Disusun oleh:
1. Amoy Sp Chairul
2. Bella Aprita
3. Pebriyanto
4. Puput Sari Putri
5. Riece Andrelasari
6. Sofyan Sahro R
Dosen:
PENDAHULUAN
Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan. Bahkan
sepanjang kehidupan, manusia senantiasa dihadapkan dan bergelut dengan konflik. Demikian
halnya dengan kehidupan organisasi. Anggota organisasi senantiasa dihadapkan pada konflik.
Perubahan atau inovasi baru sangat rentan menimbulkan konflik (destruktif), apalagi jika tidak
disertai pemahaman yang memadai terhadap ide-ide yang berkembang.
Menurut Webster (1966) dalam Dean G. Pruitt dan Feffrey Z. Rubin, istilah “conflict” dalam
bahasa aslinya berarti suatu “perkelahian, peperangan, atau perjuangan” yaitu berupa konfrontasi
fisik antara beberapa pihak. Arti kata itu kemudian berkembang menjadi “ketidaksepakatan
yang tajam atau oposisi atas berbagai kepentingan”.
Dean G. Pruitt dan Feffrey Z. Rubin memaknai konflik sebagai persepsi mengenai perbedaan
kepentingan (perceived divergence of interest) atau suatu kepercayaan bahwa aspirasi pihak-
pihak yang berkonflik tidak dapat dicapai secara simultan. Konflik dapat terjadi pada berbagai
macam keadaan dan pada berbagai tingkat kompleksitas. Konflik merupakan sebuah duo yang
dinamis.
1.1. LATAR BELAKANG
1. Apa Pengertian Manajemen Konflik dan Penyelesaian masalah ?
2. Apa tahap proses konf;ik Manajemen Konflik dan Penyelesaian masalah ?
3. Apa langkah-langkah penyelesaian masalah Manajemen Konflik dan Penyelesaian
masalah ?
4. Apa strategi Manajemen Konflik dan Penyelesaian masalah ?
5. Apa negoisasi dan kolaborasi Manajemen Konflik dan Penyelesaian masalah ?
1.2. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Pengertian Manajemen Konflik dan Penyelesaian masalah
2. Untuk mengetahui tahap proses konf;ik Manajemen Konflik dan Penyelesaian masalah
3. Untuk mengetahui Langkah-langkah penyelesaian masalah Manajemen Konflik dan
Penyelesaian masalah
4. Untuk mengetahui Strategi Manajemen Konflik dan Penyelesaian masalah
5. Untuk mengetahui negoisasi dan kolaborasi Manajemen Konflik dan Penyelesaian
masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar
dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi pada
proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun
pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi. Bagi
pihak luar (di luar yang berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya adalah informasi
yang akurat tentang situasi konflik. Hal ini karena komunikasi efektif di antara pelaku dapat
terjadi jika ada kepercayaan terhadap pihak ketiga.
Menurut Ross (1993), manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para
pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang
mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan
mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau
agresif. Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam memecahkan
masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan keputusan oleh pihak
ketiga. Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses manajemen konflik menunjuk pada pola
komunikasi (termasuk perilaku) para pelaku dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan
dan penafsiran terhadap konflik.
Sama halnya dengan proses manajemen konflik yang telah dijelaskan diatas, bahwa
manajemen konflik meliputi beberapa langkah yaitu: penerimaan terhadap keberadaan konflik
(dihindari atau ditekan/didiamkan), klarifikasi karakteristik dan struktur konflik, evaluasi konflik
(jika bermanfaat maka dilanjutkan dengan proses selanjutnya), menentukan aksi yang
dipersyaratkan untuk mengelola konflik, serta menentukan peran perencana sebagai partisipan
atau pihak ketiga dalam mengelola konflik.
Menurut Mulyasa pada umumnya konflik berlangsung dalam lima tahap, yaitu tahap
potensial, konflk terasakan, pertenangan, konflik terbuka, dan akibat konflik.
Metode Rujuk
Pertama ada metode rujuk dimana dilakukan oleh pihak bersengketa kemudian bisa jadi
sebuah pendekatan dan hasrat untuk kembali bekerja sama hingga menjalankan sebuah hubungan
baik demi kepentingan bersama. Dari metode rujuk ini biasanya diperlukan mediasi
hingga manajemen konflik bisa diterapkan dan mengurangi unsur ketegangan di beberapa
pihak.
Persuasi
Metode persuasi juga bisa dilakukan untuk memberi perubahan posisi dari pihak lainnya.
Tujuan dari persuasi ini sangat baik yakni mengurangi kerugian yang bisa muncul dengan
adanya berbagai bukti faktual hingga bisa memperlihatkan bahwa dari pendapat beberap orang
akan memberikan keuntungan serta konsistensi dalam penerapan norma hingga standar keadilan
yang sekarang masih berlaku.
Ada solusi lainnya bisa dengan mudah diterapkan untuk memberi sistem manajemen
konflik lebih baik, yakni menggunakan metode pemecahan masalah terpadu. Nantinya terdapat
usaha untuk menyelesaikan masalah dengan menggabungkan berbagai kebutuhan kedua belah
pihak. Bahkan beberapa proses masih bisa terjadi seperti bertukar informasi, fakta, perasaan,
kemudian masih memperlihatkan berbagai macam solusi untuk menimbulkan rasa saling percaya
kemudian dapat menghadirkan berbagai alternatif pemecahan masalah dengan keuntungan
berimbang di kedua belah pihak.
Tawar Menawar
Metode tawar menawar juga masih saja jadi solusi terbaik untuk meredakan konflik internal
ataupun eksternal di sebuah perusahaan. Metode tawar menawar ini akan menghadirkan
penyelesaian yang nanti bisa diterima oleh kedua pihak. Bahkan dari kedua pihak tersebut akan
mempertukarkan konsesi yang mana tanpa mengemukakan sebuah janji secara eksplisit.
Penarikan Diri
Salah satu manajemen konflik yang sekarang kerap dilakukan adalah salah satu atau kedua
pihak saling menarik diri dari hubungan. Untuk cara satu ini memang terlihat efektif jika
keduanya tidak terlalu aktif berinteraksi kemudian sanggup mengerti seperti apa tugas satu sama
lainnya yang masih bergantung.
Masih ada solusi untuk mengatasi berbagai macam konflik salah satunya penekanan dan
pemaksaan. Sampai sekarang cara satu ini bisa digunakan dengan menekan pihak lain agar cepat
menyerah. Akan tetapi cara satu ini bisa menggunakan bentuk ancaman ataupun bentuk
intimidasi sehingga kurang efektif karena dari salah satu pihak harus bisa menyerah atau
mengalah secara terpaksa.
Konsultasi
Solusi lain agar sebuah konflik di dalam perusahaan bisa teratasi adalah konsultasi dimana
tujuannya sendiri digunakan untuk memperbaiki hubungan antar kedua belah pihak. Tidak hanya
itu karena bisa juga ditujukan untuk mengembangkan kemampuan hingga dapat menyelesaikan
konflik. Dari konsultasi ini dibutuhkan seorang konsultan hingga dapat memberi solusi berupa
teknik untuk meningkatkan aspek persepsi dan kesadaran seputar tingkat laku.
Mediasi
Metode mediasi atau pertengahan juga masuk dalam manajemen konflik yang sangat baik
untuk menjadi solusi mengurangi tingkat ketegangan di sebuah sengketa. Mediasi ini
membutuhkan peran mediator yang secara langsung diundang untuk membantu memberi solusi
hingga mengumpulkan fakta ditambah lagi bisa memperjelas masalah yang sedang terjadi hingga
akhirnya diberikan solusi terbaik. Namun mediasi ini sepenuhnya bisa berjalan lancar tergantung
dari kepiawaian seorang madiator itu sendiri.
Arbitrase
Biasanya pihak ketiga juga memiliki andil untuk campur tangan dalam sebuah sengketa. Kini
pihak bersengketa tidak bersedia berunding terutama dari usaha kedua pihak dalam
menyelesaikan masalah. Maka dari itu dibutuhkan pihak ketiga yakni dalam metode arbitrase.
Nantinya pihak ketiga akan mendengarkan keluhan dari kedua pihak hingga nantinya berfungsi
sebagi hakim. Pencarian masalah menjadi titik fokus hingga cara ini tidak memberikan
keuntungan kepada dua pihak bersengketa, akan tetapi mampu memberikan solusi terbaik bagi
banyak pihak.
Munculnya konflik tidak selalu bermakna negatif, artinya jika konflik dapat dikelola dengan
baik, maka konflik dapat memberi kontribusi positif terhadap kemajuan sebuah organisasi.
1. Contending (bertanding) yaitu mencoba menerapkan solusi yang lebih disukai salah satu
pihak atau pihak lain;
2. Yielding (mengalah) yaitu menurunkan aspirasi sendiri dan bersedia menerima kurang
dari apa yang sebetulnya diinginkan;
3. Problem Solving (pemecahan masalah) yaitu mencari alternatif yang memuaskan aspirasi
kedua belah pihak;
4. With Drawing (menarik diri) yaitu memilih meninggalkan situasi konflik baik secara
fisik maupun psikologis. With drawing melibatkan pengabaian terhadap kontroversi.
5. Inaction (diam) tidak melakukan apapun, dimana masing-masing pihak saling menunggu
langkah berikut dari pihak lain, entah sampai kapan.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar
dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi pada
proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun
pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi. Bagi
pihak luar (di luar yang berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya adalah informasi
yang akurat tentang situasi konflik. Hal ini karena komunikasi efektif di antara pelaku dapat
terjadi.
3.2 Saran
Adapun saran penulis terhadap pembaca, yaitu Sebaiknya teori dan konsep yang telah
diketahui oleh seorang perawat dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya.
DAFTAR PUSTAKA
http://rizkie-library.blogspot.com/2016/02/manajemen-konflik-definisi-penyebab-
dan.html#:~:text=Menurut%20Ross%20(1993)%2C%20manajemen,tidak%20mungkin
%20menghasilkan%20ketenangan%2C%20hal
https://www.urbanhire.com/blog/manajemen-konflik-bagaimana-mengatasi-suatu-konflik/
https://slideplayer.info/slide/15359542/