LP HT Berat KLP 1
LP HT Berat KLP 1
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK I:
JURUSAN KEPERAWATAN
2) Hipertensi urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna
tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target
progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan
organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam
beberapa jam. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu
24-48 jam (penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat
(dalam hitungan jam sampai hari).
Krisis hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi 2 (Tanto, 2014), yaitu :
1) Hipertensi urgensi, yaitu naiknya tekanan darah secara mendadak
(tekanan darah sistolik > 180 mmHg, dan atau diastolic >120
mmHg) tanpa disertai kerusakan organ target. Penurunan tekanan
darah pada keadaan ini harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24
– 48 jam.
2) Hipertensi emergensi, yaitu naiknya tekanan darah secara
mendadak (tekanan darah sistolik sistolik > 180 mmHg, dan atau
diastolic >120 mmHg) disertai kerusakan organ target yang
progresif. Pada keadaan ini memerlukan penurunan tekanan darah
yang segera dalam kurun waktu menit atau jam.
Beberapa kerusakan target organ yang bersifat progresif yang harus
diwaspadai, antara lain :
a. Perubahan status neurologis
b. Hipertensi ensefalopati
c. Infark serebri
d. Perdarahan intracranial
e. Iskemi atau infark miokard
f. Disfungsi paru akut
g. Diseksi aorta
h. Insufisiensi renal
i. Eklampsia
Kedua krisis hipertensi ini perlu dibedakan dengan cara anamnesa
maupun pemeriksaan fisik. Karena baik factor risiko dan
penanggulangannya berbeda.
Krisis Hipertensi
Vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
Ruptur pembuluh
Vasokonstriksi
darah otak Afterload Penyempitan
pembuluh darah ginjal
ventrikel kiri ↑ arteri kroner
Edema cerebral,
peningkatan TIK Suplai O2 ke ginjal Hipertropi Suplai O2 ke
menurun ventrikel kiri jantung menurun
Iskemia – hipoksia
Risiko perfusi renal Akut Miokard
jaringan cerebral Gagal jantung kiri
tidak efektif Infark
Edema serebri
Ensefalopati hipertensif
c. Pengkajian Sekunder
1) Identitas pasien
2) Riwayat kesehatan
Kaji apakah ada riwayat penyakit serupa sebelumnya baik dari
pasien maupun keluarga. Kaji juga riwayat penyakit yang menjadi
pencetus krisis hipertensi pada pasien
3) Pengkajian nyeri secara komprehensif
4) Pemeriksaan fisik
Lakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh (head to toe)
dengan focus pengkajian pada :
a) Mata : lihat adanya pupil edema, pendarahan dan eksudat,
penyempitan yang hebat arteriol.
b) Jantung : palpasi adanya pergeseran apeks, dengarkan adanya
bunyi jantung S3 dan S4 serta adanya murmur.
c) Paru : perhatikan adanya ronki basah yang mengindikasikan
CHF.
d) Status neurologic : pendekatan pada status mental dan
perhatikan adanya defisit neurologik fokal. Periksa tingkat
kesadarannya dan refleks fisiologis dan patologis.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko perfusi jaringan serebral tidak efektif d.d hipertensi
b. Penurunan curah jantung b.d perubahan afterload ventrikel kiri.
1. Tanda dan gejala mayor :
a) Subjektif :
1. Perubahan afterload
a. Dispnea
b) Objektif :
1. Perubahan afterload
a. Tekanan darah meningkat
b. Nadi perifer teraba lemah
c. CRT > 3 detik
d. Oliguria
e. Warna kulit pucat dan atau sianosis
2. Perubahan kontraktilitas
a. Terdengar suara jantung S3 dan/atau S4
2. Tanda dan gejala minor :
a) Subjektif :
1. Perubahan afterload:-
2. Perubahan emosional
a. Cemas
b. Gelisah
b) Objektif :
1. Perubahan afterload
a. Pulmonary vascular resistance ( PVR )
meningkat/menurun
b. Systemic vascular resistance ( SVR ) meningkat/
menurun
2. Perubahan emosional : -
3. Intervensi Keperawatan
1. Cegah terjadinya
kejang
2. Berikan posisi semi
fowler
3. Hindari pemberian
cairan IV hipotonik
Kolaborasi
1. Kolaborai pemberian
sedasi dan anti
konvulsan , jika perlu
2 Penurunan curah Setelah dilakukan intervensi Perawatan Jantung
jantung b.d keperawatan selama …x…
Observasi
perubahan afterload maka curah jantung meningkat,
ventrikel kiri. dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi tanda/gejala
primer penurunan curah
Curah Jantung
jantung (meliputi
1. Tidak ada edema dyspnea,kelelahan,
jantung edema, peningkatan
CVP)
2. Tidak mengalami
2. Identifikasi tanda/gejala
kelelahan
sekunder penurunan
3. Nyeri dada membaik curah jantung ( meliputi
Terapeutik
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
Observasi
2. Monitor nadi
(frekuensi, kekuatan,
irama)
3. Monitor pernafasan
(frekuensi dan
kedalamannya)
1. Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi
1. Informasikan hasil
pemantauan, jika
diperlukan
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan realisasi daripada rencana
tindakan independent. Pada pelaksanaannya terdiri dari beberapa kegiatan
validasi, rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana keperawatan,
memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari asuhan keperawatan yang digunakan
sebagai alat untuk menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan dan proses ini
berlangsung terus menerus dan diarahkan pada pencapaian tujuan yang
diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, S. dan Familia, 2010. D. Hidup Bahagia Bersama Hipertensi. A Plus Books.
Jakarta
National High Blood Pressure Education Program.2004. The Report of the Joint
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure.US: Bethesda(MD). Retrieved from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK9630/ pada tanggal 14 September
14.00 WITA
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat PPNI:
Jakarta Selatan.
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Denifisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Dewan Pengurus Pusat PPNI: Jakarta Selatan.