Anda di halaman 1dari 103

STUDI PEMANFAATAN LIMBAH RECLAIMED ASPHALT

PAVEMENT (RAP) DENGAN PENAMBAHAN PASIR


SEBAGAI BAHAN SUBBASE JALAN

LAPORAN TUGAS AKHIR


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan diploma tiga (D-3) Program Studi Teknik Konstruksi Sipil
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang

VIRGINA IFAH MANGAMBE (312 17 007)


ASWARYONO (312 17 013)

PROGRAM STUDI D-3 TEKNIK KOSTRUKSI SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,

karena berkat dan rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan tugas akhir ini dapat

terselesaikan.

Laporan ini penulis susun berdasarkan hasil penilitian di Laboratorium

Pengujian Tanah Politeknik Negeri Ujung Pandang, dengan judul tugas akhir

“Studi Pemanfaatan Limbah Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) dengan

Penabahan Pasir Sebagai Bahan Subbase Jalan” ,dan juga dalam penyusunan

laporan ini, penulis mendapat bimbingan, bantuan, maupun dukungan dari

berbagai pihak. Oleh karenanya melalui kesempatan ini penulis mengucapkan

banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Ir. Muhammad Anshar. M.Si., Ph.D selaku Direktur Politeknik

Negeri Ujung Pandang.

2. Bapak Dr. Andi Muh. Subhan, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil

Politeknik Negeri Ujung Pandang.

3. Bapak Jhon Asik, S.ST., M.T. selaku Ketua Program Studi D3 Teknik

Konstruksi Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang.

4. Ibu Dr. Ir. Hasriana, S.T., M.T. selaku Pembimbing I penulis dalam

menyelesaikan laporan ini.

5. Bapak Ismail Mustari, S.T., M.T sebagai Pembimbing II penulis dalam

menyelesaikan laporan ini.

6. Bapak Ibu penguji, yakni Nursamiah, S.T., M.T., John Asik, S.ST., M.T., Andi

Batari Angka, S.T.,M.T., dan Paulus Ala, S.T.,M.T.

iv
7. Kedua Orang tua penulis yang selalu mendoakan, memberi kasih sayang,

pengertian dan perhatian serta dorongan, baik berupa moril maupun materi.

8. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh Staf dan Karyawan Politeknik Negeri Ujung

pandang.

9. Rekan-rekan Himpunan Mahasiswa Sipil (HMS PNUP) yang telah memberikan

bantuan kepada penulis berupa semangat, tenaga dan motivasi.

10. Seluruh saudara/saudari seperjuangan kami angkatan 2017 dan teman-teman

kami di kelas 3A D3 TKJJ 2017 (ICCANG CLUB).

Akhir kata semoga tugas laporan akhir ini bermanfaat bagi kita semua

khususnya dalam dunia pendidikan Teknik Sipil.

Makassar, 17 Agustus 2020

Penulis

v
DAFTAR ISI

Hal.
HALAMAN SAMPUL ....................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................. ii

HALAMAN PENERIMAAN ............................................................. iii

KATA PENGANTAR ........................................................................ iv

DAFTAR ISI ...................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .............................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... x

RINGKASAN ..................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 3
1.3 Ruang Lingkup Kegiatan ................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 5

2.1 Perkerasan Lentur .............................................................. 5


2.2 Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) .................................. 7
2.3 Pasir .................................................................................. 10
2.4 Lapis Pondasi Bawah (Subbase Course) ............................ 13
2.5 California Bearing ratio (CBR) ......................................... 15
2.6 Tinjauan Penelitian Terdahulu ........................................... 19

BAB III METODE PELAKSANAAN ................................................ 21

vi
3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan .............................................. 21
3.2 Teknik Sampling ............................................................... 21
3.3 Alat dan Bahan .................................................................. 22
3.4 Teknik Analisis Data ......................................................... 23
3.4.1 Pengujian Pemadatan Modified ............................ 25
3.4.2 Pengujian CBR Laboratorium .............................. 26
3.5 Standar Pengujian .............................................................. 28

BAB IV HASIL DAN DESKRIPSI KEGIATAN ............................... 29

4.1 Hasil .................................................................................. 29


4.1.1 Pengujian Propertis .............................................. 29
4.1.2 Pengujian Mekanik .............................................. 32
4.2 Deskripsi Kegiatan ............................................................. 35
4.2.1 Pengujian Propertis .............................................. 35
4.2.2 Pengujian Mekanik .............................................. 36

BAB V PENUTUP ............................................................................. 38

5.1 Kesimpulan ........................................................................ 38


5.2 Saran ................................................................................. 39

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 40

LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 2.1 Modulus Kehalusan Pasir .................................................... 12

Tabel 2.2 Gradasi Lapis Pondasi Agregat ............................................ 14

Tabel 2.3 ketentuan Sifat Lapis Pondasi Agregat ................................. 15

Tabel 2.4 Beban Untuk Melakukan Penetrasi Batu Pecah Standar ....... 16

Tabel 2.5 Persamaan dan perbedaan rencana penelitian dengan


penelitian terdahulu ............................................................ 20
Tabel 3.1 Tabel standar yang digunakan dalam pengujian ................... 28

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Propertis Reclaimed Asphalt Pavement ...... 29

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Propertis Agregat Halus ............................ 31

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Pemadatan Modified.................................... 32

Tabel 4.4 Hasil Pengujian CBR Laboratorium .................................... 34

viii
DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 2.1 Komponen struktur perkerasan lentur ............................... 6

Gambar 2.2 Material Reclaimed Asphalt Pavement ............................. 8

Gambar 2.3 Alat Cold Milling Machine (CMM) ................................. 8

Gambar 3.1 Lokasi pengambilan material ........................................... 21

Gambar 3.2 Flow chart pengujian ....................................................... 23

Gambar 4.1 Grafik Hasil Pengujian Pemadatan Modified .................... 33

Gambar 4.2 Grafik Hasil Pengujian CBR Laboratorium ...................... 34

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Data Hasil Pengujian Laboratorium

Lampiran II Dokumentasi Kegiatan

Lampiran III Dokumen Administrasi

x
STUDI PEMANFAATAN LIMBAH RECLAIMED ASPHALT
PAVEMENT (RAP) DENGAN PENABAHAN PASIR SEBAGAI
BAHAN SUBBASE JALAN

RINGKASAN

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian area
darat, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan
bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah,
dibawah permukaan tanah dan/ atau air, serta dipermukaan air. Tidak semua jalan
yang dibangun merupakan jalan baru, adapula jalan lama yang diperbaiki
kerusakannya. Perbaikan ini meliputi pembongkaran perkerasan lama dan
pelapisan ulang (overlay). Dalam penelitian ini penulis memberikan pemecahan
alternative pemanfaatan limbah Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) dengan
bahan tambah Pasir sebagai bahan subbase jalan. Penelitian ini dilakukan dengan
empat variasi yaitu 0% , 5%, 10%, dan 15%.
Hasil dari pengujian tanah yang dilakukan di laboratorium pada pengujian
pemadatan masing masing variasi diperoleh kadar air (Wopt) yaitu 4.80%, 4.30%,
4.27%, 4.20%. dan kepadatan kering optimum (ɣdmaks) yaitu 1.824 gr/cm3, 1.980
gr/cm3, 1.988 gr/cm3 dan 2.060 gr/cm3. Sedangkan hasil pengujian CBR, nilai
CBR tertinggi dicapai pada variasi 15% penambahan pasir terhadap material
Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) dengan nilai CBR penetrasi 01” sebesar 40%
dan penetrasi 02” sebesar 50%. Dari hasil pengujian nilai CBR tertiggi dicapai
pada sampel variasi 15% rendaman dengan nilai penetrasi 0.1” dan 0,2” masing
masing 40% dan 50% yang mana belum memenuhi standar minimum dalam
spesifikasi nilai minimal CBR subbase jalan sebesar 60% sesuai Spesifikasi
Umum 2018.

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian area

darat, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang

diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, diatas

permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan/ atau air, serta dipermukaan

air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (Peraturan Pemerintah

Nomor 34 Tahun 2006). Konstruksi jalan terdiri atas tanah dasar (subgrade),

lapis pondasi bawah (subbase) lapis pondasi atas (base), dan lapis permukaan

(surface). Komponen komponen perkerasan tersebut haruslah memenuhi

persyaratan yang ditentukan dan disesuaikan dengan tingkat pelayanan

terhadap beban lalulintas, maka daya dukung dan kualitas dari material

perkerasan merupakan hal yang sangat penting dalam perencanaan suatu

konstruksi jalan raya.

Tidak semua jalan yang dibangun merupakan jalan baru, adapula jalan

lama yang diperbaiki kerusakannya. Jalan raya yang umumnya sering

diperbaiki yaitu jalan dengan tipe perkerasan lentur. Perbaikan ini meliputi

pembongkaran perkerasan lama dan pelapisan ulang (overlay). Pembongkaran

ini merupakan upaya untuk memperbaiki susunan lapis perkerasan, baik

lapisan base, subbabse, maupun tanah dasar sebelum dilapisi ulang oleh aspal

1
baru. Hal ini guna memastikan lapisan dibawahnya betul betul kokoh dan

memiliki daya dukung cukup untuk menopang beban lalu lintas diatasnya.

Akan tetapi pembongkaran lapis perkerasan yang rusak hanya menjadi

limbah yang ditumpuk dan dibuang, kadangkala diambil oleh warga sekitar

untuk menimbun halaman. Maka akan lebih baik jika hasil bongkaran

perkerasan jalan yang disebut reclaimed asphalt pavement (RAP) tersebut

didaur ulang untuk dijadikan bahan perkerasan jalan sehingga bisa menghemat

agregat yang saat ini harganya semakin mahal. Akan tetapi perlu diteliti sejauh

mana bahan hasil bongkaran perkerasan jalan tersebut bisa di gunakan sebagai

bahan lapis perkerasan jalan baik itu sebagai lapis pondasi bawah, lapis

pondasi atas maupun lapis permukaan.

Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

karakteristik limbah material reclaimed asphalt pavement (RAP) tersebut

beserta nilai CBR-nya dalam kondisi asli maupun dengan penambahan pasir

apabila digunakan sebagai bahan subbase jalan yang kemudian dirumuskan

menjadi sebuah judul tugas akhir yaitu :

“Studi Pemanfaatan Limbah Reclaimed Asphalt pavement (RAP)

Dengan Penambahan Pasir Sebagai Bahan Subbase Jalan”.

2
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik material Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) dan

Pasir yang akan dijadikan bahan subbase?

2. Bagaimana kelayakan limbah Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) dengan

penambahan pasir untuk digunakan sebagai bahan subbase jalan?

1.3 Ruang Lingkup Kegiatan

1. Material yang digunakan adalah limbah yang berasal dari pembongkaran

perkerasan beraspal pada proyek Preservasi dan Pelebaran Jalan Batas

Provinsi Sulbar-Batas Kota Pinrang I, Kabupaten Pinrang, Sulawesi

Selatan. Pasir yang digunakan adalah pasir asal Kabupaten Pinrang.

2 Pengujian dilakukan di laboratorium bahan Politeknik Negeri Ujung

Pandang.

3 Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian fisik (pengujian kadar air,

berat isi, berat jenis, indeks plastisitas, batas cair, keausan agregat, analisa

saringan) dan pengujian mekanis (kepadatan dan CBR Laboratorium).

4 Nilai CBR lapis pondasi jalan yang ditinjau ialah nilai CBR lapis pondasi

bawah (subbase).

3
1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai, yaitu sebagai berikut:

1. Menganalisis karakteristik material Reclaimed Asphalt Pavement (RAP)

dan agregat halus yang akan digunakan sebagai bahan subbase jalan.

2. Mendapatkan hasil pengujian pengolahan limbah Reclaimed Asphalt

Pavement (RAP) dengan penambahan pasir untuk dapat digunakan sebagai

bahan subbase jalan.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai referensi dalam pemanfaatan limbah perkerasan beraspal.

2. Diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam pemanfaatan limbah

perkerasan beraspal untuk subbase jalan.

3. Menambah pengetahuan mengenai pengujian tanah.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkerasan Lentur

Perkerasan lentur atau perkerasan aspal adalah perkerasan yang

menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Pada umumnya baik digunakan

untuk jalan yang melayani beban lalu lintas ringan sampai sedang, seperti jalan

perkotaan, jalan dengan sistem utilitas terletak dibawah perkerasan jalan,

perkerasan bahu jalan, atau perkerasan dengan konstruksi bertahap. Perkerasan

lentur memiliki beberapa karateristik sebagai berikut ini :

a. Memakai bahan pengikat aspal,

b. Sifat dari perkerasan ini adalah memikul beban lalu lintas dan

menyebarkannya ke tanah dasar,

c. Pengaruhnya terhadap repitisi beban adalah timbulnya rutting (Lendutan

pada jalur roda),

d. Pengaruhnya terhadap penurunan tanah dasar yaitu, jalan bergelombang

(mengikuti tanah dasar).

Keuntungan menggunakan perkerasan lentur antara lain :

a. Dapat digunakan pada daerah dengan perbedaan penurunan (differential

settlement) terbatas;

b. Mudah diperbaiki;

c. Tambahan lapisan perkerasan dapat dilakukan kapan saja ;

d. Memiliki tahanan geser yang baik;

5
e. Warna perkerasan memberi kesan tidak silau bagi pemakai jalan;

f. Dapat dilaksanakan bertahap, terutama pada kondisi biaya pembangunan

terbatas atau kurangnya data untuk perencanaan.

Kerugian menggunakan perkerasan lentur antara lain :

a. Tebal total struktur perkerasan lebih tebal dibandingkan perkerasan kaku;

b. Kelenturan dan sifat kohesi berkurang selama masa pelayanan;

c. Tidak baik digunakan jika sering tergenangf air;

d. Menggunakan agregat lebih banyak.

Struktur perkerasan lentur terdiri dari beberapa lapis yang mana semakin ke

bawah memiliki daya dukung tanah yang jelek. Gambar 2.1 menunjukkan lapis

perkerasan lentur , yaitu :

a. Lapis permukaan (surface course)

b. Lapis pondasi (base course)

c. Lapis pondasi bawah (subbase course)

d. Lapis tanah dasar (subgrade)

Gambar 2.1 Komponen struktur perkerasan lentur

6
2.2 Reclaimed Asphalt Pavement (RAP)

Reclaimed Asphalt Pavement atau sering dikenal sebagai RAP adalah

bahan limbah bongkaran perkerasan jalan fleksibel yang telah habis umur

rencananya serta mengalami kerusakan. Proses pembongkaran menggunakan

alat berat yang disebut CMM (Cold Milling Machines). Hasil pengupasan aspal

lama itulah yang disebut RAP (Reclaimed Asphalt Pavement) dimana material

ini berpotensi sebagai pengganti aspal dan agregat baru dalam perkeraasan

jalan dan bahu jalan sehingga dapat menghemat sumber daya alam akibat

penambangan material perkerasan jalan. Namun untuk dapat digunakan

sebagai bahan perkerasan baru, RAP memiliki kendala dalam hal kualitas.

Agar kualitas dari campuran RAP ini menjadi lebih baik adalah dengan

memperbaiki propertis dari RAP tersebut. Perbaikan propertis dari RAP ini

bisa dengan penambahan filler, agregat baru, aspal baru atau dengan

penambahan bahan tambah lainnya (Sofyan Ramadhan, 2019). Material ini

terdiri atas degraded aggregate dan aged bitumen yang masih mempunyai

potensi untuk diolah kembali menjadi bahan perkerasan jalan dengan

properties yang lebih berkualitas.

7
Gambar 2.2 Material Reclaimed Asphalt Pavement

Gambar 2.3 Alat Cold Milling Machine (CMM)

Sejarah perkembangan penggunaan bahan limbah RAP sangat erat

hubungannya dengan isu lingkungan yang berkembang. Dorongan isu

lingkungan dalam kontek ini adalah teknologi penggunaan bahan limbah

berupa material RAP untuk bahan perkerasan baru dengan cara daur ulang. Isu

teknologi ini direspon sangat positif dan berkembang sangat pesat di berbagai

negara. Di Amerika Serikat penggunaan material bongkaran perkerasan aspal

(reclaimed asphalt pavement) pada campuran aspal panas telah dilakukan

8
secara besar-besaran. Penggunaan material RAP mencapai 50 % dari campuran

aspal panas (Philips, T., 2004).

Material RAP terdiri atas butiran halus, sedang dan kasar. Butiran kasar

terkadang merupakan gabungan beberapa butiran sedang dan halus. Ukuran

maksimal butiran RAP ditemukan sekitar 19-25 mm, pada percobaan yang

dilakukan oleh Sri Sunarjo pada tahun 2012. Sedangkan berdasarkan percobaan

uji ekstraksi kandungan material RAP didapat rata-rata kadar aspal sebesar

6,7% atau kandungan agregatnya sebesar 3,3% . Komponen agregat dalam

RAP diketahui ukuran maksimumnya adala sekitar 9,5 mm.

Menurut Hendra Setiawan (2013), Lapis perkerasan dengan menggunakan

material daur ulang (recycling) memiliki kelebihan, antara lain :

 Apabila digunakan secara tepat, recycling dapat menghemat biaya yang

berarti dibanding dengan penggunaan material baru.

 Membantu melakukan konservasi bahan alam dengan berkurangnya

kebutuhan material baru.

 Material daur ulag (recycling) mempunyai kualitas paling tidak sama

dengan material baru.

 Dengan recycling maka dapat menjaga geometri perkerasan, karena

tidak bertambahnya tebal perkerasan.

Beberapa sifat material RAP dapat digunakan kembali untuk dijadikan

material campuran untuk perkerasan baru yaitu agregat masih memiliki daya

tahan yang cukup baik untuk mempertahankan gradasi (jumlah, ukuran,

bentuk, dan komposisi butiran) dan sifat geologi aspal (penetrasi atau

9
viskositas) mengalami penurunan, hal ini dapat ditingkatkan dengan bahan

peremaja.

2.3 Pasir

Pasir merupakan material lepas – lepas sehingga diantara material tersebut

tidak memiliki daya ikat satu dengan lainnya, serta memiliki ukuran pasir 0,06

mm – 4,75 mm (Pettijohn et al, 1987). Apabila pasir tersebut terkompaksi,

maka pasir akan berubah menjadi batu pasir. Pada kegiatan penelitian ini, pasir

yang akan digunakan sebagai bahan tambahan stabilisasi pada sampel

direncanakan menggunakan pasir bangunan.

Menurut Pettijohn et al (1987), pasir dapat digolongkan menjadi tiga

kategori utama: (1) pasir terigen (terrigeneous sand); (2) pasir karbonat

(carbonate sand); dan (3) pasir piroklastik (pyroclastic sand).

Pasir terigen merupakan pasir yang terbentuk dari hasil pelapukan dan

penghancuran batuan. Kemudian pasir tersebut diangkut oleh aliran fluida (air

atau udara).

Sebagian besar pasir karbonat merupakan endapan sedimen laut dan

terutama disusun oleh rangka binatang, zeolit, serta intraklas yang terbentuk

pada tempat yang relatif berdekatan dengan lokasi pengendapannya.

Pasir piroklastik adalah pasir yang terbentuk akibat letusan gunungapi.

Pasir piroklastik dapat diendapkan dalam lingkungan yang beragam, baik

lingkungan terestris maupun lingkungan akuatis. Istilah vulkaniklastik

10
(volcaniclastic) juga diterapkan pada sebagian pasir, yakni pasir yang kaya

akan material vulkanik. Pasir vulkaniklastik dapat berupa pasir piroklastik

maupun pasir terigen (jika berasal dari volcanic terrane).

Batupasir membentuk sekitar 1/4 volume batuan sedimen, belum termasuk

pasir karbonat (carbonate sand) dan pasir vulkanik (volcanic sand).

Pemerintah membuat regulasi tentang standar pasir yang layak sebagai

bahan konstruksi menurut SNI 03-6821-2002 yakni:

1) Agregat halus harus terdiri dari butiran yang tajam dan keras dengan indeks

kekerasan <2,2.

2) Butir butir halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh

pengaruh cuaca. Sifat kekal agregat halus dapat diuji dengan larutan jenuh

garam. Jika dipakai natrium sulfat maksimum bagian yang hancur adalah

10% terhadap berat.

3) Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (terhadap berat kering) dan

apabila pasir mengandung lumpur lebih 5% maka pasir harus dicuci.

4) Pasir tidak boleh mengandung bahan bahan organik terlalu banyak.

5) Susunan besar butir pasir mempunyai modulus kehalusan antara 1,5 sampai

3,8 dan terdiri dari butir butir yang beraneka ragam.

11
Tabel 2.1 Modulus Kehalusan Pasir
Jenis Pasir Modulus Kehalusan (MHB)

Pasir Halus 2,20 – 2,60

Pasir Sedang 2,60 – 2,90

Pasir kasar 2,90 – 3,20

Sumber: Tjokrodimulyo, 1992

Agregat halus merupakan pasir alam sebagai disintgrasi alami dari batuan

atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran

terbesar 4,8 mm. Pasir alam dapat digolongkan menjadi 3 macam

(Tjokrodimulyo, 1992), yaitu:

1) Pasir galian

Pasir ini diperoleh langsung dari permukaan tanah atau dengan cara

menggali. Bentuk pasir ini biasanya tajam, bersudut, berpori dan bebas

dari kandungan garam walaupun biasanya harus dibersihkan dari kotoran

tanah dengan jalan dicuci terlebih dahulu.

2) Pasir Sungai

Pasir ini diperoleh langsung dari dasar sungai, yang pada umumnya

berbutir halus , bulat bulat akibat proses gesekan. Daya lekat antara butiran

agak kurang karena bentuk buiran yang bulat.

3) Pasir Laut

Pasir laut adalah pasir yang diambil dari pantai. Butir butirnya halus

dan bulat kerana gesekan. Pasir ini merupakan pasir yang jelek karena

mengandung banyak garam. Garam ini menyerap kandungan air dari udara

12
dan mengakibattkan pasir selalu agak basah serta menyebabkan

pengembangan volume bila dipakai pada bangunan.

2.4 Lapis Pondasi Bawah (Subbase Course)

Lapis perkerasan yang terletak diantara lapis pondasi dan tanah dasar

dinamakan lapis pondasi bawah (subbase). Lapis pondasi bawah berfungsi

sebagai :

a. Bagian dari struktur perkerasan untuk mendukung dan menyebarkan

beban kendaraan ke lapis tanah dasar. Lapis ini harus cukup stabil dan

mempunyai CBR sama atau lebih besar dari 20%, serta Indeks Plastis

sama atau lebih kecil dari 10%.

b. Efesiensi penggunaan material yang relatif murah, agar lapis diatasnya

dapat dikurangi tebalnnya.

c. Lapis peresap, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.

d. Lapis pertama, agar pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan lancar

sehubungan dengan kondisi lapangan yang memaksa harus menutup

tanah dasar dari pengaruh cuaca, atau lemahnya daya dukung tanah dasar

menahan roda alat berat.

e. Lapis filter untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik

ke lapisan pondasi. Untuk itu lapis pondasi bawah haruslah memenuhi

syarat :

13
Dengan :

D15 = diameter butir pada persen lolos 15%

D85 = diameter butir pada persen lolos 85%

Jenis lapis pondasi bawah yang umum digunakan di Indonesia adalah lapis

pondasi agregat kelas B dengan gradasi pada table 2.2 dan ketentuan sifat

campuran seperti pada table 2.3. Lapis pondasi agregat kelas B ini dapat pula

digunakan sebagai lapis pondasi tanpa penutup aspal.

Tabel 2.2 Gradasi Lapis Pondasi Agregat


Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos
Lapis Pondasi Agregat Lapis
ASTM (mm) Kelas A Kelas B Kelas S Drainase
2" 50 100
1 1/2" 37,5 100 88 - 95 100 100
1" 25,0 79 - 85 70 - 85 77 - 89 71 - 87
3/4" 19,0 58 - 74
1/2" 12,5 44 - 60
3/8" 9,50 44 - 58 30 - 65 41 - 66 34 - 50
No.4 4,75 29 - 44 25 - 55 26 - 54 19 - 31
No.8 2,36 8 - 16.
No.10 2,0 17 - 30 15 - 40 15- 42
No.16 1,18 0 - 4.
No.40 0,425 7 - 17. 8 - 20. 7 - 26.
No.200 0,075 2 - 8. 2 - 8. 4 - 16.
Sumber: Spesifikasi Umum 2018

14
Tabel 2.3 ketentuan Sifat Lapis Pondasi Agregat
Sifat Sifat Lapis PondasiAgregat Lapis
Kelas A Kelas B Kelas S Drainase
Abrasi dari Agregat Kasar (SNI
0 - 40% 0 - 40% 0 - 40% 0 - 40%
2417:2008)
Butiran Pecah, tertahan ayakan No.4
(SNI 7619:2012) 95/901) 55/502) 55/502) 80/753)

Batas Cair (SNI 1967:2008) 0 – 25 0 - 35 0 - 35


Indeks Plastisitas (SNI 1966:2008) 0 - 6. 4 - 10. 4 - 15.
Hasil kali Indeks Plastisitas dng. %
lolos ayakan No.200 maks 25

Gumpalan lempung dan butiran


butiran mudah pecah (SNI 4141:2015) 0 - 5% 0 - 5% 0 - 5% 0 - 5%

CBR Rendaman (SNI 1744:2012) min 90% min 60% min 50%
Perbandingan persen lolos ayakan
No.200 dengan No.40 maks 2/3 maks 2/3

Kofisien keseragaman : Cv = D60/D10 > 3,5


Sumber: Spesifikasi Umum 2018

2.5 California Bearing Ratio( CBR)

CBR dinyatakan dalam persen, adalah perbandingan antara beban yang

dibutuhkan untuk penetrasi sedalam 0,1 inci atau 0,2 inci antara contoh tanah

dengan batu pecah standar. Nilai CBR adalah nilai empiris dari mutu tanah

dasar dibandingkan dengan mutu batu pecah standar yang memiliki nilai CBR

100%. Pengujian CBR laboratorium mengikuti SNI 03-1744, atau ASTM D

1883. Alat pengujian terdiri dari piston dengan luas 3 inchi2 yang digerakkan

dengan kecepatan 0,05 inc/menit,vertikal ke bawah. Proving ring digunakan

untuk mengukur beban yang dibutuhkan pada penetrasi tertentu, sedangkan

untuk mengukur beban yang dibutuhkan pada penetrasi tertentu, sedangkan

arloji pengukur untuk mengukur dalamnya penetrasi.

15
Tabel 2.4 Beban Untuk Melakukan Penetrasi Batu Pecah Standar
Penetrasi Beban Standar Beban Standar
(inch) (pon) (pon/inch2)
0,1 3000 1000
0,2 4500 1500
0,3 5700 1900
0,4 6900 2300
0,5 7800 6000
Sumber: AASHTO T 193

Berdasarkan kondisi benda uji, CBR dibedakan atas :

1. CBR Rencana

Disebut juga CBR laboratorium atau design CBR, adalah pengujian

CBR dimana benda uji disiapkan dan diuji mengikuti SNI 03-1744 atau

ASTM D 1883 di laboratorium. CBR rencana digunakan untuk menyatakan

daya dukung tanah dasar, dimana pada saat perencanaan lokasi tanah dasar

belum disiapkan sebagai lapis tanah dasar struktur perkerasan. Perencanaan

tebal perkerasan jalan baru pada umunya menggunakan jenis CBR ini

sebagai petunjuk daya dukung tanah dasar. Jenis CBR ini digunakan untuk

menentukan daya dukung tanah dasar pada kondisi tanah dasar akan

dipadatkan lagi sebelum struktur perkerasan dilaksanakan.

2. CBR Lapangan

CBR lapangan juga dikenal dengan nama CBR inplace atau field CBR,

adalah pengujian CBR yang dilaksanakan langsung di lapangan, di lokasi

tanah dasar rencana. Prosedur pengujian mengikuti SNI 03 -1738 atau

16
ASTM D 4492. CBR lapangan digunakan untuk menyatakan daya dukung

tanah dasar dimana tanah dasar direncanakan tidak lagi mengalami proses

pemadatan atau peningkatan daya dukung tanah sebelum lapis pondasi

dihampar dan pada saat pengujian tanah dasar dalam kondisi jenuh. Dengan

kata lain perencanaan tebal perkerasan dilakukan berdasarkan kondisi daya

dukung tanah pada saat pengujian CBR lapangan itu.

Pengujian dilakukan dengan meletakkan piston pada elevasi dimana

nilai CBR hendak diukur, lalu dipenetrasikan dengan menggunakan beban

yang dilimpahkan melalui gandar truk maupun alat lainnya dengan

kecepatan 0,05 inci/menit. CBR ditentukan sebagai hasil perbandingan

antara beban yang dibutuhkan untuk penetrasi 0,1 atau 0,2 inci benda uji

dengan beban standar.

3. CBR Lapangan Rendaman

CBR rendaman disebut juga undisturbed soaked CBR, adalah

pengujian CBR laboratorium tetapi benda uji diambil dalam keadaan

“undisturbed” dari lokasi tanah dasar dilapangan. CBR lapangan

rendaman diperlukan jika dibutuhkan nilai CBR pada kondisi kepadatan

dilapangan, tetapi dalam keadaan jenuh air, dan tanah mengalami

pengembangan (swell) yang maksimum, sedangkan pengujian dilakukan

pada saat kondisi tidak jenuh air, seperti pada musim kemarau.

Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan asal tanah untuk

benda uji membuat benda uji dan pengujian CBR antar lain :

17
1. Jenis lapisan tanah dasar, apakah tanah berbutir halus dengan plastisitas

rendah, tanah berplastisitas tinggi, atau tanah berbutir kasar. Hal ini sangat

berkaitan dengan kemampuan tanah dasar menahan air dan efeknya

terhadap pengembangan.

2. Elevasi rencana dari lapis tanah dasar, apakah elevasi tanah galian,

tanah urug, atau sesuai dengan muka tanah asli. Benda uji harus disiapkan

dari tanah yang direncanakan sebagai lapis tanah dasar (subgrade). Oleh

karena itu contoh tanah harus berasal dari :

 Permukaan tanah jika elevasi lapis tanah dasar sama dengan elevasi

muka tanah.

 Material yang nantinya akan digunakan sebagai tanah dasar rencana

terletak di atas tanah urugan.

 Berasal dari lubang bor atau sumur uji (test pit) pada elevasi yang

direncanakan sebagai lapis tanah dasar. Hal ini ditemui jika elevasi

lapis tanah dasar direncanakan terletak pada tanah galian. Contoh

tanah diambil dari lubang bor jika elevasi lapis tanah dasar rencana

terletak jauh dari muka tanah saat ini, sedangkan sumur uji

digunakan jika elevasi lapis tanah dasar rencana tidak terlalu dalam

dan memungkinkan untuk membuat sumur uji. Penentuan nilai CBR

rencana untuk contoh tanah yang berasal dari lubang bor hanya

mungkin dilakukan dengan menggunakan kolerasi dengan klasifikasi

tanah, sedangkan untuk contoh tanah dari sumur uji dilakukan

pengujian mengikut SNI 03-1744 atau ASSHTO T 193.

18
2.6 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Sri Widodo, dkk (2013) melakukan penelitian tentang penggunaan hasil

bongkaran perkerasan jalan sebagai bahan lapis pondasi jalan raya (Reclaimed

Asphalt Pavement / RAP). Dalam penelitian ini, peneliti meggunakan

bongkaran perkerasan jalan beraspal sebagai bahan utama serta agregat baru,

abu batu dan semen sebagai bahan stabilisasi terhadap bahan utama. Tujuan

penitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik material hasil bongkaran

perkerasan lama dalam kondisi (1) Asli; (2) Dicampur dengan agregat baru; (3)

Dicampur dengan agregat baru dan kemudian distabilisasi dengan semen.

Untuk menyelesaikan penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengujian

laboratorium dengan mencampurkan bahan utama dengan agregat baru dan abu

batu serta semen sebesar 0,5% dan 2,5%.

Berdasarkan hasil pengujian CBR, Dengan penambahan agregat baru dan

filler abu batu, material bongkaran belum bisa digunakan sebagai bahan

pondasi jalan. Walaupun gradasi campurannya bisa memenuhi spesifikasi lapis

fondasi bawah (klas B) akan tetapi CBR nya masih dibawah persyaratan

miminum yaitu 35%. Penambahan semen 0,5% dan 2,5% pada campuran RAP

dan agregat dapat menaikkan nilai CBR nya sampai 36% dan 94% sehingga

campuran tersebut dapat digunakan sebagai bahan lapis pondasi bawah dan

pondasi atas jalan.

Berikut disajikan tebel persamaan dan perbedaan penelitian ini terhadap

penelitian terdahulu.

19
Tabel 2.5 Persamaan dan Perbedaan Rencana Penelitian dengan Penelitian
Terdahulu
No Uraian Persamaan Perbedaan
Penelitian Rencana Penelitian
Terdahulu
1 Judul Hasil Bongkaran Studi Pemanfaatan
Perkerasan Jalan Limbah reclaimed
sebagai Bahan asphalt pavement
Lapis Fondasi (RAP) dengan
Jalan Raya Penambahan pasir
sebagai bahan
subbase jalan
2 Material yang Menggunakan Menggunakan Menggunakan pasir
digunakan limbah agregat baru, filler sebagai bahan
bongkahan abu batu dan semen stabilitas
perkerasan sebagai bahan
aspal lama stabilitas
3 Lapis pondasi Lapis pondasi
yang di tinjau bawah
(Subbase)

20
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan

Penelitian ini direncanakan berlangsung mulai dari bulan Maret-Juli

2020 dengan lokasi penelitian bertempat di Laboratorium Pengujian Tanah

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang, Jl. Perintis

Kemerdekaan Km.10 Tamalanrea, Makassar.

3.2 Teknik Sampling

Pada penelitian ini, sampel yang digunakan yakni material yang

berasal dari limbah pembongkaran perkerasan beraspal pada proyek

Preservasi dan Pelebaran Jalan Batas Provinsi Sulbar-Batas Kota Pinrang I,

Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.

Gambar 3.1 Lokasi Pengambilan Material

21
Adapun pasir sebagai bahan tambahan untuk stabilisasi sampel

direncanakan menggunakan pasir yang berasal dari Kabupaten Pinrang.

3.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah:

 Alat yang digunakan

b) 1 set alat pengujian kadar air

c) 1 set alat pengujian berat isi

d) 1 set alat pengujian berat jenis

e) 1 set alat pengujian batas cair (LL) dan indeks plastisitas (IP)

f) 1 set alat pengujian keausan agregat

g) 1 set alat pengujian analisa saringan

h) 1 set alat pengujian pemadatan

i) 1 set alat pengujian CBR laboratorium

 Bahan yang digunakan

a) Material Reclaimed Asphalt Pavement (RAP)

b) Pasir

c) Aquades

d) Vaselin

e) Kertas filter

22
3.4 Teknik Analisis Data

Gambar 3.2 Flow chart Pengujian

23
Penjelasan bagan alur kegiatan penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Pengambilan sampel material reclaimed asphalt pavement (RAP)

dilaksanakan di lokasi proyek Preservasi dan Pelebaran Jalan Batas

Provinsi Sulbar-Batas Kota Pinrang I, Kabupaten Pinrang, Sulawesi

Selatan. Adapun Pasir yang digunakan adalah pasir yang berasal dari

kabupaten yang sama.

2. Pada tahap awal dilaksanakan pengujian indeks properties terhadap

material RAP dan pasir yang telah diambil. Pengujian indeks

properties pada material RAP yaitu meliputi pengujian kadar air, berat

isi, berat jenis, batas cair (LL), indeks plastisitas (IP), keausan agregat

dan analisa saringan. Adapun pengujian fisik pada pasir yang diambil

meliputi pengujian kadar air, berat isi, berat jenis, dan analisa

saringan.

3. Setelah pengujian fisik selesai, dilanjutkan dengan pembuatan benda

uji. Benda uji dibuat dalam 4 variasi sampel:

 RAP tanpa penambahan pasir

 RAP + Pasir 5%

 RAP + Pasir 10%

 RAP + Pasir 15%

4. Selanjutnya dilakukan pengujian mekanis terhadap benda uji yang

terbagi atas 2 jenis yakni pemadatan modified dan CBR Laboratorium.

5. Kemudian dilakukan pengolahan data untuk menarik sebuah

kesimpulan dari pengujian yang telah dilaksanakan.

24
3.4.1 Pengujian Pemadatan Modified

Pemadatan modified bertujuan untuk mendapatkan ɣdmaks dan Wc

optimum pada setiap variasi sampel. Pengujian pemadatan dilakukan

dengan langkah sebagai berikut:

1. Menyiapkan peralatan dan bahan.

2. Mengeringkan sampel RAP lalu menumbuk sampel tersebut dengan

palu karet agar butirannya menjadi lebih kecil.

3. Jumlah sampel yang dibuat yaitu 5 sampel untuk setiap variasi dengan

berat masing masing 6000 gram. Jadi estimasi berat material yang

dibutuhkan adalah:

Kebutuhan material RAP =

Untuk pasir 0% = 6000 x 5 = 30000 gram

Untuk pasir 5% =6000 – (5% x 6000) x 5 = 28500 gram

Untuk pasir 10% =6000 – (10% x 6000) x 5 = 27000 gram

Untuk pasir 15% =6000 – (15% x 6000) x 5 = 25500 gram

Jadi total keseluruhan berat sampel RAP yang dibutuhkan adalah:

30000 g + 28500 gr + 27000 gr + 25500 gr = 111000 gr = 111 Kg

Kebutuhan material pasir =

Untuk pasir 5% = 5% x 6000 x 5 = 1500 gram

Untuk pasir 10% =10% x 6000 x 5 = 3000 gram

Untuk pasir 15% =15% x 6000 x 5 = 4500 gram

Jadi total keseluruhan berat pasir yang dibutuhkan adalah:

1500 gr + 3000 gr + 4500 gr = 9000 gram = 9 Kg

25
4. Kemudian melakukan pencampuran air dengan metode trial hingga

dicapai material homogen untuk 1 sampel. Sampel yang lain dibuat

dengan persentase air dibawah dan diatas persentase homogen

sebanyak masing masing 2 sampel.

5. Sampel yang telah diberi aquades didiamkan selama ±24 jam.

6. Setelah didiamkan, memasukkan sampel kedalam mold sebanyak 5

lapis dan dilakukan penumbukan dengan masing masing tumbukan

per lapis sebanyak 56 kali.

7. Melakukan pemadatan untuk semua variasi sampel dan dilanjutkan

analisa data.

8. Dari grafik pemadatan didapatkan ɣdmaks dan Wc optimum.

3.4.2 Pengujian CBR Laboratorium

CBR laboratorium bertujuan untuk menentukann nilai CBR pada

sampel yang diuji apakah memenuhi spesifikasi untuk digunakan sebagai

lapis subbase jalan. Adapun nilai CBR lapis podasi bawah (subbase) yang

ingin dicapai yaitu minimal 60%. Pada pengujian pemadatan dilakukan

dengan langkah sebagai berikut:

1. Menyiapkan material untuk CBR dengan berat 6000 gram untuk 3

sampel setiap variasi sampel.

Kebutuhan material RAP =

Untuk pasir 0% = 6000 x 3 = 18000 gram

Untuk pasir 5% =6000 – (5% x 6000) x 3 = 17100 gram

Untuk pasir 10% =6000 – (10% x 6000) x 3 = 16200 gram

26
Untuk pasir 15% =6000 – (15% x 6000) x 3 = 15300 gram

Jadi total keseluruhan berat sampel RAP yang dibutuhkan adalah:

18000 g + 17100 gr + 16200 gr + 15300 gr = 66600 gr = 66,6 Kg

Kebutuhan pasir =

Untuk pasir 5% = 5% x 6000 x 3 = 900 gram

Untuk pasir 10% =10% x 6000 x 3 = 1800 gram

Untuk pasir 15% =15% x 6000 x 3 = 2700 gram

Jadi total keseluruhan berat pasir yang dibutuhkan adalah:

900 gr + 1800 gr + 2700 gr = 5400 gram = 5,4 Kg

2. Melakukan pencampuran air terhadap material dengan kadar air sesuai

Wc optimum yang didapatkan dari pemadatan.

3. Mendiamkan sampel selama ±24 jam.

4. Setelah didiamkan, memasukkan sampel kedalam mold sebanyak 5

lapis dan dilakukan penumbukan dengan masing masing tubukan per

lapis sebanyak 56 kali.

5. Melakukan pengujian CBR pada sampel.

6. Melakukan olah data untuk memperoleh nilai CBR setiap variasi

sampel.

27
3.5 Standar Pengujian

Pengujian laboratorium ini dilakukan dengan menggunakan standar

pengujian AASHTO dan ASTM.

Tabel 3.1 Tabel Standar yang digunakan Dalam Pengujian


No. Jenis Pengujian No. Standar
SNI ASTM
1 Kadar Air C566
2 Berat Isi/Volume SNI 03-4804-1998 C29
3 Berat Jenis SNI 1969-2008, C 128-1993, C 33-2001, C
SNI 1970-2008 127
4 Batas Cair (LL) SNI 1966-2008 D 4318-00
5 Indeks Plastisitas (IP) SNI 1966-2008 D 4318-00
6 Analisa Saringan SNI ASTM C136- C136 & C104
2012
7 Keausan Agregat SNI 2417-2008 C 131
7 Pemadatan SNI 20-1743-2008 D-698 & D-1557
8 CBR Laboratorium SNI 1744-2012 D 1883-99

28
BAB IV
HASIL DAN DESKRIPSI KEGIATAN

4.1 Hasil

4.1.1 Pengujian Propertis

Pengujian indeks propertis yang dilaksanakan pada material

Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) meliputi pengujian kadar air, berat

isi, berat jenis, analisa saringan, dan keausan agregat (Los Angeles). Data

pengujian kadar air, berat isi, berat jenis dan keausan material Reclaimed

Asphalt Pavement (RAP) dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Propertis Reclaimed Asphalt Pavement

No Jenis Pengujian Hasil Spesifikasi


Satuan Standar

1 Kadar Air 1.561 % 0.5 – 2.0 ASTM C556


2 Berat Isi 1.308 Kg/Ltr 1.6 – 1.9 ASTM C29
3 Berat Jenis :
a. Berat Jenis Kering 2.427
Curah
b. Berat Jenis SSD 2.501 1.6 – 3.2 ASTM C127
c. Berat Jenis Semu 2.622
4 Keausan Los Angeles 30 % 0 - 40 Spesifikasi
Umum 2018
5 Modulus Kehalusan 3.277 5.5 – 8.5 ASTM C104
Sumber: Lampiran Data Pengujian Laboratorium

Agregat halus yang digunakan sebagai bahan pengisi campuran

merupakan jenis pasir sungai yang berasal dari Kabupaten Pinrang,

29
Sulawesi Selatan. Untuk mengetahui karakteristik agregat tersebut,

dilaksanakan pengujian indeks propertis yang meliputi pengujian kadar

air, berat isi, berat jenis, dan analisa saringan. Hasil pengujian

karakteristik agregat halus baik kadar air, berat isi dan berat jenis dapat

dilihat pada Tabel 4.2 dibawah ini.

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Propertis Agregat Halus

No Jenis Pengujian Hasil Satuan Spesifikasi Standar

1 Kadar Air 4.211 % 3.0 – 5.0 ASTM C556

2 Berat Isi 1.536 Kg/Ltr 1.4 – 1.9 ASTM C29

3 Berat Jenis

a. Berat Jenis 2.516


Kering Curah
b.Berat Jenis SSD 2.570 1.6 – 3.2 ASTM C128

c. Berat Jenis Semu 2.570

4 Modulus Kehalusan 2.860 2.2 – 3.1 ASTM C136

Sumber: Lampiran Data Pengujian Laboratorium

4.1.2 Pengujian Mekanik

Setelah pengujian indeks propertis dilakukan, pengujian selanjutnya

adalah pengujian mekanik. Pengujian mekanik yang dilakukann terdiri

atas pengujian Indeks Plastisitas, Pemadatan Modified dan Uji

California Bearing Ratio (CBR).

1) Indeks Plastisitas Material Reclaimed Asphalt Pavement

Material yang diuji bersifat non-plastis.

2) Pemadatan Modified

30
Setelah semua rangkaian pengujian karakteristik bahan,

dilanjutkan dengan pengujian pemadatan modified. Pengujian ini

bertujuan untuk mendapatkan nilai kadar air optimum (Wopt) dan

kepadatan kering optimum (ɣdmaks) dari sampel yang diuji. Berikut

disajikan data hasil pengujian pemadatan modified pada tabel 4.3

beserta grafik gabungan pada gambar 4.1.

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Pemadatan Modified


Variasi Sampel Wopt ɣdmaks
RAP + 0% Pasir 4,80% 1,824 gr/cm3
RAP + 5% Pasir 4,30% 1,980 gr/cm3
RAP + 10% Pasir 4,27% 1,988 gr/cm3
RAP + 15% Pasir 4,20% 2,060 gr/cm3
Sumber: Lampiran data pengujian laboratorium

Gambar 4.1 Grafik H asil Pengujian Pemadatan Modified

31
3) Uji California Bearing Ratio (CBR).
CBR laboratorium dilaksanakan setelah nilai kadar air optimum

(Wopt) dan kepadatan kering optimum (ɣdmaks) dari setiap sampel

didapapkan dari pengujian pemadatan. Nilai kadar air optimum

tersebut digunakan sebagai acuan dalam pencampuran air pada

masing-masing variasi. Setelah dipadatkan dengan metode yang sama

pada pemadatan modified, sampel kemudian direndam selama empat

hari dan selanjutnya ditekan pada mesin CBR untuk jenis CBR

rendaman.

Dalam pengujian ini juga dilakukan pengujian CBR tanpa melalui

perendaman selama empat hari, akan tetapi langsung ditekan

menggunakan mesin CBR. Tujuan dilakukannya dua metode ini

adalah untuk membandingkan besarnya nilai CBR pada sampel yang

direndam terhadap sampel yang tidak direndam. Hasil pengujian CBR

laboratorium setiap variasi dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini.

Tabel 4.4 Hasil Pengujian CBR Laboratorium


Variasi Sampel Wopt ɣdmaks Nilai CBR Nilai CBR
(%) (gr/cm3) Rendaman Langsung
0.1" 0.2" 0.1" 0.2"
RAP + 0% Pasir 4.80 1.824 20.67 24.89 21.00 30.44
RAP + 5% Pasir 4.30 1.980 28.33 34.00 26.67 31.78
RAP + 10% 4.27 1.988 36.00 43.33 30.00 34.89
Pasir
RAP + 15% 4.20 2.060 40.00 50.00 33.33 40.22
Pasir
Sumber: Lampiran data pengujian laboratorium

32
Adapun grafik CBR gabungan dapat dilihat pada gambar 4.2

dibawah ini.

H u b u n g a n N i l a i Pe n e tr a si D a n V a r i a s i C a m p u r a n
55.00

50.00

45.00

40.00
Nilai Penetrasi

35.00

30.00

25.00

20.00

15.00
0% 5% 10% 15%
Variasi Campuran
01" Rendaman 02" Rendaman 01" Langsung 02" Langsung

Gambar 4.2 Grafik Hasil Pengujian CBR Laboratorium

4.2 Deskripsi Kegiatan

4.2.1 Pengujian Propertis

Berdasarkan Tabel 4.1, hasil pengujian kadar air didapatkan bahwa

material Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) memiliki kadar air 1,561%

menunjukkan bahwa material ini cukup kering dan memenuhi standar

0,5-2,0 menurut spesifikasi ASTM C556. Hasil pengujian berat isi

menunjukkan material ini memiliki berat isi sebesar 1,308 Kg/Liter yang

belum memenuhi standar 1,6-1,9 menurut spesifikasi ASTM C29.

33
Hasil uji abrasi metode Los Angeles dari material Reclaimed Asphalt

Pavement (RAP) sebesar 30% dimana telah memenuhi standar

spesifikasi dengan rentang nilai 0-40% (Spesifikasi Umum 2018).

Dalam pengujian analisa saringan material Reclaimed Asphalt

Pavement (RAP), ada beberapa persentase kumulatif lolos yang

melampaui dan tidak tercapai standar. Fraksi bahan yang lolos ayakan

No.200 tidak boleh melampaui dua per tiga fraksi bahan yang lolos

ayakan No.40 (Spesifikasi Umum 2018), dimana hasil analisa saringan

material Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) menunjukan bahwa persen

lolos ayakan No.200 tidak melebihi dua per tiga dari persen lolos ayakan

No.40. Material ini memiliki modulus kehalusan sebesar 3,277 yang

belum memenuhi standar 5,5-8,5 menurut spesifikasi ASTM C104.

Pengujian kadar air terhadap agregat halus dilaksanakan dengan

keadaan terganggu, dimana agregat tersebut telah terkena hujan dan

panas matahari secara bergantian selama masa penyimpanan, sehingga

nilai kadar air yang dihasilkan sebesar 4,211 %, telah memenuhi standar

3,0-5,0 sesuai spesifikasi ASTM C556.

Sesuai dengan Tabel 4.2, berat isi dari agregat halus ialah 1,536

Kg/Liter, telah memenuhi standar berat isi pasir berdasarkan pengujian

ASTM C29 yang berkisar Antara 1,4-1,9. Adapun pengujian berat

jenis,berat jenis kering curah, SSD, dan semu masing-masing diperoleh

2,516; 2,570 dan 2,570, telah memenuhi standar 1,6-3,2 sesuai ASTM

C128.

34
Berdasarkan Tabel 4.2, modulus kehalusan agregat halus yang diuji

diperoleh 2,86 dimana agregat termasuk jenis pasir sedang menurut

modulus kehalusan (MHB) dengan rentang 2,60-2,90 dan telah

memenuhi standar 2,2-3,1 sesuai ASTM C136.

4.2.2 Pengujian Mekanik

Material Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) merupakan limbah

bongkaran yang berukuran cukup kasar layakanya agregat kasar, hal

tersebut mengakibatkan pengujian Indeks Plastisitas tidak

memungkinkan untuk dilaksanakan sehingga material dapat disimpulkan

bersifat non-plastis.

Dari pengujian Pemadatan Modified, diperoleh nilai kadar air

optimum (Wopt) dan kepadatan kering optimum (ɣdmaks) dari setiap

sampel yang diuji. Adapun kadar air optimum dari sampel variasi 0%,

5%, 10% dan 15% masing masing sebesar 4,8%, 4,30%, 4,27% dan

4,20%. Semakin tinggi persen penambahan pasir, semakin rendah kadar

air yang dihasilkan. Sedangkan nilai kepadatan kering optimum dari

sampel variasi 0%, 5%, 10% dan 15% masing masing sebesar 1,824

gr/cm3; 1,980 gr/cm3; 1,988 gr/cm3 dan 2,060 gr/cm3 . Semakin tinggi

persen penambahan pasir, semakin tinggi kepadatan kering yang

dihasilkan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.3

Berdasarkan Tabel 4.4 hasil pengujian CBR, nilai CBR tertinggi

dicapai pada variasi rendaman 15% penambahan pasir terhadap material

35
Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) dengan nilai CBR penetrasi 01”

sebesar 40% dan penetrasi 02” sebesar 50%. Untuk lebih jelas dapat

dilihat pada gambar 4.2 yang menyajikan grafik CBR gabungan. Terjadi

peningkatan secara bertahap pada nilai penetrasi pada setiap penambahan

pasir terhadap material Reclaimed Asphalt Pavement (RAP).

Merujuk dari Spesifikasi Umum 2018, nilai CBR rendaman untuk

lapis subbase jalan kelas B minimal 60%, sehingga penggunaan

Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) belum bisa digunakan sebagai bahan

subbase jalan.

36
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapatkan dari penelitian sebagai berikut:

1. Penggunaan pasir sebagai bahan stabilisasi material mampu meningkatkan

nilai CBR pada Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) secara bertahap.

2. Setelah dilakukan penambahan agregat halus pada material Reclaimed

Asphalt Pavement (RAP), Nilai CBR tertinggi dicapai pada sampel variasi

15% rendaman dengan nilai penetrasi 0.1” dan 0,2” masing masing 40%

dan 50% yang mana belum masuk dalam spesifikasi nilai minimal CBR

subbase jalan sebesar 60% sesuai Spesifikasi Umum 2018.

Maka limbah material Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) dengan

penambahan agregat halus/pasir belum bisa digunakan sebagai bahan subbase

jalan karena nilai CBR yang dihasilkan belum mencapai nilai CBR minimum

lapis pondasi kelas B yang dipersyaratkan sesuai Spesifikasi 2018. Hal ini

disebabkan masih terdapat campuran aspal pada material Reclaimed Asphalt

Pavement (RAP) yang menyebabkan tidak terjadinya penyerapan secara air

sempurna pada material tersebut.

37
5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Dari hasil penelitian ini, perlu adanya penelitian lanjutan mengenai bahan

stabilisasi material Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) yang dapat

meningkatkan nilai CBR secara signifikan.

2. Perlu kajian lebih lanjut tentang jumlah penambahan pasir terhadap

material Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) agar nilai CBR minimum

subbase jalan dapat tercapai.

3. Dari hasil penelitian, sampel belum dapat digunakan sebagai bahan

subbase jalan, tetapi dapat disarankan untuk digunakan sebagai bahan

subgrade jalan.

4. Perlunya ketelitian dalam melaksanaan pengujian guna menjamin

keakuratan data hasil pengujian, sebab sedikit kesalahan dapat berdampak

besar terhadap hasil pengujian.

38
DAFTAR PUSTAKA

AASHTO T193. 2003. Standar Method of Test for The California Bearing Ratio.

Apriyono, Arwan. 2012. Buku Petunjuk Praktikum Mekanika Tanah. Purwokerto:


Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman.
F.J. Pettijohn, Paul E.Potter, Raymond Siever. 1987. Sand and stone. Springer
Science & Bussines Media.

Hadi, H. 2019. Teknologi Daur Ulang Perkerasan Jalan Material Reclaimed


Asphalt Pavement (RAP). (Online),
(https://www.ilmubeton.com/2019/10/MaterialReclaimedAsphaltPavemen
t.html?m=1) diakses pada 15 Januari 2020

Hendra Setiawan dan Novita Pradani 2013. Analisis Sifat Fisik Material
Perkerasan Jalan Hasil Daur Ulang.

Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan

Phillips, T., 2004. State-of-the-art RAP Procesing, Hot-Mix Magazine Vol. 9 No.
2, Tennessee USA.

Prasetio, Noto. Pengertian Agregat Halus. (Online),


(https://notoprasetio.blogspot.com/2013/01/pengertian-agregat-
halus.html?m=1) diakses pada 22 Januari 2020

Ramadhan, Sofyan. 2019. Pengaruh Persentase Bahan Campuran Aspal Daur


Ulang Terhadap Karakteristik Mekanik Campuran Aspal Panas Lapisan
Ac – Wc (Asphalt Concrete – Wearing Course). Skripsi. Lampung:
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung

Sukirman, Silvia. 2010. Perencanaan Tebal Struktur Perkerasan Lentur. Cetakan


pertama. Bandung: Nova.

Sulistiawati,R dan Surya Ramda. 2017. Studi Penggunaan Tanah Lunak Yang
Distabilisasi Dengan Pasir Sebagai Bahan Subgrade. Laporan Tugas
Akhir. Makassar: Politeknik Negeri Ujung Pandang.

Supriyanto, Hendra. Buku Petunjuk Praktikum Mekanika Tanah. (Online),


(https://www.slideshare.net/mobile/hendrasquallleonhart/buku-petunjuk-
praktikum-mektan) diakses pada 22 Januari 2020.

Spesifikasi Umum 2018 Untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan Dan Jembatan. 2018.
Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Marga.

39
Tjokrodimulyo, Kardiyono. 1992. Bahan Bangunan. Edisi Pertama. Yogyakarta
:Biro Penerbit Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada.2

Widodo, S. dkk. 2013. Hasil Bongkaran Perkerasan Jalan Sebagai Bahan Lapis
Fondasi Jalan Raya. Jurnal MKTS.19(1):14-15.

40
LABORATORIUM PENGUJIAN TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

FOTO DOKUMENTASI
PENGAMBILAN SAMPEL DAN PERSIAPAN

Proses pengambilan Proses pengambilan Tampak Sampel RAP


sampel dilokasi sampel dilokasi

Mengoven material Menumbuk material yang


kasar agar lebih halus
LABORATORIUM PENGUJIAN TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

FOTO DOKUMENTASI
PENGUJIAN KADAR AIR MATERIAL RAP

Menimbang berat material Memasukkan sampel Menimbang berat kering


basah kedalam oven selama ± 24 sampel
jam

Data Berat Basah RAP 1 Data Berat Basah RAP 2 Data Berat kering oven
RAP 1

Data Berat kering oven


RAP 2
LABORATORIUM PENGUJIAN TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

FOTO DOKUMENTASI
PENGUJIAN KADAR AIR MATERIAL AGREGAT HALUS

Menimbang berat agregat Memasukkan sampel Menimbang berat kering


halus basah kedalam oven selama ± 24 sampel
jam

Data Berat Basah Pasir 1 Data Berat Basah Pasir 2 Data Berat kering oven
Pasir 1

Data Berat kering oven


Pasir 2
LABORATORIUM PENGUJIAN TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

FOTO DOKUMENTASI
PENGUJIAN BERAT ISI MATERIAL RAP

Menimbang berat mold Memasukkan material Menusuk-nusuk material


kosong RAP kedalam mold sebanyak 25 kali setiap
sebanyak lima lapis lapisan

Meratakan permukaan Menimbang mold yang Berat sampel 1 metode


material dengan tongkat berisi material RAP lepas
perata

Berat sampel 2 metode Berat sampel 1 metode Berat sampel 1 metode


lepas padat adat
LABORATORIUM PENGUJIAN TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

FOTO DOKUMENTASI
PENGUJIAN BERAT ISI AGREGAT HALUS

Menimbang berat mold Memasukkan agregat Menusuk-nusuk material


kosong halus kedalam mold sebanyak 25 kali setiap
sebanyak lima lapis lapisan

Meratakan permukaan Menimbang mold yang Berat sampel 1 metode


material dengan tongkat berisi material RAP lepas
perata

Berat sampel 2 metode Berat sampel 1 metode Berat sampel 1 metode


lepas padat adat
LABORATORIUM PENGUJIAN TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

FOTO DOKUMENTASI
PENGUJIAN ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS

Menimbang agregat halus Menyusun saringan sesuai Memasukkan agregat halus


sebanyak 2500 gram ukuran kedalam saringan

Memasang susunan Melepas saringan dari Menimbang masing


saringan diatas mesin mesin penggetar masing agregat yang
penggetar tertahan setiap saringan

Data berat hasil tertahan Data berat hasil tertahan Data berat hasil tertahan
saringan No.4 saringan No.16 saringan No.30
LABORATORIUM PENGUJIAN TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

FOTO DOKUMENTASI
PENGUJIAN ANALISA SARINGAN MATERIAL RAP

Menimbang agregat halus Menyusun saringan sesuai Memasukkan & Memasang


sebanyak 2500 gram ukuran susunan saringan diatas mesin
penggetar

Data berat hasil tertahan Data berat hasil tertahan Data berat hasil tertahan
saringan 1 ½” saringan 1” saringan 3/8”

Data berat hasil tertahan Data berat hasil tertahan Data berat hasil tertahan
saringan No.10 saringan No.40 saringan No.200
LABORATORIUM PENGUJIAN TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

FOTO DOKUMENTASI
PENGUJIAN BERAT JENIS AGREGAT HALUS

Merendam agregat halus Menghampar agregat Menyiapkan kerucut


selama ± 24 jam halus agar terjadi terpancung dan kelengkapan
pengeringan SSD pengujian

Memasukkan agregat halus Menumbuk agregat halus Setelah penuh, kerucut


kedalam kerucut setiap lapisan diratakan dan diangkat
terpancung 1/3 bagian perlahan
LABORATORIUM PENGUJIAN TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

Agregat halus telah Menimbang agergat Memasukkan agergat halus


mencapai kondisi SSD kondisi SSD sebanyak 500 kedalam pikno
gram

Memasukkan air kedalam Mengocok pikno Mendiamkan pikno hingga


pikno semua gelembung udara
keluar

Menimbang pikno+ Data berat pikno+agregat Data berat pikno+agregat


agregat halus+air halus+air 1 halus+air 2

Menimbang pikno+air Data pikno+air 1 Data pikno+air 2


LABORATORIUM PENGUJIAN TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

FOTO DOKUMENTASI
PENGUJIAN BERAT JENIS MATERIAL RAP

Merendam material RAP Menghampar material dan Menimbang material kondisi


selama ± 24 jam mengelapnya sehingga SSD
kering SSD

Data 1 berat kering SSD Data 2 berat kering SSD Menimbang material
dengan kondisi terendam
LABORATORIUM PENGUJIAN TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

Data 1 kondisi terendam Data 2 Kondisi terendam Mengoven material RAP


selama ± 24 jam

FOTO DOKUMENTASI
PENGUJIAN KEAUSAN MATERIAL RAP METODE LOS ANGELES

Menyiapkan material RAP Menyiapkan material RAP lolos Memasukkan Kedua jenis
lolos saringan ¾ tertahan saringan ½ tertahan saringan materal kedalam mesin Los
saringan ½ sebanyak 2500 gr 3/8 sebanyak 2500 gr Angeles

Memasukkan bola baja 11 Mesin diset untuk 500 Mengeluarkan material


buah putaran setelah selesai
LABORATORIUM PENGUJIAN TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

Menyaring material RAP Material dicuci kemudian Menimbang berat material


tertahan saringan No.12 dioven selama ± 24 jam RAP yang telah dioven

FOTO DOKUMENTASI
PENGUJIAN PEMADATAN MODIFIED

Menyiapkan sampel Sampel didiamkan selama ± Mengukur tinggi dan


pemadatan 24 jam diameter mold serta
menimbang berat mold

Sampel dibagi lima bagian Memasukkan sampel kedalam Menumbuk setiap lapis
mold yang telah diolesi masing masing 56 kali
vaselin
LABORATORIUM PENGUJIAN TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

Meratakan permukaan Menimbang Mold beserta Mengambil sampel setiap


mold dengan mistar perata sampel yang telah variasi untuk diuji kadar
dipadatkan airnya

FOTO DOKUMENTASI
PENGUJIAN CBR LABORATORIUM

Menyiapkan sampel CBR Sampel didiamkan selama ± Mengukur tinggi dan


sesuai kadar air optimum 24 jam diameter mold serta
masing-masing variasi menimbang berat mold

Sampel dibagi lima bagian Memasukkan sampel kedalam Menumbuk setiap lapis
mold yang telah diolesi masing masing 56 kali
vaselin
LABORATORIUM PENGUJIAN TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

Meratakan permukaan Menimbang Mold beserta Memasang keeping mold


mold dengan mistar perata sampel CBR yang telah beserta pemberat
dipadatkan

Memasukkan benda uji CBR Setelah direndam, benda uji Memasang benda uji kedalam
kedalam bak Perendaman dan diangkat untuk ditiriskan mesin CBR dan menolkan
dibiarkan selama 4 hari agar kelebihan air keluar jarum penetrasi

Menyalakan mesin CBR Mencatat nilai penetrasi


untuk memulai proses setiap penurunan
penetrasi

Anda mungkin juga menyukai