Anda di halaman 1dari 57

PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT UMUM CEMPAKA

LIMA MEDIKA

LAPORAN PRAKTIK PROFESI ARSITEKTUR

OLEH:
Nella Amalia
NIM: 160701109

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR RANIRY
2020

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai seorang mahasiswa yang teladan sudah semestinya penulis
mengikuti setiap mata pelajaran dalam ketetapan perkuliahan, sebagaiman
penulis juga mengikuti mata kuliah praktik profesi yang sudah menjadi
ketetapan kampus dalam bidang Arsitektur. Adapun Praktik profesi
merupakan suatu mata kuliah wajib 2 SKS yang tercantum didalam daftar
kurikulum pendidikan di Prodi Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry yang mewajibkan penulis untuk
melakukan observasi lapangan terhadap suatu proyek dan menyusun
laporan untuk melengkapi gelar kesarjanaannya. Mata kuliah Praktek
profesi ini berperan penting dalam menambah wawasan serta pengalaman
penulis dalam bidang Arsitektur sebelum memasuki dunia kerja yang
sesungguhnya.
Melalui praktik profesi mahasiswa arsitektur dapat terlibat secara
langsung dalam suatu pekerjaan yang sedang berlangsung, dengan
mempelajari tahapan yang terjadi di saat proses pembangunan dan
tahapan-tahapan dalam ilmu manajemen proyek. Sebagai perencana,
pelaksana, atau pengawas. Kuliah Praktek profesi ini di wajibkan dan
penulis mengambil pada proyek konstruksi yang dipilih selama 3 bulan
atau 90 hari.
Praktik profesi ini berlangsung berlangsung pada proyek
pembangunan Rumah Sakit Umum Cempaka Lima Banda Aceh, yang
berlokasi di Jalan Tgk. H. M. Daud Beureueh No.156, Lambhuk, Banda
Aceh. Pembangunan gedung ini dilaksanakan oleh PT. Cempaka Lima
Utama, merupakan proyek swasta pribadi milik ibu Hj. Kartini Nyak Itam.
Saat ini, beliau menjabat sebagai direktur diperusahaan tersebut.
PT. Cempaka Lima Utama dipilih sebagai tempat untuk melaksanakan
praktek profesi. Pilihan ini di karenakan penulis ingin mengetahui sistem

1
kerja, proses pengerjaan sebagai pengawas pada perusahaan konsultan
untuk menambah wawasan dan pengalaman kerja.

1.2 Latar Belakang Pemilihan Lokasi Praktik Profesi


Bangunan Rumah Sakit Umum Cempaka Lima (RSUCL) yang akan
dibangun di Jalan Politeknik Aceh atau jalan tepi kali, Beurawe, Banda
Aceh akan dilengkapi dengan solar panel.  Kehadiran rumah sakit baru
dapat membuka lapangan kerja bagi angkatan kerja di Banda Aceh.
Direktur PT Cempaka Lima Medika, Hj. Kartini Nyak Itam
menjelaskan ‘’pembangunan rumah sakit merupakan pengembangan dari
Klinik Dokter Spesialis Cempaka Lima. Rencananya gedung rumah sakit
dibangun 5 lantai dengan daya tampung 90 ruang rawat inap, dan masa
pembangunan selama 8 bulan’’.
Sementara itu Walikota Banda Aceh mengatakan, keberadaan rumah
sakit bertaraf internasional akan memberi multiplier effect bagi Banda
Aceh. “Selain meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, juga
diharapkan dapat menekan jumlah warga kota yang berobat ke luar daerah
atau luar negeri. Direktur PT.Cempaka Lima Medika, Kartini Nyak Itam
menambahkan RSUCL akan menampung tenaga kerja lebih kurang 400-
500 orang dari berbagai disiplin ilmu. Kehadiran rumah sakit yang terletak
di seberang bantaran Krueng Aceh ini diharapkan dapat mendorong
pembangunan di kawasan tersebut, terutama gampong di sekitarnya seperti
Beurawe dan Lambhuk.
Saat ini, pembangunan rumah sakit cempaka lima utama sedang dalam
tahap proses pembangunan struktur, sehingga muncul ketertarikan saya
untuk mengetahui lebih jelas mengenai proses pembangunan gedung
rumah sakit umum cempaka lima melalui mata kuliah yang sedang saya
ambil yaitu Kerja Praktik. Melaui mata kuiah tersebut saya bisa
memanfaatkan pembangunan rumah sakit yang sedang berlangsung
sebagai ilmu pengetahuan untuk saya yang tidak saya dapatkan di ruang
kuliah dengan belajar sebagai pengawasan ditempat tersebut selama 3
bulan.

2
1.3 Permasalahan Praktek Profesi
Pada dasarnya tidak semua mahasiswa aristektur mendapatkan
pengetahuan dan pengalaman yang cukup memadai untuk terjun ke dunia
kerja yang profesional. Pengalaman teoritis yang didapatkan di dunia
perkuliahan masih belum cukup digunakan untuk dunia kerja yang akan
dihadapi kedepannya, karena dibutuhkan sebuah tanggung jawab hukum
dan moral yang besar dalam tanggung jawab sebuah proyek.
Melakukan kerja praktik di sebuah consultant arsitektur, dianggap
sangat penting untuk melatih kemampuan mahasiswa dalam menjawab
persoalan-persoalan dalam pembangunan yang mungkin tidak timbul di
dalam sesi pembelajaran di dunia perkuliahan. Oleh karena itulah, terdapat
beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan kerja praktik dan pemilihan
biro konsultan arsitektur :
1. Apakah pembelajaran yang didapatkan di kampus sudah mampu
diterapkan mahasiswa pada pekerjaan nyata di dunia kerja dalam sebuah
biro konsultan arsitektur ?
2. Mungkinkah terdapat persoalan yang tidak dapat diselesaikan hanya secara
teorikal saja melainkan harus melewati fase praktik lapangan ?
3. Bagaimanakah metode yang digunakan dalam biro arsitektur dalam
menjawab kebutuhan klien, merencanakan serta merancang obyek
arsitektural ?
4. Bagaimanakan cara yang digunakan dalam biro arsitektur dalam
menyelesaikan permasalahan dan merealisasikan rencana obyek
arsitektural di lapangan ?

1.4 Tujuan Praktek Profesi


Kegiatan praktek profesi bertujuan memberikan pengalaman yang
terkait dengan hakikat profesi seorang arsitek dalam situasi dunia
profesional, sehingga mempunyai wawasan dan keterampilan dasar
profesional terutama yang menjadi tanggung jawabnya sebagai seorang
arsitek.
Selain itu tujuan dari praktek profesi yang dilakukan selama tiga bulan
ini adalah untuk melihat dan ikut terlibat secara langsung dalam kegiatan

3
pekerjaan perancangan yang ada dilapangan serta mendapatkan
pengalaman empiris, melengkapi pengalaman teoritis yang telah didapat di
perkuliahan. Melalui kerja praktik ini mahasiswa dapat membandingkan
kondisi kegiatan yang nyata dengan teori yang sudah diperoleh dalam
proses belajar di perguruan tinggi.
Dengan adanya Praktik Profesi, proses perencanaan dapat diamati
secara langsung dan memahami tentang sebuah tanggung jawab hukum
dan moral yang besar dalam perencanaan dan tanggung jawab dalam
sebuah proyek.
Adapun beberapa tujuan dari Praktek Profesi adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan tanggung jawab dan profesionalitas.
2. Meningkatkan wawasan mengenai pengalaman kerja yang berkaitan
dengan profesi seorang Arsitek di dunia kerja.
3. Meningkatkan keterampilan dan keahlian dasar menyangkut tanggung
jawab seorang arsitek dalam konteks pengawasan.
4. Melahirkan kreativitas baru serta mahasiswa dapat membandingkan
kondisi di lapangan sebagai pengawas dengan hasil pengalaman teori yang
didapat dari perkuliahan.
5. Memperdalam wawasan penulis mengenai ilmu arsitektur pada proyek
kontruksi yang sedang dijalani, khususnya bagian struktural.
6. Mahasiswa kerja praktik dapat menambah ilmu pengetahuan dalam
menanggapi permasalahan yang ada didalam pelaksanaan sebuah proyek
maupun dilapangan kerja selanjutnya.
7. Mahasiswa kerja praktik dapat mengetahui bagaimana struktur
organisasi sebuah proyek pembangunan.

1.3 Ruang Lingkup Dan Batasan Praktek Profesi


Laporan ini meliputi tinjauan secara umum, tinjauan tersebut
dilakukan dengan ikut serta sebagai asisten pengawas lapangan. Selama
kegiatan praktek profesi berlangsung, penulis dibimbing oleh oleh pihak
kontraktor pelaksana serta mandor dilapangan. Tinjauan praktek profesi
yang berperan sebagai pengawas atau asisten pengawas lapangan
berlangsung selama selama tiga bulan, terhitung dari tanggal 09 Maret

4
2020 sampai 09 Juni 2020.Adapun lingkup Praktik Profesi di Rumah Sakit
Umum Cempaka Lima Utama yang dijalani saat ini antara lain :
1. Lingkup Lokasi
Praktik profesi berlangsung pada pembangunan Rumah Sakit
Umum Cempaka Lima Banda Aceh, yang berlokasi di Jalan Tgk. H. M.
Daud Beureueh No.156, Lambhuk, Banda Aceh. Dengan jumlah lantai
bangunan sebanyak lima lantai.
2. Lingkup jadwal pengamatan
Praktik profesi berlangsung selama 90 hari kalender ( 3 bulan ),
yang dilakukan setiap senin-jumat selama 2-4 jam perharinya.

1.4 Batasan
Adapun batasan dari laporan praktik profesi ini adalah pada pekerjaan:
1. Pekerjaan kolom
2. Pekerjaan balok
3. Pekerjaan plat lantai

1.5 Metode Penyusunan Laporan


Metode yang diterapkan pada kerja praktik profesi ini adalah sebagai
berikut :
1. Metode observasi lapangan
Melihat langsung pekerjaan yang sedang dikerjakan sesui dengan
gambar kerja yang telah dipelajari sebelumnya.
2. Metode wawancara/diskusi
Melakukan Tanya jawab kepada para pekerja bangunan (tukang)
dan asisten pembimbing praktik profesi dilapangan.
3. Metode literature atau Literatur
Metode ini dilakukan untuk melengkapi data-data yang didapatkan
dilapangan dengan menggunakan berbagi referensi yang berkaitan dengan
hal-hal yang diamati dilapangan.

1.6 Sistematika Penulisan Laporan


Sistematika dalam penulisan laporan kerja praktek profesi adalah
sebagai berikut :

5
BAB 1 PENDAHULUAN
Membahas mengenai latar belakang kerja praktek profesi,
permasalahan dan tujuan praktek profesi, ruang lingkup dan batasan
pembahasan laporan, metode penyusunan laporan serta sistematika
penulisan.

BAB 2 TINJAUAN UMUM PROYEK


Membahas tentang hal-hal yang menjadi latar dan bersifat umum dari
praktik profesi, seperti data kepemilikan proyek, struktur organisasi dan
hubungan antar unsur organisasi proyek. Pada bab ini dipaparkan pula
penjelasan mengenai dasar-dasar teori yang terkait dengan penekanan
praktik profesi.

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS


Pembahasan yang memuat deskripsi tentang hal-hal yang menjadi
penekanan praktik profesi atau hal-hal yang spesifik. Seperti kondisi-
kondisi arsitektural, teknis, manajemen, perilaku, dan sebagainya yang
telah menjadi fokus perhatian selama praktik profesi.

BAB 4 PEMBAHASAN
Berisi tujuan analisis dalam hal-hal yang telah menjadi fokus
perhatian selama praktik profesi, seperti suatu telaah kritis permasalahan,
kelemahan dan kelebihan, interpretasi, eksplorasi, dan sebagainya.

BAB 5 KESIMPULAN
Berisi kesimpulan berupa tanggapan terhadap hasil pengamatan dalam
praktek dan memberikan solusi serta saran terhadap perbedaan dari
kesimpulan yang sudah dibuat.

DAFTAR PUSTAKA
Memuat daftar sebagai bahan referensi yang dikutip atau yang benar-
benar digunakan sebagai acuan penulisan laporan praktik profesi .

6
LAMPIRAN
Memuat gambar dan penjelasannya sebagai obyek praktik profesi,
serta dokumen dan surat keterangan dari PT. Cempaka Lima Utama
tempat praktik profesi dan semua form praktik profesi.

7
BAB 2
TINJAUAN UMUM PROYEK

2.1 Tinjauan umum proyek


Manajemen proyek merupakan penerapan fungsi-fungsi manajemen
(perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian) secara sistematis pada
suatu proyek dengan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif
dan efisien, agar tercapai tujuan proyek secara optimal.
Proyek dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk mencapai
suatu tujuan tertentu yang dibatasi oleh waktu dan sumber daya yang
terbatas. Usaha tersebut dibatasi oleh tiga variabel proyek, yaitu waktu
(Time), mutu (Quality) dan harga (Cost). Kegiatan-kegiatan ini
menghasilkan suatu output, baik software (design), maupun hardware
(pelaksanaan fisik). Unsur-unsur yang dikelola dalam sebuah proyek,
yaitu :
- money (uang dan material)
- man (tenaga kerja, tenaga ahli)
- machine (alat-alat untuk mempermudah pelaksanaan proyek)
- methode (mekanisme dan prinsip kerja yang diterapkan dalam
menjalankan suatu proyek).
(Tim Penulis Dosen Perguruan Tinggi Swasta – Jakarta,
1998, Manajemen Konstruksi, Universitas Tarumanegara, Jakarta.)

2.2 Tujuan Pembangunan Proyek


Secara umum dalam sebuah proyek tentunya memiliki tujuan
pembangunan yang harus dicapai saat pelaksanaan proyek supaya tujuan
utama yaitu mencapai tujuan proyek secara efektif dan efisien dapat
tercapai. Berikut tujuan-tujuan pembangunan proyek.

8
1. Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih efektif
kepada masyarakat Banda Aceh.
2. Mengembangkan pelayanan Rumah Sakit Cempaka Lima
Medika seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Meningkatkan kualitas dan mempertahankan standar pelayanan
Rumah Sakit Umum Cempaka Lima Medika.
4. Melakukan kerja sama dengan lembaga institusi pendidikan,
terutama di bidang kesehatan.
5. Meningkatkan pengembangan SDM yang berkesinambungan
6. Mengembangkan kelembagaan dan peningkatan fasilitas sarana
dan prasarana rumah sakit

2.3 Lokasi proyek


Secara geografis proyek pembangunan Rumah Sakit Cempaka Lima
berlokasi di jalan Politeknik Aceh, Beurawe, Banda Aceh yang berbatasan
dengan beberapa wilayah yaitu:
1. Sebelah Utara : Pertokoan dan Jalan utama.
2. Sebelah Selatan : Sungai (Krung Aceh)
3. Sebelah Barat : Perumah warga
4. Sebelah Timur : Perumah warga.

Proyek pembangunan Rumah Sakit Umum cempaka lima ini berlokasi


di jalan Politeknik Aceh beseberangan dengan Masjid keuchuk leumik,
Beurawe, Banda Aceh. Tepat disamping bantaran sungai Krung Aceh.

Gambar 2.1 Peta lokasi proyek pembangunan Rumah Sakit Umum


Cempaka Lima
Sumber: Google Maps, 2020

9
2.4 Data Proyek

2.4.1 Informasi Umum


Informasi umum proyek pembanguna Rumah Sakit Umum Cempaka
Lima di beurawe, Banda Aceh adalah:
Nama Proyek : Rumah Sakit Umum Cempaka Lima
Medika
Lokasi Proyek : Jalan Politeknik Aceh, Beurawe, Banda
Aceh.
Luas Bangunan : 9.301,04 m2 (5 lantai)
Pemilik Proyek (Owner) : Hj. Kartini Nyak Itam
Proyek Manager : Amir Hidayat, ST
Konsultan Perencana : PT Cipta Mulya Insani
Kontraktor Pelaksana : PT Cempaka Lima Utama
Konsultan Pengawas : PT Cempaka Lima Utama
Sumber Dana : PT Cempaka Lima Utama

2.4.2 Data teknis


Proyek pembangunan ini merupakan proyek swasta dengan
kepemilikan pribadi yang dipegang oleh Hj. Kartini Nyak Itam dengan
kemitraan; korporasi dan sumber dana dari investor swasta atau pemberi
pinjaman. Berikut merupakan data teknis mengenai proyek pengembangan
Rumah Sakit Cempaka Lima Medika :
1. Luas lahan : 4.982 m2
2. Luas bangunan : 9.301,04 m2 (5 lantai)
Fungsi bangunan terdiri dari :
a. Lantai dasar : 1,578,69 m2
Fungsi bangunan : Ruang Poliklinik, Ruang Farmasi, Ruang
Rekam Medis, Ruang Obat, Ruang Laktasi,
Ruang Security, Ruang Penyimpanan Umum,
Ruang Purchasing Office San Wc.

10
b. Lantai 1 : 844,25 m2
Fungsi bangunan : Lobi, ATM Center, Ruang Farmasi, Ruang
Informasi, Tenant, Ruang Unit Gawat
Darurat, Ruang Obat, Ruang Tunggu Dokter,
Kamar Mayat, Ruang Janitor, Ruang Catatan
Medis, Pusat, Parkir Dan Wc.
c. Lantai 2 : 1.723,28 m2
Fungsi bangunan : Ruang Direktur Utama, Ruang Kabid, Ruang
Staff, Ruang Rapat, Ruang Tunggu, Loby,
Pantry, Ruang Server, Ruang General
Medical, Ruang Check Up, Ruang Kantor
Komite, Ruang Hematologi, Ruang
Laboratorioum, Ruang Dokter, Ruang
Patologi, Ruang Kimia, Ruang Delivery,
Ruang Tunggu Dokter, Ruang Administrasi,
Ruang Persiapan, Ruang Operasi, Ruang
Scrub, Ruang Recovery, Ruang Utilitas
Kotor, Ruang Penyimpanan, Ruang Admin,
Ruang Dekontaminasi, Ruang Packing
Strelisasi, Ruang Ct Scan, Ruang X Ray,
Ruang Dokter, Ruang MRI Dan Rruang
USG.
d. Lantai 3 : 1.723,28 m2
Fungsi bangunan : Ruang Rawat Vip, Ruang Perawatan, Ruang
Gas, Ruang Tunggu, Ruang Farmasi, Ruang
Infectious Nicu, Ruang Picu, Ruang Icu,
Taman Dan Wc.
e. Lantai 4 : 1.782,47 m2
Fungsi bangunan : Ruang Rawat Kelas 1, Ruang Rawat kelas 2,
Ruang Rawat Kelas 3, Ruang Gas, Ruang
Tunggu, Ruang Perawatan Dan Wc.
f. Lantai 5 : 1.649,47 m2

11
Fungsi bangunan : Lantai Atap Dak
7. Jumlah lantai : Lima Lantai
8. Struktur bangunan : pondasi tiang pancang 400 x 400 dengan
kedalaman ± 24 M. Dan Pondasi Bore Pile.
9. Levasi lantai bangunan :
Lantai dasar :± 0,00
Lantai 1 : + 3,5 m
Lantai 2 : + 4,5 m
Lantai 3 : + 4,5 m
Lantai 4 : + 4,5 m
Lantai 5 : + 4,5 m

2.5 Anggaran Dana


Hasil rekapitulasi anggaran dana proyek pembangunan Rumah Sakit
Cempaka Lima Medika yang disetujui oleh pihak pemilik proyek dengan
pihak kontraktor pelaksana memiliki nilai kontrak senilai Rp.
110.457.662.000.00,-. ( Seratus Sepuluh Milyar Empat Ratus Lima Puluh
Tujuh Juta Enam Ratus Enam Puluh Dua Ribu ). ( Sumber : Data proyek
cempaka lima utama )

2.6 Jadwal Pelaksanaan


Jadwal pelaksanaan proyek pembangunan Rumah Sakit Umum
Cempaka Lima Medika yang telah disepkati didalam kontrak dari bulan
desember 2018-oktober 2019 (42 minggu kalender).

2.7 Organisasi Proyek


Menurut Irika Widiasanti (2013), definisi organisasi secara umum
adalah pengaturan kegiatan-kegiatan dari beberapa individu di bawah satu
koordinasi yang berfungsi untuk pencapaian satu tujuan. Organisasi juga
dapat di artikan sebagai tindakan guna mempersatukan dan mengatur
sumber-sumber daya yang mencakup tenaga kerja serta material yang
terbentuk dalam kumpulan kegiatan manusia yang memiliki tugas masing-

12
masing, dan saling berhubungan satu sama lain. Semakin banyak individu
atau kelompok yang terlibat, maka semakin komplek untuk organisasi
yang terbentuk (Irika Widiasanti, 2013).
Irika Widiasanti (2013) juga menyatakan bahwa, organisasi proyek
terdapat beberapa manager proyek yang mewadahi staf-staf dan
merupakan satu koordinasi. Sebagian besar sumber daya organisasi
terserap pada pekerjaan proyek dan manager proyek memiliki kekuasaan
penuh dalam pengambilan keputusan. Jenis organisasi ini sering juga
memiliki unit-unit kecil organisasi yang disebut departemen, tetapi
kelompok unit ini tetap memberikan laporan langsung ke proyek manager.
Organisasi proyek dapat dlihat pada gambar berikut :

Gambar 2.2 : Organisasi Proyek Murni


(Sumber : Irika Widiasanti, 2013)
Dalam bukunya, Irika Widiasanti (2013) juga menyatakan ada
beberapa unsur-unsur pelaksanaan dalam pembangunan proyek meliputi:
1. Unsur perencanaan teknis dan keuangan, yang menjalankan fungsi
spesifik. Perencanaan rekayasa teknik (engineering) seperti jadwal
pelaksanaan, perencanaan bahan, alat dan sub-sub kontraktor, perencanaan
metode pelaksanaan, perencanaan mutu dan perencanaan K3. Perencanaan
administrasi dan keuangan, meliputi pembuatan cash flow, perencanaan
penagihan, sistem akuntansi dan administrasi pengelolaan sumber daya.
2. Unsur pelaksanaan atau operasional, yang meliputi kegiatan pelaksanaan
konstruksi di lapangan untuk mewujudkan fisik bangunan sesuai
perencanaan teknis dan keuangan.
3. Unsur pengendalian atau kontrol, yang meliputi kegiatan membandingkan
realisasi pelaksanaan dengan perencanaan dan jika terdapat penyimpangan
akan dilakukan analisis penyebabnya dan cara penyelesaiannya.

13
Organisasi yang baik memerlukan hubungan komunikasi yang baik
antara satu dengan yang lain. Organisasi yang baik akan mampu
menghasilkan manajemen konstruksi yang baik. Sehingga nantinya
organisasi yang terbentuk dapat bekerja sesuai dengan rencana awal. Pada
proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Umum Cempaka Lima Medika
ini melibatkan beberapa pihak yang terkait meliputi :
1. Pemilik Proyek : Hj. Kartini Nyak Itam
2. Konsultan Perencana : PT Cipta Mulya Insani
3. Kontraktor Pelaksana : PT Cempaka Lima Utama
4. Konsultan Pengawas : PT Cempaka Lima Utama

HJ. KARTINI NYAK ITAM HUSNI IBRAHIM


Direktur Coorddinator project

AMIR HIDAYAT, ST
Project Manager

NURYATSO, BA
Site manager

RAHMAT AL HAFIZH, ST
Quantity engineer

ZULHADI SENTOSA, ST TEUKU ISMADI, A,Md


Draf Man Logiastik

1.1.6 1.1.5 1.1.4 1.1.3 1.1.2 1.1.1 1.1.12 1.1.9


CS CS CS CS CS CS
1.1.18 1.1.19 1.1.17 1.1.16 1.1.15 1.1.13 A CS 1.1.10 CS 1.1.7
Udara mbing Medic & fire Team Team Team

Gambar 2.5 Struktur Organisasi PT. Cempaka Lima


2.8 Utama
Pemilik Proyek (Owner)
Sumber: Dokumen Kantor, 2020
Evrianto (2005) menyebutkan bahwa pemilik proyek atau
pemberi tugas atau pengguna jasa adalah orang atau badan yang memiliki
proyek dan memberikan pekerjaan kepada pihak penyedia jasa dan yang

14
membayar biaya pekerjaan tersebut pengguna jasa dapat berupa
perseorangan atau badan atau lembaga atau instansi pemerintah atau
swasta.
Dalam UU No. 02 Tahun 2017 pasal 1 tentang jasa konstruksi,
pemilik proyek (Owner) disebut sebagai pengguna jasa adalah pemilik
atau pemberi pekerjaan yang menggunakan layanan jasa konstruksi.
Menurut Evrianto (2005) hak dan kewajiban pengguna jasa adalah:
a. Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor).
b. Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang
telah dilakukan oleh penyedia jasa.
c. Menyediakan fasilitas baik sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh
pihak penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan.
d. Menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan.
e. Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia jasa
sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah bangunan.
f. Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi).
g. Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan
oleh penyedia jasa jika produknya telah sesuai dengan apa yang
dikehendaki.

Pengguna jasa juga memiliki wewenang berupa:


a. Memberitahukan hasil lelang secara tertulis kepada masing-masing
kontraktor.
b. Dapat mengambil alih pekerjaan secara sepihak dengan cara
memberitahukan secara tertulis kepada kontraktor jika telah terjadi hal-hal
diluar kontrak yang telah ditetapkan.

Tugas dan tanggung jawab pemilik proyek sebagai berikut:


a. Menunjuk konsultan perencana untuk merencanakan gedung yang akan
dibangun.

15
b. Mengadakan ikatan perjanjian atas nama pemilik proyek dengan konsultan
perencana, konsultan pengawas dan pelaksana disertai penandatanganan
naskah serah terima.
c. Membentuk panitia lelang yang bertugas membantu memimpin proyek
dalam pelaksanaan pelelangan, misalnya menunjuk konsultan perencana,
konsultan pengawas dan pelaksana proyek atau kontraktor.
d. Bertanggung jawab dari segi administrasi, keuangan dan pelaksaan fisik
proyek yang dipimpinnya sesuai dengan petunjuk operasional.
e. Memutuskan pemenang tender yang diusulkan oleh panitia lelang.
f. Menyetujui dan menetapkan pembayaran bertahap (termyn) sesuai dengan
pekerjaan yang telah dilaksanakan.
g. Menyiapkan besaran uang muka yang menjadi hak penyedia jasa sesuai
ketentuan yang berlaku.
h. Menetapkan dan mengesahkan harga perkiraan sendiri (HPS), jadwal, tata
cara pelaksanaan dan lokasi pengadaan yang disusun panitia pengadaan.
i. Melaporkan pelaksana/penyelesaian pengadaan jasa kepada pemimpin
instansinya.

Pemilik proyek pada Pembangunan Rumah Sakit Umum Cempaka


Lima Medika adalah direktur dari PT. CEMPAKA LIMA UTAMA yang
bernama Ibu Hj. Kartini Nyak Itam.

2.9 Konsultan Perencana


Konsultan Perencana adalah badan yang menyusun program kerja,
rencana kegiatan dan pelaporan serta ketatalaksanaan berjalannya suatu
proyek sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Ervianto: 2005).
Menurut Irika Widiasanti (2013), konsultan perencana diharapkan
menghasilkan rancangan bangunan dan estimasi biaya yang akurat dan
terpercaya. Biaya yang dibutuhkan untuk konsultan perencana pada
umumnya adalah sekitar 1,6% - 7% dari biaya total proyek.

16
Gambar 2.3 : Hubungan kerja kontraktor, konsultan perencana, dan
owner
(Sumber : Irika Widiasanti, 2013)

Irika Widiasanti (2013) juga menyatakan bahwa perencanaan


mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut :
1. Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan keinginan pemilik
proyek.
2. Membuat perencanaan lengkap meliputi gambar bestek, Rencana Kerja
dan Syarat (RKS), perhitungan struktur, serta perencanaan anggaran biaya.
3. Membuat pra-rencana
4. Membuat rencana pelaksanaan
5. Mengadakan koordinasi dengan Sub Dinas lain dan instansi terkait sesuai
dengan bidangnya.
6. Melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian dibidang bina
program.
7. Memproyeksikan keinginan-keinginan atau ide-ide pemilik proyek ke
dalam desain bangunan. Melakukan perubahan desain bila terjadi
penyimpangan pelaksanaan pekerjaan dilapangan yang tidak
memungkinkan untuk dilaksanakan.
8. Mempertanggungjawabkan desain dan perhitungan struktur jika terjadi
kegagalan konstruksi. Kemudian proses pelaksanaannya diserahkan
kepada konsultan pengawas.

17
Konsultan perencana pada proyek pembangunan Rumah Sakit Umum
Cempaka Lima Medika adalah PT Cipta Mulya Insani. Proyek
pembangunan ini dapat berjalan dengan baik dengan adanya konsultan
perencana yang baik dalam menghasilkan setiap detail perencanaan
bangunan.

2.10 Kontraktor Pelaksana


Kontraktor pelaksana adalah badan hukum atau perorangan yang
ditunjuk untuk melaksanakan pekerjaan proyek sesuai dengan keahliannya.
Kontraktor bertanggung jawab langsung pada pemilik proyek (owner) dan
dalam melakukan pekerjaan ini diawasi oleh konsultan pengawas, dan
dapat berkonsultasi langsung dengan tim pengawas untuk masalah-
masalah yang terjadi dalam pelaksanaan serta bagaimana merencanakan
strategi proyek agar berjalan dengan sukses (Ervianto, 2005).
Menurut Irika Widiasanti (2013), hubungan antara pemilik dan
kontraktor dituangkan dalam suatu bentuk kontrak dimana pemilik
membayarkan sejumlah uang kepada kontraktor yang memberikan jasa
pembangunan proyek.

Gambar 2.4 : Hubungan Kerja Kontraktor Dengan Owner


(Sumber : Irika Widiasanti, 2013)

Irika Widiasanti (2013) juga menyatakan ada beberapa tugas dan


kewajiban kontraktor sebagai pelaksana, adalah sebagai berikut :
1. Melaksanakan pembangunan bekerja sesuai dengan peraturan dan
spesifikasi yang telah direncanakan dan ditentukan di dalam kontrak
perjanjian pemborongan.

18
2. Memberikan laporan kemajuan proyek meliputi laporan harian, mingguan,
dan bulanan kepada pemilik proyek yang berisi antara lain :
a. Pelaksanaan pekerjaan.
b. Prestasi kerja yang dicapai.
c. Jumlah tenaga kerja yang digunakan.
d. Jumlah bahan-bahan yang masuk.
e. Keadaan cuaca, dan lain-lain
3. Menyediakan tenaga kerja, bahan, peralatan, tempat kerja, dan alat-alat
pendukung lainnya yang digunakan mengacu pada gambar dan spesifikasi
serta memperhatikan waktu, biaya, kualitas, dan pekerjaan keamanan.
4. Sepenuhnya bertanggung jawab atas kegiatan pembangunan dan metode
pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
5. Menjalankan pekerjaan sesuai dengan jadwal (schedule) yang telah
disepakati.
6. Melindungi semua peralatan, bahan, dan bekerja terhadap kerugian dan
kerusakan sampai dengan serah terima pekerjaan.
7. Kontraktor dapat meminta kepada pemilik proyek untuk memberikan
perpanjangan waktu penyelesaian proyek dengan memberikan alasan yang
masuk akal dan sesuai dengan kenyataan yang menyebabkan perlunya
waktu tambahan tersebut.
8. Mengganti semua kerusakan yang disebabkan oleh kecelakaan selama
pelaksanaan pekerjaan, serta menyediakan perlengkapan wajib
pertolongan pertama pada kecelakaan.

Kontraktor pelaksana pada proyek pembangunan Rumah Sakit


Umum Cempaka Lima Medika adalah PT Cempaka Lima Utama.

2.11 Konsultan Pengawas


Konsultan pengawas adalah suatu badan hokum atau perorangan baik
swasta atau instansi pemerintah yang berfungsi sebagai badan yang yang
bertugas mengawasi dan mengkontrol jalannya proyek agar mencapai hasil
kerja yang optimal menurut persyaratan yang ada (Ervianto, 2005).

19
Menurut Irika Widiasanti (2013), kegiatan konsultan pengawas
dipusatkan pada tahap pelaksanaan konstruksi dan tidak dilibatkan dalam
proses perencanaan serta dituntut pula agar dapat memberikan masukan
kepada pemilik apabila terjadi perubahan-perubahan ataupun
penyimpangan pelaksanaan.

Gambar 2.6 Hubungan Kerja Konsultan Pengawas, Konsultan


Perencana, Kontraktor, dan Owner
(Sumber : Irika Widiasanti, 2013)

Dalam bukunya, Irika Widiasanti (2013) juga menyatakan konsultan


pengawas mempunyai tugas sebagai berikut :
1. Menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan kontrak
kerja.
2. Melaksanakan pengawasan secara rutin dalam perjalanan pelaksanaan
proyek.
3. Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek untuk dapat dilihat oleh
pemilik proyek.
4. Konsultan pengawas memberikan saran atau pertimbangan kepada pemilik
proyek maupun kontraktor dalam proyek pelaksanaan pekerjaan.
5. Mengoreksi dan menyetujui gambar shop drawing yang diajukan
kontraktor sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan proyek.

20
6. Memilih dan memberikan persetujuan mengenai tipe dan merek yang
diusulkan oleh kontraktor agar sesuai dengan harapan pemilik proyek
namun tetap berpedoman dengan kontrak kerja konstruksi yang sudah
dibuat sebelumnya.
Konsultan pengawas pada proyek pembangunan Rumah Sakit Umum
Cempaka Lima Medika adalah PT Cempaka Lima Utama.

2.12 Hubungan Kerja Pengguna Jasa Dengan Penyedia Jasa

2.12.1 Hubungan Kerja


Hubungan kerja adalah hubungan antara pihak-pihak yang
mempunyai tanggungjawab terhadap pelaksanaan dan wewenang untuk
menjamin kelancaran jalannya proyek, sehingga proyek dapat selesai tepat
pada waktunya. (Irika Widiasanti: 2013). Dalam pelaksanaan pekerjaan
ini, hubungan kerja yang terjalin antara kontraktor sebagai Penyedia Jasa
dengan pihak direksi sebagai Pemilik Pekerjaan dan konsultan supervisi
diatur dalam suatu organisasi pelaksanaan pekerjaan. Organisasi ini
melibatkan instansi-instansi terkait dengan pekerjaan ini.
Ervianto (2005) juga menjelaskan, dalam organisasi pekerjaan ini,
diadakan hubungan kerja yaitu hubungan antara pemberi perintah dengan
pelaksananya :
1. Jenis-jenis pekerjaan yang harus dilaksanakan.
2. Syarat-syarat teknis dan administrasi yang harus dipenuhi menurut
peraturan dan perjanjian yang telah dibuat, resmi dan bersanksi.
3. Target-target yang harus dicapai.
4. Kewajiban-kewajiban yang harus ditaati antara masing-masing pihak.

Juga menurut Ervianto (2005) dalam struktur hubungan kerja ini,


penerima tugas mendapat pengawasan langsung dari pemberi tugas yang
berhak pula memberi perintah, tugas dan sanksi secara langsung. Secara
garis besar pola hubungan kerja diatur sebagai berikut :
1. Hubungan kerja pemberi tugas dengan konsultan perencana.
1) Ikatan : kontrak

21
2) Perencana menyerahkan jasa/karya perencanaan kepada pemberi tugas.
3) Pemberi tugas memberikan biaya perencanaan kepada perencana.
2. Hubungan kerja pemberi tugas dengan kontraktor.
1) Ikatan : kontrak.
2) Pemberi tugas menyerahkan hasil perencanaan kepada kontraktor.
3) Pemberi tugas menyerahkan biaya pelaksanaan pekerjaan kepada
kontraktor.
3. Hubungan kerja perencana dengan kontraktor.
1) Ikatan : peraturan pelaksanaan
2) Pengawas mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan
kontraktor
3) Kontraktor merealisasikan peraturan pelaksanaan kepada pengawas.
Hubungan kerja/koordinasi dalam hal pengelolaan proyek sangatlah
dibutuhkan adanya suatu ketegasan didalam penentuan kerja sesuai dengan
tugas dan fungsi masing-masing, dimana antara satu dengan lainnya harus
saling bekerjasama dengan baik sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat
berjalan lancar dan teratur. Oleh sebab itu, pelaksanaan dilapangan dibuat
pembagian pekerjaan agar masing-masing unsur mengetahui tugasnya dan
mengatur agar tidak ada tumpang tindih pekerjaan antara pihak terkait.
Proyek pembangunan Rumah Sakit Umum Cempaka Lima Medika
ini memiliki hubungan kerja yang mempunyai tanggungjawab terhadap
proyek sebagai berikut :
Bagan 2.1 : Hubungan kerja proyek Rumah Sakit Umum Cempaka
Lima Medika

(Sumber : Data PT. Cempaka Lima Utama, 2019)

22
2.12.2 Hubungan Pelaksanaan
Hubungan pelaksanaan adalah hubungan antara dua pihak dalam suatu
kegiatan pekerjaan yang dilakukan oleh satu pihak sebagai pemberi tugas
terhadap pihak lainnya sebagai penerima tugas. Dalam kegiatan ini,
hubungan kerja terjadi antara :
1. Direksi Pekerjaan dengan Site Manager.
2. Pelaksana Lapangan dengan Koordinator Lapangan.

2.13 Tata Cara Pelelangan


Pelelangan adalah suatu rangkaian kegiatan penawaran yang bertujuan
untuk menyeleksi, mendapatkan, menetapkan, serta menunjuk
perusahaan mana yang paling pantas dan layak untuk mengerjakan suatu
paket pekerjaan, dimana penawaran dilakukan kepada penyedia barang
dan jasa sesuai kebutuhan proyek pembangunan itu sendiri (Alfian Malik
: 2010).
Alfian Malik (2010) juga menyatakan ada beberapa jenis pelelangan
yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Pelelangan umum atau terbuka, pelelangan ini dilakukan secara terbuka
dan dapat diikuti oleh peserta secara luas namun mempunyai kualifikasi
lingkup bidang usaha, kemampuan yang sesuai dipersyaratkan. Biasanya
pengumuman lelang dilakukan melalui media massa serta pengumuman
resmi oleh pihak pemilik proyek di instansinya. Pemenang dipilih
berdasarkan tingkat kompetitif penawaran harga terendah.
2. Pelelangan terbatas, pelelangan ini hanya diikuti oleh rekanan yang
terdaftar dan tercatat sebagai daftar rekanan mampu pada instansi pemilik
proyek. Rekanan yang diundang mempunyai reputasi dan kapabilitas yang
baik selama mengerjakan proyek-proyek sebelumnya dan dipilih
berdasarkan tingkat tingkat kompetitif penawaran harga terendah.
3. Pemilihan langsung, pengadaan proyek dilakukan melalui pemilihan dari
tiga penawar yang dipandang mampu dan dapat bekerja sama dengan
pemilik proyek dalam pelaksanaan implementasi proyek dengan
melakukan negosiasi harga.

23
4. Pengadaan langsung, pengadaan dilakukan untuk membantu rekanan
pengusaha golongan ekonomi lemah tanpa melalui penawaran, tetapi
melalui pemilihan langsung.

Pada proyek pembangunan Rumah Sakit Cempaka Lima Medika ini


menggunakan sistem pelelangan terbatas. Hj. Kartini NI. sebagai owner
membandingkan beberapa penawaran rekanan yang terdaftar pada instansi
pemilik proyek dan yang terpilih adalah PT Cempaka Lima Utama sebagai
kontraktor pelaksana, PT Cipta Mulya Insani sebagai konsultan perencana,
dan PT Cempaka Lima Utama sebagai konsultan pengawas.

2.14 Program Kerja Pada Proyek


Program kerja dalam sebuah proyek ditujukan untuk mengatur dan
membagi beberapa jenis pekerjaan ke beberapa kelompok kerja sehingga
optimal dalam penggunaan tenaga kerja, material, perkakas dan peralatan.
Yang termasuk dalam detail rencana kerja adalah :
1) Perintah kerja dan semua aktivitas seharusnya tercantum dalam urutan
kerja.
2) Jumlah tenaga kerja untuk setiap kelompok, sebagai contoh, ukuran
kelompok dan pembagiannya.
3) Jumlah peralatan untuk setiap kelompok, sebagai contoh, jenis alat setiap
kelompok dan pembagiannya.
4) Jumlah bahan material untuk setiap kelompok, sebagai contoh, jenis
material setiap kelompok dan pembagiannya.
5) Bagaimana memotivasi tenaga kerja.
6) Bagaimana instruksi diberikan dan diterima dengan sikap yang baik,
menghindari kesalahpahaman dan perintah kerja yang salah.

2.15 Identifikasi Objek Praktik Profesi


Saat pertama kali mencalonkan diri sebagai peserta praktik profesi
pada proyek pembangunan Rumah Sakit Umum Cempaka Lima Medika
ini, pekerjaan yang sudah diselesaikan adalah pondasi, sloof, plat lantai
dasar dan pemasangan mal/bekisting dibeberapa kolom utama. Pekerjaan

24
yang sedang berlangsung pada saat itu merupakan pembesian kolom,
sehingga tinjauan yang memungkinkan masih banyak dan mencukupi
masa praktik profesi yang berlangsung selama 3 bulan kedepan.
Adapun lingkup pekerjaan pengawasan pada proyek pembangunan
Rumah Sakit Umum Cempaka Lima Medika yang menjadi batasan objek
pengawasan antara lain adalah :
1. Pekerjaan kolom
2. Pekerjaan balok
3. Pekerjaan plat lantai
Pekerjaan yang tersebut diatas harus selesai tepat waktu dengan
kualitas yang memenuhi ketentuan sebagaimana disyaratkan dalam surat
perjanjian kontrak dan pelaksanaan harus dilakukan berdasarkan :
1. Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
2. Gambar-gambar perencanaan dan detail
3. Petunjuk dari konsultan atau kontraktor
4. Peraturan umum lainnya yang terkait atau berlaku

2.16 Proses Monitoring Dan Pengawasan Praktik Profesi


Proses monitoring dan pengawasan dilakukan oleh pengawas
lapangan setelah pekerjaan dilaksanakan. Dalam pengawasan praktik
profesi ini dilakukan selama 3 bulan (90 hari kalender). Monitoring dan
pengawasan dari pekerjaan proyek dilihat dari segi :
1. Dimensi atau ukuran yang tepat
2. Kerapian pekerjaan
3. Kekuatan hasil pekerjaan dan kesesuaian metode pekerjaan

2.17 Pengendalian Proyek


Menurut Soeharto (1995), keberhasilan sebuah proyek adalah tujuan
yang spesisifik dimana semua kegiatan diarahkan dan diusahakan untuk
mencapainya. Setiap proyek mempunyai tujuan yang berbeda, misalnya
pembuatan rumah tinggal, jalan, dan jembatan, ataupun instansi pabrik.
Dalam proses mencapai tujuan tersebut terdapat tiga sasaran pokok, yaitu
besarnya biaya anggaran yang dialokasikan, jadwal kegiatan, dan mutu

25
yang harus dipenuhi untuk mencapai suatu keberhasilan proyek. Hubungan
biaya, waktu, dan mutu digambarkan sebagai berikut :

Bagan 2.2 : Sasaran Proyek dan Tiga Kendala

Biaya

Anggaran

Jadwal Kinerja

Waktu Mutu

(Sumber : Soeharto, 1995)

2.17.1 Pengandalian Waktu


Menurut Seng Hansen (2015), waktu dalam kontrak konstruksi
mrupakan salah satu kriteria dari 3 (tiga) kriteria utama dalam manajemen
proyek konstruksi selain biaya dan mutu konstruksi. Sebuah proyek
konstruksi selalu memiliki kerangka waktu (time frame) yang dituangkan
ke dalam kontrak konstruksi sebagai durasi waktu pekerjaan. Telah
menjadi tanggung jawab kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan sejak
waktu yang ditentukan dan menyelesaikannya pada waktu yang telah
disepakati.
Pengendalian waktu dalam suatu proyek pembangunan perlu
dilakukan, karena sebuah waktu yang diperlukan akan mempengaruhi dari
segi mutu serta biaya yang dibutuhkan. Kegagalan untuk menyelesaikan
pekerjaan akan menyebabkan diberlakukannya klaim denda keterlambatan
oleh pemilik proyek. Sebaliknya apabila pemilik proyek telah
menyebabkan keterlambatan pekerjaan kontraktor, menunda dilakukannya
serah terima pekerjaan persial, atau kondisi-kondisi lain yang tertuang di

26
dalam kontrak sebagai penyebab keterlambatan diluar tanggungjawab
kontraktor, maka kontraktor dapat memperoleh klaim perpanjangan waktu
pelaksanaan maupun klaim biaya.
Menurut Iman Soeharto (1999), pengendalian jadwal/waktu terpusat
pada faktor berikut :
1. Bagi pemilik proyek tercapainya sasaran seperti tercantum pada jadwal
induk.
2. Bagi kontraktor, tercapainya sasaran seperti pada kontrak EPK
(Engineering, Pengadaan, Konstruksi).
3. Penyediaan sumber daya seperti material, peralatan, dan tenaga kerja.

Pengendalian waktu dilakukan dengan mengecek pada time schedule


pekerjaan, dengan cara membandingkan time schedule rencana dengan
time schedule realisasi. Time schedule berfungsi sebagai alat pengontrol
pelaksanaan sebuah pekerjaan, sehingga dari time schedule akan diketahui
mana pekerjaan yang harus dimulai atau selesai atau pun pekerjaan yang
bisa bersamaan pelaksanaannya.
Pengendalian waktu dalam proyek ini berhubungan erat dengan
laporan harian, laporan mingguan dan laporan bulanan proyek.
1) Laporan harian
Laporan harian dibuat sebagai laporan kegiatan pekerjaan proyek yang
terlaksana dalam satu hari yang bertujuan untuk mempermudah
penyusunan laporan mingguan. Laporan ini berisi jenis pekerjaan, alat dan
bahan yang digunakan dalam pekerjaan dan jumlah pekerjanya.
2) Laporan mingguan
Laporan ini berisi kegiatan pekerjaan proyek yang terlaksana dalam
satu minggu. Laporan mingguan ini disusun berdasarkan laporan harian
selama satu minggu. Dan dari hasil laporan mingguan akan diperoleh
kumulatif prestasi pekerjaan untuk time schedule pelaksanaan, dengan
begitu akan dapat diketahui apakah pekerjaan mengalami keterlambatan
atau kemajuan pekerjaannya.
3) Laporan bulanan

27
Laporan bulanan adalah laporan yang disusun berdasarkan laporan
mingguan dalam proyek. Laporan ini dikerjakan untuk mengetahui
gambaran pelaksanaan proyek baik itu kemajuan atau keterlambatan dalam
suatu proyek dan berhubungan dengan time schedule.

2.17.2 Pengendalian Biaya


Menurut Iman Soeharto (1999), pengendalian biaya memusatkan diri
pada faktor kualitas dan harga satuan komponen biaya. Demikian pula
mengenai pemilihan waktu (timing) suatu ikatan pembelian (commitment),
karena faktor-faktor tersebut sering menjadi sumber terjadinya varian
biaya. Adapun komponen biaya di atas dapat terdiri dari :
1. Biaya kantor pusat dengan kegiatan utama desain-engineering.
2. Pengadaan material dan peralatan.
3. Biaya lapangan dengan kegiatan utama konstruksi.
4. Biaya subkontrak.
Pengendalian biaya dalam sebuah proyek pembangunan perlu
dilakukan, karena biaya yang diperlukan dalam sebuah proyek
mempengaruhi dari segi mutu dan waktu. Pengendalian biaya dilakukan
untuk menekan biaya pelaksanaan agar tidak melebihi biaya rencana yang
dianggarkan. Pengendalian biaya sangat penting dalam pelaksanaan
konstruksi agar dapat menjaga kesinambungan dalam proyek.
Pengendalian biaya yang digunakan dalam suatu proyek dimasukkan ke
dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB) proyek. RAB adalah pedoman
yang dibuat oleh konsultan perencana sebagai dasar kontrak kerja
konstruksi dalam pengadaan suatu proyek. RAB dibuat untuk setiap item
pekerjaan yang diselenggarakan oleh kontraktor.
Prioritas utama dalam pengaturan keuangan proyek yaitu dengan
menitikberatkan kepada jumlah biaya yang telah dikeluarkan guna
pendanaan proyek, yang berkaitan dengan kemajuan proyek yang telah
dicapai. Pengendalian biaya ini dapat dilakukan dengan kurva S, dimana
biaya yang digunakan bertambah seiring pekerjaan yang sedang berjalan
dan volumenya. Tujuan dari pengendalian biaya adalah agar pengaturan
dana dapat lebih efisien dan sebagai bahan pertimbangan untuk

28
pengambilan keputusan atas berbagai alternatif penyelesaian teknis yang
berkaitan dengan biaya.

2.17.3 Pengendalian Mutu


Menurut Iman Soeharto (1999), pengendalian mutu meliputi kegiatan
yang berkaitan dengan pemantauan apakah proses dan hasil kerja tertentu
proyek tersebut memenuhi standar mutu yang bersangkutan, serta
mengidentifikasikan cara untuk mencegah terjadinya hasil yang tidak
memuaskan.
Pengendalian mutu perlu dilakukan karena akan mempengaruhi segi
waktu serta biaya yang dibutuhkan. Pengendalian mutu dapat dilakukan
secara langsung maupun tidak langsung
1. Pengendalian mutu material dan bahan bangunan
Bahan bangunan yang berkualitas dapat menjadi tolak ukur kualitas
suatu proyek pembangunan. Bahan bangunan yang digunakan sebelum
diaplikasikan pada proyek perlu dilakukan pengecekan kualitas dan mutu
sebelumnya. Pengendalian mutu bahan bangunan dilakukan dengan
mengecek bahan yang sampai sehingga sesuai dengan jumlah yang
dipesan dengan jumlah yang sampai, dan mengecek kemasannya masih
terbungkus dengan rapi.
Bahan dan material di simpan pada tempat yang terlindungi dari panas
dan air hujan. Sehingga kualitasnya terjaga dan dapat digunakan sewaktu-
waktu meskipun dalam jangka waktu yang lama.

29
Gambar 2.6 : Gudang penyimpanan bahan dan material
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2020)

2. Pengendalian mutu pekerjaan


Pekerjaan yang baik dan sesuai dengan prosedur akan menghasilkan
sesuatu yang baik pula. Pengendalian mutu pekerjaan dapat dilakukan
dengan cara pengawasan agar hasil yang didapat sesuai dengan rencana
dan dapat dipertanggung jawabkan. Pengawasan mutu pekerjan pada
proyek ini dilakukan dengan pengadaan rapat atau pertemuan langsung
mingguan atau bulanan ke lapangan oleh para konsultan perencana dan
pemilik proyek untuk melihat perkembangan dari jalannya proyek.
Pengendalian mutu pekerjaan juga diamati langsung pada setiap laporan
mingguan atau bulanan. Pengendalian mutu pekerjaan juga dilihat dari segi
ketepatan dimensi pekerjaan, kerapian, kekuatan, dan jumlah material
yang digunakan.
Menurut Iman Soeharto (1999), Suatu pengendalian proyek yang
efektif ditandai oleh hal-hal sebagai berikut :
1. Tepat waktu dan peka terhadap penyimpangan. Metode atau cara yang
digunakan harus cukup peka sehingga dapat mengetahui adanya
penyimpangan selagi masih awal. Dengan demikian, dapat diadakan
koreksi pada waktunya sebelum persoalan berkembang menjadi besar
sehingga sulit untuk diadakan perbaikan.
2. Bentuk tindakan yang diadakan tepat dan benar. Untuk maksud ini
diperlukan kemampuan dan kecakapan menganalisis indikator secara
akurat dan objektif.

30
3. Terpusat pada masalah atau titik yang sifatnya strategis, dilihat dari segi
penyelenggaraan proyek. Dalam hal ini diperlukan kecakapan memilih
titik atau masalah yang strategis agar penggunaan waktu dan tenaga dapat
efisien.
4. Mampu mengetengahkan dan mengkomunikasikan masalah dan
penemuan, sehingga dapat menarik perhatian pimpinan maupun pelaksana
proyek yang bersangkutan, agar tindakan koreksi yang diperlukan segera
dapat dilaksanakan.
5. Kegiatan pengendalian tidak lebih dari yang diperlukan. Biaya yang
dipakai untuk kegiatan pengendalian tidak boleh melampaui faedah atau
hasil dari kegiatan tersebut. Diakui bahwa banyak hal yang sulit untuk
mengukur hasil pengendaliannya secara kuantitatif, tetapi yang ingin
ditekankan di sini adalah bahwa dalam merencanakan suatu pengendalian
perlu dikaji dan dibandingkan dengan hasil yang akan diperoleh.
6. Dapat memberikan petunjuk berupa prakiraan hasil pekerjaan yang akan
datang, bilamana pada saat pengecekan tidak mengalami perubahan.
Petunjuk ini sangat diperlukan bagi pengelola proyek untuk menentukan
langkah penyelenggaraan berikutnya.

Dari beberapa hal diatas, tinjauan umum proyek Rumah Sakit Umum
Cempaka Lima Medika memiliki keunggulan tersendiri dari pembangunan
proyek lain yaitu, dengan menerapkan konsep ‘Green Buiding’ atau
bangunan hijau yang disertifikasi oleh GBCI (Green Council Indonesia)
karena letak lahan yang mendukung dibantaran sungai Krueng Aceh,
sehingga akan dijadikan program baru dikota Banda Aceh yaitu program
‘water front city’ atau kota tepi air.
Selain itu proyek pembangunan Rumah Sakit Umum Cempaka Lima
Medika juga memiliki tujuan pembangunan, yaitu: untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang lebih efektif kepada masyarakat Banda Aceh,
meningkatkan pengembangan SDM yang berkesinambungan,
mengembangkan pelayanan Rumah Sakit Umum Cempaka Lima Medika
seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

31
meningkatkan kualitas dan mempertahankan standar pelayanan Rumah
Sakit Umum Cempaka Lima Medika dan membangun sistem akuntabilitas
keuangan yang inovatif dan akuntable.
Pada proyek pembangunan secara umum juga memiliki struktur
keorganisasian yang menjalakan proyek tersebut. Keorganisasian ini
disebut juga dengan organisasi proyek murni, yaitu dengan adanya pemilik
proyek, konsultan perencana, kontraktor pelaksana dan konsultan
pengawas yang dimana dibawah keorganisasian tersebut juga memiliki
staf-staf kecil yang bekerja pada suatu proyek pembangunan tersebut.

2.18 Hak, Kewajiban dan tanggung jawab pihak organisasi proyek.


Hukum didalamnya mengatur peranan dari para subjek yang berupa
hak dan kewajiban. Hak bersifat fakultatif artinya boleh dilaksanakan atau
tidak, berbeda dengan kewajiban yang bersifat imteratif artinya harus
dilaksanakan. Hubungan keduanya adalah saling berhadapan dan
berdampingan karena didalam hak terdapat kewajiban. Sedangkan
tanggung jawab bersifat kodrati artinya sudah menjadi bagian hidup
manusia, bahwa manusia di bebani dengan tanggung jawab.
2.19 Konsultan Perencana (Designer)
Konsultan perencana adalah sebuah badan hukum/organisasi atau
perorangan yang melayani jasa kontruksi yang berkaitan dengan arsitektur,
pekerjaan sipil, menajemen dan memiliki keahlian, kemampuan dan
tanggung jawab di bidang perencanaan dan perancangan suatu proyek
menurut Diphosodo Ismawan (1996). Konsultan perencana dapat berupa
perseorangan/perseorangan berbadan hukum/badan hukum yang bergerak
dalam bidang perencanaan pekerjaan bangunan.
Dalam penerapan di lapangan, konsultan perencanan biasanya
berperan sebagai wakil pemilik proyek, baik pada saat perancangan
maupun pada saat pelaksanaan yaitu sebagai pengawas pada proyek
tersebut jika ditunjuk kembali oleh pemilik proyek.
Tugas dan Tanggung Jawab Konsultan Perencana, sebagai berikut:
a. Menyusun rencana pelaksanaan dan menentukan tujuan dari perencanaan.
b. Menentukan maksud dan tujuan dari perencanaan.

32
c. Menghimpun data-data lapangan, lingkungan sekeliling, penyelidikan
tanah, peraturan/persyaratan daerah setempat.
d. Membuat rencana tapak untuk keperluan mendapat izin pendahuluan
pembangunan.
e. Mengikuti persyaratan perencanaan (Term of Reference) dan
memperhatikan ketentuan yang ada.
f. Membuat pra rencana, penelitian dan penjagaan besarnya anggaran dengan
memperhatikan dan mempertimbangkan organisasi fungsi pemilik proyek
(owner), kemudian pengembangan/pertahapan dalam pembangunan dan
faktor-faktor humanis lainnya.
g. Membuat gambar-gambar arsitektur, struktur, lengkap dengan penjelasan
dan perhitungan-perhitungannya serta rencana dan perhitungan utilitasnya.
h. Membuat gambar detail arsitektural.
i. Memberikan penjelasan pelaksanaan pekerjaan (aanwijzing) dan
melakukan pengawasan berkala selama proyek berlangsung.
j. Pengawasan atas nama pimpinan proyek.
Konsultan perencana bertanggung jawab kepada pemberi tugas yang
dapat merupakan perorangan, badan swasta atau pemerintah. Konsultan
perencana juga bertanggung jawab atas segala kesalahan perencanaan.
Hak dan Kewajiban Konsultan Perencana, sebagai berikut:
a. Menolak penilaian estetis hasil tugasnya oleh pengawas.
b. Mengembalikan seluruh tugas yang dibebankan karena pertimbangan
dalam dirinya akibat yang muncul diluar kekuasaan kedua belah pihak dan
juga dari pemberi tugas.
c. Menerima honorium atas jasanya sesuai dengan kontrak.
Menurut Evrianto (2005) tugas dan wewenang konsultan perencana
adalah:
a. Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar rencana,
rencana kerja, syarat-syarat, dan hitungan struktur, rencana anggaran
biaya.
b. Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pemilik proyek, konsultan
supervisi, dan kontraktor tentang tentang pelaksanaan pekerjaan.

33
c. Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan.
d. Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.
e. Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal-hal
yang kurang jelas dalam gambar rencana, rencana kerja, dan syarat-syarat.

Konsultan perencana proyek pada Pembangunan Rumah Sakit Umum


Cempaka Lima Medika Utama adalah Huasni Ibrahim.

2.20 Pelaksana Konstruksi (Kontraktor)


Dalam UU No.18 Tahun 1991 tentang jasa konstruksi pelaksana atau
kontraktor adalah penyedia jasa orang/perorangan atau badan usaha yang
dinyatakan ahli yang professional dibidang pelaksanaan jasa konstruksi
yang mampu menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu
hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lainnya.
Pelaksana adalah suatu badan hokum atau penawar yang memiliki
klasifikasi dan keahlian dalam pelaksanaan yang telah ditunjuk oleh
pemilik atau pemimpin proyek/pemimpin bagian proyek dan
menandatangi kontrak untuk melaksanakan pekerjaan.
Kontraktor adalah perorangan atau badan hukum yang disewa oleh
pemilik proyek untuk melaksanakan pekerjaan sesuai perjanjian kontrak
yang telah disepakati oleh kedua pihak. Proyek dibatasi oleh item
pekerjaan yang dilaksanakan, biaya, serta waktu penyelesaian. Kontraktor
disebut juga sebagai pemborong yang tugasnya memborong. Setiap orang
bias menjadi kontraktor, sedangkan yang berbentuk badan hukum bias
berupa perusahaan CV Maupun PT. (Sumber: Ahadi, (Ed.). 2017
Tugas dan wewenang pelaksana konstruksi sebagai berikut:
1. Melaksanakan pekerjaan sesuai gambar rencana, peraturan, syarat-syarat,
risalah penjelasan pekerjaan, yang ditetapkan oleh pemilik proyek.
2. Membuat gambar-gambar pelaksanaan (Shop Drawing) yang disahkan
oleh konsultan pengawas.
3. Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, mingguan, dan
bulanan kepada konsultan manajemen konstruksi.

34
4. Menyediakan alat keselamatan kerja dan keamanan di lokasi proyek.
5. Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikan
sesuai dengan ketetapan yang berlaku.
6. Serah terima pertama, jika kemajuan pekerjaan 100% retensi 5%.
7. Serah terima ke dua setelah masa pelelangan.

Adapun tugas dan tanggung jawab pelaksana adalah sebagai berikut:


a. Mempersiapkan fasilitas dan sarana demi kelancaran pekerjaan;
b. Mempersiapkan bahan-bahan bangunan yang bermutu baik dan memenuhi
persyaratan sepertiyang telah tercantum dalam bestek;
c. Melaksanakan semua pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya sesuai
Rencana Kerja dan Syarat-syarat;
d. Menyelesaikan dan menyerahkan pekerjaan tetap pada waktunya sesuai
dengan perjanjian kontrak;
e. Mengadakan pemeliharaan selama proyek tersebut masih dalam tanggung
jawab pelaksana;
f. Menyediakan tenaga kerja yang berpengalaman serta peralatan yang
diperlukan pada saat pelaksana pekerjaan;
g. Bertanggung jawab terhadap fisik bangunan selama masa pemeliharaan.
Dalam menentukan pelaksana yang akan membangun proyek
pembangunan.

Kontraktor proyek pada Pembangunan Rumah Sakit Cempaka Lima


Medika adalah manager proyek dari PT.CEMPAKA LIMA UTAMA yang
berlokasi di jalan Politeknik Aceh beseberangan dengan Masjid keuchik
leumik, Beurawe, Banda Aceh. Tepat disamping bantaran sungai Krung
Aceh.. Tenaga kerja pada proyek ini disediakan oleh kontraktor. Dalam
menjalankan pekerjaan bagian pertukangan mereka dikepalai oleh dua
kepala tukang dan diklasifikasikan menurut bidang dan keahlian masing-
masing. Upah kerja diberikan kontraktor kepada kepala tukang
berdasarkan prestasi kerja, sedangkan kepala tukang membayar uapah
harian kepada para pekerja menurut keahliannya masing-masing.

35
Untuk kelancaran dalam melaksanakan pekerjaan, para pekerja diberi jam
istirahat yaitu sebelum waktu dzuhur s/d setelah dzuhur tempat beristirahat
itu sendiri berada di gedung tersebut tersebut sambil menikmati kopi atau
teh. Dan jam kerja tukang telah ditentukan yakni:
1. Pagi, mulai dari jam 08.00 WIB – 12.00 WIB
2. Siang, mulai dari jam 14.00 WIB – 18.00 WIB
3. Adapun terkadang tukang juga berkerja malam karena atas inisitif sendiri
untuk kecepatan proyek.

2.21 Man month dan tanggung jawab anggota team.


Man month adalah waktu kerja satu orang selama satu bulan, atau
setara yang digunakan sebagai ukuran berapa banyak pekerjaan atau
tenaga kerja yang dibutuhkan atau dikonsumsi untuk melakukan beberapa
tugas. Dalam proyek pembangunan Rumah Sakit Cempaka Lima Utama
ini jumlah semua pekerja ada 37 orang yang terbagi kepada mandor,
kepala tukang, tukang dan kenek/pembantu tukang. Waktu kerja setiap
pekerja dihitung dari awal permulaan proyek hingga akhir proyek.

Table 2.1 Tenaga Kerja Proyek Pembangunan Rumah Sakit Cempaka Lima
Medika
No Tenaga Kerja Jumlah Pekerja
Mandor 2
Kepala tukang 2
Tukang 24
Kenek 9
(Sumber : Dokumen Kantor, 2020)

Setiap pekerja memiliki tangung jawab masing-masing, seperti:


 Kepala tukang (mandor) memiliki tanggung jawab memimpin kepala
tukang dan para tukang agar bisa memahami dan bekerja sesuai dengan
arahan pelaksana atau owner.
 Kepala tukang memiliki tanggung jawab lapangan. Bertugas memimpin,
mengawasi dan mengajari (bekerja) dengan para tukang agar
pembangunan sesuai dengan yang di inginkan owner.

36
 Tukang memiliki tanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaannya
sesuai bidang masing - masing.
 Kenek/pembantu tukang memiliki tanggung jawab membantu para tukang
dalam bekerja.

BAB 3
TINJAUAN KHUSUS

3.1 Lingkup Pengawasan Proyek


Pengawas adalah pihak yang ditunjuk oleh pemilik proyek (owner)
untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan. Diperlukan sumber daya
manusia yang ahli dibidangnya masing-masing seperti teknik sipil,

37
arsitektur dan lain-lain sehingga penataan bangunan dapat dibangun
dengan baik dalam waktu yang cepat dan efisien. Pengawasan proyek
pembangunan Rumah Sakit Cempaka Lima Utama bertujuan untuk
mengawasi pelaksanaan tahapan-tahapan pekerjaan dan mencapai hasil
yang diinginkan dari aktivitas-aktivitas yang telah direncanakan sesuai
dengan manajemen yang ada. Adapun lingkup pekerjaan pengawasan pada
proyek pembangunan antara lain adalah :
1. Pekerjaan kolom
2. Pekerjaan balok
3. Pekerjaan plat lantai
Adapun dalam sistem pekerjaannya tukang telah menyelesaikan
pekerjaan kolom, balok dan plat lantai perblok proyeknya.

3.2 Peraturan Teknis yang Digunakan


Seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan dengan mengikuti dan
memenuhi persyaratan-persyaratan teknis yang tertera dalam peraturan-
praturan tempat yang berlaku antara lain :
1. Peraturan Beton Indonesia - PBI 1971 (NI-2)
2. Tata Cara Penghitungan Struktur Beton SNI 03-2847-2002
3. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia 1982.
4. Peraturan Semen Portland Indonesia 1972 (NI-8)
5. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung - PPI-83
6. American Concrete Institute - ACI 3 18-02
7. American Society for Testing and Materials – ASTM

3.2.1 Persyaratan Bahan


Berdasarkan RKS pada proyek, persyaratan bahan yang harus
dipenuhi adalah sebagai berikut :
1. Semen

38
 Digunakan Portland Cement jenis I menurut NI-8 tahun 1972 dan
memenuhi S-400 Standar Cement Portland yang digariskan oleh Asosiasi
Semen Indonesia (NI 8 tahun 1972).
 Semen yang dipakai dalam pekerjaan harus sama dengan semen yang
dipakai pada waktu menentukan campuran beton.
 Semua semen yang dikirim harus dalam keadaan utuh, tidak rusak dan
lengkap disertai merk atau cap dari pabrik.
 Semen haru disimpan ditempat yang terlindung dari pengaruh udara luar
dan kelembaban.

2. Air
 Air yang dipakai sebagai pencampuran harus memenuhi syarat-syarat
ASTM C 94, PUBI-1982 bab A-III, PBI-1971 bab 3.6.
 Air yang digunakan harus air tawar, tidak mengandung minyak, asam
alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat
merusak beton atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air
bersih yang dapat diminum.

3. Agregat
 Agregat beton harus memenuhi syarat-syarat ASTM C 33 atau PUBI-1982
bab A-V, PBI-1997 bab 3.3, 3.4 dan 3.5.
 Agregat halus dan agregat kasar harus dianggap sebagai material yan
terpisahkan. Setiap ukuran agregat kasar, termasuk jika dipakai kombinasi
dua ukuran atau lebih, harus memenuhi syarat-syarat ukuran yang
ditentukan dalam ASTM dan PBI.
 Penyimpanan dan penggunaan agregat harus diatur sedemikian rupa untuk
menghindari pemisahan agregat dan untuk mencegah tercampurnya
dengan material lain atau agregat dengan ukuran yang berbeda. Untuk
menjamin hal ini harus dilakukan uji coba benda uji yang diambil pada
saatpengiriman bahan tersebut apakah dapat memenuhi syarat-syarat
kebersihan dan kombinasi ukuran (grading).

39
 Penyimpanan pasir harus sedemikian sehingga dapat menjamin kadar air
dalam pasir yang merata.
 Untuk mencegah perbedaan kadar air yang besar, agregat yang dibasahi
sebelumnya diperbolehkan berada ditempat penyimpanan sampai
minimum 12 jam sebelum digunakan.

4. Baja Tulangan
 Semua baja tulangan pokok yang dipakai adalah baja ulir yang mempunyai
tegangan tarik leleh minimum sebesar 4000 kgf/cm2 (BTJD 40) untuk
semua diameter besi, dengan ketentuan minimal bahwa :
a) Kuat leleh aktual berdasar uji dilaboratorium, tidak melampaui kuat leleh
yang ditentukan sebesar lebih dari 120 Mpa.
b) Ratio kuat tarik actual terhadapt kuat leleh actual tidak kurang dari 1,25.
 Jika diperlukan dan diizinkan pengelasan baja tulangan harus mengikuti
persyaratan AWS DI.4. Tidak diperkenan kan pengelasan pada pertemuan
tulangan yang bersilang (tack welding) kecuali dengan persetujuan atau
petunjuk Direksi Pengawas.
 Sebelum pemasangan, baja tuiangan harus dibersihkan dari karat, sisik.
bahan lumpur, minyak atau bahan Iain yang melekat yang dapat merusak
atau mengurangi daya Ickatannya tcrhadap beton.
 Baja tulangan harus diletakkan pada posisi yang tepat dan diJaga terhadap
kemungkinan bergeser pada saat pengecoran dengan diikatkan satu sama
Jainnya dengan kawat beton yang cukup Ujung-ujung kawat beton harus
dibengkokkan ke arah sebelah dalam dan tidak boleh keluar dari selimut
beton.
 Pembengkokan ulang semua baja tulangan harus dalam keadaan dingin
kecuali ditentukan Iain Oleh Direksi/ Pengawas. Pada baja tulangan yang
mempunyai tegangan tarik Ieleh tinggi tidak diperkenankan dilakukan
pembengkokan ulang . Harus digunakan pekerja yang abli dan terampil
untuk pemotongan, pembengkokan dan pemakaian alat-alat yang tepat
untuk pekerjaaan ini.

40
 Pembengkokan ulang untuk tulangan yang sudah tertanam di dalam beton,
jari-jari dalam pada bengkokan tersebut harus lebih besar dari dua kali
ukuran diameter tulangannya.
 Kecuali ditentukan Iain, tulangan yang disangga di atas tanah harus
menggunakan penyangga dari blok beton pracetak dengan luas minimum
10 cm2 dan mempunyai kekuatan tekan yang sama dengan kekuatan tekan
beton Yang akan dtcor. Penyangga Iain dapat dionakan denun persetujuan
Direksi Pengawas.
 Tulangan disangga dari bekisting dengan menggunakan penyangga dan
beton, metal, atau Iain yang telah disetujui Direksi Pengawas. Pada beton
yang akan dtekspose, bagian dari asesori Yang berada tidak lebih dari 15
mm ke dalam permukaan beton harus non korosif dilindungi terhadap
korosi.
 Bagian tulangan untuk keperluan sambungan tulangan yang berada di luar
beton Yang dicor (starter bars,dsb) untuk jangka waktu yang lama harus
dilindungi terhadap korosi.
 Tulangan memanjang kolom harus bergeser minimum satu diameter pada
sambungan lewatam Uotuk menjamin ketepatan penempatan tulangan
pada posisinya, hams dipasang pelat pembantu (template) pada tiap Stek
kolom.
 Semua sambungan yang tidak ditunjukkan pada gambar dan juga
penggunaan sistim sambungan mekanik harus mendapat persetujuan
Direksi/ Pengawas.
 Sebelum pengecoran beton, Direksi Pengawas diberi kesernpatan dan
waktu yang cukup untuk memeriksa dan selanjutnya menyetujui secara
tertulis semua pekegaan pemasangan tuiangan. Persetujuan mana tidak
berarti membebaskan kontraktor utama dari tanggung jawabnya. Setelah
dilakukan pemeriksaan, susunan tulangan tidak boleh diubah tanpa
persetujuan Direksi Pengawas.

5. Cetakan dan Acuan

41
Bahan yang digunakan untuk cetakan dan acuan harus bermutu baik
sehingga hasil akhir konstruksi mempunyai bentuk, ukuran dan batasbatas
yang sesuai dengan yang ditunjukkan oleh gambar rencana dan uraian
pekerjaan.

6. Mutu Beton
 Beton untuk semua bagian pekerjaan harus ditentukan mutu dan
kemampuannya untuk dicor tanpa terjadi pemisahan pada bahan-bahan
dasarnya. Pada saat mengeras, beton akan mencapai kekuatan karakteristik
yang dipersyaratkan oleh spesifikasi dan gambar detail.
 Kekuatan tekan karakteristik yang dipersyaratkan harus berdasarkan
kekuatan tekan benda uji beton berbentuk silinder diameter 150 mm dan
tinggi 300 mm pada umur 28 hari.

Tabel 3.1 mutu beton struktur utama :


N Bagian Struktur Tegangan Tekan
o Kubus / Silinder
1 Kolom K-350 / Fc 30 Mpa
.
2 Balok, Pelat & Tangga, K-300 / Fc 25 Mpa
. dll.

 Untuk area-area struktur yang berhubungan dengan air (water tank, pool,
landscape, STP, toilet,dll), harus digunakan water proofing dan water stop
pada sambungan pengecoran, dan kontraktor harus memberikan jaminan
kedap air / tidak bocor.

3.2.2 Metode Pelaksanaan


Berdasarkan RKS pada proyek, metode pelaksanaan yang harus
dipenuhi adalah sebagai berikut :
1. Campuran percobaan (Trial mix)

42
Sebelum pekerjaan pengccoran dilakukan, kontraktor utama
diwajibkan untuk membuat camputan percobaan (trial mix) dan diuji
sehingga diperoleh rencana campuran yang memenuhi syarat-syarat
kekuatan, kekentalan, dsb. yang telah ditentukan dalam spesifikasi ini.
Campuran percobaan harus memenuhi pembatasan sebagai berikut :
 Kombinasi bahan harus sama dengan yang telah diusulkan untuk
digunakan dalam pekerjaan beton.
 Campuran percobaan dengan proporsi yang telah sesuai dengan hal
tcrscbut diatas, harus dibuat dengan minimum 3 faktor air semen yang
berbeda.
 Campuran percobaan harus direncanakan untuk menghasilkan slump 25
mm dibawah slump maksimum yang diperbolehkan, dan kadar udara
dalam beton 0.5 persen dibawah kadar udara maksimum yang
diperbolehkan. Suhu beton pada campuran percobaan harus dicatat.
 Setiap perubahan faktor air semen harus dianggap sebagai campuran baru.
Untuk tiap campuran percobaan, minimum 20 kubus atau silinder
percobaan harus dibuat dan dirawat berdasarkan ASTM C 192. Kubus atau
silinder percobaan umur 28 dan 7 hari harus diuji kekuatannya berdasarkan
ASTM C 39.
 Dari hasil uji kubus, dibuat grafik hubungan kekuatan tekan dan faktor air
semen untuk beton umur 28 dan 7 hari.
2. Pembuatan beton
 Beton ready mixed dan beton yang dihasilkan oleh on-site volumetric
batching dan continuous mixing.
 Kecuali ditentukan lain, beton ready mixed dibuat, diaduk dan diangkut
ketempat pekerjaan sesuai dengan ASTM C-94.
 Beton yang dihasilkan oleh on-site volumetric batching dan continuous
mixing harus dibuat dan diaduk sesuai dengan persyaratan ASTM C 685.
 Skala takaran material beton harus tepat tidak boleh melebihi 0.4 persen
kapasitas totalnya. Uji standar berat harus tersedia untuk dapat dilakukan
pemeriksaan ketepatan skalanya.

43
 Pengoperasian alat pembuat beton hanıs sedemikian sehingga bahan beton
dapat secara konsisten diukur dalam batas toleransi sebagai berikut :
Semen -1%
Air -1%
Agregat -2%
Bahan Additive - 3 %
 Campuran bahan beton dimasukkan kedalam mesin pengaduk dimana air
dimasukkan setelah semen dan agregat (dimasukkan terlebih dahulu. Air
dialirkan terus menerus selama hingga 26 persen dari lama waktu
pengadukan. Harus diperhatikan agar campuran bahan dimasukkan setelah
mesin pengaduk bersih dari bekas sisa adukan sebelumnya.
3. Pengadukan
 Mesin pengaduk harus dapat menghasilkan adukan beton yang merata
selama waktu pengadukan yang ditentukan dan mengeluarkan adukan
tanpa menimbulkan pemisahan agregatnya. Mesin pengaduk harus
memiliki keterangan dari pabrik mengenai kapasitas, jumlah putaran per
menit dan mesin pengaduk harus bekerja berdasarkan kapasitas mesin
tersebut.
 Campuran kurang dari 0.75 m3 harus diaduk tidak kurang dari 1 menit.
Waktu pengadukan bertambah 15 detik setiap penambahan 0.75 m3.
 Harus dijaga agar adukan tidak keluar dari mesin pengaduk sampai waktu
pengadukan tercapai. Minimum dibutuhkan tigaperempat lama waktu
pengadukan setelah air selesai ditambahkan kedalam campuran.
a) Bagian dalam mesin pengaduk harus bersih dari gumpalan beton sisa
yang dapat mengganggu proses pengadukan. Pisau pengaduk harus diganti
jika beratnya sudah berkurang 10 persen.
b) Semen tidak boleh dicampur dengan air atau campuran air dan agregat
dengan suhu lebih dari 38 Cº.
4. Pengecoran
a. Persiapan sebelum pengecoran
 Beton yang sudah mengeras dan bahan-bahan lain yang tidak diperlukan
harus dibersihkan dari permukaan bagian dalam alat pengangkut.

44
 Bekisting harus sudah siap tanpa genangan air, pembesian, bahan
ekspansion joint, angkur dan bahan yang hendak ditanam dalam beton
harus sudah terpasang; Semua persiapan dan pembesian akan diperiksa
dan disetujui secara tertulis oleh Direksi Pengawas. Persetujuan mana
tidak membebaskan kontraktor utama dari tanggung jawab atas pekerjaan
yang dilakukannya.
 Subgrade yang semiporous harus dibasahi terlebih dahulu untuk mencegah
perembesan dan subgrade yang porous harus dilapisi dengan bahan pengisi
yang disetujui Direksi Pengawas.
b. Pengangkutan beton
 Adukan beton diangkut dari tempat pengadukan ketempat pengecoran
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan pemisahan maupun
perubahan dari sifat beton seperti kekentalan, kelekatan dan kekuatannya.
 Alat pengangkut harus disetujui Direksi Pengawas dengan ukuran dan cara
pengangkutan sedemikian sehingga tidak terdapat tanda-tanda pengerasan
beton sebelum beton yang berdekatan selesai dicor. Alat pengangkut harus
dibersihkan pada setiap operasi atau pada setiap berakhirnya hari kerja.
 Alat pengangkut dan pemakaiannya harus memenuhi syarat-syarat
tambahan berikut :
- Truk pengaduk, pengaduk dan perlengkapan Iainnya dan cara operasinya
harus memenuhi syarat-syarat ASTM C 94.
- Sabuk conveyor harus mendatar atau mempunyai kemiringan yang tidak
akan menimbulkan pemisahan atau hilangnya bahan.
- Adukan beton harus dilindungi terhadap pengeringan yang tidak
diharapkan ataupun naiknya suhu adukan. Pada ujung conveyor diatur
supaya tidak terjadi pemisahan bahan. Adukan tidak boleh melekat sabuk
pada saat balik. Untuk lokasi pcngecoran yang jauh harus dipakai bucket.
- Papan peluncuran harus dari logam atau berlapis logam dan mempunyai
kemiringan tidak Icbih dari I (vertikal) : 2 (horizontal) dan tidak kurang
dari I (vertikal) : 3 (horizontal). Papan peluncuran yang panjangnya lebih
dari 6 meter dan tidak memenuhi persyaratan kemiringan harus diarahkan
pada suatu gerobak/bucket pengangkut untuk didistribusikan lebih lanjut.

45
- Pompa atau peralatan konveyor hidrolis harus sesuai dengan kapasitas
pompa. Pengecoran dengan sistim ini harus diperiksa agar tidak terjadi
pemisahan bahan adukan beton. Berkurangnya slump pada saat
pemompaan tidak boleh lebih dari 50 mm. Beton tidak boleh dipompa
melalui pipa aluminum atau logam campuran aluminum.
c. Penempatan adukan beton
 Pengecoran beton pada bagian struktur yang ditumpu tidak boleh dimulai
sampai beton kolom dan dinding pada pcngecoran sebelumnya berumur
paling sedikit 24 jam.
 Adukan beton harus dituangkan sedekat-dekatnya dari tempat bagian
pekerjaan yang akan dikerjakan untuk mencegah pernisahan bahan-bahan
akibat proses pengerjaan pengecoran betonnya. Cara-cara pengerjaan
pengecoran yang mengakibatkan pemisahan bahan adukan tidak boleh
dilakukan.
 Adukan beton harus dipadatkan dengan alat penggetar, sekop, batang besi
atau garpu sampai beton mengisi penuh bagian-bagian bekisting sekeliling
besi tulangan, bahan yang tertanam dan sudut dengan tanpa ada rongga-
rongga atau bidang-bidang perlemahan. Alat penggetar didalam adukan
harus dari ukuran dan daya yang terbesar, sehingga dapat digunakan untuk
bermacam-macam bagian pekerjaan beton. Alat penggetar beton harus
digunakan oleh pekerja yang berpengalaman. Alat penggetar tidak boleh
digunakan untuk memindahkan adukan beton didalam bekisting.
Pengeluaran dan pemasukan alat penggetar dilakukan sejauh kurang lebih
selang 0.5 meter. Waktu yang diperlukan untuk tiap pemasukan alat
tersebut diatur harus cukup untuk memadatkan beton tanpa terjadi
pemisahan agregat, sekitar 5 sampai 15 detik. Alat penggetar cadangan
harus tersedia selama pengecoran. Jika dikehendaki beton dengan finishing
sesuai hasil pengecoran, bagian mortar dari adukan harus dibawa ke
bagian permukaan bekisting dengan pada proses pemadatan jika perlu
dibantu dengan sekop agar agregat kasar tidak ikut terbawa ke bagian
permukaan bekisting.
5. Perawatan beton

46
Permukaan beton yang tidak berhubungan dengan bekisting, salah
satu prosedur berikut harus dilaksanakan segera sesudah selesainya
pengecoran dan finishing :
a. Menggunakan genangan atau penyiraman air secara konunyu.
b. Menggunakan karung-karung yang dibasabi secara kontinyu.
c. Menggunakan pasir yang dibasahi secara kontinyu.
d. Menggunakan uap (suhu tidak lebih dari 6500 atau uap yang
discmprotkan.
e. Menggunakan material lembaran kedap air, dengan mengacu pada ASTM
C 171.
f. Menggunakan lapisan penahan kelembaban Iain Yang disetujui.
g. Kehilangan kelembaban air pada permukaan beton yang ditempatkan pada
bekisting kayu atau dari logam akibat terkena panas sinar matahari dapat
dikurangi dengan mcmbasahi bekisting sampai bekisting dilepas. Sesudah
bekisting dilepas beton harus tetap dirawat sampai waktu yang ditetapkan
dalam Bagian 03370 1.2C dengan menggunakan salah satu cara yang
disebutkan dalam Bagian 03370 1.2A.
h. Perawatan beton dengan cara yang ditetapkan dalam Bagian 03370 1.2A
atau 03370 1.2B harus dilakukan taus menerus selama paling sedikit 7 hari
untuk semua beton, kecuali beton dengan kekuatan awal tinggi selama
paling sedikit 3 hari. Sebagai alternatif, jika hasil test yang dilakukan pada
contoh benda uji yang diletakkan berdekatan dengan struktur betonnya dan
dirawat dengan cara yang sama, menunjukkan kekuatan tekan beton rata-
rata sudah mencapai 70 persen kekuatan yang dipersyaratkan, fc, proses
pencegahan kehilangan kelembaban air dihentikan. Proses pencegahan
kehilangan kelembaban air juga dapat dihentikan bila suhu beton tetap
dipertahankan paling sedikit 10 ºC untuk jangka waktu yang sama dengan
waktu diperlukan oleh contoh benda uji yang dirawat di laboratorium yang
dapat dianggap rnewakili struktur beton yang di lapangan untuk mencapai
kekuatan tekan 85% dan kekuatan tekan yang disyaratkan fc'.
3.3 Teori Pekerjaan yang diikuti

47
Sesuai apa yang ditinjau, maka harus ada teori yang kuat untuk
mendukung peninjauan dalam efisiensi pekerjaan.

3.3.1 Definisi Kolom


Kolom merupakan struktur utama dari bangunan portal yang berfungsi
untuk memikul beban vertikal, beban horisontal, maupun beban momen,
baik yang berasal dari beban tetap maupun beban sementara. Dimensi
kolom yang dirancang bervariasi menurut beban yang diterima.
Semakin besar bebannya, maka bisa semakin besar dimensi kolom yang
digunakan. Beban tersebut antara lain beban mati berupa beban berat
sendiri, beban akibat balok dan plat lantai serta beban hidup. Kolom–
kolom struktur pada bangunan ini dirancang bentuk persegi (SK SNI T-
15-1991-03)
Prinsip-prinsip dasar yang dipakai untuk analisa kolom pada dasarnya
sama dengan balok yaitu :
1. Distribusi tegangan adalah linier diseluruh tinggi
penampang kolom.
2. Regangan pada baja sama dengan regangan beton yang
menyelimutinya.
3. Regangan tekan beton dalam kondisi batas adalah 0,003
mm/mm.
4. Kekuatan tarik beton diabaikan dalam perhitungan
kekuatan.

3.3.2 Jenis Kolom Berdasarkan Bentuk dan Susunan Tulangan


Kolom dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan susunan
tulangannya, posisi beban yang bekerja pada penampang, dan panjang
kolom yang berkaitan dengan dimensi penampangnya. Jenis kolom
berdasarkan bentuk dan macam penulangannya dapat dibagi menjadi tiga
kategori yang diperlihatkan pada gambar 3.1 yaitu :
a. Kolom segi empat atau bujur sangkar dengan tulangan memanjang dan
sengkang

48
b. Kolom bundar dengan tulangan memanjang dan sengkang berbentuk spiral
c. Kolom komposit yaitu gabungan antara beton dan profil baja sebagai
pengganti tulangan didalamnya.

Gambar 3.1. Macam Kolom dan Penulangannya (Sumber : Buku


Perancangan Struktur Beton Bertulang, Agus Setiawan 2016)‌

Kolom bersengkang merupakan jenis kolom yang paling banyak


digunakan karena pengerjaan yang mudah dan murah dalam
pembuatannya. Walaupun demikian kolom segi empat maupun kolom
bundar dengan penulangan spiral kadang-kadang digunakan juga, terutama
untuk kolom yang memerlukan daktilitas cukup tinggi untuk daerah rawan
gempa.
Berdasarkan posisi beban terhadap penampang, dapat dibedakan
menjadi tiga jenis kolom yaitu
a. Kolom dengan beban sentries,
b. Kolom dengan beban aksial dan momen satu bumbu dan
c. Kolom biaxial (momen bekerja pada sumbu x dan sumbu y).

49
Gambar 3.2 Gaya-gaya pada Kolom

(Sumber : Buku Perancangan Struktur Beton Bertulang, Agus Setiawan


2016)‌

3.3.3 Fungsi Kolom


Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke
pondasi. Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang
memastikan sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama
untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti beban hidup
(manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin.
Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh.
Beban sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan
beban yang diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom
didistribusikan ke permukaan tanah di bawahnya.
Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya
merupakan gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi
adalah material yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang
tahan tekanan. Gabungan kedua material ini dalam struktur beton
memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seperti sloof dan balok
bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan.

50
(…..(2019). https://dpupkp.bantulkab.go.id. 07-05-2019.)

3.4 Teori Pekerjaan yang diikuti


Sesuai apa yang ditinjau, maka harus ada teori yang kuat untuk
mendukung peninjauan dalam efisiensi pekerjaan.

3.4.1 Definisi Balok


Menurut Dipohusodo (1994), balok lantai merupakan batang
horizontal dari rangka struktur yang memikul bebab tegak lurus sepanjang
batang tersebut biasanya terdiri dari dinding, pelat atau atap bangunan dan
menyalurkan pada tumpuan atau struktur dibawahnya.

3.4.2 Ketentuan Balok


Dipohusodo (1994), juga menjelaskan beberapa ketentuan balok antara
lain:
1. Balok sederhana bertumpu pada kolom diujung-ujung, dengan satu ujung
bebas berotasi dan tidak memiliki momen tahan. Seperti struktur statis
lainnya, nilai dari semua reaksi, pergeseran dan momen untuk balok
sederhana adalah tidak tergantung bentuk penampang dan materialnya.
2. Kantilever adalah balok yang diproyeksikan atau struktur kaku lainnya
didukaung hanya pada satu ujung tetap.
3. Balok tritisan adalah balok sederhana yang memanjang melewati salah
satu kolom tumpuannya.
4. Balok dengan ujng-ujung tetap (dikaitkan kuat) menahan translasi dan
rotasi.
5. Bentangan tersuspensi adalah balok sederhana yang ditopang oleh teritisan
dari dua bentang dengan kontruksi sambungan pin pada momen nol.
6. Balok kontinu memanjang secara menerus melewati lebih besar dan
momen yang lebih kecil dari serangkaian balok tidak menerus dengan
panjang dan beban yang sama.

51
3.4.3 Fungsi Balok
Balok berfungsi sebagai pengikat kolom-kolom agar apabila terjadi
pergerakan kolom-kolom tersebut tetap bersatu padu mempertahankan
bentuk dan posisinya semula. Balok dibuat dari bahan yang sama dengan
kolomnya sehingga hubungan balok dengan kolomnya bersifat kaku tidak
mudah berubah bentuk. Pola gaya tidak seragam dapat mengakibatkan
balok melengkung atau defleksi yang harus ditahan oleh kekuatan internal
material (Dipohusodo: 1994).

3.4.4 Pekerjaan Balok


3.4.4.1 Balok Induk
Balok adalah bagian dari konstruksi yang berfungsi memikul beban
lantai dan beban lain yang bekerja di atasnya dan kemudian menyalurkan
beban tersebut ke kolom-kolom. Balok juga berfungsi membagi-bagi plat
menjadi segmen - segmen dan sebagai pengikat kolom yang satu dengan
yang lainnya sehingga diperoleh struktur yang kaku dan kokoh.

Tabel 3.1 Tipe dan Ukuran Balok


N Tipe Balok Ukuran (mm)
o.
As G4A7 450 x 700
1
G4A9 450 x 900
As G4A7 450 x 700
2
G4A8 450 x 800
As G37 300 x 700
3
G4A8 450 x 800
G4A7 450 x 700
As G37 300 x 700
4
G4A8 450 x 800
G4A7 450 x 700

Sumber : Gambar kerja PT. Cempaka Lima Utama

52
3.4.4.2 Balok Anak
Balok anak berfungsi untuk mengurangi lendutan pada plat
dan meneruskan beban dari plat ke balok induk. Balok anak digunakan
untuk mereduksi luas penampang plat yang terikat pada balok. Perbedaan
antara balok anak dengan balok induk terletak pada tumpuan. Kalau balok
induk menumpu pada kolom, sedangkan balok anak menumpu pada balok
induk.
Dimensi balok anak pada bangunan ini sangat bervariasi tergantung
besar kecilnya beban dan luas plat yang dipikul oleh balok induk
dan disesuaikan dengan perencanaan arsitekturnya. Konstruksi balok anak
ini terbuat dari beton bertulang dengan tulangan induk D22 mm dan D10
mm untuk tulangan beugel.

3.5 Teori Pekerjaan yang diikuti


3.5.1 Pengertian Plat Lantai
Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung,
merupakan lantai tingkat pembatas antara tingkat yang satu dengan tingkat
yang lain. Plat lantai didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada
kolom-kolom bangunan. Ketebalan pelat lantai ditentukan oleh:
1. Besar lendutan yang diinginkan.
2. Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung.
3. Bahan material konstruksi dan plat lantai.
Plat lantai harus direncanakan kaku, rata, lurus dan waterpass
(mempunyai ketinggian yang sama dan tidak miring), pelat lantai dapat
diberi sedikit kemiringan untuk kepentingan aliran air. Ketebalan plat
lantai ditentukan oleh: beban yang harus didukung, besar lendutan yang
diijinkan, lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung, bahan
konstruksi dari plat lantai. Pelat lantai merupakan suatu struktur solid tiga
dimensi dengan bidang permukaan yang lurus, datar dan tebalnya jauh
lebih kecil dibandingkan dengan dimensinya yang lain. Struktur pelat bisa
saja dimodelkan dengan elemen 3 dimensi yang mempunyai tebal h,

53
panjang b, dan lebar a. Adapun fungsi dari plat lantai adalah untuk
menerima beban yang akan disalurkan ke struktur lainnya. Pada plat lantai
merupakan beton bertulang yang diberi tulangan baja dengan posisi
melintang dan memanjang yang diikat menggunakan kawat bendrat, serta
tidak menempel pada permukaan pelat baik bagian bawah maupun atas.
Adapun ukuran diameter, jarak antar tulangan, posisi tulangan tambahan
bergantung pada bentuk plat, kemampuan yang diinginkan untuk pelat
menerima lendutan yang diijinkan.

3.5.2 Fungsi Plat Lantai


1. Sebagai pemisah ruang bawah dan ruang atas.
2. Sebagai tempat berpijak penghuni di lantai atas.
3. Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah.
4. Meredam suara dari ruang atas maupun dari ruang bawah.
5. Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal.

3.5.3 Kontruksi Plat Lantai Berdasarkan Materialnya

Konstruksi untuk plat lantai dapat dibuat dari berbagai material,


contohnya kayu, beton, baja dan yumen (kayu semen). Dalam penelitian
ini material yang digunakan untuk pelat lantai adalah beton. Beton
didefinisikan sebagai campuran antara semen portland atau semen
hidraulik yang lain, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan
tambahan membentuk massa padat (SK SNI T-15- 1991-03). Semen
yang diaduk dengan air akan membentuk pasta semen. Jika semen
ditambah dengan pasir akan menjadi mortar semen. Jika ditambah lagi
dengan kerikil atau batu pecah disebut beton. Beton memiliki kuat tekan
yang tinggi namun kuat tarik yang lemah. Plat lantai dari beton
mempunyai keuntungan antara lain:
1. Mampu menahan beban besar

54
2. Merupakan isolasi suara yang baik.
3. Tidak dapat terbakar dan dapat lapis kedap air.
4. Dapat dipasang tegel untuk keindahan lantai.
5. Merupakan bahan yang kuat dan awet, tidak perlu perawatan dan dapat
berumur panjang.

Plat lantai beton bertulang umumnya dicor ditempat, bersama-sama


balok penumpu. Dengan demikian akan diperoleh hubungan yang kuat
yang menjadi satu kesatuan. Pada plat lantai beton dipasang tulangan
baja pada kedua arah, tulangan silang, untuk menahan momen tarik dan
lenturan. Perencanaan dan hitungan plat lantai dari beton bertulang harus
mengikuti persyaratan yang tercantum dalam buku SNI Beton 1991.
Beberapa persyaratan tersebut antara lain:
1. Plat lantai harus mempunyai tebal sekurang - kurangnya 12 cm, sedang
untuk plat atap sekurang-kurangnya 7 cm. 6
2. Harus diberi tulangan silang dengan diameter minimum 8 mm dari baja
lunak atau baja sedang.
3. Pada plat lantai yang tebalnya lebih dari 25 cm harus dipasang tulangan
rangkap atas bawah.
4. Jarak tulangan pokok yang sejajar tidak kurang dari 2,5 cm dan tidak
lebih dari 20 cm atau dua kali tebal pelat, dipilih yang terkecil.
5. Semua tulangan plat harus terbungkus lapisan beton setebal minimum 1
cm, untuk melindungi baja dari karat, korosi, atau kebakaran.

3.5.4 Sistem Plat Lantai


Secara umum sistem plat lantai dapat dibedakan menjadi dua,
keduanya dibedakan dari nilai rasio perbandingan sisi panjang (b) dan
sisi pendek (a) dari plat.
 Sistem plat satu arah (one way slab), apabila b/a > 2,0. Analisis dan
disain dari plat satu arah, dilakukan dalam 1 arah (arah sisi pendek)
 Sistem plat dua arah (two way slab), apabila 1,0 ≤ b/a ≤ 2,0. Analisis plat
dua arah dilakukan dalam 2 arah (arah x dan arah y).

55
56

Anda mungkin juga menyukai