Anda di halaman 1dari 6

Visi Program Studi:

Pada tahun 2025 menghasilkan Ahli Madya Keperawatan yang unggul dalam
penguasaan asuhan keperawatan dengan masalah kesehatan neurosains melalui
pendekatan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan.

TUGAS MATA KULIAH PBAK


ANALISIS NILAI – NILAI ANTI KORUPSI YANG
DIMILIKI OLEH TOKOH NASIONAL ANTI KORUPSI

Disusun oleh :
1. Khairunnisa (P3.73.20.1.18.021)
2. Ladi Fajri Ananda (P3.73.20.1.18.022)
3. Mia Andini Febrianti (P3.73.20.1.18.023)
4. Mirnawati Dewi (P3.73.20.1.18.024)
5. Sulistianingtias (P3.73.20.1.18.037)
6. Tasya Alisha Nurizky (P3.73.20.1.18.038)
7. Venira Yusniati (P3.73.20.1.18.039)

3 Reguler A
Dosen Pembimbing :
Indriana Rakhmawati, SKp, MSi, MTD (HE)

PRODI D-III KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TAHUN 2021
ANALISIS NILAI – NILAI ANTI KORUPSI YANG

DIMILIKI OLEH TOKOH NASIONAL ANTI KORUPSI

HOEGENG IMAM SANTOSO

Resume ini difokuskan untuk menganalisis nilai-nilai anti korupsi yang dimiliki oleh
tokoh nasional. Kelompok kami memilih toko nasional anti korupsi yaitu Hoegeng Imam
Santoso. Hoegeng Imam Santoso merupakan salah satu tokoh nasional antikorupsi
dengan slogannya “Pantang Terima Pemberian Karena Jabatan” yang dikutip dari buku
Orange Juice For Integrity tahun 2014. Beliau lahir pada 14 Oktober 1921 di kota
Pekalongan. Beliau berasal dari keluarga Priyayi (ayahnya merupakan pegawai atau
amtenaar Pemerintah Hindia Belanda), namun perilaku Hoegeng kecil sama sekali tidak
menunjukkan kesombongan, bahkan beliau banyak bergaul dengan anak-anak dari
lingkungan biasa. Hoegeng sama sekali tidak pernah mempermasalahkan ningrat atau
tidaknya seseorang dalam bergaul.
Pada tahun 1950, beliau adalah seorang polisi yang dikenal sangat jujur. Kekuasaan
yang dimilikinya ketika menjabat sebagai Kapolri, tidak mengubah kesederhanaan
hidupnya. Pria yang di nobatkan sebagai The Man of the Year 1970 ini pensiun tanpa
memiliki rumah, kendaraan dan barang mewah. Sebagai pihak berwajib, Hoegeng
kerap menangani kasus-kasus berat yang mengguncang negara . Saat beliau menjabat
sebagai kapolri ada dua kasus yang menggemparkan masyarakat dan beliau berani
membongkar kasus besar tersebut.
Kasus pertama yaitu Sum Kuning yaitu pemerkosaan terhadap penjual telur
Sumarijem yang diduga pelakunya anak-anak petinggi teras di Yogyakarta. Namun,
Sumarijem dijadikan tersangka dengan tuduhan membuat laporan palsu. Jaksa menuntut
Sum penjara tiga bulan dan satu tahun percobaan. Tapi majelis hakim menolak tuntutan
itu. Dalam putusan, Hakim Ketua Lamijah Moeljarto menyatakan Sumarijem tidak
terbukti memberikan keterangan palsu. Karena itu Sumarijem harus dibebaskan. Hoegeng
terus memantau perkembangan kasus ini. Sehari setelah vonis bebas Sumijem, Hoegeng
memanggil Komandan polisi Yogyakarta AKBP Indrajoto dan Kapolda Jawa Tengah
Kombes Suswono. Hoegeng lalu memerintahkan Komandan Jenderal Komando Reserse
Katik Suroso mencari siapa saja yang memiliki fakta soal pemerkosaan Sum Kuning.
Hoegeng membentuk tim khusus untuk menangani kasus ini dengan nama 'Tim
Pemeriksa Sum Kuning', dibentuk Januari 1971. Dalam kasus persidangan perkosaan
Sumarijem, polisi kemudian mengumumkan pemerkosa Sumarijem berjumlah 10 orang
yang terdiri dari anak orang biasa, bukan anak petinggi atau pejabat negara. Para
terdakwa pemerkosa Sumarijem membantah keras melakukan pemerkosaan ini. Kapolri
Hoegeng sadar bahwa ada kekuatan besar untuk membuat kasus ini menjadi bias.
Kasus kedua yaitu penyelundupan mobil-mobil mewah bernilai miliaran rupiah oleh
Robby Tjah. Jenderal Hoegeng adalah orang yang pertama kali berusaha membongkar
kasus penyelundupan ini. Beliau menemukan fakta sejumlah petinggi polisi, tentara, bea
cukai dan imigrasi terlibat memuluskan aksi yang merugikan negara ratusan juta kala itu.
Awalnya tahun 1968, tim reserse ekonomi mencium ada penyelundupan mobil mewah di
pelabuhan Tanjung Priok. Tak lama kemudian beberapa penyelundup tertangkap bersama
empat buah mobil mewah, termasuk mercedes. Namun anehnya, kejaksaan
Tinggi Jakarta Raya tidak mau melanjutkan kasus ini. Hoegeng sendiri tidak ikut
mengusut kelanjutan kasus Robby Tjahjadi. Sejumlah sumber
menyebut Soeharto mendepak Hoegeng karena pelaku penyelundupan ini adalah kolega
sangat dekat Keluarga Cendana. Saat itu Hoegeng memang optimis membongkar sindikat
penyelundup mobil mewah. Pada para wartawan, Hoegeng menjanjikan akan ada berita
besar dari Tanjung Priok. Rupanya pernyataan Hoegeng membuat sejumlah pejabat yang
melakukan korupsi terusik. Soeharto mencopot Hoegeng sebagai Kapolri tanggal 2
Oktober 1971. Baru tiga tahun, Hoegeng menjabat. Ironinya dengan alasan penyegaran,
justru pengganti Hoegeng, Jenderal M Hasan lebih tua satu tahun. Hoegeng
menghadap Soeharto, dia menanyakan kenapa beliau dicopot. Secara
tersirat Soeharto berkata tidak ada tempat untuk Hoegeng lagi. Soeharto menawari
Hoegeng dengan jabatan sebagai duta besar atau diplomat di negara lain. Sebuah
kebiasaan untuk membuang mereka yang kritis terhadap Orde Baru dan Hoegeng
menolak tawaran tersebut. Tanggal 2 Oktober 1971, Hoegeng dipensiunkan sebagai
Kapolri. Beberapa pihak menilai Hoegeng sengaja dipensiunkan untuk menutup kasus ini.
Hal yang mendorong Hoegeng menjadi tokoh yang bersih dan antikorupsi karena
pendirian yang ditanamkan oleh ayah beliau bahwa “yang penting dalam kehidupan
manusia adalah kehormatan; jangan merusak nama baik dengan perbuatan yang
mencemarkan” serta Hoegeng memiliki nilai-nilai anti korupsi. Nilai-nilai anti korupsi
dari Hoegeng menurut Gus Dur pribadi yang jujur, berani dan sederhana yang merujuk
pada buku Belajar Integritas kepada Tokoh Bangsa (KPK, 2014).

Nilai-nilai antikorupsi yang tercerminkan dalam diri Hoegeng yang pertama yaitu
kejujuran. Hal ini dibuktikan dengan ketika Hoegeng dan keluarganya mendapatkan
kejutan besar ketika diangkat sebagai Direktorat Reserse dan Kriminal Polda Sumatera
Utara pada 1956, Hoegeng terkejut saat tiba di rumah dinas yang harus beliau tempati.
Rumah dinas itu dipenuhi dengan barang mewah. Hoegeng tidak bisa menerima hal itu.
Beliau dan keluarganya bersikeras untuk tetap tinggal di hotel jika barang-barang mewah
itu masih ada di sana. Mereka baru akan pindah bila rumah tersebut hanya diisi barang-
barang inventaris kantor. Pada akhirnya, Hoegeng dan keluarga mengeluarkan semua
barang mewah itu ke tepi jalan. Setelah diusut, ternyata barang tersebut berasal dari
bandar judi yang hendak menyuapnya.

Nilai-nilai antikorupsi yang tercerminkan dalam diri Hoegeng yang kedua yaitu
keberanian. Hal ini dibuktikan dengan Hoegeng terpaksa harus menutup toko kembang
yang dijadikan salah satu sumber penghasilan tambahan keluarganya. Hoegeng menutup
toko tersebut dengan agar toko itu tidak menjadi beban bagi dirinya dalam menjalankan
tugasnya. Beliau tidak ingin orang-orang membeli kembang di toko tersebut karena
melihat jabatan yang diembannya agar mendapatkan fasilitas tertentu. Beliau khawatir
semua orang yang berurusan dengan imigrasi akan memesan ke toko kembang tersebut
dan ini tidak adil bagi toko kembang lainnya.

Nilai-nilai antikorupsi yang tercerminkan dalam diri Hoegeng yang ketiga yaitu
kesederhanaan. Hal ini dibuktikan dengan setelah Hoegeng diberhentikan oleh Presiden
Soeharto, Hoegeng mendapatkan tawaran sebagai duta besar di sebuah negara Eropa,
tetapi beliau menolak. Beliau lebih senang menjadi orang bebas dan lebih memilih
tampil dengan grup musik Hawaiian Senior di TVRI. Hoegeng yang bergabung dengan
rekan-rekannya pada petisi 50, kala itu beliau tetap sederhana. Ketika rapat kelompok ini
di rumah Ali Sadikin, tidak jarang Hoegeng naik bajaj ketika ingin berkumpul.
DAFTAR PUSTAKA

Adwirman. 2014. Buku Ajar Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi (PBAK). [e-book].
Diakses melalui https://aclc.kpk.go.id/wp-content/uploads/2018/07/Buku-Ajar-
Mata-Kuliah-PBAK-Poltekkes-Kemenkes.pdf. Diakses pada 22 Januari 2021.

Dosrinal. 2012. Yakin Bisa dari Nothing jadi Something. [e-book]. Diakses melalui
https://books.google.co.id/books?id=gQxBCgAAQBAJ. Diakses pada 22 Januari
2021.

DPJP. 2019. Memantapkan Pemahaman 9 Nilai Antikorupsi untuk Memperkokoh Jati Diri
Insan Perbendaharaan. Diakses melalui
http://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/surabaya1/id/data-publikasi/artikel/2886-
memantapkan-pemahaman-9-nilai-antikorupsi-untuk-memperkokoh-jati-diri-insan-
perbendaharaan.html. Diakses pada 22 Januari 2021.

Komisi Pemberantasan Korupsi. 2015. Kapita Selekta Dan Beban Biaya Sosial Korupsi. [e-
book]. Diakses melalui https://aclc.kpk.go.id/materi/bahaya-dan-dampak-
korupsi/buku/kapita-selekta-dan-beban-biaya-sosial. Diakses pada 23 Januari 2021.

Komisi Pemberantasan Korupsi. 2014. Orange Juice For Integrity: Belajar Integritas kepada
Tokoh Bangsa. Diakses melalui
https://acch.kpk.go.id/id/component/bdthemes_shortcodes/?
view=download&id=53d9d455b2932c76c38a89fa295736. Diakses pada 22 Januari
2021.
KPK. 2020. Sekilas KPK. Diakses melalui https://www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/sekilas-
komisi-pemberantasan-korupsi. Diakses pada 25 Januari 2021.

LIPI. 2009. Hoegeng Pahlawan Antikorupsi. Diakses melalui http://lipi.go.id/berita/hoegeng-


pahlawan-antikorupsi/3776. Diakses pada 22 Januari 2021.

Syam, Anwar. 2012. Biografi Hoegeng Polisi Paling Jujur Di Indonesia. Diakses melalui
http://achamad.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/anwar%20syam Biografi
%20Hoegeng%20-%20Polisi%20Paling%20Jujur%20Di%20Indonesia.pdf. Diakses
pada 23 Januari 2021.

Trionovani, Elvi. 2016. Pengetahuan Budaya Antikorupsi. [e-book]. Diakses melalui


http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/PBAK-
Komprehensif.pdf. Diakses pada 22 Januari 2021.

Anda mungkin juga menyukai