Anda di halaman 1dari 17

MATA KULIAH DOSEN PENGAJAR

Aspek Hukum dalam Bisnis Nur Rodiah, S.E.I ,MH

HUKUM PERSEROAN TERBATAS

Di Susun Oleh :
Kelompok 6
Arif Fatani
Nadia Amalia Rahmah (180105010594)
Rizna Faulina (180105010534)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
EKONOMI SYARIAH
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
Rahmat serta Hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Hukum Perseroan Terbatas”. Makalah ini kami buat
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Aspek Hukum Dalam Bisnis. Dalam
makalah ini dengan keterbatasan ilmu yang kami miliki kami berusaha mencari
sumber data dari berbagai sumber informasi.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu.
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini semoga penyusunan makalah ini dapat
bermanfaat dan berguna bagi para membaca. Akhir kata kami mengucapkan
banyak terimakasih.

Banjarmasin, 20 Februari 2021


Penulis

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan.......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
A. Pengertian Perseroan Terbatas..................................................................... 3
B. Modal dan Saham......................................................................................... 3
C. Organ Perseroan Terbatas............................................................................ 6
D. Tugas, Wewenang, dan Tanggung jawab Perseroan Terbatas..................... 9

BAB III PENUTUP......................................................................................... 12


A. Kesimpulan.................................................................................................. 12
B. Saran............................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu badan usaha yang relatif dominan dalam kegiatan ekonomi adalah
badan usaha berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Banyak perusahaan-perusahaan
yang sekarang ini merubah status badan hukumnya menjadi Perseroan Terbatas.
Faktor yang mendorong terhadapnya perubahan status bentuk perusahaan dari
bentuk lain, menjadi Perseroan Terbatas adalah dikarenakan bentuk Perseroan
Terbatas adalah sebuah wadah usaha yang melakukan pemisahan hak dan
kewajiban para pengusaha bersangkutan selaku pemegang saham dengan hak dan
kewajiban perusahaan. Di samping itu dalam Perseroan Terbatas juga dikenal
adanya pemisahan harta kekayaan.
Hukum Perseroan Terbatas juga terdapat dalam UU Republik Indonesia Nomor
40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, yang salah satunya terdapat pada
BAB I tentang Ketentuan Umum Pasal 1 “ Perseroan Terbatas, yang selanjutnya
disebut perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,
didirikan berasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar
yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam undang-undang ini serta pelaksanaannya.
Kekurangan Perseroan Terbatas ini dibandingkan dengan jenis badan
usaha lainnya adalah pada mekanisme pendirian dan pengesahan Badan hukum
yang lebih panjang. Hal ini dikarenakan banyaknya perbuatan hukum dan
rumit prosedur yang harus dilalui, dibandingkan mendirikan bentuk
badan usaha yang tidak berbadan hukum. Pengesahan PT sebagai badan
usaha yang berbadan hukum dari Pendaftaran Perseroan Terbatas sangat
membutuhkan biaya yang tergolong paling mahal dibandingakan dengan
jenis badan usaha yang tidak berbadan hukum. (…………..)

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perseroan terbatas ?
2. Apa pengertian modal dan saham?
3. Apa saja organ perseroan terbatas ?
4. Bagaimana tugas, wewenang, dan tanggung jawab perseroan terbatas?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian perseroan terbatas.
2. Untuk mengetahui dan memahami modal dan saham.
3. Untuk mengetahui dan memahami organ perseroan terbatas.
4. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana tugas, wewenang, dan
tanggung jawab perseroan terbatas.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perseroan Terbatas


Pasal 1 point 1. Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, yang dimaksud dengan Perseroan Terbatas ( yang selanjutnya disebut
Perseroan ) adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan
berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya. (…………….)
Perseroan terbatas (PT) (bahasa Belanda: Naamloze Vennootschap) adalah
suatu badan hukum untuk menjalankan usaha yang memiliki modal terdiri dari
saham-saham, yang pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham yang
dimilikinya. Karena modalnya terdiri dari saham-saham yang dapat
diperjualbelikan, perubahan kepemilikan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu
membubarkan perusahaan.
Dalam menjalankan perusahaan berjenis Perseroan Terbatas, modal saham yang
dimiliki bisa dijual kepada pihak lain. Artinya, sangat memungkinkan terjadi
perubahan organisasi atau kepemilikan perusahaan tanpa harus membubarkan dan
mendirikan perusahaan kembali. Selain itu, oleh karena dibentuk berdasarkan
kesepakatan, maka bisa dipastikan bahwa PT didirikan oleh minimal 2 (dua)
orang. Pembuatan perjanjian ini harus diketahui oleh notaris dan dibuatkan
aktanya untuk mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM sebelum
resmi menjadi perusahaan berjenis PT. (…………………)
B. Modal dan Saham
1. Modal
Di Indonesia, berdasarkan UU PT modal Perseroan dapat dibagi menjadi 3
(tiga) macam, yakni:
a. Modal dasar

3
4

Modal dasar (maatschappelijk kapitaal atau authorized capital atau


nominal capital) yaitu jumlah modal yang disebutkan dalam Anggaran Dasar
(AD) PT.26 Pasal 32 ayat (1) UU PT menyebutkan, modal dasar minimal
Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah). Namun, kegiatan usaha tertentu
dapat menentukan jumlah minimum modal Persero yang lebih besar
daripada ketentuan modal dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
b. Modal yang Ditempatkan
Modal yang ditempatkan (subscribed capital/issued capital) adalah modal
yang yang telah disanggupi oleh para pendiri ataupun pemegang saham
untuk dibayarkan atau disetorkan ke dalam kas Persero. Modal yang
ditempatkan paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar
Persero, dimana modal ini harus ditempatkan dan disetor penuh.
c. Modal yang Disetor
Modal yang disetor (gestort kapitaal atau paid up capital) adalah modal
perseroan yang berupa sejumlah uang tunai atau bentuk lainnya yang
diserahkan pada pendiri kepada kas perseroan pada saat perseroan didirikan.
Hal ini merupakan proporsi nominal saham yang benar-benar dibayar
pemegang saham.
Penambahan modal perseroan dilakukan berdasarkan persetujuan RUPS
(Rapat umum Pemegang Saham). RUPS dapat menyerahkan kewenangan
kepada dewan Komisaris guna menyetujui pelaksanaan keputusan RUPS untuk
jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun. Penyerahan kewenangan tersebut
dapat sewaktu-waktu ditarik. Ada 2 (dua) metode penambahan modal pada
perusahaan yang berbadan hukum. Pertama, penambahan modal dengan
menggunakan metode go public dengan menerbitkan saham ke publik. Kedua,
perusahaan yang berbadan hukum dapat menggunakan metode menerbitkan
surat utang untuk penambahan modal perusahaan tersebut.
2. Saham
5

Perseroan hanya diperkenankan mengeluarkan saham atas nama pemiliknya


dan Perseroan tidak boleh mengeluarkan saham atas tunjuk. Saham memberi
hak kepada pemiliknya antara lain:
a. Hak untuk dicatat dalam daftar pemegang saham,
b. Hak untuk menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS,
c. Hak untuk menerima deviden yang dibagikan,
d. Hak untuk menerima sisa kekayaan hasil likuidasi
Anggaran Dasar Perseroan menetapkan 1 (satu) klasifikasi saham atau lebih.
Klasifikasi saham adalah pengelompokan saham berdasarkan karakteristik,
Setiap saham dalam klasifikasi yang sama memberikan kepada pemegangnya
hak yang sama. Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) klasifikasi saham,
anggaran dasar menetapkan salah satu di antaranya sebagai saham biasa. Yang
dimaksud dengan saham biasa adalah saham yang mempunyai hak suara untuk
mengambil keputusan dalam RUPS mengenai segala hal yang berkaitan dengan
pengurusan Perseroan, mempunyai hak untuk menerima dividen yang
dibagikan, dan menerima sisa kekayaan hasil likuidasi. Hak suara yang dimiliki
oleh pemegang saham biasa dapat dimiliki juga oleh pemegang saham
klasifikasi lain. Klasifikasi saham sebagaimana disebutkan di atas antara lain:
a. Saham dengan hak suara atau tanpa hak suara;
b. Saham dengan hak khusus untuk mencalonkan anggota Direksi dan/atau
anggota Dewan Komisaris;
c. Saham yang setelah jangka waktu tertentu ditarik kembali atau ditukar
dengan klasifikasi saham lain;
d. Saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima
dividen lebih dahulu dari pemegang saham klasifikasi lain atas
pembagian dividen secara kumulatif atau nonkumulatif
e. Saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima
lebih dahulu dari pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian sisa
kekayaan Perseroan dalam likuidasi.
6

C. Organ Perseroan Terbatas


Pada UUPT 2007 terdapat berbagai doktrin hukum yang mempengaruhi isinya
termasuk doktrin hukum dari negara Common Law System. Badan hukum sebagai
subyek hukum berhubungan dengan subyek hukum lainnya, maka apabila terjadi
dispute, tuntutan hukum dapat dialamatkan kepada badan hukum lainnya.
Sekalipun dalam bertindak badan hukum tersebut diwakili oleh direksinya, tetapi
hubungan hukum tersebut tetap merupakan hubungan hukum antara subyek
hukum. Namun demikian, direksi merupakan salah satu organ perseroan dari
badan hukum itu mempunyai hubungan dan tanggung jawab intern perseroan (Tri
Widiyono, 2005:29).
Hubungan hukum intern perseroan disini maksudnya adalah hubungan hukum
antara pemegang saham, RUPS, komisaris dan direksi. Secara intern, perseroan
terbatas sebagai badan hukum mempunyai hubungan hukum yang tercipta
berdasarkan hal-hal sebagai berikut:
1. Peraturan Perundang-Undangan Yang Berlaku
2. Anggaran Dasar Perseroan
3. Doktrin Hukum Yang Berlaku Umum Dan Universal
Perseroan Terbatas adalah suatu manusia semu (Artificial Person) tidak
mungkin dapat bertindak sendiri. Perseroan tidak memiliki kehendak untuk
menjalankan dirinya sendiri. Oleh karena itu diperlukan orangorang yang memiliki
kehendak yang akan menjalankan perseroan tersebut sesuai dengan maksud dan
tujuan pendirian perseroan. Orang-orang yang akan menjalankan, mengelola, dan
mengurus perseroan ini, dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas disebut
dengan istilah organ perseroan. Perseroan Terbatas memiliki 3 (tiga) organ sebagai
berikut:
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Berdasarkan Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007, RUPS
adalah organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan
kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam
7

undang-undang ini dan/atau anggaran dasar. Wewenang yang tidak diberikan


kepada direksi atau dewan Komisaris hak adalah:
a. Mengangkat dan memberhentikan anggota Direksi dan Komisaris
b. Menyetujui Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau pemisahan,
c. Menyetujui pengajuan permohonan agar Perseroan dinyatakan pailit,
d. Menyetujui Perpanjangan jangka waktu berdirinya Perseroan,
e. Mengubah anggaran dasar
f. Membubarkan Perseroan
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terdiri atas RUPS tahunan dan
RUPS lainnya atau yang dalam praktik biasanya disebut RUPS luar biesa
(RUPSLB). RUPS tahunan wajib diadakan dalam jangka waktu paling lambat 6
(enam) bulan setelah tahun buku berakhir. RUPS lainnya dapat diadakan setiap
waktu berdasarkan kebutuhan untuk kepentingan Perseroan. Penyelenggaraan
RUPS dapat dilakukan atas permintaan:
a. 1 (satu) orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili
1/10 (satu persepuluh) atau lebih dari jumlah seluruh saham dengan hak
suara, kecuali anggaran dasar menentukan suatu jumlah lebih kecil; atau
b. Dewan Komisaris.
Direksi wajib melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka waktu paling
lambat 15 (lima belas) hari terhitung sejak tanggal permintaan
penyelenggaraan RUPS diterima.
2. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan
pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta
memberi nasihat kepada Direksi. Keberadaan komisaris dalam suatu perseroan
menurut Kitab Undang-undang Hukum Dagang (selanjutnya disingkat dengan
KUHD) bukanlah suatu keharusan, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 44
ayat (1) KUHD. Sebaliknya keberadaan komisaris dalam UUPT 2007
dinyatakan dengan tegas sebagai salah satu organ perseroan yang bertugas
8

untuk melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus serta memberikan


nasihat kepada direksi dalam menjalankan perseroan. Dengan demikian
komisaris berfungsi sebagai pengawas dan penasehat direksi, sehingga
keberadaannya merupakan suatu keharusan.
Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan,
jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha
Perseroan, dan memberi nasihat kepada Direksi. Setiap anggota Dewan
Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian Perseroan
apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya.
3. Direksi
Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab
penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan
maksud dan tujuan Perseoran serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun
di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. keberadaan direksi
dalam perseroan terbatas ibarat nyawa bagi perseroan. Tidak mungkin suatu
perseroan tanpa adanya direksi. Sebaliknya tidak mungkin ada direksi tanpa
adanya perseroan.
Dalam Pasal 92 ayat(1) Undang-Undang PT ditegaskan bahwa Direksi
menjalankan pengurusan Perseoran untuk kepentingan dan sesuai dengan
maksud dan tujuan Perseroan. Direksi merupakan satu-satunya organ dalam
perseroan yang melaksanakan fungsi pengurusan perseroan. Pada prinsipnya
ada 2 (dua) fungsi utama dari direksi suatu perseroan, yaitu sebagai berikut:
a. Fungsi manajemen, dalam arti direksi melakukan tugas memimpin
perusahaan. Fungsi manajemen ini dalam hukum Jerman disebut dengan
Geschaftsfuhrungs-befugnis,
b. Fungsi representasi, dalam arti direksi mewakili perusahaan di dalam dan
di luar pengadilan. Prinsip mewakili perusahaan di luar pengadilan
menyebabkan perseroan sebagai badan hukum akan terikat dengan
transaksi atau kontrak-kontrak yang dibuat oleh direksi atas nama dan
9

untuk kepentingan perseroan. Fungsi representasi ini dalam hukum


Jerman disebut dengan Vertretungsmacht.
Direksi Perseroan terdiri atas 1 (satu) orang anggota Direksiatau lebih.
Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun dan/atau
mengelola dana masyarakat, Perseroan yang menerbitkan surat pengakuan
utang kepada masyarakat, atau Perseroan Terbuka wajib mempunyai paling
sedikit 2 (dua) orang anggota Direksi. Dalam hal Direksi terdiri atas 2 (dua)
anggota Direksi atau lebih, pembagian tugas dan wewenang pengurusan di
antara anggota Direksi ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS.
D. Tugas, wewenang, dan Tanggung Jawab Perseroan Terbatas
Organ PT terdiri dari Pemegang Saham (RUPS), Direksi dan komisaris,
ketiga organ ini memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-
beda. Maka dari itu akan dijelaskan tentang masing-masing tugas,wewenang
dan tanggung jawab dari setiap organ.
1. Pemegang Saham.
Tugas pokok dan wewenang dari pemegang saham yang paling umum
diantaranya ialah :
a. Merancang dan menentukan rencana bisnis
b. Menunjuk dan memberhentikan direksi perusahaan
c. Memeriksa laporan keuangan
Menurut Pasal 3 ayat (1) UU PT, pemegang saham Perseroan Terbatas
(“Perseroan”) tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang
dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian
Perseroan melebihi saham yang dimiliki. Ketentuan di dalam pasal ini
mempertegas ciri dari Perseroan bahwa pemegang saham hanya bertanggung
jawab sebesar setoran atas seluruh saham dan tidak meliputi harta kekayaan
pribadinya.( Jennyke Setiono,2011:87)
Namun, masih ada kemungkinan pemegang saham harus bertanggung jawab
hingga menyangkut kekayaan pribadinya  berdasarkan Pasal 3 ayat (2) UU PT 
10

yang menyatakan bahwa ketentuan di dalam Pasal 3 ayat (1) tidak berlaku
apabila:
a. Persyaratan Perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi;
b. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak
langsung dengan itikad buruk memanfaatkan Perseroan untuk
kepentingan pribadi;
c. Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan
hukum yang dilakukan oleh Perseroan
d. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak
langsung secara melawan hukum menggunakan kekayaan Perseroan,
yang mengakibatkan kekayaan Perseroan menjadi tidak cukup untuk
melunasi utang Perseroan.
2. Direksi.
Tugas pokok dan wewwnang dari Direktur terdapat dalam Pasal 97 Undang-
Undang Perseroan Terbatas. Diantaranya ialah :
a. Pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan
maksud dan tujuan perseroan
b. Wajib beritikad baik dan bertanggung jawab dalam melakukan
pengurusan dalam perseroan.
c. Wajib mewakili perseroan baik di luar maupun di dalam pengadilan
d. Wajib membuat dan memelihara daftar pemegang saham, risalah RUPS,
dan risalah rapat direksi, menyelenggarakan pembukuan perseroan,
melaporkan kepemilikan sahamnya.
Direksi adalah salah satu organ Perseroan Terbatas yang memiliki tugas
serta bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan
tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik dialam dan diluar pengadilan
sesauai dengan ketentuan anggaran dasar. Tanggung jawab Direksi dalam hal
terjadi kepailitan adalah sama dengan tanggung jawab Direksi yang
perusahaannya tidak mengalami kepailitan. Prinsipnya Direksi tidak
11

bertanggung jawab secara pribadi terhadap perbuatan yang dilakukannya untuk


dan atas nama perusahaan berdasarkankewenangan yang dimilikinya. (Frans
Satrio Wicaksono, 2009:119).
Hal ini karena perbuatan direksi dipandang sebagai perbuatan perseroan
terbatas yang merupakan subyek hukum mandiri sehingga perseroanlah yang
bertanggung jawab terhadap perbuatan perseroan namun dalam beberapa hal
Direksi dapat pula dimintai pertanggung jawabannya secara pribadi dalam
kepailitan Perseroan Terbatas ini.Pasal 104 ayat (2) UUPT menyebutkan
Dalam hal kepailitan sebagaimana terjadi karena kelalaian atau kesalahan
Direksi dan harta pailit tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban
perseroan dalam kepailitan tersebut setiap anggota Direksi secara tanggung
renteng bertanggung jawab atas seluruh kewajiban yang terlunasi dari harta
pailit tersebut. Dengan ketentuan pertanggungjawaban pidana terhadap Direksi
seperti yang diatur dalam Pasal 398 dan 399 KUHP.
3. Komisaris.
Tugas pokok dan wewenang dari Komisaris terdapat dalam Pasal 114
Undang-Undang Perseroan Terbatas. Diantaranya ialah:
a. Melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan
b. Membuat dan menyimpan risalah rapat dewan komisaris
c. Memberikan laporan tentang tugas pengawasan kepada RUPS.
Apabila Komisaris lalai dalam menjalankan kewajibannya yakni tidak
dengan itikad baik dan bertanggungjawab menjalankan tugas untuk kepentingan
perusahaan, maka Komisaris harus bertanggung jawab secara hukum. Setiap
anggota Dewan Komisaris secara tanggung renteng ikut bertanggung jawab
dengan anggota Direksi atas kewajiban yang belum dilunasi. Selain ancaman
ganti rugi, seperti halnya direksi Dewan Komisaris juga dapat terkena ancaman
pidana seperti yang terdapat dalam pasal 398 dan 399 KUHP.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perseroan Terbatas (PT) adalah suatu badan hukum untuk menjalankan
usaha yang memiliki modal terdiri dari saham-saham, yang pemiliknya
memiliki bagian sebanyak saham yang dimilikinya.
Pada Perseroan Terbatas terdapat Modal dan Saham. Modal dibagi menjadi
3(tiga) macam yakni Modal dasar, Modal yang Ditempatkan, dan Modal yang
Disetor. Sedangkan pada Perseroan hanya diperkenankan mengeluarkan saham
atas nama pemiliknya dan Perseroan tidak boleh mengeluarkan saham atas
tunjuk. Klasifikasi saham adalah pengelompokan saham berdasarkan
karakteristik, Setiap saham dalam klasifikasi yang sama memberikan kepada
pemegangnya hak yang sama.
Orang-orang yang akan menjalankan, mengelola, dan mengurus perseroan
ini, dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas disebut dengan istilah organ
perseroan. Perseroan Terbatas memiliki 3 (tiga) organ yakni Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS), dewan Komisaris dan Direksi. Ketiga Organ Ini
memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda.

B. Saran
Dengan adanya sebuah Perseroan terbatas (PT) meningkatkan Kelangsungan
hidup perusahaan menjadi lebih terjamin dibandingkan dengan perusahaan
persekutuan. Seperti halnya menjalankan bisnis yang lebih mengendapankan
jangka panjang mulai dari modal, sumber daya manusia, hingga menentukan
badan usaha. Namun dari badan hukum PT itu sendiri memiliki kekurangan
yang seperti halnya Jumlah pajak yang dibayar cukup besar, Modal perusahaan
seperti biaya pendirian dan biaya organisasi lebih besar dari pada persekutuan,
Banyak peraturan pemerintah yang mengikat serta harus terpaku pada regulasi

12
13

pemerintahan yang berkuasa dan Kelangsungan hidup perusahaan tergantung


pada pemilik saham dan pengurus perusahaan.
14

DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Pangestu, M.T dan Aulia, N. (2017). “Hukum Perseroan Terbatas dan
Perkembangannya di Indonesia”. Business Law Review Vol 1, No.3.
Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia.

Hirman., Purwati, Y., dan Nugroho, S. S., (2017). Hukum Perseroan Terbatas
(Prinsip Good Corporate Governance dan Doktrin Piercing The Corporate
Veil). Solo: Pustaka Iltizam.

Silondae., A.A dan Fariana.A., (2013). Aspek Hukum dalam Ekonomi dan Bisnis
(Edisi Pertama). Jakarta: penerbit Mitra Wacana Media.

Wicaksana, Satria F., (2009), Tanggung jawab Pemegang Saham, Direksi, &
Komisaris Perseroan Terbatas (PT). Jakarta.

Widiyono, Try., (2005), Direksi Perseroan Terbatas (Bank dan Perseroan)


Keberadaan, Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab, Berdasarkan Doktrin
Hukum dan UUPT. Jakarta: Ghalia Indonesia.

B. Perundang-Undangan
Indonesia, Undang-Undang Tentang Perseroan Terbatas, UU Nomor 40 Tahun 2007

Anda mungkin juga menyukai