DI PAPUA
OLEH
ORPA ERARI, AMD.KEB
A. Latar Belakang
Indikator derajat kesehatan suatu bangsa dapat dinilai dari Angka Kematian Ibu (AKI),
Angka Kematian Bayi (AKB), dan umur harapan hidup. Angka kematian merupakan barometer
status kesehatan pada suatu negara didunia terutama di negara ASEAN seperti Indonesia,
Thailand, Malaysia, dan Filipina. (Depkes RI 1991)
Hal ini di Dukung dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kementerian
Kesehatan, yang menargetkan AKI pada tahun 2005 – 2009 menjadi 226/100.000 KH,
selanjutnya di harapkan menurun lagi menjadi 125/100.000 KH pada tahun 2010 dan menjadi
102/100.000 KH pada tahun 2015. Millennium Development Goals dalam laporan 2007/2008
menyebutkan, setiap tahun sekitar 18.000 perempuan di Indonesia meninggal akibat komplikasi
dalam persalinan. Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan sebesar 42 %,
eklampsia sebesar 13 %, komplikasi abortus sebesar 11 %, infeksi sebesar 10 % dan persalinan
lama 9%. Melahirkan yang seyogyanya menjadi peristiwa bahagia, tetapi seringkali berubah
menjadi tragedy (Depkes RI 2008; Depkes RI 2010) Angka Kematian ibu tersebut di atas
disebabkan oleh beberapa faktor baik langsung maupun tidak langsung. Penyebab langsung
kematian ibu terbesar adalah komplikasi obsterik (90%) yang dikenal Trias Klasik seperti
pendarahan, infeksi dan preeklampsi/eklampsi atau komplikasi pada saat hamil, bersalin dan
nifas yang tidak di tangani dengan baik tepat dan tepat waktu. Sendangkan penyebab kematian
ibu tidak langsung merupakan akar permasalahan dimana erat hubungannya yang bersifat sosial
dan budaya, seperti kebiasaan, keyakinan, kepercayaan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap
perawatan kehamilan, nifas dan bayi mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan kematian ibu
dan bayi.
Penyebab kematian kematian bayi baru lahir terutama juga disebabkan oleh afeksia, Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR), serta infeksi dimana keadaan tersebut sangat erat hubungannya
dengan kondisi nutrisi pada masa kehamilan (Agustina RY, Laksmono W) Jurnal Promosi
Kesehatan Indonesia Vol. 8 / No. 2 / Agustus 2013 102 persalinan yang aman serta pencegahan
terjadinya hiportemi dan tetanus neonatrum setelah persalinan dan perawatan bayi baru lahir.
Hal ini disebabkan hubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat. Suatu
masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara pengobatan tertentu sesuai dengan
tradisi mereka, karena kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respon terhadap
kesehatan dan penyakit dalam masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Didalam masyarakat
sederhana, kebiasaan hidup dan adat istiadat dibentuk untuk mempertahankan hidup diri sendiri
dan kelangsungan hidup mereka. Berbagai kebiasaan dikaitkan dengan kehamilan, kelahiran dan
perawatan bayi yang bertujuan supaya kesehatan ibu hamil, ibu bersalin dan bayi selamat dan
sehat.
B. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
Bagi orang Kaureh yang berada di kecamatan Lereh, juga mempunyai interpretasi
tentang Ibu hamil, melahirkan dan nifas berdasarkan pemahaman kebudayaan mereka. Orang
Kaureh melihat kehamilan sebagai suatu masa krisis, dimana penuh resiko dan secara
alamiah harus dialami oleh seorang ibu, untuk itu perlu taat terhadap pantangan-pantangan
dan aturan-aturan secara adat. Bila melanggar, ibu hamil akan memderita sakit dan bisa
meninggal. Biasanya bila seorang ibu hamil mengalami penderitaan (sakit), akan diberikan
ramuan berupa air putih yang telah dibacakan mantera untuk diminum. Yang lebih banyak
berperan adalah kepala klen atau ajibar/pikandu.
Sedangkan bila seorang ibu hamil mengalami pembengkakan pada kaki, itu berati ibu
tersebut telah melewati tempat-tempat terlarang atau keramat. Di samping itu pula bisa
terjadi karena buatan orang dengan tenung/black magic, atau terkena suanggi. Pengobatannya
dengan cara memberikan air putih yang telah dibacakan mantera untuk diminum, atau
seorang dukun/kepala klen (ajibar/Pikandu) akan mengusirnya dengan membacakan mantera-
mantera. Apabila seorang ibu hamil mengalami perdarahan dan setelah melahirkan
mengalami perdarahan, itu bagi mereka adalah suatu hal yang biasa saja. Perdarahan berarti
pembuangan darah kotor, dan bila terjadi banyak perdarahan berarti ibu tersebut telah
melanggar pantanganpantangan secara adat dan suami belum menyelesaikan persoalan
dengan kerabat atau orang lain.
Untuk itu biasanya ajibar/Pikandu memberikan ramuan berupa air putih yang telah
dibacakan mantera yang diminum oleh ibu tersebut. Untuk masalah pertikaian maka suami
harus meminta maaf secara adat pada kerabat dan orang lain. Sedangkan persalinan bagi
orang Kaureh adalah suatu masa krisis, dan persalinan harus dilakukan di luar rumah dalam
pondok kecil di hutan karena darah sangat berbahaya bagi kaum laki-laki. Posisi persalinan
dengan cara jongkok, karena akan mudah bayi keluar. Pemotongan tali pusar biasanya
setelah ari-ari keluar baru dilaksanakan, sebab bila dipotong sebelumnya maka ari-ari akan
tinggal terus di dalam perut.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengetahuan tentang mengatasi berbagai masalah kesehatan yang secara turun temurun
diwariskan dari generasi ke genarasi berikutnya. Nampaknya pengetahuan tentang mengatasi
masalah kesehatan pada orang Papua yang berada di daerah pedesaan lebih cenderung
menggunakan pendekatan tradisional karena faktor-faktor kebiasaan, lebih percaya pada
kebiasaan leluhur mereka, dekat dengan praktisi langsung seperti dukun, lebih dekat dengan
kerabat yang berpengalaman mengatasi masalah kesehatan secara tradisional, mudah
dijangkau, dan pengetahuan penduduk yang masih berorientasi tradisional. Sebagian besar
orang Papua di daerah pedesaan lebih menekankan gejala penyakit disebabkan oleh faktor
supernatural atau adanya intervensi dari kekuatan gaib, roh jahat, suanggi, yang semuanya
dapat diatasi kembali dengan sistem pengobatan secara tradisional pula. Namun demikian
bagi orang Papua yang berada di daerah perkotaan sudah dapat mengkombinasikan
pengetahuan moderen dalam menangani masalah kesehatan mereka.
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/17727-44022-1-SM.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/67012-ID-tema-budaya-yang-melatarbelakangi-
perila.pdf
http://papuaweb.org/uncen/dlib/jr/antropologi/01-01/04.pdf