1. Sistem pengendalian manajemen adalah suatu upaya sistematis yang dilakukan perusahaan untuk
mencapai tujuannya dengan cara melakukan perbandingan atas prestasi kerja agar sesuai rencana
awal dan menciptakan suatu tindakan yang tepat untuk bisa mengoreksi setiap perbedaan yang
menyimpang.
Pengendalian biaya yang efektif akan tergantung pada bagaimana komunikasi yang terjalin antara
pihak informasi akuntan dengan manajemen. Dengan menciptakan laporan prestasi kerja, maka
pihak controller pun akan memberikan suatu saran pada berbagai tingkat manajemen mengenai
suatu tindakan perbaikan yang dibutuhkan oleh suatu kegiatan tertentu.
Laporan tersebut bisa disajikan dalam bentuk pernyataan langsung ataupun tertulis dari controller
pada pihak manajemen perusahaan. Isi laporan tersebut juga bisa berupa laporan prestasi kerja
yang sudah diraih oleh para karyawannya.
Sistem pengendalian manajemen akan digunakan oleh perusahaan untuk mengendalikan seluruh
organisasi, termasuk pengendalian atas seluruh sumber daya yang digunakan, baik itu sumber
daya manusia ataupun sumber daya peralatan, serta hasil yang didapatkan oleh perusahaan,
sehingga perusahaan bisa mencapai tujuannya secara lancar.
2. Setidaknya ada 2 hal dari lingkungan Operasi eksternal yang mempengaruhi sistem manajemen
biaya (CMS) yaitu Tingkat biaya teknologi dan Fleksibilitas untuk menanggapi perubahan
kondisi jangka pendek dan beberapa faktor perubahan eksternal lain. Sebagai akibat dari
perubahan ini pada organisasi dan manajemen yang dikarakterisasikan dengan adanya perubahan
sifat proses produksi,outsourcing,product life cicle makin pendek , dan lain sebagainya sehingga
perubahan system biaya yang merupakan information flow yang mendampingi phisicial flow.
Dengan terjadinya perubahan yang makin komplek pada phisicial flow menyebabkan system
biaya yang digunakan menjadi tidak sesuai dan menyebabkan distorsi pada perhitungan biaya
produksi per unit dan ini akan menyulitkan berbagai kebutuhan pengambilan keputusan.
Distorsi terjadi karena sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan produk tidak
diatribusikan secara tepat pada pusat aktivitas yang menyerap biaya itu (activity center) atau
produk.Beberapa penyebab terjadinya distorsi,antara lain :
1. Tidak adanya keterkaitan biaya yang dialokasikan terhadap produk yang dihasilkan,seperti
biaya riset dan pengembangan yang pada hakekatnya merupakan cost for future product.
2. Terdapat biaya-biaya yang dilupakan sebagai biaya produk dan dibebankan sebagai period
costs,seperti biaya after sales service atau biaya customer service.
3. Distorsi terjadi karena cara pengalokasian atas biaya bersama ( common cost ) pada produk
secara asal-asalan seperti atas dasar unit produk,biaya bahan baku,upah langsung.Yang
sebenarnya perlu diteliti keterkaitan biaya tersebut dan perlu dijenjangkan terlebih dahulu.
3. Gap Analysis atau Analisa gap dapat diartikan sebagai perbandingan kinerja aktual dengan
kinerja potensial atau yang diharapkan. Sebagai metoda, analisa gap digunakan sebagai alat
evaluasi bisnis yang menitikberatkan pada kesenjangan kinerja perusahaan saat ini dengan kinerja
yang sudah ditargetkan sebelumnya. Analisis ini juga mengidentifikasi tindakan-tindakan apa saja
yang diperlukan untuk mengurangi kesenjangan atau mencapai kinerja yang diharapkan pada
masa datang. Lebih dari itu analisis ini juga memperkirakan waktu, biaya, dan sumberdaya yang
dibutuhkan untuk mencapai keadaan perusahaan yang diharapkan.
Chapter 13
1. Keuntungan dan kelemahan dari desentralisasi
a. Keuntungan
secara personal:
1. melatih dan menyaring calon manajer
2. mengembangkan kualitas kepemimpinan, kemampuan memecahkan masalah, dan
keterampilan pengambilan keputusan
3. bandingkan hasil manajer
4. meningkatkan kepuasan kerja dan pengayaan pekerjaan
advantages :
1. mendorong layanan perngembangan yang bermanfaat
2. mempromosikan kesadaran biaya layanan yang diberikan
3. mendukung departemen layanan menjadi pusat laba
Tujuan penetapan harga transfer adalah untuk mentransmisikan data keuangan di antara
departemen-departemen atau divisi-diisi perusahaan pada waktu mereka saling menggunakan
barang dan jasa satu sama lain (Henry Simamora, 1999:273) Selain tujuan tersebut, transfer
pricing terkadang digunakan untuk mengevaluasi kinerja divisi dan memotivasi manajer divisi
penjual dan divisi pembeli menuju keputusan-keputusan yang serasi dengan tujuan perusahaan
secara keseluruhan. Sedangkan dalam lingkup perusahaan multinasional, transfer pricing
digunakan untuk, meminimalkan pajak dan bea yang mereka keluarkan diseluruh dunia.
Chapter 14
1. Dalam mengukur kinerja, sebagian besar perusahaan menggunakan tolak ukur keuangan karena
dianggap praktis dan masih relevan untuk jangka pendek. Tolak ukur keuangan yang sering
digunakan adalah Return On Invesment (ROI), Residual Indcome (RI), Economic Value Added
(EVA). Return On investment (ROI) atau return on asset menunjukan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Residual Income atau RI adalah laba yang
dihasilkan atas target pengembalian investasi pada suatu pusat laba. Economic Value Added
(EVA) adalah sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu
perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu
memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal. EVA merupakan jumlah uang dan dapat
diperoleh dengan mengurangkan beban modal dari laba operasi bersih/net operating profit.
3. Balance Score Card digunakan untuk mengukur dalam beberapa perspektif, diantaranya:
1. Keuangan :
- Masalah yang relevan dengan pemegang saham
- Profitabilitas
- Pertumbuhan perusahaan
- Harga pasar saham
2. Pelanggan
- Kualitas produk
- Pelayanan yang diberikan
- Harga produk