagi benar tidaknya


pemakaian bahasa seseorang atau sekelompok orang.
Kesalahan yang sering terjadi adalah pembakuan kata belum tersosialisasi
pada masyarakat. Dengan demikian, masyarakat tidak mengetahui mana ejaan,
kata, ataupun struktur kalimat baku dan mana yang tidak baku. Masyarakat
seringkali tidak berkesempatan melihat kaidah standar itu. Mereka lebih sering
mendengar orang bicara, atau membaca tulisan-tulisan di majalah atau media
cetak lain. Sementara itu, yang berbicara ataupun yang menulis juga tentu
menggunakan hal-hal yang baku.
Beberapa penentuan kata baku dapat dilihat dari ciri-cirinya. Ciri ciri kata
baku antara lain:
1. Kata baku tidak dapat berubah setiap saat
2. Tidak terpengaruh bahasa daerah
3. Bukan bahasa percakapan sehari-hari
4. Tidak terpengaruh bahasa asing
5. Penggunaan kata baku sesuai dengan konteks di dalam kalimat
6. Kata baku tidak mempunyai arti yang rancu
7. Kata baku tidak mengandung arti pleonasme (lebih dari apa yang diperlukan)
8. Pemakaian imbuhan pada kata baku secara eksplisit

2. Kata Tidak Baku


Kata-kata tidak baku adalah kata-kata yang pengucapan atau penulisannya
tidak memenuhi kaidah bahasa Indonesia. Kata tidak baku adalah bagian dari
kekayaan bahasa Indonesia. Pemakaian kata tidak baku berkaitan dengan situasi
dan kondisi. Penggunaan kata tidak baku ini banyak digunakan dalam percakapan
lisan yang cenderung bersifat akrab atau informal. Oleh karena tidak bersifat
formal, maka bahasa yang digunakan dalam penyampaiannya berisi kata-kata
tidak baku. Pemakaian kata tak baku biasanya bertujuan untuk menimbulkan rasa
keakraban dan keleluasaan berkomunikasi di antara mereka. Penggunaannya
dalam bentuk tulisan, dapat ditemukan dalam komunikasi akrab seperti surat
menyurat pribadi (Iskak, dkk., 2008).
14 September 2018

Ciri-ciri kata tidak baku antara lain:


1. Dapat terpengaruh bahasa daerah atau bahasa asing
2. Terpengaruh oleh perkembangan zaman
3. Digunakan pada percakapan santai
4. Dapat dibuat oleh siapa saja sesuai keinginannya

Kata dapat dan kata bisa, yang baku adalah kata dapat dan kata tidak
bakunya adalah bisa. dalam penulisan ragam resmi, kata dapat lebih tepat
digunakan karena sesuai dengan kondisi penggunaan dalam ragam tulis.
pengucapan kata ini cukup bebeda. kata dapat digunakan lebih santun sedangkan
kata bisa memiliki ragam bahasa yang lebih santai.

Penyebab kebakuan dan ketidakbakuan dari segi fonologi adalah sebagai


berikut.

1. Penggantian konsonan

Kata Baku Kata Tidak Baku


aktif aktip

2. Penyederhanaan deret vokal

Kata Baku Kata Tidak Baku


varietas varietas

3. Penyederhanaan gugus konsonan


Kata Baku Kata Tidak Baku
kompleks kompleks

4. Penggantian huruf vokal


Kata Baku Kata Tidak Baku
antena antene
14 September 2018

5. Penghilangan huruf vokal


Kata Baku Kata Tidak Baku
anugerah anugrah

6. Penambahan huruf vokal


Kata Baku Kata Tidak Baku
harfiah harafiah

7. Pembentukan deret huruf vokal


Kata Baku Kata Tidak Baku
diktat diktaat

8. Penggantian konsonan dengan vokal dan sebaliknya


Kata Baku Kata Tidak Baku
jadwal jadual

9. Penggantian vokal
Kata Baku Kata Tidak Baku
Senin Senen

Kata-kata tidak baku seringkali digunakan pada percakapan bahasa


Indonesia. Misalnya saja kata mengapa diganti dengan kata ngapain.

Berikut pasangak kata tidak baku dan kata baku dalam bahasa Indonesia.

Kata Tidak Baku Kata Baku


Enggak tidak
Bikin membuat
Ngomong berkata
Ngapain mengapa
Mikirin memikirkan
Jaman zaman
Contek sontek
14 September 2018

Daftar Pustaka

Amri, Y.K. 2015. Bahasa Indonesia: Pemahaman Dasar-dasar Bahasa


Indonesia. Yogyakarta: Atap Buku.

Anonymous. 2013. Contoh dan Pengertian Kata Baku dan Tidak Baku Lengkap.
[Internet]. Tersedia di: http://softwaremaniapc.blogspot.com/2013/-
03/contoh-dan-pengertian-kata-baku-dan.html.

Anonymous. 2015. Kata Tidak Baku dalam Bahasa Indonesia di


https://www.ilmusiana.com (di akses 12 September 2018).

Anonymous. 2016. Ciri Ciri Kata Baku dan Tidak Baku Beserta Contohnya di
https://dosenbahasa.com (di akses 12 September 2018).

Arifin, Zainal. 2008. Metodelogi Penelitan Pendidikan. Surabaya: Lentera


Cendikia.

Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta.

Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka


Cipta.

Fatmawati, S.R. 2015. Pemerolehan Bahasa Pertama Anak Menurut Tinjauan


Psikolinguistik. Jurnal Lentera, Vol. XVIII, No. 1, Juni 2015.

Iskak, Ahmad dan Yusnitanah. 2008. Bahasa Indonesia untuk SMK dan MAK
Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Puspadalia, Y.S. 2012. Problematika Pembelajaran Bahasa Indonesia di MI/SD


dan Alternatif Pemecahannya. Jurnal Cendika Vol. 10 No. 1 Tahun 2012

Anda mungkin juga menyukai