Anda di halaman 1dari 4

1.

1 Pengertian Ketahanan Bencana dalam Keluarga


A. Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah
yang tepat guna dan berdaya guna (Undang-Undang No. 24 Tahun 2007,
2007). Menurut Carter (1991) dalam LIPI – UNESCO/ ISDR (2006),
kesiapsiagaan adalah tindakan-tindakan yang memungkinkan pemerintah,
organisasi, keluarga, dan individu untuk mampu menanggapi suatu situasi
bencana secara cepat dan tepat guna untuk mengurangi kerugian maupun
korban jiwa. Termasuk kedalam tindakan kesiapsiagaan adalah
penyusunan rencana penanggulangan bencana, pemeliharaan sumber daya
dan pelatihan personil. Konsep kesiapsiagaan yang digunakan lebih
ditekankan pada kemampuan untuk melakukan tindakan persiapan
menghadapi kondisi darurat bencana secara cepat dan tepat. (LIPI –
UNESCO/ ISDR, 2006).
Menurut (Kusumasari, 2014) menjelaskan kesiapsiagaan adalah
perencanaan tindakan untuk merespon jika terjadi bencana. Konsep kajian
dalam teori ini menegaskan bahwa kesiapsiagaan merupakan respon yang
ditunjukkan melalui tindakan yang dilakukan jika bencana terjadi, tanpa
adanya penjelasan cara untuk melalukan tindakan tersebut. Perencanaan
merupakan suatu tahap yang harus dilakukan untuk kesiapsiagaan.
Paramenter merupakan ukuran yang dinilai sebagai patokan untuk
mengukur sesuatu. Di dalam kesiapsiagaan terdapat beberapa parameter
untuk mengukur kesiapsiagaan. Menurut (LIPI – UNESCO, 2006) ada
lima parameter untuk mengukur tingkat kesiapsiagaan yaitu :
 Pengetahuan dan sikap terhadap risiko bencana.
 Rencana tanggap darurat.
 Kebijakan, peraturan dan panduan untuk kesiapsiagaan.
 Sistem peringatan bencana.
 Kemampuan memobilisasi sumber daya.
B. Ketahanan
Daya tahan/berdaya tahan (resilience/ resilient) adalah kapasitas
sebuah sistem, komunitas atau masyarakat yang memiliki potensi terpapar
pada bencana untuk beradaptasi, dengan cara bertahan atau berubah
sedemikian rupa sehingga mencapai dan mempertahankan suatu tingkat
fungsi dan struktur yang dapat diterima. Hal ini ditentukan oleh tingkat
kemampuan sistem sosial dalam mengorganisasi diri dalam meningkatkan
kapasitasnya untuk belajar dari bencana di masa lalu, perlindungan yang
lebih baik di masa mendatang, dan meningkatkan upaya-upaya
pengurangan risiko bencana (UNISDR, 2004). Ketahanan umumnya
dilihat sebagai konsep yang lebih luas daripada kapasitas karena
melampaui perilaku, strategi dan tindakan khusus untuk pengurangan
risiko dan manajemen yang biasanya dipahami sebagai kapasitas. Namun,
sulit untuk memisahkan konsep dengan jelas. Dalam penggunaan sehari-
hari, 'kapasitas' dan 'kapasitas penanganan' sering kali berarti sama dengan
'ketahanan' (Twigg, 2007).
C. Bencana
Menurut (Nurjanah, 2013), bencana merupakan suatu kejadian, yang
disebabkan oleh alam atau karena ulah manusia, terjadi secara tiba-tiba
atau perlahan, sehingga menyebabkan hilangnya jiwa manusia, harta
benda dan kerusakan lingkungan, kejadian ini terjadi di luar kemampuan
masyarakat dengan segala sumberdayanya. Konsep kajian dalam teori ini
menegaskan bahwa bencana merupakan kejadian yang terjadi diluar
kemampuan masyarakat dengan segala sumberdayanya, Akibat dari
bencana itu dapat berupa hilangnya jiwa manusia, kehilangan harta benda
yang berupa tempat tinggal, maupun sarana-prasarana, dan juga kerusakan
lingkungan disekitar yang terkena dampak dari bencana tersebut.
D. Ketahanan Bencana dalam Keluarga
Rencana kesiapsiagaan keluarga adalah perencanaan yang dibuat oleh
keluarga untuk siap dalam kondisi darurat akibat bencana baik saat berada
di dalam ataupun di luar rumah (Badan Nasional Penanggulangan
Bencana, 2018). Dalam pembuatan rencana ini, setiap anggota keluarga
terlibat untuk memastikan bahwa mereka memahami dan menyetujui
rencana tersebut.
Kepala keluarga berperan sebagai seorang pemimpin dalam keluarga.
Keluarga diharapkan memiliki kemampuan untuk mengatasi gempa bumi,
karena peran keluarga dalam kesiapsiagaan sangat penting alasannya.
Menurut (Harahap, 2015) menjelaskan bahwa kepala keluarga berperan
dalam menyampaikan informasi bagi keluargannya, mengambil keputusan
yang cepat dapat mempengaruhi anggota keluarganya dan juga kepala
keluarga sebagai sumber dukungan sosial bagi keluargannya, akibat
pengaruhnya semua ucapan, tingkah laku dan tindakannya akan dijadikan
panutan oleh keluarganya.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2018), hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam membuat rencana kesiapsiagaan keluarga
adalah :
 Mengetahui ancaman bencana yang dapat terjadi di sekitar mereka.
 Mengetahui cara melindungi diri jika terjadi bencana.
 Mengenali bagian dari dalam rumah yang dapat dijadikan sebagai
perlindungan.
 Menghindari bagian di dalam rumah yang beresiko membahayakan.
 Mengetahui jalur evakuasi yang telah disepakati.
 Mengetahui titik kumpul di luar rumah yang telah disepakati.
 Menyiapkan perlengkapan standar keadaaan darurat bencana untuk
keluarga.
 Mencatat nomor telepon setiap anggota keluarga.
 Mencatat nomor nomor penting untuk keadaan darurat bencana.
 Mencatat nomor telepon penting terkait aktivitas setiap anggota
keluarga.
 Mempraktikkan rencana kesiapsiagaan keluarga yang telah disepakati.
 Memperbaiki kekurangan yang terjadi saat praktik rencana
kesiapsiagaan keluarga.
 Menyesuaikan kembali perencanaan sesuai kondisi terakhir ancaman
bencana, perubahan anggota keluarga serta kondisi rumah.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (2018). Panduan Kesiapsiagaan
Bencana untuk Keluarga. Jakarta: Direktorat Kesiapsiagaan Badan
Nasional Penanggulangan Bencana.
Harahap, M. E., Lutfi, M., Muthalib, A. (2015). Pengaruh Pengetahuan dan
Sikap
Terhadap Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir

di Desa Perkebunan Bukit Lawang Kecamatan Bahorok. Jurnal Ilmiah


Keperawatan Imelda, 1(1). Retrieved from:
https://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN/article/
view/219
Kusumasari, B. (2014). Manajemen Bencana dan Kapabilitas Pemerintah Lokal.
Yogyakarta: Gava Media.
LIPI – UNESCO/ ISDR. (2006). Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam
Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami. Jakarta.
Nurjanah, et al. (2013). Manajemen Bencana. Bandung: Alfabeta.
Undang-Undang Republik Indonesia. (2007). Undang-Undang Republik
Indonesia
Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Jakarta.
UNISDR. (2004). Living With Risk: A Global Review of Disaster Reduction
Initiative. Geneva.
Twigg, John. (2007). Karakteristik Masyarakat Yang Tahan Bencana. University
of London: Aon Benfield Hazard Research Centre.

Anda mungkin juga menyukai