Disusun Oleh:
SUNTIYAH
5020031090
UNIVERSITAS FALETEHAN
SERANG BANTEN
2020-2021
B.20
A. Definisi
Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan infeksi retrovirus RNA
yangdulunya disebut sebagai “human T lymphotrophic virus III” (HTL-III). Infeksi HIV
akanmerusak limfosit T, terutama CD4+, yang akan menyebabkan imunodefisiensi. Hal
iniakan menjadi predisposisi terhadap infeksi virus, fungi, mycobacteria atau parasit.Seiring
dengan waktu, HIV akan menjadi Acquired Immune Deficiency Syndrome(AIDS), apabila
limfosit T CD4+ di bawah 200 cells/μl disertai infeksi HIV (Scully,2004).
Terdapat dua virus utama pada infeksi HIV yaitu HIV-1 yang sejauh ini palingumum
di dunia dan HIV-2 yang menyebar terutama di Afrika Barat. Pintu masuk utamaHIV ke
dalam tubuh adalah melalui darah dan mukosa yang terbuka pada vagina, vulva, rectum,
penis dan juga pada oral cavity (scully, 2002).
B. Klasifikasi
Stadium HIV AIDS:
- Stadium I:Tidak bergejala/asimptomatik, Limpadenopati generalisata
- Stadium II:BB menurun < 10%. Kelainan kulit dan mukosa yg ringan, dermatitis
seboroik, prurigo,ulkus oral yg rekuren. Herpes Zoster dalam 5 tahun terakhir. Infeksi
saluran nafas atasyg berulang.
- Stadium III :BB menurun > 10%. Diare kronis yg berlangsung > 1 bulan. Demam
berkepanjangan >1 bulan. Kandidiasis oral. Oral hairy lekoplakia. TB paru dalam tahun
terakhir. Infeksi bakteri yang berat seperti pneumoni, piomisitis
- Stadium IV :HIV wasting syndrome. Pneumonia Pneumocytis carinii. Toksoplasmosis
otak. RetinitisCMV. TB di luar paru. Limfoma maligna. Encepalopati HIV. Mikosis
dessiminataseperti histoplasmos.
C. Etiologi
Terdapat dua virus utama pada infeksi HIV, yang hanya mempunyai sedikit
perbedaan pada pathogenesis, manifestasi infeksi, perawatan dan prognosis yaitu HIV-
1yang sejauh ini paling umum di dunia dan HIV-2 yang menyebar terutama di AfrikaBarat
(Scully, 2004).
Pada individu yang terinfeksi, biasanya virus akan membentuk antibody dalamwaktu
6-12 minggu. Kebanyakan individu yang terinfeksi HIV akan berada dalam faseviremia
selama 2-6 minggu. Pada kasus yang langka, bisa selama 35 bulan.periodeinkubasi AIDS
pada kebanyakan individu yang terinfeksi HIV adalah 10-12 tahun. Kira-kira 30% penderita
AIDS yang meninggal setelah 3 tahun didiagnosa AIDS dan kira-kira50% hidup selama 10
tahun (Little dkk., 2002).
Pintu masuk utama HIV ke dalam tubuh adalah melalui darah dan mukosa yang
terbuka pada vagina, vulva, rectum, penis dan juga pada oral cavity. HIV yang masuk
kedalam tubuh menuju kelenjar limfe dan berada dalam sel dendritik selama beberapa hari
(Greenberg dkk., 2008).
Kemudian terjadi sindrom retroviral akut seperti flu disertai viremia hebat
denganketerlibatan berbagai kelenjar limfe. Sindrom ini akan hilang sendirir setelah 1-3
minggu,karena kadar virus yang tinggi dalam darah dapat diturunkan oleh sistem imun
tubuh.Proses ini berlangsung berminggu-minggu sampai terjadi keseimbangan antara
pembentukan virus baru dan upaya eliminasi respon imun. Titik keseimbangan disebut
set point. Apabila angka ini tinggi, perjalanan penyakit menuju AIDS akan
berlangsungcepat (Tjay, 2000).
Tahap selanjutnya adalah serokonversi yaitu perubahan antibodi negative menjadi
positif, terjadi 1-3 bulan setelah infeksi dan pasien akan memasuki masa tanpa gejala.Pada
masa ini terjadi penurunan CD4 secara bertahap (CD4 normal = 800-1.000/mm3)yang
terjadi setelah replikasi persisten HIV dengan kadar RNA virus realtif konstan.Mula-mula
penurunan jumlah CD4 sekitar 30-60/tahun, tetapi pada 2 tahun terakhir penurunan jumlah
menjadi cepat sekitar 50-100/tahun sehingga jika tanpa pengobatan,rata-rata masa infeksi
HIV sampai masa AIDS adalah 8-10 tahun saat jumlah CD4 akan mencapai dibawah 200
(Tjay, 2000).
D. Patofisiolog
Tubuh mempunyai suatu mekanisme untuk membasmi suatu infeksi dari bendaasing,
misalnya : virus, bakteri, bahan kimia, dan jaringan asing dari binatang maupunmanusia lain.
Mekanisme ini disebut sebagai tanggap kebal (immune response) yangterdiri dari 2 proses
yang kompleks yaitu :
Kekebalan humoral dan kekebalan cell-mediated. Virus AIDS (HIV) mempunyaicara
tersendiri,sehingga dapat menghindari mekanisme pertahanan tubuh. “ber-aksi” bahkan
kemudian dilumpuhkan.
Virus AIDS (HIV) masuk ke dalam tubuh seseorang dalam keadaan bebas atau berada
di dalam sel limfosit. Virus ini memasuki tubuh dan terutama menginfeksi selyang
mempunyai molekul CD4. Sel-sel CD4-positif (CD4+) mencakup monosit,makrofag dan
limfosit T4 helper. Saat virus memasuki tubuh, benda asing ini segeradikenal oleh sel T
helper (T4), tetapi begitu sel T helper menempel pada benda asingtersebut, reseptor sel T
helper .tidak berdaya; bahkan HIV bisa pindah dari sel induk kedalam sel T helper tersebut.
Jadi, sebelum sel T helper dapat mengenal benda asing HIV, ia lebih dahulu sudah
dilumpuhkan. HIV kemudian mengubah fungsi reseptor di permukaan sel T helper sehingga
reseptor ini dapat menempel dan melebur ke sembarangsel lainnya sekaligus memindahkan
HIV. Sesudah terikat dengan membran sel T4 helper,HIV akan menginjeksikan dua utas
benang RNA yang identik ke dalam sel T4 helper.
F. Komplikasi
a. Oral lesi karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi,dehidrasi,
penurunan berat badan, keletihan dan cacat. Kandidiasis oral ditandai oleh bercak-
bercak putih seperti krim dalam rongga mulut. Jika tidak diobati, kandidiasisoral akan
berlanjut mengeni esophagus dan lambung. Tanda dan gejala yangmenyertai mencakup
keluhan menelan yang sulit dan rasa sakit di balik sternum(nyeri retrosternal).
b. Neurologik a.ensefalopati HIV atau disebut pula sebagai kompleks dimensia
AIDS(ADC; AIDS dementia complex).
- Manifestasi dini mencakup gangguan daya ingat, sakit kepala, kesulitan
berkonsentrasi, konfusi progresif, perlambatan psikomotorik, apatis dan
ataksia.stadium lanjut mencakup gangguan kognitif global, kelambatan dalam
responverbal, gangguan efektif seperti pandangan yang kosong, hiperefleksi
paraparesisspastic, psikosis, halusinasi, tremor, inkontinensia, dan kematian.
- Meningitis kriptokokus ditandai oleh gejala seperti demam, sakit kepala,
malaise,kaku kuduk, mual, muntah, perubahan status mental dan kejang-kejang.
diagnosisditegakkan dengan analisis cairan serebospinal.
c. Gastrointestinal Wasting syndrome kini diikutsertakan dalam definisi kasus
yangdiperbarui untuk penyakit AIDS. Kriteria diagnostiknya mencakup penurunan BB
>10% dari BB awal, diare yang kronis selama lebih dari 30 hari atau kelemahan
yangkronis, dan demam yang kambuhan atau menetap tanpa adanya penyakit lain
yangdapat menjelaskan gejala ini.
- Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma,
dansarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia,
demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.
- Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal,alkoholik.
Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
- Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal
yangsebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rektal, gatal-
gatal dan diare.
d. Respirasi Pneumocystic Carinii. Gejala napas yang pendek, sesak nafas (dispnea),
batuk-batuk, nyeri dada, hipoksia, keletihan dan demam akan menyertai pelbagiinfeksi
oportunis, seperti yang disebabkan oleh Mycobacterium Intracellulare
(MAI),cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides.
e. Dermatologik Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster,
dermatitiskarena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek
nyeri, gatal,rasa terbakar, infeksi sekunder dan sepsis. Infeksi oportunis seperti herpes
zoster danherpes simpleks akan disertai dengan pembentukan vesikel yang nyeri dan
merusak integritas kulit. moluskum kontangiosum merupakan infeksi virus yang
ditandai oleh pembentukan plak yang disertai deformitas. dermatitis sosoreika akan
disertai ruamyang difus, bersisik dengan indurasi yang mengenai kulit kepala serta
wajah.penderitaAIDS juga dapat memperlihatkan folikulitis menyeluruh yang disertai
dengan kulityang kering dan mengelupas atau dengan dermatitis atopik seperti ekzema
dan psoriasis.
f. Sensorik
- Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva atau kelopak mata :
retinitissitomegalovirus berefek kebutaan
- Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengarandengan efek nyeri yang berhubungan dengan mielopati,
meningitis,sitomegalovirus dan reaksi-reaksi obat.
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Hoffmann dkk (2007), pengujian antibodi HIV paling tidak membutuhkan 2 uji,
yaitu:a.
1. Screening test, yaitu ELISA
2. Confimatory test, yaitu Western blot atau immunofluorescence assay (IFT or IFA)Untuk
mengekslusi terjadinya pencampuran sampel, sampel darah kedua dari pasienyang sama
harus di uji. Baru kemudian diagnosis infeksi HIV dapat dikomunikasikankepada pasien
dengan hasil seropositif (Hoffmann dkk, 2007).
Menurut Anonim (2010), tes HIV ELISA dan HIV Western blot digunakan untuk
mendeteksi virus HIV dalam darah. Menurut Nisyrios (2005), ELISA dilakukan untuk
mendeteksi HIV p24 antigen dan antibodi HIV. Beberapa interpretasi uji ELISA
danWestern Blot, antara lain:
1. Tes ELISA yang menunjukkan hasil positif harus dikonfirmasi dengan uji Western
blot. Jika keduanya menunjukkan hasil yang positif maka menegaskan suatu
infeksiHIV. Pemeriksaan lebih lanjut harus diulang dalam interval 3-6 bulan.
2. Jika hasil Western blot menunjukkan hasil negatif, maka hasil
ELISAdipertimbangkan sebagai hasil false positive, hal ini menunjukkan pasien
tidak terinfeksi HIV, pengulangan tes dilakukan jika pasien memiliki resiko dalam
tiga bulan dari tes pertama. Jika Western blot menunjukkan hasil yang tidak tentu,
pasien mungkin baru terinfeksiHIV dan dalam proses seroconverting. Skrining HIV
ELISA harus diulang setiapinterval 2 minggu untuk menentukan apakah uji Western
blot menjadi positif.
3. Jika HIV ELISA dan Western blot menunjukkan hasil positif, tes darah lainnya
dapatdilakukan untuk menentukan banyaknya HIV pada aliran darah. Pada suatu
infeksiHIV, hasil uji CBC (complete blood count) dan sel darah putih akan
menunjukkansuatu abnormalitas. Selain itu, jumlah sel CD4 yang lebih rendah dari
rentang normal juga menjadi tanda bahwa virus sedang merusak sistem pertahanan
tubuh (Anonim,2010).
H. Penatalaksanaan Medis
Medis
- Pengendalian Infeksi Opurtunistik Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan
pemulihan infeksi opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalianinfeksi
yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebabsepsis harus
dipertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan kritis.
- Terapi AZT (Azidotimidin) Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obatantiviral AZT
yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasiantiviral Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase.
Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan HumanImmunodeficiency Virus (HIV)
positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3.
- Terapi Antiviral Baru Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitassystem imun
dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksivirus pada
prosesnya. Obat-obat ini adalah
a. Didanosine
b. Ribavirinc
c. Diedoxycytidine
d. Recombinant CD
- Vaksin dan Rekonstruksi Virus Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan
agentersebut seperti interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis
dapatmenggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk
menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
- Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanansehat,hindari
stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggufungsi imun.
Perawatan
Menurut Hidayat (2008) perawatan pada anak yang terinfeksi HIV antara lain:
- Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup, hidup sehat dan
mencegahkemungkinan terjadi infeksi
- Menanggulangi infeksi opportunistic atau infeksi lain serta keganasan yang ada
- Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti golongandideosinukleotid,
yaitu azidomitidin (AZT) yang dapat menghambat enzim RTdengan berintegrasi ke
DNA virus, sehingga tidak terjadi transkripsi DNA HIV
- Mengatasi dampak psikososial
- Konseling pada keluarga tentang cara penularan HIV, perjalanan penyakit, dan prosedur
yang dilakukan oleh tenaga medis
- Dalam menangani pasien HIV dan AIDS tenaga kesehatan harus selalumemperhatikan
perlindungan universal (universa
Resiko defisit nutrisidibuktikan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen nutrisi - Identifikasi status nutrisi
ketidakmampuan menelan makanan selama 1x3 jam, diharapkan status nutrisi - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
ditandai dengan : teratasi dengan kriteria hasil : - Identifikasi perlunya pengunaan selang
Ds - Susah makan teratasi oksigen nasogastrik
- Keluarga pasien mengatakan pasien - Sianosis / pucat (-) - Monitor asupan makanan
susah makan - Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Do - Anjurkan diit yang diprogamkan
- Pasien tampak pucat - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
- Pasien tampak lemas menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang di butuhkan
Risiko Hipovolemia berhubungan Setelah dilakukan asuhan Manajemen - Periksa tanda dan gejala hipovolemia
dengan Kehilangan cairan secara keperawatan selama 2x24 jam maka hipovolemi - Monitor intake dan output cairan
aktif Status Cairan teratasi,dengan kriteria - Hitung kebutuhan cairan
DO : hasil: - Berikan asupan cairan oral
- Kehilangan cairan secara - Kekuatan nadi meningkat - Anjurkan memperbanyak asupan cairan
aktif - Turgor kulit meningkat oral
- Output urine meningkat - Anjurkan menghindari perubahan posisi
- Berat badan meningkat mendadak
- Perasaan lemah menurun
- Frekuensi nadi membaik
- Tekanan darah membaik
- Tekanan nadi membaik
- Membran mukosa membaik
- Intake cairan membaik