Laporan Via-Pt. Cempaka Lima
Laporan Via-Pt. Cempaka Lima
LIMA MEDIKA
OLEH:
Nella Amalia
NIM: 160701109
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
kerja, proses pengerjaan sebagai pengawas pada perusahaan konsultan
untuk menambah wawasan dan pengalaman kerja.
2
1.3 Permasalahan Praktek Profesi
Pada dasarnya tidak semua mahasiswa aristektur mendapatkan
pengetahuan dan pengalaman yang cukup memadai untuk terjun ke dunia
kerja yang profesional. Pengalaman teoritis yang didapatkan di dunia
perkuliahan masih belum cukup digunakan untuk dunia kerja yang akan
dihadapi kedepannya, karena dibutuhkan sebuah tanggung jawab hukum
dan moral yang besar dalam tanggung jawab sebuah proyek.
Melakukan kerja praktik di sebuah consultant arsitektur, dianggap
sangat penting untuk melatih kemampuan mahasiswa dalam menjawab
persoalan-persoalan dalam pembangunan yang mungkin tidak timbul di
dalam sesi pembelajaran di dunia perkuliahan. Oleh karena itulah, terdapat
beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan kerja praktik dan pemilihan
biro konsultan arsitektur :
1. Apakah pembelajaran yang didapatkan di kampus sudah mampu
diterapkan mahasiswa pada pekerjaan nyata di dunia kerja dalam sebuah
biro konsultan arsitektur ?
2. Mungkinkah terdapat persoalan yang tidak dapat diselesaikan hanya secara
teorikal saja melainkan harus melewati fase praktik lapangan ?
3. Bagaimanakah metode yang digunakan dalam biro arsitektur dalam
menjawab kebutuhan klien, merencanakan serta merancang obyek
arsitektural ?
4. Bagaimanakan cara yang digunakan dalam biro arsitektur dalam
menyelesaikan permasalahan dan merealisasikan rencana obyek
arsitektural di lapangan ?
3
pekerjaan perancangan yang ada dilapangan serta mendapatkan
pengalaman empiris, melengkapi pengalaman teoritis yang telah didapat di
perkuliahan. Melalui kerja praktik ini mahasiswa dapat membandingkan
kondisi kegiatan yang nyata dengan teori yang sudah diperoleh dalam
proses belajar di perguruan tinggi.
Dengan adanya Praktik Profesi, proses perencanaan dapat diamati
secara langsung dan memahami tentang sebuah tanggung jawab hukum
dan moral yang besar dalam perencanaan dan tanggung jawab dalam
sebuah proyek.
Adapun beberapa tujuan dari Praktek Profesi adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan tanggung jawab dan profesionalitas.
2. Meningkatkan wawasan mengenai pengalaman kerja yang berkaitan
dengan profesi seorang Arsitek di dunia kerja.
3. Meningkatkan keterampilan dan keahlian dasar menyangkut tanggung
jawab seorang arsitek dalam konteks pengawasan.
4. Melahirkan kreativitas baru serta mahasiswa dapat membandingkan
kondisi di lapangan sebagai pengawas dengan hasil pengalaman teori yang
didapat dari perkuliahan.
5. Memperdalam wawasan penulis mengenai ilmu arsitektur pada proyek
kontruksi yang sedang dijalani, khususnya bagian struktural.
6. Mahasiswa kerja praktik dapat menambah ilmu pengetahuan dalam
menanggapi permasalahan yang ada didalam pelaksanaan sebuah proyek
maupun dilapangan kerja selanjutnya.
7. Mahasiswa kerja praktik dapat mengetahui bagaimana struktur
organisasi sebuah proyek pembangunan.
4
2020 sampai 09 Juni 2020.Adapun lingkup Praktik Profesi di Rumah Sakit
Umum Cempaka Lima Utama yang dijalani saat ini antara lain :
1. Lingkup Lokasi
Praktik profesi berlangsung pada pembangunan Rumah Sakit
Umum Cempaka Lima Banda Aceh, yang berlokasi di Jalan Tgk. H. M.
Daud Beureueh No.156, Lambhuk, Banda Aceh. Dengan jumlah lantai
bangunan sebanyak lima lantai.
2. Lingkup jadwal pengamatan
Praktik profesi berlangsung selama 90 hari kalender ( 3 bulan ),
yang dilakukan setiap senin-jumat selama 2-4 jam perharinya.
1.4 Batasan
Adapun batasan dari laporan praktik profesi ini adalah pada pekerjaan:
1. Pekerjaan kolom
2. Pekerjaan balok
3. Pekerjaan plat lantai
5
BAB 1 PENDAHULUAN
Membahas mengenai latar belakang kerja praktek profesi,
permasalahan dan tujuan praktek profesi, ruang lingkup dan batasan
pembahasan laporan, metode penyusunan laporan serta sistematika
penulisan.
BAB 4 PEMBAHASAN
Berisi tujuan analisis dalam hal-hal yang telah menjadi fokus
perhatian selama praktik profesi, seperti suatu telaah kritis permasalahan,
kelemahan dan kelebihan, interpretasi, eksplorasi, dan sebagainya.
BAB 5 KESIMPULAN
Berisi kesimpulan berupa tanggapan terhadap hasil pengamatan dalam
praktek dan memberikan solusi serta saran terhadap perbedaan dari
kesimpulan yang sudah dibuat.
DAFTAR PUSTAKA
Memuat daftar sebagai bahan referensi yang dikutip atau yang benar-
benar digunakan sebagai acuan penulisan laporan praktik profesi .
6
LAMPIRAN
Memuat gambar dan penjelasannya sebagai obyek praktik profesi,
serta dokumen dan surat keterangan dari PT. Cempaka Lima Utama
tempat praktik profesi dan semua form praktik profesi.
7
BAB 2
TINJAUAN UMUM PROYEK
8
1. Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih efektif
kepada masyarakat Banda Aceh.
2. Mengembangkan pelayanan Rumah Sakit Cempaka Lima
Medika seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Meningkatkan kualitas dan mempertahankan standar pelayanan
Rumah Sakit Umum Cempaka Lima Medika.
4. Melakukan kerja sama dengan lembaga institusi pendidikan,
terutama di bidang kesehatan.
5. Meningkatkan pengembangan SDM yang berkesinambungan
6. Mengembangkan kelembagaan dan peningkatan fasilitas sarana
dan prasarana rumah sakit
9
2.4 Data Proyek
10
b. Lantai 1 : 844,25 m2
Fungsi bangunan : Lobi, ATM Center, Ruang Farmasi, Ruang
Informasi, Tenant, Ruang Unit Gawat
Darurat, Ruang Obat, Ruang Tunggu Dokter,
Kamar Mayat, Ruang Janitor, Ruang Catatan
Medis, Pusat, Parkir Dan Wc.
c. Lantai 2 : 1.723,28 m2
Fungsi bangunan : Ruang Direktur Utama, Ruang Kabid, Ruang
Staff, Ruang Rapat, Ruang Tunggu, Loby,
Pantry, Ruang Server, Ruang General
Medical, Ruang Check Up, Ruang Kantor
Komite, Ruang Hematologi, Ruang
Laboratorioum, Ruang Dokter, Ruang
Patologi, Ruang Kimia, Ruang Delivery,
Ruang Tunggu Dokter, Ruang Administrasi,
Ruang Persiapan, Ruang Operasi, Ruang
Scrub, Ruang Recovery, Ruang Utilitas
Kotor, Ruang Penyimpanan, Ruang Admin,
Ruang Dekontaminasi, Ruang Packing
Strelisasi, Ruang Ct Scan, Ruang X Ray,
Ruang Dokter, Ruang MRI Dan Rruang
USG.
d. Lantai 3 : 1.723,28 m2
Fungsi bangunan : Ruang Rawat Vip, Ruang Perawatan, Ruang
Gas, Ruang Tunggu, Ruang Farmasi, Ruang
Infectious Nicu, Ruang Picu, Ruang Icu,
Taman Dan Wc.
e. Lantai 4 : 1.782,47 m2
Fungsi bangunan : Ruang Rawat Kelas 1, Ruang Rawat kelas 2,
Ruang Rawat Kelas 3, Ruang Gas, Ruang
Tunggu, Ruang Perawatan Dan Wc.
f. Lantai 5 : 1.649,47 m2
11
Fungsi bangunan : Lantai Atap Dak
7. Jumlah lantai : Lima Lantai
8. Struktur bangunan : pondasi tiang pancang 400 x 400 dengan
kedalaman ± 24 M. Dan Pondasi Bore Pile.
9. Levasi lantai bangunan :
Lantai dasar :± 0,00
Lantai 1 : + 3,5 m
Lantai 2 : + 4,5 m
Lantai 3 : + 4,5 m
Lantai 4 : + 4,5 m
Lantai 5 : + 4,5 m
12
masing, dan saling berhubungan satu sama lain. Semakin banyak individu
atau kelompok yang terlibat, maka semakin komplek untuk organisasi
yang terbentuk (Irika Widiasanti, 2013).
Irika Widiasanti (2013) juga menyatakan bahwa, organisasi proyek
terdapat beberapa manager proyek yang mewadahi staf-staf dan
merupakan satu koordinasi. Sebagian besar sumber daya organisasi
terserap pada pekerjaan proyek dan manager proyek memiliki kekuasaan
penuh dalam pengambilan keputusan. Jenis organisasi ini sering juga
memiliki unit-unit kecil organisasi yang disebut departemen, tetapi
kelompok unit ini tetap memberikan laporan langsung ke proyek manager.
Organisasi proyek dapat dlihat pada gambar berikut :
13
Organisasi yang baik memerlukan hubungan komunikasi yang baik
antara satu dengan yang lain. Organisasi yang baik akan mampu
menghasilkan manajemen konstruksi yang baik. Sehingga nantinya
organisasi yang terbentuk dapat bekerja sesuai dengan rencana awal. Pada
proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Umum Cempaka Lima Medika
ini melibatkan beberapa pihak yang terkait meliputi :
1. Pemilik Proyek : Hj. Kartini Nyak Itam
2. Konsultan Perencana : PT Cipta Mulya Insani
3. Kontraktor Pelaksana : PT Cempaka Lima Utama
4. Konsultan Pengawas : PT Cempaka Lima Utama
AMIR HIDAYAT, ST
Project Manager
NURYATSO, BA
Site manager
RAHMAT AL HAFIZH, ST
Quantity engineer
14
membayar biaya pekerjaan tersebut pengguna jasa dapat berupa
perseorangan atau badan atau lembaga atau instansi pemerintah atau
swasta.
Dalam UU No. 02 Tahun 2017 pasal 1 tentang jasa konstruksi,
pemilik proyek (Owner) disebut sebagai pengguna jasa adalah pemilik
atau pemberi pekerjaan yang menggunakan layanan jasa konstruksi.
Menurut Evrianto (2005) hak dan kewajiban pengguna jasa adalah:
a. Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor).
b. Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang
telah dilakukan oleh penyedia jasa.
c. Menyediakan fasilitas baik sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh
pihak penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan.
d. Menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan.
e. Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia jasa
sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah bangunan.
f. Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi).
g. Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan
oleh penyedia jasa jika produknya telah sesuai dengan apa yang
dikehendaki.
15
b. Mengadakan ikatan perjanjian atas nama pemilik proyek dengan konsultan
perencana, konsultan pengawas dan pelaksana disertai penandatanganan
naskah serah terima.
c. Membentuk panitia lelang yang bertugas membantu memimpin proyek
dalam pelaksanaan pelelangan, misalnya menunjuk konsultan perencana,
konsultan pengawas dan pelaksana proyek atau kontraktor.
d. Bertanggung jawab dari segi administrasi, keuangan dan pelaksaan fisik
proyek yang dipimpinnya sesuai dengan petunjuk operasional.
e. Memutuskan pemenang tender yang diusulkan oleh panitia lelang.
f. Menyetujui dan menetapkan pembayaran bertahap (termyn) sesuai dengan
pekerjaan yang telah dilaksanakan.
g. Menyiapkan besaran uang muka yang menjadi hak penyedia jasa sesuai
ketentuan yang berlaku.
h. Menetapkan dan mengesahkan harga perkiraan sendiri (HPS), jadwal, tata
cara pelaksanaan dan lokasi pengadaan yang disusun panitia pengadaan.
i. Melaporkan pelaksana/penyelesaian pengadaan jasa kepada pemimpin
instansinya.
16
Gambar 2.3 : Hubungan kerja kontraktor, konsultan perencana, dan
owner
(Sumber : Irika Widiasanti, 2013)
17
Konsultan perencana pada proyek pembangunan Rumah Sakit Umum
Cempaka Lima Medika adalah PT Cipta Mulya Insani. Proyek
pembangunan ini dapat berjalan dengan baik dengan adanya konsultan
perencana yang baik dalam menghasilkan setiap detail perencanaan
bangunan.
18
2. Memberikan laporan kemajuan proyek meliputi laporan harian, mingguan,
dan bulanan kepada pemilik proyek yang berisi antara lain :
a. Pelaksanaan pekerjaan.
b. Prestasi kerja yang dicapai.
c. Jumlah tenaga kerja yang digunakan.
d. Jumlah bahan-bahan yang masuk.
e. Keadaan cuaca, dan lain-lain
3. Menyediakan tenaga kerja, bahan, peralatan, tempat kerja, dan alat-alat
pendukung lainnya yang digunakan mengacu pada gambar dan spesifikasi
serta memperhatikan waktu, biaya, kualitas, dan pekerjaan keamanan.
4. Sepenuhnya bertanggung jawab atas kegiatan pembangunan dan metode
pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
5. Menjalankan pekerjaan sesuai dengan jadwal (schedule) yang telah
disepakati.
6. Melindungi semua peralatan, bahan, dan bekerja terhadap kerugian dan
kerusakan sampai dengan serah terima pekerjaan.
7. Kontraktor dapat meminta kepada pemilik proyek untuk memberikan
perpanjangan waktu penyelesaian proyek dengan memberikan alasan yang
masuk akal dan sesuai dengan kenyataan yang menyebabkan perlunya
waktu tambahan tersebut.
8. Mengganti semua kerusakan yang disebabkan oleh kecelakaan selama
pelaksanaan pekerjaan, serta menyediakan perlengkapan wajib
pertolongan pertama pada kecelakaan.
19
Menurut Irika Widiasanti (2013), kegiatan konsultan pengawas
dipusatkan pada tahap pelaksanaan konstruksi dan tidak dilibatkan dalam
proses perencanaan serta dituntut pula agar dapat memberikan masukan
kepada pemilik apabila terjadi perubahan-perubahan ataupun
penyimpangan pelaksanaan.
20
6. Memilih dan memberikan persetujuan mengenai tipe dan merek yang
diusulkan oleh kontraktor agar sesuai dengan harapan pemilik proyek
namun tetap berpedoman dengan kontrak kerja konstruksi yang sudah
dibuat sebelumnya.
Konsultan pengawas pada proyek pembangunan Rumah Sakit Umum
Cempaka Lima Medika adalah PT Cempaka Lima Utama.
21
2) Perencana menyerahkan jasa/karya perencanaan kepada pemberi tugas.
3) Pemberi tugas memberikan biaya perencanaan kepada perencana.
2. Hubungan kerja pemberi tugas dengan kontraktor.
1) Ikatan : kontrak.
2) Pemberi tugas menyerahkan hasil perencanaan kepada kontraktor.
3) Pemberi tugas menyerahkan biaya pelaksanaan pekerjaan kepada
kontraktor.
3. Hubungan kerja perencana dengan kontraktor.
1) Ikatan : peraturan pelaksanaan
2) Pengawas mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan
kontraktor
3) Kontraktor merealisasikan peraturan pelaksanaan kepada pengawas.
Hubungan kerja/koordinasi dalam hal pengelolaan proyek sangatlah
dibutuhkan adanya suatu ketegasan didalam penentuan kerja sesuai dengan
tugas dan fungsi masing-masing, dimana antara satu dengan lainnya harus
saling bekerjasama dengan baik sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat
berjalan lancar dan teratur. Oleh sebab itu, pelaksanaan dilapangan dibuat
pembagian pekerjaan agar masing-masing unsur mengetahui tugasnya dan
mengatur agar tidak ada tumpang tindih pekerjaan antara pihak terkait.
Proyek pembangunan Rumah Sakit Umum Cempaka Lima Medika
ini memiliki hubungan kerja yang mempunyai tanggungjawab terhadap
proyek sebagai berikut :
Bagan 2.1 : Hubungan kerja proyek Rumah Sakit Umum Cempaka
Lima Medika
22
2.12.2 Hubungan Pelaksanaan
Hubungan pelaksanaan adalah hubungan antara dua pihak dalam suatu
kegiatan pekerjaan yang dilakukan oleh satu pihak sebagai pemberi tugas
terhadap pihak lainnya sebagai penerima tugas. Dalam kegiatan ini,
hubungan kerja terjadi antara :
1. Direksi Pekerjaan dengan Site Manager.
2. Pelaksana Lapangan dengan Koordinator Lapangan.
23
4. Pengadaan langsung, pengadaan dilakukan untuk membantu rekanan
pengusaha golongan ekonomi lemah tanpa melalui penawaran, tetapi
melalui pemilihan langsung.
24
yang sedang berlangsung pada saat itu merupakan pembesian kolom,
sehingga tinjauan yang memungkinkan masih banyak dan mencukupi
masa praktik profesi yang berlangsung selama 3 bulan kedepan.
Adapun lingkup pekerjaan pengawasan pada proyek pembangunan
Rumah Sakit Umum Cempaka Lima Medika yang menjadi batasan objek
pengawasan antara lain adalah :
1. Pekerjaan kolom
2. Pekerjaan balok
3. Pekerjaan plat lantai
Pekerjaan yang tersebut diatas harus selesai tepat waktu dengan
kualitas yang memenuhi ketentuan sebagaimana disyaratkan dalam surat
perjanjian kontrak dan pelaksanaan harus dilakukan berdasarkan :
1. Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
2. Gambar-gambar perencanaan dan detail
3. Petunjuk dari konsultan atau kontraktor
4. Peraturan umum lainnya yang terkait atau berlaku
25
yang harus dipenuhi untuk mencapai suatu keberhasilan proyek. Hubungan
biaya, waktu, dan mutu digambarkan sebagai berikut :
Biaya
Anggaran
Jadwal Kinerja
Waktu Mutu
26
dalam kontrak sebagai penyebab keterlambatan diluar tanggungjawab
kontraktor, maka kontraktor dapat memperoleh klaim perpanjangan waktu
pelaksanaan maupun klaim biaya.
Menurut Iman Soeharto (1999), pengendalian jadwal/waktu terpusat
pada faktor berikut :
1. Bagi pemilik proyek tercapainya sasaran seperti tercantum pada jadwal
induk.
2. Bagi kontraktor, tercapainya sasaran seperti pada kontrak EPK
(Engineering, Pengadaan, Konstruksi).
3. Penyediaan sumber daya seperti material, peralatan, dan tenaga kerja.
27
Laporan bulanan adalah laporan yang disusun berdasarkan laporan
mingguan dalam proyek. Laporan ini dikerjakan untuk mengetahui
gambaran pelaksanaan proyek baik itu kemajuan atau keterlambatan dalam
suatu proyek dan berhubungan dengan time schedule.
28
pengambilan keputusan atas berbagai alternatif penyelesaian teknis yang
berkaitan dengan biaya.
29
Gambar 2.6 : Gudang penyimpanan bahan dan material
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2020)
30
3. Terpusat pada masalah atau titik yang sifatnya strategis, dilihat dari segi
penyelenggaraan proyek. Dalam hal ini diperlukan kecakapan memilih
titik atau masalah yang strategis agar penggunaan waktu dan tenaga dapat
efisien.
4. Mampu mengetengahkan dan mengkomunikasikan masalah dan
penemuan, sehingga dapat menarik perhatian pimpinan maupun pelaksana
proyek yang bersangkutan, agar tindakan koreksi yang diperlukan segera
dapat dilaksanakan.
5. Kegiatan pengendalian tidak lebih dari yang diperlukan. Biaya yang
dipakai untuk kegiatan pengendalian tidak boleh melampaui faedah atau
hasil dari kegiatan tersebut. Diakui bahwa banyak hal yang sulit untuk
mengukur hasil pengendaliannya secara kuantitatif, tetapi yang ingin
ditekankan di sini adalah bahwa dalam merencanakan suatu pengendalian
perlu dikaji dan dibandingkan dengan hasil yang akan diperoleh.
6. Dapat memberikan petunjuk berupa prakiraan hasil pekerjaan yang akan
datang, bilamana pada saat pengecekan tidak mengalami perubahan.
Petunjuk ini sangat diperlukan bagi pengelola proyek untuk menentukan
langkah penyelenggaraan berikutnya.
Dari beberapa hal diatas, tinjauan umum proyek Rumah Sakit Umum
Cempaka Lima Medika memiliki keunggulan tersendiri dari pembangunan
proyek lain yaitu, dengan menerapkan konsep ‘Green Buiding’ atau
bangunan hijau yang disertifikasi oleh GBCI (Green Council Indonesia)
karena letak lahan yang mendukung dibantaran sungai Krueng Aceh,
sehingga akan dijadikan program baru dikota Banda Aceh yaitu program
‘water front city’ atau kota tepi air.
Selain itu proyek pembangunan Rumah Sakit Umum Cempaka Lima
Medika juga memiliki tujuan pembangunan, yaitu: untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang lebih efektif kepada masyarakat Banda Aceh,
meningkatkan pengembangan SDM yang berkesinambungan,
mengembangkan pelayanan Rumah Sakit Umum Cempaka Lima Medika
seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
31
meningkatkan kualitas dan mempertahankan standar pelayanan Rumah
Sakit Umum Cempaka Lima Medika dan membangun sistem akuntabilitas
keuangan yang inovatif dan akuntable.
Pada proyek pembangunan secara umum juga memiliki struktur
keorganisasian yang menjalakan proyek tersebut. Keorganisasian ini
disebut juga dengan organisasi proyek murni, yaitu dengan adanya pemilik
proyek, konsultan perencana, kontraktor pelaksana dan konsultan
pengawas yang dimana dibawah keorganisasian tersebut juga memiliki
staf-staf kecil yang bekerja pada suatu proyek pembangunan tersebut.
32
c. Menghimpun data-data lapangan, lingkungan sekeliling, penyelidikan
tanah, peraturan/persyaratan daerah setempat.
d. Membuat rencana tapak untuk keperluan mendapat izin pendahuluan
pembangunan.
e. Mengikuti persyaratan perencanaan (Term of Reference) dan
memperhatikan ketentuan yang ada.
f. Membuat pra rencana, penelitian dan penjagaan besarnya anggaran dengan
memperhatikan dan mempertimbangkan organisasi fungsi pemilik proyek
(owner), kemudian pengembangan/pertahapan dalam pembangunan dan
faktor-faktor humanis lainnya.
g. Membuat gambar-gambar arsitektur, struktur, lengkap dengan penjelasan
dan perhitungan-perhitungannya serta rencana dan perhitungan utilitasnya.
h. Membuat gambar detail arsitektural.
i. Memberikan penjelasan pelaksanaan pekerjaan (aanwijzing) dan
melakukan pengawasan berkala selama proyek berlangsung.
j. Pengawasan atas nama pimpinan proyek.
Konsultan perencana bertanggung jawab kepada pemberi tugas yang
dapat merupakan perorangan, badan swasta atau pemerintah. Konsultan
perencana juga bertanggung jawab atas segala kesalahan perencanaan.
Hak dan Kewajiban Konsultan Perencana, sebagai berikut:
a. Menolak penilaian estetis hasil tugasnya oleh pengawas.
b. Mengembalikan seluruh tugas yang dibebankan karena pertimbangan
dalam dirinya akibat yang muncul diluar kekuasaan kedua belah pihak dan
juga dari pemberi tugas.
c. Menerima honorium atas jasanya sesuai dengan kontrak.
Menurut Evrianto (2005) tugas dan wewenang konsultan perencana
adalah:
a. Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar rencana,
rencana kerja, syarat-syarat, dan hitungan struktur, rencana anggaran
biaya.
b. Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pemilik proyek, konsultan
supervisi, dan kontraktor tentang tentang pelaksanaan pekerjaan.
33
c. Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan.
d. Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.
e. Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal-hal
yang kurang jelas dalam gambar rencana, rencana kerja, dan syarat-syarat.
34
4. Menyediakan alat keselamatan kerja dan keamanan di lokasi proyek.
5. Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikan
sesuai dengan ketetapan yang berlaku.
6. Serah terima pertama, jika kemajuan pekerjaan 100% retensi 5%.
7. Serah terima ke dua setelah masa pelelangan.
35
Untuk kelancaran dalam melaksanakan pekerjaan, para pekerja diberi jam
istirahat yaitu sebelum waktu dzuhur s/d setelah dzuhur tempat beristirahat
itu sendiri berada di gedung tersebut tersebut sambil menikmati kopi atau
teh. Dan jam kerja tukang telah ditentukan yakni:
1. Pagi, mulai dari jam 08.00 WIB – 12.00 WIB
2. Siang, mulai dari jam 14.00 WIB – 18.00 WIB
3. Adapun terkadang tukang juga berkerja malam karena atas inisitif sendiri
untuk kecepatan proyek.
Table 2.1 Tenaga Kerja Proyek Pembangunan Rumah Sakit Cempaka Lima
Medika
No Tenaga Kerja Jumlah Pekerja
Mandor 2
Kepala tukang 2
Tukang 24
Kenek 9
(Sumber : Dokumen Kantor, 2020)
36
Tukang memiliki tanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaannya
sesuai bidang masing - masing.
Kenek/pembantu tukang memiliki tanggung jawab membantu para tukang
dalam bekerja.
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS
37
arsitektur dan lain-lain sehingga penataan bangunan dapat dibangun
dengan baik dalam waktu yang cepat dan efisien. Pengawasan proyek
pembangunan Rumah Sakit Cempaka Lima Utama bertujuan untuk
mengawasi pelaksanaan tahapan-tahapan pekerjaan dan mencapai hasil
yang diinginkan dari aktivitas-aktivitas yang telah direncanakan sesuai
dengan manajemen yang ada. Adapun lingkup pekerjaan pengawasan pada
proyek pembangunan antara lain adalah :
1. Pekerjaan kolom
2. Pekerjaan balok
3. Pekerjaan plat lantai
Adapun dalam sistem pekerjaannya tukang telah menyelesaikan
pekerjaan kolom, balok dan plat lantai perblok proyeknya.
38
Digunakan Portland Cement jenis I menurut NI-8 tahun 1972 dan
memenuhi S-400 Standar Cement Portland yang digariskan oleh Asosiasi
Semen Indonesia (NI 8 tahun 1972).
Semen yang dipakai dalam pekerjaan harus sama dengan semen yang
dipakai pada waktu menentukan campuran beton.
Semua semen yang dikirim harus dalam keadaan utuh, tidak rusak dan
lengkap disertai merk atau cap dari pabrik.
Semen haru disimpan ditempat yang terlindung dari pengaruh udara luar
dan kelembaban.
2. Air
Air yang dipakai sebagai pencampuran harus memenuhi syarat-syarat
ASTM C 94, PUBI-1982 bab A-III, PBI-1971 bab 3.6.
Air yang digunakan harus air tawar, tidak mengandung minyak, asam
alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat
merusak beton atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air
bersih yang dapat diminum.
3. Agregat
Agregat beton harus memenuhi syarat-syarat ASTM C 33 atau PUBI-1982
bab A-V, PBI-1997 bab 3.3, 3.4 dan 3.5.
Agregat halus dan agregat kasar harus dianggap sebagai material yan
terpisahkan. Setiap ukuran agregat kasar, termasuk jika dipakai kombinasi
dua ukuran atau lebih, harus memenuhi syarat-syarat ukuran yang
ditentukan dalam ASTM dan PBI.
Penyimpanan dan penggunaan agregat harus diatur sedemikian rupa untuk
menghindari pemisahan agregat dan untuk mencegah tercampurnya
dengan material lain atau agregat dengan ukuran yang berbeda. Untuk
menjamin hal ini harus dilakukan uji coba benda uji yang diambil pada
saatpengiriman bahan tersebut apakah dapat memenuhi syarat-syarat
kebersihan dan kombinasi ukuran (grading).
39
Penyimpanan pasir harus sedemikian sehingga dapat menjamin kadar air
dalam pasir yang merata.
Untuk mencegah perbedaan kadar air yang besar, agregat yang dibasahi
sebelumnya diperbolehkan berada ditempat penyimpanan sampai
minimum 12 jam sebelum digunakan.
4. Baja Tulangan
Semua baja tulangan pokok yang dipakai adalah baja ulir yang mempunyai
tegangan tarik leleh minimum sebesar 4000 kgf/cm2 (BTJD 40) untuk
semua diameter besi, dengan ketentuan minimal bahwa :
a) Kuat leleh aktual berdasar uji dilaboratorium, tidak melampaui kuat leleh
yang ditentukan sebesar lebih dari 120 Mpa.
b) Ratio kuat tarik actual terhadapt kuat leleh actual tidak kurang dari 1,25.
Jika diperlukan dan diizinkan pengelasan baja tulangan harus mengikuti
persyaratan AWS DI.4. Tidak diperkenan kan pengelasan pada pertemuan
tulangan yang bersilang (tack welding) kecuali dengan persetujuan atau
petunjuk Direksi Pengawas.
Sebelum pemasangan, baja tuiangan harus dibersihkan dari karat, sisik.
bahan lumpur, minyak atau bahan Iain yang melekat yang dapat merusak
atau mengurangi daya Ickatannya tcrhadap beton.
Baja tulangan harus diletakkan pada posisi yang tepat dan diJaga terhadap
kemungkinan bergeser pada saat pengecoran dengan diikatkan satu sama
Jainnya dengan kawat beton yang cukup Ujung-ujung kawat beton harus
dibengkokkan ke arah sebelah dalam dan tidak boleh keluar dari selimut
beton.
Pembengkokan ulang semua baja tulangan harus dalam keadaan dingin
kecuali ditentukan Iain Oleh Direksi/ Pengawas. Pada baja tulangan yang
mempunyai tegangan tarik Ieleh tinggi tidak diperkenankan dilakukan
pembengkokan ulang . Harus digunakan pekerja yang abli dan terampil
untuk pemotongan, pembengkokan dan pemakaian alat-alat yang tepat
untuk pekerjaaan ini.
40
Pembengkokan ulang untuk tulangan yang sudah tertanam di dalam beton,
jari-jari dalam pada bengkokan tersebut harus lebih besar dari dua kali
ukuran diameter tulangannya.
Kecuali ditentukan Iain, tulangan yang disangga di atas tanah harus
menggunakan penyangga dari blok beton pracetak dengan luas minimum
10 cm2 dan mempunyai kekuatan tekan yang sama dengan kekuatan tekan
beton Yang akan dtcor. Penyangga Iain dapat dionakan denun persetujuan
Direksi Pengawas.
Tulangan disangga dari bekisting dengan menggunakan penyangga dan
beton, metal, atau Iain yang telah disetujui Direksi Pengawas. Pada beton
yang akan dtekspose, bagian dari asesori Yang berada tidak lebih dari 15
mm ke dalam permukaan beton harus non korosif dilindungi terhadap
korosi.
Bagian tulangan untuk keperluan sambungan tulangan yang berada di luar
beton Yang dicor (starter bars,dsb) untuk jangka waktu yang lama harus
dilindungi terhadap korosi.
Tulangan memanjang kolom harus bergeser minimum satu diameter pada
sambungan lewatam Uotuk menjamin ketepatan penempatan tulangan
pada posisinya, hams dipasang pelat pembantu (template) pada tiap Stek
kolom.
Semua sambungan yang tidak ditunjukkan pada gambar dan juga
penggunaan sistim sambungan mekanik harus mendapat persetujuan
Direksi/ Pengawas.
Sebelum pengecoran beton, Direksi Pengawas diberi kesernpatan dan
waktu yang cukup untuk memeriksa dan selanjutnya menyetujui secara
tertulis semua pekegaan pemasangan tuiangan. Persetujuan mana tidak
berarti membebaskan kontraktor utama dari tanggung jawabnya. Setelah
dilakukan pemeriksaan, susunan tulangan tidak boleh diubah tanpa
persetujuan Direksi Pengawas.
41
Bahan yang digunakan untuk cetakan dan acuan harus bermutu baik
sehingga hasil akhir konstruksi mempunyai bentuk, ukuran dan batasbatas
yang sesuai dengan yang ditunjukkan oleh gambar rencana dan uraian
pekerjaan.
6. Mutu Beton
Beton untuk semua bagian pekerjaan harus ditentukan mutu dan
kemampuannya untuk dicor tanpa terjadi pemisahan pada bahan-bahan
dasarnya. Pada saat mengeras, beton akan mencapai kekuatan karakteristik
yang dipersyaratkan oleh spesifikasi dan gambar detail.
Kekuatan tekan karakteristik yang dipersyaratkan harus berdasarkan
kekuatan tekan benda uji beton berbentuk silinder diameter 150 mm dan
tinggi 300 mm pada umur 28 hari.
Untuk area-area struktur yang berhubungan dengan air (water tank, pool,
landscape, STP, toilet,dll), harus digunakan water proofing dan water stop
pada sambungan pengecoran, dan kontraktor harus memberikan jaminan
kedap air / tidak bocor.
42
Sebelum pekerjaan pengccoran dilakukan, kontraktor utama
diwajibkan untuk membuat camputan percobaan (trial mix) dan diuji
sehingga diperoleh rencana campuran yang memenuhi syarat-syarat
kekuatan, kekentalan, dsb. yang telah ditentukan dalam spesifikasi ini.
Campuran percobaan harus memenuhi pembatasan sebagai berikut :
Kombinasi bahan harus sama dengan yang telah diusulkan untuk
digunakan dalam pekerjaan beton.
Campuran percobaan dengan proporsi yang telah sesuai dengan hal
tcrscbut diatas, harus dibuat dengan minimum 3 faktor air semen yang
berbeda.
Campuran percobaan harus direncanakan untuk menghasilkan slump 25
mm dibawah slump maksimum yang diperbolehkan, dan kadar udara
dalam beton 0.5 persen dibawah kadar udara maksimum yang
diperbolehkan. Suhu beton pada campuran percobaan harus dicatat.
Setiap perubahan faktor air semen harus dianggap sebagai campuran baru.
Untuk tiap campuran percobaan, minimum 20 kubus atau silinder
percobaan harus dibuat dan dirawat berdasarkan ASTM C 192. Kubus atau
silinder percobaan umur 28 dan 7 hari harus diuji kekuatannya berdasarkan
ASTM C 39.
Dari hasil uji kubus, dibuat grafik hubungan kekuatan tekan dan faktor air
semen untuk beton umur 28 dan 7 hari.
2. Pembuatan beton
Beton ready mixed dan beton yang dihasilkan oleh on-site volumetric
batching dan continuous mixing.
Kecuali ditentukan lain, beton ready mixed dibuat, diaduk dan diangkut
ketempat pekerjaan sesuai dengan ASTM C-94.
Beton yang dihasilkan oleh on-site volumetric batching dan continuous
mixing harus dibuat dan diaduk sesuai dengan persyaratan ASTM C 685.
Skala takaran material beton harus tepat tidak boleh melebihi 0.4 persen
kapasitas totalnya. Uji standar berat harus tersedia untuk dapat dilakukan
pemeriksaan ketepatan skalanya.
43
Pengoperasian alat pembuat beton hanıs sedemikian sehingga bahan beton
dapat secara konsisten diukur dalam batas toleransi sebagai berikut :
Semen -1%
Air -1%
Agregat -2%
Bahan Additive - 3 %
Campuran bahan beton dimasukkan kedalam mesin pengaduk dimana air
dimasukkan setelah semen dan agregat (dimasukkan terlebih dahulu. Air
dialirkan terus menerus selama hingga 26 persen dari lama waktu
pengadukan. Harus diperhatikan agar campuran bahan dimasukkan setelah
mesin pengaduk bersih dari bekas sisa adukan sebelumnya.
3. Pengadukan
Mesin pengaduk harus dapat menghasilkan adukan beton yang merata
selama waktu pengadukan yang ditentukan dan mengeluarkan adukan
tanpa menimbulkan pemisahan agregatnya. Mesin pengaduk harus
memiliki keterangan dari pabrik mengenai kapasitas, jumlah putaran per
menit dan mesin pengaduk harus bekerja berdasarkan kapasitas mesin
tersebut.
Campuran kurang dari 0.75 m3 harus diaduk tidak kurang dari 1 menit.
Waktu pengadukan bertambah 15 detik setiap penambahan 0.75 m3.
Harus dijaga agar adukan tidak keluar dari mesin pengaduk sampai waktu
pengadukan tercapai. Minimum dibutuhkan tigaperempat lama waktu
pengadukan setelah air selesai ditambahkan kedalam campuran.
a) Bagian dalam mesin pengaduk harus bersih dari gumpalan beton sisa
yang dapat mengganggu proses pengadukan. Pisau pengaduk harus diganti
jika beratnya sudah berkurang 10 persen.
b) Semen tidak boleh dicampur dengan air atau campuran air dan agregat
dengan suhu lebih dari 38 Cº.
4. Pengecoran
a. Persiapan sebelum pengecoran
Beton yang sudah mengeras dan bahan-bahan lain yang tidak diperlukan
harus dibersihkan dari permukaan bagian dalam alat pengangkut.
44
Bekisting harus sudah siap tanpa genangan air, pembesian, bahan
ekspansion joint, angkur dan bahan yang hendak ditanam dalam beton
harus sudah terpasang; Semua persiapan dan pembesian akan diperiksa
dan disetujui secara tertulis oleh Direksi Pengawas. Persetujuan mana
tidak membebaskan kontraktor utama dari tanggung jawab atas pekerjaan
yang dilakukannya.
Subgrade yang semiporous harus dibasahi terlebih dahulu untuk mencegah
perembesan dan subgrade yang porous harus dilapisi dengan bahan pengisi
yang disetujui Direksi Pengawas.
b. Pengangkutan beton
Adukan beton diangkut dari tempat pengadukan ketempat pengecoran
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan pemisahan maupun
perubahan dari sifat beton seperti kekentalan, kelekatan dan kekuatannya.
Alat pengangkut harus disetujui Direksi Pengawas dengan ukuran dan cara
pengangkutan sedemikian sehingga tidak terdapat tanda-tanda pengerasan
beton sebelum beton yang berdekatan selesai dicor. Alat pengangkut harus
dibersihkan pada setiap operasi atau pada setiap berakhirnya hari kerja.
Alat pengangkut dan pemakaiannya harus memenuhi syarat-syarat
tambahan berikut :
- Truk pengaduk, pengaduk dan perlengkapan Iainnya dan cara operasinya
harus memenuhi syarat-syarat ASTM C 94.
- Sabuk conveyor harus mendatar atau mempunyai kemiringan yang tidak
akan menimbulkan pemisahan atau hilangnya bahan.
- Adukan beton harus dilindungi terhadap pengeringan yang tidak
diharapkan ataupun naiknya suhu adukan. Pada ujung conveyor diatur
supaya tidak terjadi pemisahan bahan. Adukan tidak boleh melekat sabuk
pada saat balik. Untuk lokasi pcngecoran yang jauh harus dipakai bucket.
- Papan peluncuran harus dari logam atau berlapis logam dan mempunyai
kemiringan tidak Icbih dari I (vertikal) : 2 (horizontal) dan tidak kurang
dari I (vertikal) : 3 (horizontal). Papan peluncuran yang panjangnya lebih
dari 6 meter dan tidak memenuhi persyaratan kemiringan harus diarahkan
pada suatu gerobak/bucket pengangkut untuk didistribusikan lebih lanjut.
45
- Pompa atau peralatan konveyor hidrolis harus sesuai dengan kapasitas
pompa. Pengecoran dengan sistim ini harus diperiksa agar tidak terjadi
pemisahan bahan adukan beton. Berkurangnya slump pada saat
pemompaan tidak boleh lebih dari 50 mm. Beton tidak boleh dipompa
melalui pipa aluminum atau logam campuran aluminum.
c. Penempatan adukan beton
Pengecoran beton pada bagian struktur yang ditumpu tidak boleh dimulai
sampai beton kolom dan dinding pada pcngecoran sebelumnya berumur
paling sedikit 24 jam.
Adukan beton harus dituangkan sedekat-dekatnya dari tempat bagian
pekerjaan yang akan dikerjakan untuk mencegah pernisahan bahan-bahan
akibat proses pengerjaan pengecoran betonnya. Cara-cara pengerjaan
pengecoran yang mengakibatkan pemisahan bahan adukan tidak boleh
dilakukan.
Adukan beton harus dipadatkan dengan alat penggetar, sekop, batang besi
atau garpu sampai beton mengisi penuh bagian-bagian bekisting sekeliling
besi tulangan, bahan yang tertanam dan sudut dengan tanpa ada rongga-
rongga atau bidang-bidang perlemahan. Alat penggetar didalam adukan
harus dari ukuran dan daya yang terbesar, sehingga dapat digunakan untuk
bermacam-macam bagian pekerjaan beton. Alat penggetar beton harus
digunakan oleh pekerja yang berpengalaman. Alat penggetar tidak boleh
digunakan untuk memindahkan adukan beton didalam bekisting.
Pengeluaran dan pemasukan alat penggetar dilakukan sejauh kurang lebih
selang 0.5 meter. Waktu yang diperlukan untuk tiap pemasukan alat
tersebut diatur harus cukup untuk memadatkan beton tanpa terjadi
pemisahan agregat, sekitar 5 sampai 15 detik. Alat penggetar cadangan
harus tersedia selama pengecoran. Jika dikehendaki beton dengan finishing
sesuai hasil pengecoran, bagian mortar dari adukan harus dibawa ke
bagian permukaan bekisting dengan pada proses pemadatan jika perlu
dibantu dengan sekop agar agregat kasar tidak ikut terbawa ke bagian
permukaan bekisting.
5. Perawatan beton
46
Permukaan beton yang tidak berhubungan dengan bekisting, salah
satu prosedur berikut harus dilaksanakan segera sesudah selesainya
pengecoran dan finishing :
a. Menggunakan genangan atau penyiraman air secara konunyu.
b. Menggunakan karung-karung yang dibasabi secara kontinyu.
c. Menggunakan pasir yang dibasahi secara kontinyu.
d. Menggunakan uap (suhu tidak lebih dari 6500 atau uap yang
discmprotkan.
e. Menggunakan material lembaran kedap air, dengan mengacu pada ASTM
C 171.
f. Menggunakan lapisan penahan kelembaban Iain Yang disetujui.
g. Kehilangan kelembaban air pada permukaan beton yang ditempatkan pada
bekisting kayu atau dari logam akibat terkena panas sinar matahari dapat
dikurangi dengan mcmbasahi bekisting sampai bekisting dilepas. Sesudah
bekisting dilepas beton harus tetap dirawat sampai waktu yang ditetapkan
dalam Bagian 03370 1.2C dengan menggunakan salah satu cara yang
disebutkan dalam Bagian 03370 1.2A.
h. Perawatan beton dengan cara yang ditetapkan dalam Bagian 03370 1.2A
atau 03370 1.2B harus dilakukan taus menerus selama paling sedikit 7 hari
untuk semua beton, kecuali beton dengan kekuatan awal tinggi selama
paling sedikit 3 hari. Sebagai alternatif, jika hasil test yang dilakukan pada
contoh benda uji yang diletakkan berdekatan dengan struktur betonnya dan
dirawat dengan cara yang sama, menunjukkan kekuatan tekan beton rata-
rata sudah mencapai 70 persen kekuatan yang dipersyaratkan, fc, proses
pencegahan kehilangan kelembaban air dihentikan. Proses pencegahan
kehilangan kelembaban air juga dapat dihentikan bila suhu beton tetap
dipertahankan paling sedikit 10 ºC untuk jangka waktu yang sama dengan
waktu diperlukan oleh contoh benda uji yang dirawat di laboratorium yang
dapat dianggap rnewakili struktur beton yang di lapangan untuk mencapai
kekuatan tekan 85% dan kekuatan tekan yang disyaratkan fc'.
3.3 Teori Pekerjaan yang diikuti
47
Sesuai apa yang ditinjau, maka harus ada teori yang kuat untuk
mendukung peninjauan dalam efisiensi pekerjaan.
48
b. Kolom bundar dengan tulangan memanjang dan sengkang berbentuk spiral
c. Kolom komposit yaitu gabungan antara beton dan profil baja sebagai
pengganti tulangan didalamnya.
49
Gambar 3.2 Gaya-gaya pada Kolom
50
(…..(2019). https://dpupkp.bantulkab.go.id. 07-05-2019.)
51
3.4.3 Fungsi Balok
Balok berfungsi sebagai pengikat kolom-kolom agar apabila terjadi
pergerakan kolom-kolom tersebut tetap bersatu padu mempertahankan
bentuk dan posisinya semula. Balok dibuat dari bahan yang sama dengan
kolomnya sehingga hubungan balok dengan kolomnya bersifat kaku tidak
mudah berubah bentuk. Pola gaya tidak seragam dapat mengakibatkan
balok melengkung atau defleksi yang harus ditahan oleh kekuatan internal
material (Dipohusodo: 1994).
52
3.4.4.2 Balok Anak
Balok anak berfungsi untuk mengurangi lendutan pada plat
dan meneruskan beban dari plat ke balok induk. Balok anak digunakan
untuk mereduksi luas penampang plat yang terikat pada balok. Perbedaan
antara balok anak dengan balok induk terletak pada tumpuan. Kalau balok
induk menumpu pada kolom, sedangkan balok anak menumpu pada balok
induk.
Dimensi balok anak pada bangunan ini sangat bervariasi tergantung
besar kecilnya beban dan luas plat yang dipikul oleh balok induk
dan disesuaikan dengan perencanaan arsitekturnya. Konstruksi balok anak
ini terbuat dari beton bertulang dengan tulangan induk D22 mm dan D10
mm untuk tulangan beugel.
53
panjang b, dan lebar a. Adapun fungsi dari plat lantai adalah untuk
menerima beban yang akan disalurkan ke struktur lainnya. Pada plat lantai
merupakan beton bertulang yang diberi tulangan baja dengan posisi
melintang dan memanjang yang diikat menggunakan kawat bendrat, serta
tidak menempel pada permukaan pelat baik bagian bawah maupun atas.
Adapun ukuran diameter, jarak antar tulangan, posisi tulangan tambahan
bergantung pada bentuk plat, kemampuan yang diinginkan untuk pelat
menerima lendutan yang diijinkan.
54
2. Merupakan isolasi suara yang baik.
3. Tidak dapat terbakar dan dapat lapis kedap air.
4. Dapat dipasang tegel untuk keindahan lantai.
5. Merupakan bahan yang kuat dan awet, tidak perlu perawatan dan dapat
berumur panjang.
55
56