Anda di halaman 1dari 8

1

Termokimia mempelajari jumlah kalor yang menyertai suatu reaksi. Apakah kalor reaksi itu? Bagaimana
cara pengukurannya?

A. AZAS KEKEKALAN ENERGI


1. Energi Dalam (E)
o Setiap zat menyimpan sejumlah tertentu energi.
o Energi tersebut dapat berupa energi kinetik dan energi potensial.
o Energi kinetik berkaitan dengan gerak partikel zat (translasi, rotasi atau vibrasi).
o Semua bentuk energi lain yang tidak berkaitan dengan gerakan partikel digolongkan
sebagai energi potensial.
o Komponen utama energi potensial dalam termokimia yaitu energi ikatan kimia dan gaya
antar- molekul.
o Jumlah energi yang dimiliki suatu zat, yaitu energi kinetik dan energi potensial, disebut
energi dalam (Internal Energy = E).
o Nilai energi dalam tidak dapat diukur, tetapi perubahannnya dapat ditentukan.
o Untuk suatu reaksi kimia: ∆E = E(produk) – E(pereaksi)
2. Sistem dan Lingkungan
o Sistem adalah reaksi atau proses yang sedang dipelajari.
o Lingkungan adalah segala sesuatu di sekitar sistem dengan apa sistem berinteraksi.
o Interaksi sistem dengan lingkungan dapat berupa pertukaran materi dan/atau pertukaran
energi.
o Berdasarkan interaksi yang terjadi antara sistem dan lingkungan, sistem dibedakan atas
sistem terbuka, sistem tertutup, dan sistem terisolasi.
o Sistem dikatakan terbuka jika terjadi pertukaran materi dan energi dengan lingkungan.
Contoh: Air panas dalam gelas terbuka.
o Sistem dikatakan tertutup jika antara sistem dan lingkungan hanya terjadi pertukaran energi,
tetapi tidak pertukaran materi.
Contoh: Air panas dalam gelas tertutup.
o Sistem dikatakan terisolasi jika antara sistem dan lingkungan tidak terjadi pertukaran materi
maupun energi.
Contoh: Air panas dalam termos.

Gambar 5.1 Tiga jenis sistem: (a) terbuka; (b) tertutup dan (c) terisolasi.
3. Kalor dan Kerja
o Pertukaran energi antara sistem dan linkungan dapat berupa kalor dan/atau kerja.
o Kalor adalah bentuk energi yang berpindah dari satu sistem ke sistem lain karena perbedaan
suhu. Kalor berpindah dari suhu lebih tinggi ke suhu lebih rendah.
o Jumlah kalor dapat ditentukan dengan mengukur perubahan suhu yang terjadi, dengan rumus:
2
q = m c ∆t atau q = C ∆t
m = massa zat; c = kalor jenis; C = kapasitas kalor; ∆t = suhu akhir – suhu awal
o Semua bentuk pertukaran energi lainnya di luar kalor digolongkan sebagai kerja.
o Bentuk kerja yang paling lazim menyertai perubahan kimia adalah kerja tekanan-volum, yaitu
kerja yang berkaitan dengan perubahan volum.
o Besarnya kerja tekanan-volum yang dilakukan sistem sama dengan hasilkali tekanan luar
dengan perubahan volum sistem: w = –P ∆V.
o Tanda untuk energi (kalor dan kerja): Jika energi meninggalkan sistem, diberi tanda negatif;
sebaliknya, jika energi memasuki sistem, diberi tanda positif.

Gambar 5.2 Kerja tekanan volum: Untuk memperbesar volum diperlukan energi yang disebut kerja.

4. Hukum I Termodinamika (Azas Kekekalan Energi)


o Energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lain, tetapi tidak dapat dimusnahkan dan tidak
dapat diciptakan.
o Perubahan energi dalam (∆E) suatu sistem sama dengan jumlah kalor dan kerja yang
diterimanya.
∆E = q + w (q = kalor; w = kerja)
Contoh Soal 5-1: Azas kekekalan energi
Pada suatu reaksi, sistem melepaskan kalor 100 kJ dan melakukan kerja 5 kJ. Berapakah perubahan
energi dalam sistem itu?
Pembahasan:
Sistem melepas kalor 100 kJ  q = –100 kJ
Sistem melakukan kerja 5 kJ  w = –5 kJ
∆E = q + w = –100 kJ + (–5 kJ) = –105 kJ

B. KALOR REAKSI
1. Kalor Reaksi: ∆E dan ∆H
o Jika reaksi berlangsung pada volum tetap (∆V = 0) maka w = –P ∆V = 0.
o Sesuai dengan hukum I termodinamika:
∆E = q + w  ∆E = qv + 0
Jadi, kalor reaksi pada volum tetap sama dengan perubahan energi dalamnya: qv = ∆E
o Jika reaksi berlangsung pada tekanan tetap, maka sistem dapat melakukan atau menerima kerja.
o Kerja yang dilakukan sistem: w = –P ∆V
o Sesuai dengan hukum I termodinamika:
∆E = q + w  ∆E = qp – P ∆V atau qp = ∆E + P∆V
o Kalor reaksi yang berlangsung pada tekanan tetap selanjutnya dinyatakan sebagai perubahan
entalpi). Jadi, ∆H = qp = ∆E + P∆V
3
o Entalpi merupakan suatu besaran termodinamika yang juga menyatakan sejumlah tertentu
energi.
o Sama seperti energi-dalam, nilai entalpi tidak dapat ditentukan, tetapi perubahannya dapat.
Perubahan entalpi yang menyertai suatu reaksi sama dengan selisih entalpi produk dengan entalpi
pereaksi:
∆H = H(P) – H(R)
o Oleh karena pada umumnya reaksi berlangsung pada tekanan tetap, maka kalor reaksi biasanya
dinyatakan sebagai perubahan entalpi (∆H).
2. Reaksi Eksoterm dan Endoterm
o Reaksi yang membebaskan kalor disebut reaksi ekstern, sedangkan reaksi yang menyerap kalor
disebut reaksi endoterm.

Gambar 5.3 Aliran kalor pada reaksi eksoterm dan reaksi endoterm

o Reaksi eksoterm: Entalpi produk < entalpi pereaksi; ∆H bertanda negatif.


o Reaksi endoterm: Entalpi produk > entalpi pereaksi; ∆H bertanda positif.

Gambar 5.4 Diagram tingkat energi reaksi eksoterm dan endoterm


Contoh reaksi eksoterm: Reaksi pembakaran, pemutusan ikatan, dan ionisasi atom.
Contoh reaksi endoterm: Beras menjadi nasi, fotosintesis, dan peleburan.
3. Persamaan Termokimia
o Persamaan reaksi yang disertai perubahan entalpinya disebut persamaan
termokimia.
o Kalor reaksi yang ditulis pada persamaan termokimia sesuai dengan
stoikiometri reaksinya.
C(s) + ½O2(g) → CO(g) ∆H = −110 kJ
2C(s) + O2(g) → 2CO(g) ∆H = −220 kJ
4. Entalpi Molar
o Entalpi molar adalah perubahan entalpi yang dikaitkan dengan jumlah mol zat.
o Entalpi molar dinyatakan dalam kJ mol−1.
o Contoh entalpi molar yaitu entalpi pembentukan, entalpi penguraian dan entalpi pembakaran.
5. Entalpi Pembentukan Standar dan Entalpi Penguraian Standar
4
o Entalpi pembentukan standar (∆Hfº) adalah perubahan entalpi pada pembentukan 1 mol suatu
zat langsung dari unsurnya dalam bentuk standar.
o Bentuk standar dari suatu unsur yaitu bentuk yang paling stabil dari unsur itu pada keadaan
standar (25ºC, 1 atm).
Contoh:
H2(g) + ½ O2(g) → 2H2O(l) ∆H = –572 kJ
Berarti, ∆Hfº H2O(l) = –286 kJ mol–1
o ∆Hfº unsur standar = 0.
o Entalpi penguraian standar = –entalpi pembentukan standar.
6. Entalpi Pembakaran Standar
o Entalpi pembakaran standar (∆Hcº) adalah perubahan entalpi pada pembakaran sempurna 1
mol suatu zat pada konsdisi standar.
o Pada pembakaran sempurna: C menjadi CO2; H menjadi H2O; S menjadi SO2.
Contoh:
C(s) + O2(g) → CO2(g) ∆H = −393,5 kJ
∆Hcº C (grafit) = −393,5 kJ mol–1
o Entalpi pembakaran karbon = entalpi pembentukan CO 2.

Contoh Soal 5-2: Reaksi pembentukan standar


Reaksi berikut yang perubahan entalpinya sama dengan entalpi pembentukan natrium klorida (NaCl)
adalah adalah . . . .
A. NaOH(s) + HCl(g) → NaCl(s) + H2O(g)
B. Na+(g) + Cl–(g) → NaCl(s)
C. 2Na(s) + Cl2(g) → 2NaCl(s)
D. Na(s) + ½ Cl2(g) → NaCl(s)
E. Na(s) + Cl(g) → NaCl(s)
Penjelasan:
Entalpi reaksi dapat dikatakan sebagai entalpi pembentukan jika reaksi itu merupakan pembentukan 1
mol suatu zat langsung dari unsur-unsurnya dalam bentuk standar. Bentuk standar dari natrium dan
klorin adalah Na(s) dan Cl2(g).
Jawaban: D
Contoh Soal 5-3: Persamaan termokimia
Perhatikan persamaan termokimia pembakaran asetilena berikut ini.
2C2H2(g) + 5O2(g) → 4CO2(g) + 2H2O(l) ∆H = –2600 kJ
a. Tentukanlah perubahan entalpi pada pembakaran 10 liter asetilena (RTP)?
b. Berapa gram C2H2 harus dibakar untuk memanaskan 1 liter air dari 25ºC hingga tepat mendidih?
(H = 1; C = 12; kalor jenis air = 4,18 J g–1 ºC–1)
Penyelesaian:
Dari persamaan termokimia dapat ditentukan entalpi pembakaran asetilena:
 2600kJ
= = –1300 kJ mol–1
2mol
10 L 10
a. Jumlah mol dalam 10 liter C2H2 (RTP) = = mol
24 L / mol 24
5
10
Kalor pembakaran 10 liter asetilena (RTP) = mol × (–1300 kJ mol–1) = –541,67 kJ
24
b. Kalor yang diperlukan untuk memanaskan 1 liter (=100 g) dari 25 ºC hingga 100 ºC adalah
Q = m c ∆t = 1000 g × 4,18 J g–1 ºC–1 (100 – 75)ºC = 313,5 kJ.
Diketahui kalor pembakaran C2H2 = –1300 kJ mol–1.
Jadi, jumlah mol C2H2 yang harus dibakar untuk memperoleh kalor sebanyak 313,5 kJ adalah
313,5kJ
= 0,24 mol.
1300kJ / mol
Massa 0,24 mol C2H2 = 0,24 mol × 26 g mol–1 = 6,24 g.

C. PENENTUAN KALOR REAKSI


1. Melalui Percobaan (Kalorimetri)
o Kalor reaksi dapat ditentukan melalui percobaan, yaitu dengan kalorimeter.
o Data yang diperlukan yaitu perubahan suhu yang menyertai reaksi.
o Perhitungan kalorimetri biasanya melalui 3 tahap sebagai berikut:
1) menentukan kalor yang diserap/dilepas larutan dalam kalorimeter,
2) menentukan kalor reaksi, yaitu sama dengan kalor larutan tetapi tandanya berlawanan,
3) menyesuaikan kalor reaksi dengan stoikiometri reaksi.
Contoh Soal 5-4: Kalorimetri
Pada reaksi antara 50 mL larutan NaOH 1 M dengan 50 mL HCl 1 M terjadi kenaikan suhu sebesar
6ºC. Tentukanlah perubahan entalpi reaksi penetralan NaOH dengan HCl. Anggaplah kalor jenis
larutan = 4,18 J g–1 dan massa jenis larutan = 1 g mL–1.
NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
Penyelesaian:
Soal ini akan diselesaikan dalam 3 langkah seperti disebutkan dalam ringkasan teori di atas.
o Massa larutan = 50 g + 50 g = 100 g
Q larutan = m× c ×∆t = 100 g × 4,18 J g–1 × 6 ºC = 2,508 kJ
o Q reaksi = – Q larutan = –2,508 kJ
o Jumlah mol NaOH = jumlah mol HCl = 50 mmol = 0,05 mol.
Jadi, perubahan entalpi (Q) sebesar –2,508 kJ yang dihitung di atas merupakan perubahan entalpi
yang menyertai reaksi ∆H reaksi, sedangkan yang ditanyakan yaitu perubahan entalpi pada reaksi
0,05 mol NaOH dengan 0,05 mol HCl.
o ∆H reaksi yang ditanyakan, yaitu ∆H reaksi yang menyertai reaksi 1 mol NaOH dengan 1
mol HCl dapat ditentukan dengan membandingkan jumlah molnya dengan entalpi reaksi
percobaan:
1mol
∆H = × –2,508 kJ = –50,16 kJ
0,05mol
2. Hukum Hess = Hukum Penjumlahan Kalor
o Kalor reaksi tidak bergantung pada lintasan, tetapi hanya pada keadaan awal dan keadaan
akhir.

Contoh Soal 5-5: Hukum Hess


Perhatikan diagram berikut:
6

Berdasarkan diagram yang tersebut, tentukanlah perubahan entalpi reaksi A →B.

Penyelesaian:
Diagram menunjukkan pengubahan zat A menjadi zat B melalui dua lintasan, yaitu:
I. Lintasan langsung, dan
II. Lintasan bertahap: A → C kemudian C → D (arahnya perlu disesuaikan), dan akhirnya D → B.
Menurut hukum Hess: ∆H lintasan-I = ∆H lintasan-II.
∆H lintasan-I dapat diperoleh dengan menjumlahkan ketiga tahap dalam lintasan II, sebagai berikut:
A→ C ∆H = +50 kJ
C→ D ∆H = +100 kJ
D→B ∆H = –40 kJ
A→B ∆H = +110 kJ
Jadi, perubahan entalpi A → B adalah +110 kJ.
Contoh Soal 5-6: Hukum Hess
Diketahui:
Mg(s) + 2HCl(aq) → MgCl2(aq) + H2(g) ∆H = –467 kJ .................... (1)
MgO(s) + 2HCl(aq) → MgCl2(aq) + H2O(l) ∆H = –151 kJ .................... (2)
Selain itu juga diketahui entalpi pembentukan air, H 2O(l) = –286 kJ mol–1.
Berdasarkan data tersebut, tentukanlah entalpi pembentukan MgO(s).
Penyelesaian:
Data yang tersedia, yaitu dua persamaan termokimia dan satu data entalpi pembentukan. Data entalpi
pembentukan air dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan termokimia sebagai berikut:
H2(g) + ½O2(g) → H2O(l) ∆H = –286 kJ ..................... (3)
Adapun reaksi yang perubahan entalpinya ditanyakan, yaitu entalpi pembentukan MgO dapat
dinyatakan dalam bentuk persamaan termokimia sebagai beriktut:
Mg(s) + ½O2(g) → MgO(s) ∆H = . . . ?
Perubahan entalpi reaksi ini dapat diperoleh dengan menyusun ketiga persamaan termokimia yang
diketahui perubahan entalpinya. Ketiga persamaan termokimia tersebut harus disusun sedemikian
rupa sehingga penjumlahannya sama dengan reaksi yang ditanyakan.
Reaksi (2) harus dibalik sehingga MgO berada di ruas kanan, sesuai reaksi yang ditanyakan.
Reaksi (1) ditulis sebagaimana adanya, sehingga MgCl 2 dapat dihilangkan dari reaksi (2).
Realsi (3) ditulis sebagaimana adanya, sehingga ½O2 berada di ruas kiri.
MgCl2(aq) + H2O(l) → MgO(s) + 2HCl(aq) ∆H = +151 kJ .................. (–2)
Mg(s) + 2HCl(aq) → MgCl2(aq) + H2(g) ∆H = –467 kJ .................... (1)
H2(g) + ½O2(g) → H2O(l) ∆H = –286 kJ .................... (3)
Mg(s) + ½O2(g) → MgO(s) ∆H = –602 kJ
Jadi, entalpi pembentukan MgO adalah –602 kJ mol–1.

3. Entalpi Pembentukan
7
Apabila entalpi pembentukan zat-zat yang terlibat dalam reaksi diketahui, maka entalpi reaksi dapat
ditentukan dengan rumus berikut:
∆Hreaksi = ∑∆Hfº(produk) – ∑∆Hfº(pereaksi)
Contoh Soal 5-7: Menentukan perubahan entalpi reaksi berdasarkan data entalpi pembentukan.
Diketahui entalpi pembentukan CH4(g) = –75 kJ mol –1; CO2(g) = –393,5 kJ mol–1 dan H2O(l) = –286
kJ mol–1. Tentukan jumlah kalor yang dihasilkan pada pembakaran sempurna 1 g metana.
Penyelesaian:
o Langkah pertama, menentukan entalpi pembakaran metana berdasarkan data entalpi
pembentukan yang diketahui.
o Reaksi pembakaran sempurna metana sebagai berikut:
CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(l)
∆Hreaksi = ∑∆Hfº(produk) – ∑∆Hfº(pereaksi)
= {∆Hfº(CO2) + 2 × ∆Hfº(H2O)} – {∆Hfº(CH4) + ∆Hfº(2 × O2)}
= {–393,5 + (2 × –286)} – {–75 + 2 × 0}
= –890 kJ
Jadi, ∆H pembakaran metana adalah –890,5 kJ mol–1.
1g
o Kalor pembakaran 1 gram metana = × (–890,5 kJ mol–1) = –55,66 kJ
16 g / mol

4. Energi Ikatan
o Energi ikatan adalah energi yang diperlukan untuk memutuskan 1 mol ikatan dari suatu
molekul dalam wujud gas.
o Jika energi ikatan diketahui, maka perubahan entalpi reaksi dapat diperkirakan dengan rumus
berikut:
∆H = ∑Epemutusan ikatan – ∑Epembentukan ikatan
Contoh Soal 5-8: Menggunakan data energi ikatan
Berdasarkan data energi ikatan, tentukanlah perubahan entalpi reaksi berikut:
CH3–CHO(g) + H2(g) → CH3–CH2OH(g)
Energi
Ikatan
(kJ mol–1)
C–C 348
C–H 413
C=O 799
C–O 358
H–H 436
O–H 463

Penyelesaian:
Reaksi di atas dapat ditulis dalam bentuk yang lebih terurai sebagai berikut:
8
Ikatan yang putus: Ikatan yang terbentuk
1 mol C=O : 799 kJ 1 mol C–O : 358 kJ
1 mol H–H : 436 kJ 1 mol O–H : 463 kJ
Jumlah : 1235 kJ 1 mol C–H : 413 kJ
Jumlah : 1234 kJ
∆H reaksi = ∑energi ikatan yang putrus –∑energi ikatan yang terbentuk
= 1235 kJ – 1234 kJ
= 1 kJ

Anda mungkin juga menyukai