Nadya Ihfina KartikaSari, Poltekkes Kemenkes Malang, Kota Blitar, Jawa Timur, Indonesia
nadya_p17311204066@poltekkes-malang.ac.id
Abstrak
Pokok masalah yang diajukan dalam artikel ini adalah perlunya meninjau kembali kebijakan
pemerintah dalam menanggulangi pemberian bantuan sosial. Hal ini perlu dilakukan agar
bantuan sosial yang diberikan pemerintah tidak salah sasaran. Selain masalah bantuan sosial,
aduan lain dengan masalah ekonomi dan keuangan (176 aduan), transportasi (52),pelayanan
kesehatan (39), dan keamanan (8). Permasalahan pendataan bansos covid-19 yang membuat
penyalurannya tak tepat sasaran. Pendistribusian warga penerima bantuan sosial (bansos) yang
terdampak pandemi virus corona (covid-19) menuai sejumlah persoalan. Mulai dari pendataan
hingga distribusi yang tak tepat sasaran. Pendataan warga yang berhak menerima bantuan
sebenarnya telah diatur dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir
Miskin.
Pendahuluan
Setelah Wabah Covid-19 dinyatakan sebagai bencana nasional dan pandemi, yang mana
kemudian terhadap beberapa wilayah harus dilakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Hal ini menyebabkan dampak yang cukup signifikan terhadap kelangsungan kehidupan
masyarakat, karena lapangan pekerjaan harian menjadi tidak bisa dilakukan, selain banyaknya
gelombang PHK oleh perusahaan, karena ketidakmampuan perusahaan mempertahankan
karyawan dalam situasi pandemi, maka akhirnya Pemerintah memberikan bantuan sosial
(Bansos) sebagai bentuk tanggung jawab negara kepada masyarakat.
Pemberian bantuan sosial (Bansos) kepada masyarakat bukan hal yang baru dilakukan
Pemerintah, bahkan kegiatan rutin yang diberikan kepada masyarakat sesuai dengan tingkat
kemiskinan masyakarat sebagai penerima bantuan sosial dalam bentuk yang beragam, namun di
masa pandemi covid-19, Pemerintah baik pusat dan daerah kelimpungan dalam penyaluran
bantuan sosial kepada masyarakat.
Di beberapa pemberitaan, diketahui terdapat warga mengembalikan bantuan sosial,
karena ketidaktepatan sasaran pemberian bantuan, sementara terdapat warga yang tidak terdata
yang mestinya berhak menerima bantuan kemudian juga terindikasi warga yang telah meninggal
dunia, namun tercatat sebagai penerima bantuan dan di Padang terjadi kerumitan data penerima
bantuan, bahkan setelah diperbaiki, tetap masih terjadi kesalahan data penerima bantuan.
Pemerintah telah menerbitkan sejumlah kebijakan dalam menyikapi wabah virus corona
(Covid-19) yang terjadi sejak awal Maret 2020, salah satunya dengan pembentukan Gugus Tugas
melalui Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020 Tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) pada bulan Maret 2020, oleh karenanya gugus tugas ini
sangat diharapkan melakukan penanganan yang optimal dalam masa bencana wabah covid-19
ini, termasuk memberikan solusi perbaikan penyaluran Bansos Covid-19.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana Kebijakan Pemerintah dalam mengatasi masalah batuan sosial yang tidak
merata ?
2. Apa saja bentuk bantuan sosial yang diberikan Pemerintah kepada masyarakat yang
membutuhkan ?
3. Apa yang menyebabkan bantuan sosial tidak sampai kepada tangan yang berhak
menerima?
Tujuan
Dari penjelasan rumusan masalah di atas maka tujuan dari pembuatan makalah ini dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Mengetahui masalah yang terjadi di kalangan masyarakat pada saat pandemi covid 19.
2. Mengetahui bentuk bantuan sosial yang diberikan Pemerintah kepada masyarakat.
3. Mengetahui alasan bantuan sosial tidak sampai di tangan penerima.
A. Akar Permasalahan Bantuan Sosial.
Pemerintah telah menyiapkan bantuan sosial kepada rakyat Indonesia yang terdampak
Covid-19. Bantuan yang disalurkan baik berupa uang maupun paket sembako telah tersebar ke
seluruh wilayah Indonesia, utamanya di wilayah episentrum Covid-19 yakni Jabodetabek.
Akan tetapi, penyaluran bansos ini tidak semuanya berjalan mulus. Beberapa masyarakat dari
berbagai daerah mengeluh tidak menerima bantuan padahal pihaknya mereka turut terdampak.
Banyak kritikan telah disampaikan kepada pemerintah terkait pendistribusian bansos ini. Dr.
Hempri Suyatna, S.Sos., M.Si., dosen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Fisipol UGM,
menyebut akar masalah dari permasalahan tersebut berada pada validasi data. Dari hasil
pengamatannya kebanyakan pendataan masih salah sasaran.
“Di tingkat daerah proses pendataan masih belum valid. Banyak diantaranya masih salah
sasaran. Misalnya, warga meninggal masih terdata, penduduk yang tidak memiliki NIK terdata,
warga mampu terdata, dan sebagainya. Tak ayal jika banyak warga yang protes karena tidak
kebagian bantuan padahal memang dalam kondisi yang sulit,” terangnya, Jumat (15/5).
B. Hal hal yang perlu dilakukan dalam menanggulangi masalah Bantuan Sosial.
Hempri menyampaikan masukannya terkait hal-hal yang perlu diperbaiki atau dilakukan
menyikapi permasalahan bansos ini :
Pertama, terkait pendataan, ia menyarankan dilaksanakannya validasi serta pembaruan data lagi
dengan mempertimbangkan indikator warga yang benar-benar terdampak Covid-19.
Kedua, Hempri berharap adanya perbaikan tata kelola dan pengawasan program-program dari
pemerintah tadi. Jika ada program yang tidak efektif maka lebih baik dananya dialokasikan
untuk yang lain. Sebagai contoh, ia merujuk kartu pra prakerja yang beberapa program
pelatihannya tidak efektif, seperti pelatihan memancing dan pelatihan menjadi youtuber pemula.
“Lebih baik dana Rp5,6 triliun dari program itu disalurkan untuk ke program bansos melihat
banyak warga terdampak yang belum menerima bantuan,” ujarnya.
1. Sinkronisasi data Pusat dan Daerah melalui E-KTP yang terdapat di catatan sipil,
sehingga diketahui keseluruhan data warga dan jumlah penerima bantuan tahap 1 yang
telah disalurkan, serta perbaikan data dari kejadian dan laporan yang terkonfimasi selama
penyaluran tahap 1 dilakukan.
2. Pemerintah Daerah dapat mendata manual melalui Kecamatan dan Desa/Lurah sebagai
konfirmasi warga terdampak yang belum masuk dalam warga penerima bansos, sehingga
warga terdampak yang sebelumnya tidak terdata dapat diberikan bansos.
3. Meminta warga untuk melapor kepada Lurah/Desa untuk mendaftarkan sebagai penerima
bansos akibat wabah covid-19.
Bantuan sosial (Bansos) yang diberikan Pemerintah, setidaknya terdapat dalam beberapa
bentuk, antara lain BLT (Bantuan Langsung Tunai), Bantuan Sembako, Subsidi Listrik,
penerima manfaat Program Keluarga Harapan, insentif kartu pra-kerja, dan Indonesia pintar.
Kemudian mekanisme penyaluran yang dilakukan juga terdapat dari Pusat dan dari Pemerintah
Daerah. Dengan beragamnya bansos dan juga mekanisme penyaluran, maka masalah kerumitan
yang sangat terlihat adalah masalah pendataan warga penerima, ketidaksingkronan data dan
kekhawatiran adanya double (dua kali) penyaluran terhadap satu orang.
Bantuan reguler, kata Muhadjir “ada beberapa program yang dikeluarkan pada tahap
pertama. Pertama, program pembagian sembako yang menyasar 27 keluarga penerima manfaat
(KPM) dengan nilai Rp 200.000 per bulan. Kedua, program keluarga harapan (PKH) yang
menyasar 10 juta penerima manfaat yang disalurkan setiap bulan. Kemudian Kartu Prakerja yang
merupakan domain Menko Perekonomian, ada 5,6 juta orang dan Rp 1 juta untuk biaya pelatihan
serta insentif Rp 600.000 per bulan, mulai April-Desember," kata Muhadjir.
Bantuan non-reguler juga terbagi menjadi beberapa bantuan. Pertama, bantuan listrik
gratis yang mengarah kepada pelanggan 450 volt ampere dan diskon 50 persen bagi pelanggan
900 volt ampere mulai April-Juni 2020. Kedua, bantuan langsung tunai ( BLT) desa yang
menyasar 12,3 juta kepala keluarga dengan nilai Rp 600.000 per bulan mulai April-Juni 2020.
Ketiga, bantuan sosial tunai yang menyasar 9 juta keluarga mulai April-Juni 2020.
Masyarakat bisa mengirimkan pesan dengan format nama lengkap (spasi) nomor KTP
(spasi) alamat lengkap (spasi) aduan. Untuk diketahui, pemerintah memberikan bantuan
kepada warga terdampak pandemi Covid-19.
“Siapa yang menerima adalah seluruh seluruh keluarga yang ada di dalam data terpadu kami,
yang belum terima bansos seperti PKH (Program Keluarga Harapan), BPNT (Bantuan Pangan
Non Tunai), ataupun nanti Kartu Prakerja,” Kata Menteri Sosial Juliari Batubara belum lama ini
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pemerintah membentuk gugus tugas untuk memvalidasi masyarakat yang berhak
menerima Bantuan sosial.
“Pemerintah telah menerbitkan sejumlah kebijakan dalam menyikapi wabah virus corona
(Covid-19) yang terjadi sejak awal Maret 2020, salah satunya dengan pembentukan
Gugus Tugas melalui Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020 Tentang Gugus Tugas
Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) pada bulan Maret 2020,
oleh karenanya gugus tugas ini sangat diharapkan melakukan penanganan yang optimal
dalam masa bencana wabah covid-19 ini, termasuk memberikan solusi perbaikan
penyaluran Bansos Covid-19”
2. Bantuan Sosial berupa Sembako, subsidi listrik, Kartu Prakerja, Indonesia Pintar.
“Bantuan sosial (Bansos) yang diberikan Pemerintah, setidaknya terdapat dalam beberapa
bentuk, antara lain BLT (Bantuan Langsung Tunai), Bantuan Sembako, Subsidi Listrik,
penerima manfaat Program Keluarga Harapan, insentif kartu pra-kerja, dan Indonesia
pintar”
3. Akar masalah dari permasalahan tersebut berada pada validasi data. Kebanyakan
pendataan masih salah sasaran.
“Akar masalah dari permasalahan tersebut berada pada validasi data. Dari hasil
pengamatannya kebanyakan pendataan masih salah sasaran”
Ujar Dr. Hempri Suyatna, S.Sos., M.Si., (Dosen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan
Fisipol UGM)
“Terdapat warga yang tidak terdata yang mestinya berhak menerima bantuan kemudian
juga terindikasi warga yang telah meninggal dunia, namun tercatat sebagai penerima
bantuan dan di Padang terjadi kerumitan data penerima bantuan, bahkan setelah
diperbaiki, tetap masih terjadi kesalahan data penerima bantuan”
Ujar Ratna Dewi Sari (Asisten Ombudsman RI)
KESIMPULAN
Banyak kritikan telah disampaikan kepada pemerintah terkait pendistribusian bansos ini.
Dr. Hempri Suyatna, S.Sos., M.Si., dosen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Fisipol UGM,
menyebut akar masalah dari permasalahan tersebut berada pada validasi data. Dari hasil
pengamatannya kebanyakan pendataan masih salah sasaran.
Bantuan regular :
Bantuan non-reguler :
1. Bantuan listrik gratis yang mengarah kepada pelanggan 450 volt ampere dan diskon 50
persen bagi pelanggan 900 volt ampere mulai April-Juni 2020.
2. Bantuan langsung tunai ( BLT) desa yang menyasar 12,3 juta kepala keluarga dengan
nilai Rp 600.000 per bulan mulai April-Juni 2020.
3. Bantuan sosial tunai yang menyasar 9 juta keluarga mulai April-Juni 2020.
REFERENSI
Dedi Rahmadi (2020) “Pemerintah Berikan Bantuan Ke Warga terdampak Covid-19 hingga
Desember”
https://www.merdeka.com/peristiwa/pemerintah-berikan-bantuan-ke-warga-terdampak-covid
19 hingga desember.html
Lena Lestari (2020) “Tidak dapat bantuan corona, lalu lapor kemana? Begini cara lapor BLT
atau Bansos Bermasalah”.
https://fame.grid.id/read/462322016/tidak-dapat-bantuan-corona-lalu-lapor-kemana-begini
cara-lapor-blt-atau-bansos-bermasalah?page=all
Muhammad Ahsan Ridhoi (2020) “Ragam Masalah Penyaluran Bansos Covid-19 yang jadi
sorotan Jokowi”
https://katadata.co.id/muhammadridhoi/berita/5eff37fe0ff80/ragam-masalah-penyaluran bansos
covid-19 yang jadi sorotan jokowi
Ratna Dewi Sari (2020) “Evaluasi Penyaluran Bantuan Sosial Tahap Satu Covid-19”
https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--evaluasi-penyaluran-bantuan-sosial-bansos-tahap-
satu-covid-19-
Rendy Andrikni Sadikin (2020) “data Bansos Covid-19 Salah Sasaran, Pengamat UGM bongkar
masalah ini”.
https://www.suara.com/news/2020/05/15/142930/data-bansos-covid-19-salah-sasaran pengamat
ugm-bongkar-masalah-ini
Satria (2020) “data penerima Bansos Covid Perlu Diperbaharui”.
https://ugm.ac.id/id/berita/19429-pengamat-ugm-data-penerima-bansos-covid-19-perlu
diperbarui