Eliminasi Urine
Eliminasi Urine
▼
Senin, 28 November 2016
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Eliminasi Urine
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi
mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001)
Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik
pada anak-anak remaja, dewasa maupun pada usia lanjut akan tetapi, dari dua jenis kelamin
ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umum, kurang lebih 5 – 15%.
Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari seluruh perkemihan yang disebabkan oleh bakteri
terutama scherichia coli ; resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluks
vesikouretal, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru,
septikemia. ( Susan Martin Tucker, dkk, 1998)
Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari
uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra
dari rektum pada pria dan adanya bakterisdal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi
traktus urinarius. Akbitnya UTI pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini
menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang perawatan pada saat eliminasi urine sesuai dengan tujuan dan tata
prosedur pelaksanaan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar Eliminasi urine
Eliminasi urine merupakan cairan yang dikeluarkan dari ginjal sebagai hasil filtrasi dari plasma
darah di glomerulus. Dari 180 liter darah yang masuk ke ginjal untuk difiltrasi, hanya 1 – 2 liter
saja yang dapat berupa urine, sebagai besar hasil filtrasi akan diserap kembali di tubulus ginjal
untuk dimanfaatkan oleh tubuh.
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Proses ini terjadi dua
langkah utama yaitu: kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya
meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua, tinbul refleks saraf
yang disebut refleks miksi (refleks perkemih) yang berusah mengosongkan kandung kemih atau
jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih.meskipun
refleks miksi adalah refleks outonomik medula spimalis, refleks ini bisa juga dihambat atau
ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak.
2.2 Anatomi Sistem Perkemihan
A. Ginjal
Ginjal pada orang dewasa memilkiki panjang kira-kira 11cm, lebar 5 – 7,5cm, tebal 2,5cm, dan
berat sekitar 150 gram. Organ ginjal berbentuk kurva yang gerletak diarea retroperitoneal, pada
bagian belakang dinding abdomen disamping depan vertebra, setinggi torakal ke-12 sampai
lumbal ke-3. Ginjal disokong oleh jaringan adiposa dan jaringan penyokong yang disebut
fasiagerota, serta dibungkus oleh kapsul ginjal, yang berguna untuk mempertahankan ginjal,
pemblu darah,dan klenjar adrenal terhadap adanya trauma. Ginjal terdiri atas tiga ruang, yaitu:
korteks, medula, dan pelvis.
1. Korteks, merupakan bagian paling luar ginjal, terletak dibawah kapsula fibrosa sampai
dengan lapisan medula, tersusun atas nefron-nefron yang jumlahnya lebih dari satu juta. Semua
glomerulus berada dikorteks dan 90% aliran darah menuju korteks .
2. Medula, terdiri atas saluran-saluran atau duktus mengumpul yang disebut piramida ginjal
yang tersusun antara 8 – 18 buah.
3. Pelvis, merupakan area yang terdiri atas kaliks minor yang kemudian bergabug menjadi
kaliks mayor. Empat sampai lima minor bergabung menjadi kaliks mayor dan dua sampai tiga
kaliks mayor bergabung menjadi pelpis ginjal yang berhubungan dengan uretr bagian proksimal
1. Nefron merupakan unit fungsional ginjal, dimana pada masing-masig ginjal terdiri atas satu
sampai empat juta nefron. Nefron terdiri atas komponen faskular dan tubular. Komponen akular
atau pembulu darah kapiler diantaranya adalah anteriola aferen, glomerulus, ateriola everns, dan
kapiler peritubular. Komponen tubular merupakan penampung hasil filtrasi dari glomerus, terdiri
atas kapsula baumen tubulus kontrulus proksimal, ansa henle, tubulus kontortus distal, serta
tubulus dan duktus pengumpul . salah satu komponen penting nevron adalah glomelorusyang
merupakan cabang dari arteriola eferen yang membentuk anyaman-anyaman kapiler. Didalam
glomerulus bila terjadi proses filtrasi.
2. Fungsi ginjal
Ginjal merupakan organ yang penting dalam proses keseimbangan cairan tubuh dan sebagai organ
sekresi dari zat-zat yang sudah tidak dibutuhkan lagi. Berikut adalah beberpa fungsi ginjal .
1. Pengaturan volume dan kompsisi darah. Ginjal berperan dalam pengaturan volume darh dan
komposisi darah melalui mekanisme pembuangan atau sekresi cairan. Misalnyajika intake cairan
melebihi kebutuhan, maka ginjal akan membuang lebih banyak Ciaran yang keluar dalam bentuk
urine, sebaliknya jika kekurangan cairan, maka ginjal akan mempertahankan cairan yang keluar
dengan sedikit urine yang dikeluarkan. Jumlah cairan yang keluar dan dipertahankan tubuh
berpengaruh terhadap pengeceran dan pemekatan darah serta volume darah. Didalam ginjal juga
diproduksi hormon eritropoiettin yang dapat menstimulasi pembentukan sel darah merah. Pada
kondisi kekurangan darah, anemia, atau hipoksia maka akan lebih banyak diproduksi eritropoietin
untuk memperbanyak produksi sel darah merah.
2. Pengaturan jumlah dan konsentrasi elektrolit pada cairan ekstrasel, seperti natrium,klorida,
bikarbonat, kalsium, magnesium, fosfat dan hidrogen konsetrasi elektrolit ini memepengaruhi
pergerakan cairan intrasel dan ekstarasel. Bila terjadi pemasukan dan kehilangan ion-ion tersebut,
maka ginjal akan meningkatkan atau mengurangi sekresi ion-ion penting tersebut.
3. Membantu mempertahankan keseimbangan asa basa (pH) darah. Pengendalian asam basa
darah oleh ginjal dilakukan dengan sekresi urine asam atau basa melalui pengeluaran ion hidrogen
atau bikarbonat dalam urine.
4. Pengaturan tekanan darah. Ginjal berepran dalam pengaturan tekanan darah dengan
menyekresi enzim renin yang mengaktifkan jalur renin-angiotensin dan mengakibatkan perubahan
vasokonstriksi atau vasodilatasi pembulu darah sehingga dapat meningkatkan tekanan darah atau
menurnkan tekanan darah.
5. Pengeluaran dan pembersih hasil metabolisme tubuh, seperti urea, asam urat, dan kreatinin
yang jika tidak dikeluarkan dapat bersifat toksik khususnya pada otak
6. Pengeluaran komponen-komponen asing seperti pengeluaran obat, pestisida, dan zat-zat
berbahaya lainnya
Berdasarkan fungsi-fungsi di atas, ginjal melakukan 3 fungsi mekanik, yaitu filtrasi, reabsorpsi
tubular, dan sekresi tubular.
1. Filtrasi glomerular
Filtrasi plasma terjadi pada glomerulus di nefron, merupakan langkah pertama produksi urine.
Ultrafiltasi terjadi di mana plasma menembus barier dari membran endothelium glomerulus
kemudian hasilnya masuk ke dalam ruang intrakapsul Bowman. Normalnya sekitar 20% atau
sekitar 180 liter per hari plasma masuk ke glomerulus untuk difiltrasi. Rata-rata 178,5 liter
direabsorpsi kembali dan hanya 1-2 liter yang diekskresi menjadi urine. Filtrasi glomerulus terjadi
akibat perbedaan tekanan filtrasi dengan tekanan yang melawan filtrasi atau disebut tekanan
filtrasi efektif. Ada tiga tekanan yang terjadi dalam proses filtrasi, yaitu : tekanan darah kapiler
glomerulus atau tekanan hidrostatik kapiler glomerulus, tekanan osmotik koloid plasma, dan
tekanan hidrostatik kapsula Bowman.
a. Tekanan darah kapiler glomerulus, merupakan tekanan yang cenderung mendorong, tekanan
ini tergantung dari kontraksi atau kerja jantung dan resistansi dari arteriola aferen dan arteriola
eferen. Besarnya tekanan ini sekitar 50 mmHg.
b. Tekanan osmotik koloid plasma, tekanan ini terjadi karena protein plasma yang cenderung
menarik air dan garam-garam ke dalam pembuluh darah kapiler. Tekanan ini bersifat melawan
filtrasi, besarnya sekitar 30 mmHg.
c. Tekanan hidrostatif kapsula Bowman, yaitu tekanan yang terjadi karena adanya cairan pada
kapsula Bowman yang cenderung melawan filtrasi, besarnya sekitar 5 mmHg.
Dengan demikian, kekuatan filtrasi/tekanan filtrasi efektif adalah kekuatan mendorong dimana
tekanan darah kapiler glomerulus dikurangi dua kekuatan yang melawan filtrasi, yaitu tekanan
osmotik koloid dan tekanan hidrostatik kapsula Bowman sehingga besarnya 50 mmHg – (30
mmHg + 5 mmHg) = 15 mmHg.
Tidak semua zat dapat difeltrasi oleh glomerulus, misalnya sel darah dan protein. Oleh karena
ukurannya yang besar, membrane filtrasi hanya dapat dilalui oleh plasma, garam-garam, glukosa,
dan molekul-molekul kecil lainnya. Besarnya volume plasma yang difiltrasi oleh glomerulus per
menit pada semua nefron disebut laju glomerular (LFG) atau glomerular filtration rate (GFR),
Titik besarnya LFG pada laki-laki 125 mm/menit atau 180 liter per 24 jam, sedangkan pada wanita
sekitar 110 ml/menit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi LFG diantaranya sebagai berikut :
a. Tekanan filtrasi efektif. Makin besar tekanan yang dihasilkan makin besar pula LFG-nya.
Tekanan filtasi efektif dipengaruhi oleh adanya autoregulasi dari ginjal termasuk karena stimulasi
saraf simpatis yang mempengaruhi konstriksi anteriola aferen dan eferen, adanya obstruksi aliran
urine, serta menurunnya protein plasma.
b. Permeabilitas dari glomerulus. Normalnya membran glomerulus sangat permeable sehingga
filtrasi cepat terjadi. Pada kondisi tertentu, seperti pada penyakit ginjal dapat meningkatkan
permeabilitas kapiler sehingga meningkat LFG.
Pengukuran LFG sangat penting dalam mengestimasi pembersihan zat-zat, baik yang dikeluarkan
maupun yang direabsorpsi di dalam nefron. Kemampuan ginjal untuk bersihan zat dari plasma
selama 1 menit disebut renal clearance. Dalam pengukuran ini, jumlah dari suatu zat di dalam
urine yang disekresikan dalam jangka waktu tertentu dikaitkan dengan kadar dalam plasma
digambar sebagai persamaan:
Clearance = kadar dalam zat urine dikalikan volume urine dalam milliliter
yang diekresikan per menit dibagi kadar zat dalam plasma.
atau C
C = Clearance
U = Kadar zat dalam urine
V = Volume urine (ml) yang disekresi per menit
P = Kadar zat dalam plasma
Zat yang paling penting untuk disekresi adalah kreatinin karena bersihan kreatinin merupakan
acuan dalam fungsi renal clearance. Filtrasi kreatinin tergantung dari LFG dan konsertrasi
kreatinin dalam plasma (P) dalam mg/ml atau filtrasi kreatinin = LFG x P. Sementara itu, ekskresi
kreatinin merupakan jumlah kreatinin yang dikeluarkan, tergantung dari laju aliran urine (V)
dalam ml/menit dan konsentrasi kreatinin di urine dalam mg/ml atau sekresi kreatinin = U x V.
Kreatinin merupakan hasil pemecahan kreatinin fosfat dalam jaringan otot, normalnya
dikeluarkan melalui urine. Kreatinin masuk dan filtarasi oleh gloumerulus dan tidak di reabsorpasi
dalam jumlah yang signifikan. Dengan memonitorkan kreatinin darah dan jumlah yang disekreasi
melalui urine selama 24 jam LFG dapat diestimasi.
2. Reabsorpsi tubular
Dari 180 liter per hari plasma yang difiltrasi, tidak semuanya dikeluarkan dalam bentuk urine.
Lebih banyak yang diserap kembali atau reabsorpsi dalam tubulus ginjal terutama zat-zat atau
material yang penting bagi tubuh dan hanya 1-2 liter yang dikeluarkan dalam bentuk urine.
Material yang reabsorpsi masuk kembali ke darah melalui kapiler peritubular. Persentase dari
subtansi yang reabsorpsi dan disekresi adalah sebagai berikut.
Tabel Persentase Substansi yang Direabsorpsi dan Disekresi Ginjal
Substansi
Reabsorpsi
( % rata-rata)
Sekresi
( % rata-rata )
Air
99
1
Sodium
99,5
0,5
Glukosa
100
0
Urea
50
50
Reabsorpsi sebagian besar terjadi di tubulus proksimal ( 75 % ) selebihnya terjadi di ansa Henle,
tubulus distal, dan duktus koligentes. Proses reabsorpsi dilakulkan melalui transfer pasif dan
transfer aktif. Transfer pasif adalah pergerakan zat atau material melalui gradien kimia dan listrik.
Pergerakan pasif terjadi dari area dengan konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Misalnya
reabsorpsi pasif adalah air pada tubulus distal, air, dan urea dengan bantuan ADH di duktus
koligen, urea, air, serta klor pada tubulus proksimal. Transpor akltif terjadi dengan membutuhkan
energi ATP, misalnya reabsorpsi natrium, kalium, klor pada tubulus konturtus distal dan duktus
koligen, transfer glukosa, asam amino, natrium, kalium, fosfat, sulfat, dan vitamin C terjadi pada
tubulus kontortus proksimal.
3. Sekresi tubular
Sekresi tubular adalah kebalikan dari reabsorpsi, merupakan proses aktif yang memmindahan zat
keluar kapiler peritubular melewati epitel sel-sel tubular masuk ke lumen nefron untuk
dikeluarkan dalam urine.
Subtansi penting disekresi oleh tubulus adalah hidrogen, kalium, anion dan kation organik, serta
benda-benda asing dalam tubuh. Sekresi ion hidrogen penting dalam keseimbangan asam basa
karena pengeluaran ion hidrogen tergantung dari keasaman cairan tubuh. Ketika cairan tubuh
asam, maka sekresi hidrogen meningkat, demikian sebaliknya. Sekresi kaliaum terjadi di tubulus
distal dan duktus koligen, sedangkan sekresi anion dan kation organik, termasuk polutan
lingkungan dan obat-obatan terjadi pada tubulus kontortus proksimal.
C. Ureter
Ureter merupakan saluran yang berbentuk tabung dari ginjal ke kandung kemih, panjangnya 25 –
30 cm dengan diameter 6 mm. Berjalan mulai dari pelvis renal setinggi lumbal ke-2. Posisi ureter
miring dan menyempit di tiga titik, yaitu : di titik asal ureter pada pelvis ginjal, titik saat melewati
pinggiran pelvis, dan titik penemuan dengan kandung kemih. Posisi miring dan adanya
penyempitan ini dapat mencegah terjadinya refleks aliran urine. Ada tiga lapisan jaringan pada
ureter, yaitu pada bagian dalam adalah epitel mukosa, bagian tengah lapisan otot polos, dan bagian
luar lapisan fibrosa. Ureter berperan aktif dalam transpor urine. Urine mengalir dari pelvis ginjal
melalui ureter dengan gerakan peristaltiknya. Adanya ketegangan pada ureter menstimulasi
terjadinya konstraksi dimana urine akan masuk ke kandung kemih. Rangsangan saraf simpatis dan
parasimpatis juga mengontrol kontraksi ureter mengalirkan urine.
D. Kandung Kemih
Kandung kemih merupakan organ berongga dan berotot yang berfungsi menampung urine
sebelum dikeluarkan melalui uretra. Kandung kemih terletak pada rongga pelvis. Pada laki-laki,
kandung kemih berada di belakang simfisis pubis dan di depan rektum, sedangkan pada wanita
kandung kemih berada di bawah uterus dan di depan vagina. Dinding kandung kemih memiliki 4
lapisan jaringan. Lapsan paling dalam adalah lapisan mukosa yang menghasilkan mukus,
kemudian lapisan submukosa, lapisan otot polos yang satu sama lain membentuk sudut atau
disebut otot detrusor, lapisan paling luar adalah serosa.
Pada dasar kandung kemih terdapat area segitiga yang disebut trigone yang di dalamnya terdapat 3
muara, yaitu 2 muara ureter dan 1 muara uretra. Pada daerah puncak trigone terdapat leher
kandung kemih yang berhubungan dengan muara uretra yang di sekelilingnya terdapat sfinger
uretra interna. Sfinger uretra interna bersifat involunter, dirangsang oleh adanya urine yang masuk
ke kandung kemih.
Kandung kemih dipersarafi oleh serabut postganglionik dari pleksus ganglia hipogastrik dengan
saraf parasimpatis dari ganglia yang merupakan cabang dari nervus pelvikus. Saraf pelvikus
berhubungan dengan medula spinalis melalui pleksus sakralis terutama pada segmen S-2 dan S-3.
Pada bagian sfingter eksterna dipersarafi oleh nervus pudendal yang merupakan serat saraf
somatik dan mengontrol otot lurik pada sfingter.
Fungsi utama dari kandung kemih adalah menampung urine dari uretra dan kemudian dikeluarkan
melalui uretra. Kapasitas maksimum dari kandung kemih pada orang dewasa sekitar 300-450 ml
dan anak-anak antara 50-200 ml. Pada keadaan penuh akan memberikan rangsangan pada saraf
aferen ke pusat miksi sehingga terjadi kontraksi otot detrusor yang mendorong terbukanya leher
kandung kemih sehingga terjadi proses miksinya
E. Uretra
Uretra memanjang dari leher kandung kemih sampai ke meatus. Pada wanita panjangnya sekitar 4
cm, lokasinya antara klitoris dengan liang vagina. Panjang uretra pada laki-laki sekitar 20 cm,
terbagi atas 3 bagian: prostatic uretra yang panjangnya sekitar 3 cm, terletak di bawah leher
kandung kemih sampai kelenjar prostat,bagian kedua adalah membranasea uretra yang panjangnya
1-2 cm yang di sekitarnya terdapat sfingter uretra eksterna, dan pada abagian akhir adalah
kavernus atau panile uretra yang panjangnya sekitar 15 cm memanjang dari penis sampai
orifisium uretra.
Fungsi dari uretra adalah menyalurkan urine dari kandung kemih ke luar. Adanya sfingter uretra
interna yang dikontrol secara involunter memungkinkan urine dapat keluar serta sfingter uretra
eksterna memungkinkan pengeluaran urine dapat dikontrol. Di samping untuk pengeluaran urine,
pada laki-laki uretra juga tempat pengeluaran sperma pada saat ejakulasi.
2.3 Proses Berkemih
Urine diproduksi oelh ginjal 1 ml/menit, tetapi dapat bervariasi antara 0,5-2 ml/ menit. Aliran
urine masuk ke kandung kemih dikontiol oleh gelombang peristaltik yang terjadi setiap 10-150
deyik. Aktivitas saraf parasimparis meningkatkan frekuensi.banyak nya aliran urine pada uretra
diperngaruhi oleh adanya refleks urettrorenal. Refleks ini diaktifkan oleh adanya obstruksi karna
konstriksi uretra dan juga konstriksi arterior aferen yang berakibat pada penurunan produksi urine,
demikian juga pada obstruksi ureter karna batu uretra.
Kandunng kemih berparsarafi oleh saraf dari pelvis, baik sensoris maupun motorik. Pengaktifan
saraf parasimpatiss menyebabkan kontraksi dari otot detrusor. Normalnya, sfinger interna pada
leher kandung kemih berkontraksi dan akan relaksi ketika otot kandung kemih berkontraksi.
Sementra iitu, sfinge eksterna dikontrol berdasarkan kesadaran (volunter) dan dipersarafi oleh
nervus pundedal yang merupakan saraf somatik.
Refleks berkemih dimulsiketika terjadi pengisian lkandung kemih. Jika ada 30-50 ml urine, maka
terjadi peningkatan tekanan pada dinding kandung kemih. Makin banyakn urine yang terkkumpul,
makin besar pula tekanannya, peningkatan tekanan akan menimbulkan refleks peregangan oleh
resptor regang sensoris pada dinding kandung kemih kemudian dihantarkan ke medula spinalis
segmen sakrilsmelalui nervus pelvikus dan kemudian dihantarkan ke medulaspinalis segmen
sakralis melalui nervus pelvikus dan kemudian secara refleks kembali lagi ke kandung kemih
untuk menstimulasi otot detrusor untuk berkonstraksi.
Siklus ini terus berlubang sampai kandung kemih mencapai kontraksi yang kuat, kemudian refleks
akan melemahkan dan menghilang sehingga refleks berekemih berhenti, hal ini menyebabkan
kandung kemih berleksasi. Sementara itu, jika terjadi kontraksi yang kuat, maka akan
menstimulasi nervus pudendal ke sfingter eksternus untuk menghambatnya. Jika penghambatan
sinyal konstriktor volunter ke sfinger ekstern di otak kuat, maka terjadilah proses berkemih.
Proses berkemih juga dikontrol oleh saraf pusat, ketika terjadi rangsangan peregangan pada diding
otot detrusor akibat adanya pengisian urine dikadung kemih melalui serat saraf sensoris di nervus
pelvis stimulus tersebut dihantarkan ke hipotalamus, dari hipotamalus kemudian dihantarkan ke
korteks serbri, selanjutnya korteks serebri merespons dengan mengirimkan sinyal ke sfinger
interna dan eksterna untuk refleksasi sehingga pengeluaran urine terjadi terjadi, proses berkemih
juga difasilitasi oleh kontrakasi dinding abdomen dengan meningkatkan tekanan dalam kandung
kemih sehingga mengakibtkan urine masuk ke leher kanndung kemih dan menimbulkan refleks
berkemih. Tidak semua urine dapat dikelurkan dalam berkemih. Masih dapat terisi urine residu
sekitar 10 Ml.
Resume Kasus :
Tn.D 34 tahun masuk ke Rs Sukmul melalui UGD pada tanggal 5 Desember 2015 dan klien di
diagnosa oleh dokter dengan diagnosa medis Infeksi saluran kemih, klien mengatakan nyeri pada
saaat buang air kecil dan panas , klien mengatakan nyeri perut bagian kiri bawah seperti ditusuk-
tusuk dua hari yang lalu, klien mengatakan makannya 3x/hari, klien mengatakan nafsu makannya
baik. Kemudian setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil, bising usus 8x/menit,
kesadarannya CM, Gcs 15, klien tampak pucat, klien tampak lesu, tugor kulit elastis/baik, mata
normal, klien tampak memengangi perutnya, konjungtiva normal/merah muda, membra mukosa
normal, klien turun 3kg dari 68kg menjadi 65kg, klien tampak dibantu oleh keluarga ketika
bangun dari tempat tidur, klien tampak lemas, klien terpasang infuse RL 28 tpm, kemudian tanggal
7 Desember 2015 didapatkan hasil lab : HB 13 gr/dl, Ht 38%, LED 15 menit perjam, leokosit
7.900 ribu/ul, trambosit 256.000 ribu/ul, Na 127 MEG/L, K 2,9 MEG/L dan CP 72MEG/L .
transferin 12 mg/100ml, albumin 3mg/100ml, klien mendapatkan terapi obat ceftriaxon 2x2gr.
TTV klien : TD : 120/80 mmHg S : 36,5C
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
Genogram
Keterangan :
: laki – laki
: perempuan
--------- : Tinggal dalam satu rumah
: Meninggal laki-laki
: Meninggal Perempuan
: Garis keturunan
: Garis pernikahan
: Klien
Tn.D mengatakan orang yang terdekat adalah istri, interaksi dalam keluarga terbuka dan dapat
mengambil keputusan dengan musyawarah, dampak penyakit klien terhadap keluarga yaitu terjadi
perubahan di dalam keluarga, istri yang mencari nafkah untuk keluarga. Masalah yang
mempengaruhi klien adalah tentang kesehatan dan kesembuhannya.Mekanisme koping terhadap
masalah yang dialami klien yaitu pemecahan masalah, klien ingin segera sembuh dan cepat
pulang, perubahan yang dirasakan klien setelah jatuh sakit adalah berat badan klien menurun.
Klien tidak mempunyai nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan . Aktivitas
keagamaan/kepercayaan yang dilakukan klien adalah sholat lima waktu. Kondisi lingkungan
rumah klien tidak ada, sekitar rumah bersih.
Pola kebiasaan sebelum sakit :
Pola Nutrisi Ny. D makan 3x/hari nafsu makan klien baik, klien tidak mempunyai alergi, klien
tidak mempunyai jenis makanan yg tidak disukai, pola eliminas Tn.D buang air kecil 5 kali sehari
dengan warna kuning jernih tidak ada keluhan. Buang air besar1kali sehari, waktu tidak tentu
warna kuning kosistensi padat dan tidak ada keluhan. Pola perawatan diri Tn.D mandi 2 kali
sehari waktu pagi dan sore, oral hygiene 3 kali sehari dengan menggunakan odol pada waktu pagi,
siang dan sore, dan cuci rambut 2 kali sehari pada waktu pagi dan sore hari, pola istirahat dan tidur
Tn. D lama tidur malam 8jam/hari sebelum tidur berdo’a pola aktivitas dan latihan klien sehari-
hari klien hanya didalam ruangan, klien tidak melakukan olahraga.
Pola kebiasaan di Rumah sakit :
Pola nutrisi di Rumah Sakit frekuensi makan klien 3x/sehari, nafsu makan klien baik, klien selalu
menghabiskan satu porsi yang disediakan di Rumah sakit, klien tidak mempunyai jenis makanan
yg tidak disukai, makanan yang membuat alergi tidak ada, makan pantangan, makan diet, serta
penggunaan obat sebelum makan tidak menggunakan alat bantu seperti Nasso Gastric Tube (NGT)
dan lain-lainnya, pola eliminasi frekuensi buang air kecil 3-4x/hari, warna merah, ada keluhan
terasa nyeri pada saat buang air kecil dan pada saat buang air kecil dilakukan menggunakan
kateter di Rumah sakit, pola buang air besar frekuensi 1x/hari, warna coklat, konsistensi padat,
tidak ada keluahan saat beraktivitas buang air besar secara mandiri, pola perawatan diri selama di
Rumah sakit klien mandi 1x/hari, oral hygiene 2x/hari pada saat pagi dan sore hari, dan selama
klien masuk Rumah sakit pernah mencuci rambut, pola istirahat dan tidur di Rumah sakit Tn.D
tidur siang ± 1 jam dan pada malam hari klien tidur selama ±6 jam, dan kebiasaan klien sebelum
tidur adalah berdo’a. pola aktivitas dan latihan di Rumah sakit klien tidak bekerja dan tidak
dapat melakukan aktivitas seperti biasanya.
Sistem penglihatan posisi mata klien simetris kelopak mata dan pergerakan bola mata normal,
konjungtiva normal/merah muda, kornea normal dan sklera Anikterik, pupil Anisokor, otot mata
normal. Fungsi penglihatan baik, tidak ada tanda-tanda peradangan, klien tidak memakai kaca
mata dan tidak memakai kontak lensa, reaksi terhadap cahaya baik.
Sistem pendengaran daun telinga klien normal, kondisi telinga tengah normal tidak ada cairan
ditelinga dan klien tidak mengalami tinitus, klien tidak merasa penuh pada telinga, fungsi
pendengaran klien baik danklien tidak menggunakan alat bantu pendengaran. Sistem wicara tidak
ditemukan pada klien gangguan wicara
Sistem pernapasan membaik tetapi tidak ada sumbatan atau secret, suara nafas diauskultasi
terdengar vesikuler pada paru-paru kiri/kanan, pernapasan klien 20x/menit .dengan irama teratur
dan klien tidak menggunakan alat bantu napas oksigen (O2).
Sistem kardiovaskuler sirkulasi perifer nadi klien 80x/menit teratur, tekanan darah 120/80 mmHg.
Distensi vena jugularis tidak ada pada leher kanan dan kiri, temperatur kulit klien dipalpasi
hangat, warna kulit kemerahan, pengisisan kapiler 3 detik dan tidak ada edema, sirkulasi jantung
kecepatan denyut nadi apical 80x/menit dan irama teratur, klien tidak mempunyai kelainan bunyi
jantung murmur, serta tidak mempunyai sakit dada setelah.
Sistem hematologi gangguan hematologi : Hb : 13 gr/dl ht : 38 vol%, leukosit : 7.900 ribu/ul,
eritrosit : 3,90juta/ul, trombosit : 256.000 ribu/ul .
Sistem syaraf pusat klien tidak mempunyai keluhan sakit kepala, tingkat kesadaran
composmentis, Glaslow Coma scale (E = 4 M= 5, V= 6). Tidak ada peningkatan tekanan intra
kranial.Klien tidak mempunyai gangguan sistem persyarafan.
Sistem pencernaan keadaan mulut : gigi klien caries, tidak menggunakan gigi palsu, tidak ada
stomatitis, lidah tampak bersih, dan salifa normal.
Sistem endokrin klien tidak mengalami pembesaran kelenjar tiroid, napas klien tidak berbau
keton, tidak ada polidipsi, poliuri, polipagi, dan klien tidak mempunyai luka gangrene.
Sistem integument temperature kulit klien 36,50C warna kulit kemerahan, kondisi kulit klien tidak
ada edema pada ekstramitas kiri bawah dan tidak terdapat kelainan pada kulit.
Sistem muskuloskletal klien tidak mengalami kesulitan dalam pergerakan , klien tidak mengalami
seluitis pada ekstramitas paha kiri dan kondisinya bengkak/edema, klien tidak mempunyai
kelainan bentuk tulang sendi dan tidak ada kelainan struktur tulang belakang.
a. Data penunjang
Hasil laboratorium : pada tanggal 7 Desember 2015
Pemeriksaan hasil Nilai Normal
Hemaglobin 13gr/dl p: 13-16, w: 12-14
Leukosit 7.900/ul 5000-10.000
LED 15mm/jam p: 0-15, w: 0-20
Hematokrit 38% p: 45-55, w:40-50
Trombosit 256.00/ul 150.000-400.00
Eritrosit 3,90 juta/ul 4,00-5,00
Basofil 0% 0-1
Limfosit 23 20-40
Monosit 6 2-8
b. Penatalaksanaan
Infus RL 20 tetes/menit
Antibiotik Ceftriaxon 2x2gr
c. Data focus
1. Data subjektif
klien mengatakan terasa nyeri pada saat buang air kecil dan panas, klien mengatakan nyeri perut
bagian kiri bawah seperti ditusuk-tusuk dua hari yang lalu dengan skala nyeri 6, klien mengatakan
nafsu makan baik , klien mengatakan lemas, klien mengatakan lesu dan tidak beraktifitas secara
mandiri, klien mengatakan perlu dibantu ketika bangun ditempat tidurnya.
2. Data objektif
Bising usus 8x/menit, tugor kulit elastis/baik, mata normal, konjungtiva normal/merah muda, kulit
tampak kemerahan, klien tampak lemas dan lesu, klien tampak memegangi perut, BB turun
perkilo gram dari 68-65 kg, klien tampak dibantu oleh keluarga ketika bangun dari tempat tidur,
klien terpasang infus RL 20 tpm, hasil TTV k/ : suhu : 36,5C, nadi : 80x/menit, TD : 120/80
mmhg, RR : 20x/menit, data lab tanggal 7 Desember 2015 Hb : 13 gr/dl, Ht 38%, LED
15mm/jam, leukosit 7.900 ribu/ul, trombosit 256.000 ribu/ul, transferrin 12mg/100ml, albumin
3mg/100ml, Na 127 meg/l, k 2,9meg/l, cp 27 meg/l, terapi obat ceftriaxon 2x2gr.
b. Analisa Data
Nama Klien / umur :Tn. D / 34 tahun
No. kamar / Ruangan : 218/ 2/ anggrek
Dx. Medis :Infeksi saluran kemih
Data
Masalah
Etiologi
Ds:
- Klien mengatakan nyeri pada saat BAK dan panas
Do:
- tugor kulit elastis
- mata normal
- membrane mukosa normal
- klien terpasang infus RL20 tpm
- TTV klien:
Suhu: 36,5ºC
TD : 120/80 mmHg
RR : 20x/ menit
Nadi : 80x/ menit
- Hasil lab tanggal 5 Desember 2015
Na : 127 mEg/L
K : 2,9 mEg/L
CP: 72 mEg/L
Ht : 38%
Ds:
- Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk skala nyeri 6
- Klien mengatakan lemas
Do:
- Bising usus 8x/menit
- Klien tampak lemas dan lesu
- Hasil TTV klien
Suhu: 36,5ºC
TD :120/80 mmHg
RR : 20x/menit
Nadi: 80x/menit
- Hasil lab tanggal 7 Desember 2015
Na: 127 mEg/L
K : 2,9 mEg/L
CP: 72 mEg/L
Ht: 38%
- Terapi obat
Ceftriaxone 2x2gr
Ds:
- Klien mengatakan nafsu makan baik
- Klien mengatakan tidak enak di perut
- Klien mengatakan lemas
Do:
- Konjungtiva normal
- BB turun 3 kg dari 68 → 65 kg
- Hasil TTV klien:
Suhu: 36,5ºC
TD: 120/80 mmHg
Nadi : 80x/ menit
RR: 20x/ menit
- Hasil lab 7 Desember 2015
Hb: 13 gr/dl
Albumin: 3mg/100 ml
Transperin: 12mg/100ml
- Terapi obat:
Ceftriaxone 2x2gr
C. Diagnosa Keperawatan
1. gangguan pola eliminasi BAK : berhubungan dengan infeksi saluran perkemihan
2. infeksi berhubungan dengan rasa panas saat BAK
3. gangguan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat
D. Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan
1. Diagnosa keperawatan I
Gangguan pola eliminasi BAK : berhubungan dengan infeksi saluran perkemihan
TUJUAN:
Setelah dilakukan tindak keperawatan kepada Tn.D selama 3 x 24 jam di harapkan gangguan pola
eliminasi BAKtidak terjadi
KRITERIA HASIL:
BAK4-5x/hari, Bising usus 8-12x/menit , TTV klien normal, Suhu: 36,5ºC-37ºC, Nadi: 60-
80x/menit, RR: 18-20x/menit, TD: 120/80 mmHG
INTERVENSI
Mandiri:
1. Kaji frekuensi dan konsistansi
Rasional : Mengetahui frekuensi dan konsistensi
2. Kaji bising usus klien
Rasional : Mengetahui frekuensi bising usus
3. Kaji TTV klien
Rasional :Mengetahui keadaan umum klien
4. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat
Rasional :menambah frekuensi BAK klien
Hasil lab: Hb 13-16 gr/dl, Na 127 mEg/L, CP 72mEg/L. K 2,9 mEg/L terapi obat ceftriaxon 2x2gr
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas kami dapat menarik kesimpulan bahwa kebutuhan eliminasi urinne
merupakan bagian dari kebutuhan fisiologis dan bertujuan untuk mengeluarkan bahan sisa.
Dimana sisitem tubuh yag berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal, kandug
kemih, dan uretra. Mekanisme berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urine yang dapat
menimbulkan rangsangan, melalui medulla spinalis dihantarkan ke pusat pengontrol berkemih
yang terdapat di korteks serebral.
Eliminasi urine merupakan salah satu dari proses metabolik tubuh. Urine dikeluarkan melalui
paru-paru, kulit, ginjal, dan pencernaan. Sistem perkemihan terdiri dari dua ginjal (ren) yang
menghassilkan urine, dua ureter yang membawa urine dari ginjal ke viska urinaria (kandung
kemih), satu vesika urinaria (vu) , tempat urine dikumpulkan, dan atu uretra, urin dikeluarkan dari
vesika urinaria.
Faktor yang memepengaruhi eliminassi urine yaitu diet dan asupan (intake), respon keinginan
awal gaya hidup, stres psikologis, tingkat perkembangan kondisi penyakit, sosiokultural,
kebiasaan seseorang tonus otot, pengobatan, dan pemeriksaan diagnostik.
4.2 Saran
1. Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat menambah ilmu pengetahuan dalam dunia kesehatan.
b. Mahasiswa dapat mengetahui tentang gangguan eliminasi urine.
2. Pasien
Agar pasien dapat ditangani pada saat terjadi gangguan eliminasi urine.
3. Instansi
Instansi dapat memfasilitasi dengan fasilitas yang memadai sehingga dapat mendukung
tercapainya makalah yang baik dan benar.