Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Proses belajar mengajar merupakan aktivitas antara guru dengan siswa di
dalam kelas. Dalam proses itu terdapat proses pembelajaran yang berlangsung
akibat penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar
mengajar yang baik adalah proses belajar yang dapat mengena pada sasaran
melalui kegiatan yang sistematis dan untuk itu sangatlah diperlukan keaktifan
guru dan siswa untuk menciptakan proses belajar mengajar yang baik tersebut.
Dalam proses belajar mengajar, strategi sangat dibutuhkan oleh guru
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Strategi merupakan cara atau keinginan
guru dalam membawa siswa menuju target yang diinginkan secara tepat.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, ada empat
strategi dasar dalam belajar mengajar. Strategi itu adalah:  (1) mengidentifikasikan
serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan
kepribadian siswa seperti yang diharapkan, (2) memilih sistem pendekatan belajar
mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat, (3) memilih dan
menetapkan prosedur, metode dan tehnik belajar mengajar yang dianggap paling
tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan guru dalam melaksanakan
pembelajaran, dan (4) menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan
atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh
guru dalam mengevaluasi kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya dijadikan
umpan balik untuk kepentingan kegiatan pembelajaran.
Konstruktivistik merupakan salah satu landasan berpikir
pendekatan pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching
and learning (CTL), yaitu pengetahuan yang dibangun oleh siswa sedikit demi
sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit).
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap

UNSULBAR Page 1
untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu,
memberi makna melalui pengetahuan itu, kemudian memberi makna melalui
pengalaman nyata. Esensi dari teori konstruktivistik adalah ide bahwa siswa harus
menemukan dan mentranformasikan situasi kompleks ke situasi lain dan apabila
dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri.
Dengan dasar tersebut, pembelajaran harus dikemas menjadi proses
“mengkonstruk” bukan “menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran
siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam
proses belajar mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru.
Konstruktivistik menekankan pada prinsip belajar yang berpusat pada
siswa (student center). Siswa harus menjadikan informasi itu sebagai miliknya
sendiri. Dalam hal ini guru tidak dapat hanya semata-mata memberikan
pengetahuan kepada siswa, melainkan siswalah yang harus membangun
pengetahuan di dalam benaknya.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dibuat rumusan masalah
sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan konstruktivistik ?


2. Bagaimana ciri-ciri teori belajar dari konstruksivistik ?
3. Siapa saja tokoh aliran konstruksivistik ?  
4. Bagaimana kekuatan dan kelemahan teori konstruksivistik ?
5. Bagaimana aplikasi toeri konstruksivistik dalam kegiatan pembelajaran

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untik mengetahui apa yang dimaksud dengan konstruktivistik ?


2. Untuk mengetahui ciri-ciri teori belajar dari konstruksivistik ?
3. Untuk mengetahui Siapa saja tokoh aliran konstruksivistik ?  

UNSULBAR Page 2
4. Untuk mengetahui Bagaimana kekuatan dan kelemahan teori
konstruksivistik ?
5. Untuk mengetahui Bagaimana aplikasi toeri konstruksivistik dalam
kegiatan pembelajaran

D. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah :

1. Memberikan informasi mengenai pembelajaran konstruktivisme.


2. Memberikan informasi dan pemahaman kepada pendidik bahwa peserta
didik itu sebenarnya bukanlah seperti kertas putih yang kosong di mana
guru bisa secara bebas membentuk pengetahuan siswa, tapi siswa adalah
merupakan manusia yang sudah mempunyai pengetahuan yang mereka
peroleh dari pengalaman lingkungan mereka sehari-hari.
3. Memberikan informasi dan pemahaman kepada peserta didik bahwa yang
sebenarnya peserta didik tersebut sudah memiliki pengetahuan awal dari
pengalaman lingkungan mereka, bukan dibentuk baru oleh pendidik.

UNSULBAR Page 3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Belajar menurut pandangan Konstruktivistik


            Kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun
pengetahuan baru dalam stuktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
Pengetahuan itu terbentuk bukan dari objek semata, akan tetapi juga dari
kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang di
amatinya. Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar
akan tetapi dikontruksi dalam diri seseorang. Oleh sebab itu tidak bersifat statis
akan tetapi bersifat dinamis. Tergantung individu yang melihat dan
mengkontruksinya.
Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori
konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar
adalah suatu pendekatan di mana siswa harus secara individual menemukan dan
menstransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan
aturan yang ada dan merevisinya bila perlu.
Teori konstruktivisme didefinisikan sebagai  pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda
dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang
bersifat mekanistik antara stimulus respon, konstruktivisme lebih memahami
belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan
dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya.
Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang
dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan
pengalaman demi pengalaman.

            Menurut Wina Sanjaya (2008: 264) bahwa “konstruktivistik adalah proses


membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa
berdasarkan pengalaman. Guru bukanlah pemberi informasi, dan jawaban atas
semua masalah yang terjadi di kelas”.

UNSULBAR Page 4
            Selanjutnya Aunurrahman (2009: 28) bahwa: “konstruktivistik
memberikan arah yang jelas bahwa kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif
dalam upaya menemukan pengetahuan, konsep, kesimpulan, bukan sekedar
merupakan kegiatan mekanistik untuk mengumpulkan informasi atau fakta saja”.
Menurut faham konstruktivis pengetahuan merupakan konstruksi
(bentukan) dari orang yang mengenal sesuatu (skemata). Pengetahuan tidak bisa
ditransfer dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema
sendiri tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan
proses kognitif di mana terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai
suatu keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema (jamak: skemata) yang baru. 
Seseorang yang belajar itu berarti membentuk pengertian atau pengetahuan secara
aktif dan terus-menerus (Suparno, 1997).
Constructivism (konstruktivisme) merupakan landasan berfikir (filosofi)
pembelajaran kontekstual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia
sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan
tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,
konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata
(Trianto, 2010: 113).

B. Ciri-ciri Pembelajaran Konstruktivistik


Menurut Suparno (1997:49) secara garis besar prinsip-prinsip
konstruktivisme yang diambil adalah (1) pengetahuan dibangun oleh siswa
sendiri, baik secara personal maupun secara sosial; (2) pengetahuan tidak
dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali dengan keaktifan siswa sendiri untuk
bernalar; (3) siswa aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga terjadi
perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai
dengan konsep ilmiah; (4) guru berperan membantu menyediakan sarana dan
situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus.

UNSULBAR Page 5
Berikut ini akan dikemukakan ciri-ciri pembelajaran yang konstruktivis
menurut beberapa literatur yaitu sebagai berikut.
1. Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman atau pengetahuan
yang telah ada sebelumnya.
2. Belajar adalah merupakan penafsiran personal tentang dunia.
3. Belajar merupakan proses yang aktif dimana makna dikembangkan
berdasarkan pengalaman.
4. Pengetahuan tumbuh karena adanya perundingan (negosiasi) makna
melalui berbagai informasi atau menyepakati suatu pandangan dalam
berinteraksi atau bekerja sama dengan orang lain

C. Tokoh-tokoh dalam Teori Belajar Konstruktivisme

1. Jean Piaget
Teori belajar konstruktivistik yang dikembangkan oleh Piaget dikenal
dengan nama konstruktivistik kognitif (personal constructivism) Teorinya
berisi konsep-konsep utamadi bidang psikologi perkembangan dan berkenaan
dengan pertumbuhan intelegensi, yanguntuk Piaget, berarti kemampuan untuk
secara lebih akurat merepresentasikan dunia, dandan mengerjakan operasi-operasi
logis dari representasi-representasi konsep realitasdunia.Lebih jauh Piaget
mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasifoleh seseorang,
melainkan melalui tindakan. Dari pandangan Piaget tentang
tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara 
maupunkemampuan anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan
kematangan intelektualanak. Pada teori ini konsekuensinya dalah siswa harus
memiliki ketrampilan unutkmenyesuaikan diri atau adaptasi secara Teori Belajar
Konstruktivistik
2.Teori Vigosky
Teori belajar Vygotsky menekankan pada sosiokultural dan pembelajaran.
Siswadalam mengkonstruksi pengetahuannya dipengaruhi oleh lingkungan sosial
disekitarnya.Pengetahuan, sikap, pemikiran, tata nilai yang dimilki siswa akan
berkembang melalui proses interaksi. konsep penting dalam teori Vygosky yaitu

UNSULBAR Page 6
Zone Of Proximal Development (ZPD) dan Scaffolding. Zone Of  Proximal
Development adalah jarak antara perkembangan sesungguhnya dengan tingkat
potensial dimana siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dibawah
bimbingan orang dewasa. Sedangkan Scaffolding merupakan pemberian kepada
peserta didik selama tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan
memberiakn kesempatan untuk mengambi alih tanggung jawab yang makin besar
setelah dapat melakukannya sendiri. Menurut teori Vygosky untuk dapat
menjelaskan bagaimana pengetahuan dibentuk,maka dirangkum dalam dua
penjelasan yang bertahap. Pertama, realitas dan kebenarandari dunia
luar mengarahkan dan menentukan pengetahuan. Kedua, faktor eksternal
daninternal mengarahkan pembentukan pengetahuan yang tumbuh melalui
interaksi faktor-faktor esternal (kognitif) dan internal (lingkungan dan sosial).

D. Analisis kekuatan dan kelemahan teori kontustivistik

1. Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil


konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi sesuai dengan kaidah
ilmu pengetahuan sehingga menyebabkan miskonsepsi.
2. Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya
sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa
memerlukan penanganan yang berbeda-beda
3. Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah
memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas
siswa.
4. meskipun guru hanya menjadi pemotivasi dan memediasi jalannya proses
belajar, tetapi guru disamping memiliki kompetensi dibidang itu harus
memiliki perilaku yang elegan dan arif sebagai spirit bagi anak sehingga
dibutuhkan pengajaran yang sesungguhnya mengapresiasi nilai-nilai
kemanusiaan.
5. Dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu
sepertinya kurang begitu mendukung; siswa berbeda persepsi satu dengan
yang lainnya;.

UNSULBAR Page 7
Kelebihan dan Kekurangan Teori Psikologi
Belajar Konstruktivistik
Pada dasarnya tidak terdapat pendekatan, strategi, metode, gaya atau pola
mengajar yang paling baik untuk semua materi pelajaran, yang ada adalah sesuai
atau tidak dengan materi pelajaran pada waktu dan kondisi pelaksanaannya. Oleh
karena itu guru diharapkan menguasai berbagai macam pendekatan, strategi,
metode, gaya atau pola mengajar sebab setiap pendekatan, strategi, metode, gaya
atau pola mengajar memiliki kelebihan dan kekurangan.
1. Kelebihan
            Adapun kelebihan dari pembelajaran berdasarkan konstruktivistik adalah
sebagai berikut:
a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan
gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa
sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa
memberikan penjelasan tentang gagasannya.
b. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang
telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan
gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka
tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk merangkai
fenomena, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan
memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.
c. Memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya.
Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong
refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasan
pada saat yang tepat.
d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru
agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan
menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal maupun

UNSULBAR Page 8
yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan
berbagai strategi belajar.
e. Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka
setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan
siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
f. Memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung
siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan
2. Kekurangan
            Adapun kekurangan dari pembelajaran berdasarkan konstruktivistik adalah
sebagai berikut:
A. Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa
hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para
ilmuan sehingga menyebabkan miskonsepsi.
B. Konstruktivistik menanamkan agar siswa membangun
pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang
lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda-beda.
C. Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua
sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan
dan kreatifitas siswa.
D. Ketidaksiapan murida untuk merancang strategi, berfikir dan
menilai sendiri pengajaran berdasarkan pengalamannya sendiri.
Tidak semua murid mempunyai pengalaman yang sama, masalah
ini kadang menyebabkan aktivitas pengajaran menjadi tidak
bermakna bagi siswa.

E. Aplikasi teori kontustivistik dalam kegiatan pembelajaran

A. Peranan Siswa (Si-Belajar).


 Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu
proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh

UNSULBAR Page 9
siswa belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun
konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru
memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan
yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang
akhirnya paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar
siswa sendiri. Dengan istilah lain, dapat dikatakan bahwa hakekatnya
kendali belajar sepenuhnya ada pada siswa.

Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang


sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu.
Kemampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam mengkonstruksi
pengetahuan yang baru. Oleh sebab itu meskipun kemampuan awal
tersebut masih sangat sederhana atau tidak sesuai dengan pendapat guru,
sebaiknya diterima dan dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan.

B. Peranan Guru. 
Dalam belajar konstruktivistik guru atau pendidik berperan
membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan
lancar. Guru hanya membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya
sendiri. Guru dituntut lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang
siswa dalam belajar. Guru tidak dapat mengklaim bahwa satu-satunya cara
yang tepat adalah yang sama dan sesuai dengan kemauannya.
Peranan kunci guru dalam interaksi pendidikan adalah pengendalian, yang
meliputi:

A. Menumbuhkan kemandiriran dengan menyediakan kesempatan untuk


mengambil keputusan dan bertindak.
B. Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak,
dengan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa.
C. Menyediakan sistem dukungan yang memberikan kemudahan belajar
agar siswa mempunyai peluang optimal untuk berlatih.

C. Sarana belajar. 

UNSULBAR Page 10
Pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa peranan utama
dalam kegiatan belajar adalah aktivitas siswa dalam mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan,
lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu
pembentukan tersebut. Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan
pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu yang dihadapinya. Dengan
cara demikian, siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berfikir sendiri,
memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif, dan
mampu mempertanggung jawabkan pemikirannya secara rasional.
D. Evaluasi belajar. 
Pandangan konstruktivistik mengemukakan bahwa lingkungan
belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi
terhadap realitas, konstruksi pengetahuan, serta aktivitas-aktivitas lain
yang didasarkan pada pengalaman. Hal ini memunculkan pemikiran
terhadap usaha mengevaluasi belajar konstruktivistik. Ada perbedaan
penerapan evaluasi belajar antara pandangan behavioristik (tradisional)
yang obyektifis konstruktivistik. Pembelajaran yang diprogramkan dan
didesain banyak mengacu pada obyektifis, sedangkan Piagetian dan tugas-
tugas belajar discovery lebih mengarah pada konstruktivistik. Obyektifis
mengakui adanya reliabilitas pengetahuan, bahwa pengetahuan adalah
obyektif, pasti, dan tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur
dengan rapi. Guru bertugas untuk menyampaikan pengetahuan tersebut.
Realitas dunia dan strukturnya dapat dianalisis dan diuraikan, dan
pemahaman seseorang akan dihasilkan oleh proses-proses eksternal dari
struktur dunia nyata tersebut, sehingga belajar merupakan asimilasi objek-
objek nyata. Tujuan para perancang dan guru-guru tradisional adalah
menginterpretasikan kejadian-kejadian nyata yang akan diberikan kepada
para siswanya.
Pandangan konstruktivistik mengemukakan bahwa realitas ada
pada pikiran seseorang. Manusia mengkonstruksi dan
menginterpretasikannya berdasarkan pengalamannya. Konstruktivistik
mengarahkan perhatiannya pada bagaimana seseorang mengkonstruksi

UNSULBAR Page 11
pengetahuan dari pengalamannya, struktur mental, dan keyakinan yang
digunakan untuk menginterpretasikan objek dan peristiwa-peristiwa.
Pandangan konstruktivistik mengakui bahwa pikiran adalah instrumen
penting dalam menginterpretasikan kejadian, objek, dan pandangan
terhadap dunia nyata, dimana interpretasi tersebut terdiri dari pengetahuan
dasar manusia secara individual.
Teori belajar konstruktivistik mengakui bahwa siswa akan dapat
menginterpretasikan informasi kedalam pikirannya, hanya pada konteks
pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri, pada kebutuhan, latar
belakang dan minatnya. Guru dapat membantu siswa mengkonstruksi
pemahaman representasi fungsi konseptual dunia eksternal. Jika hasil
belajar dikonstruksi secara individual, bagaimana mengevaluasinya?
Evaluasinya belajar pandangan behavioristik tradisional lebih
diarahkan pada tujuan belajar. Sedangkan pandangan konstruktivistik
menggunakan goal-free evaluation, yaitu suatu konstruksi untuk
mengatasi kelemahan evaluasi pada tujuan spesifik. Evaluasi akan lebih
obyektif jika evaluator tidak diberi informasi tentang tujuan selanjutnya.
Jika tujuan belajar diketahui sebelum proses belajar dimulai, proses belajar
dan evaluasinya akan berat sebelah. Pemberian kriteria pada evaluasi
mengakibatkan pengaturan pada pembelajaran. Tujuan belajar
mengarahkan pembelajaran yang juga akan mengontrol aktifitas belajar
siswa.

UNSULBAR Page 12
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan


baru dalam stuktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Pengetahuan itu
terbentuk bukan dari objek semata, akan tetapi juga dari kemampuan individu
sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang di amatinya. Menurut
konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar akan tetapi
dikontruksi dalam diri seseorang. Oleh sebab itu tidak bersifat statis akan tetapi
bersifat dinamis. Tergantung individu yang melihat dan mengkontruksinya.
Konstruktivistik salah satu landasan berpikir pendekatan pengajaran dan
pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL), yaitu
pengetahuan yang dibangun oleh siswa sedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit).
ciri-ciri pembelajaran yang konstruktivis
1. Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman atau pengetahuan
yang telah ada sebelumnya.
2. Belajar adalah merupakan penafsiran personal tentang dunia.
3. Belajar merupakan proses yang aktif dimana makna dikembangkan
berdasarkan pengalaman.
4. Pengetahuan tumbuh karena adanya perundingan (negosiasi)
makna melalui berbagai informasi atau menyepakati suatu
pandangan dalam berinteraksi atau bekerja sama dengan orang lain

B. Saran

Dari makalah yang telah  penulis buat, mungkin terdapat kesalahan dan


kekurangan baik itu dari penulisan atau dari kata-katanya, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca, agar dapat memberikan
motivasi atau nasihat guna memperbaiki makalah ini nantinya.

UNSULBAR Page 13
UNSULBAR Page 14

Anda mungkin juga menyukai