Anda di halaman 1dari 5

Nama: Naftalia Artaria Hutabarat

NPM: A1M019055

Prodi: Pendidikan IPA

1. Mencari satu buah jurnal nasional dan 1 buah jurnal internasional! Analisislah
model/pendekatan atau inovasi yang diteliti didasarkan pada paradigm yang mana dan
penjelasanya!

 Jurnal Nasional

PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN IPA

Komitmen nasional tentang perlunya pendidikan karakter dapat diimplementasikan


dengan integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran, salah satunya yaitu
pembelajaran IPA. Integrasi pendidikan karakter di dalam proses pembelajaran
dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi pembelajaran.
Salah satu pendekatan yang digunakan untuk menanamkan pendidikan karakter yaitu
pendekatan kontekstual.

1. Konstruktivisme (Constructivism) Kontruktivisme merupakan landasan ber-


fikir (filosofi) pendekatan Contectual teaching and learning (CTL), yaitu bahwa pengetahuan
diba- ngun oleh manusia sedikit demi sedikit, dan hasil- nya diperluas melalui konteks yang
terbatas (sem- pit) serta tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-
fakta, konsep-konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
mengontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Dengan dasar
itu pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan “mene- rima”
pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka
melalui keterlibatan aktif dalam proses pembela- jaran siswa menjadi pusat kegiatan bukan
guru.
Penerapan teori belajar konstruktivisme dalam pembelajaran dapat mengembangkan ber-
bagai karakter, antara lain berfikir kritis dan logis, mandiri, cinta ilmu, rasa ingin tahu,
menghargai orang lain, bertanggung jawab, dan percaya diri.
2. Bertanya (Questioning)
Bertanya (Questioning) merupakan strategi utama dalam pembelajaran yang berbasis
Contec- tual Teaching and Learning (CTL). Bertanya dipan- dang sebagai kegiatan guru untuk
mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Bagi siswa, kegiatan
bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelaja- ran yang berbasis inkuiry,
yaitu menggali infor- masi, mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan pada
aspek yang belum dike- tahuinya.
3. Inkuiri (Inquiry)
Menemukan (inquiry) merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis konteks-
tual. Pengetahuan dan keterampilan yang dipe- roleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat
seperangkat fakta-fakta, tetapi dari menemukan sendiri. Guru harus merancang kegiatan yang
merujuk pada kegiatan menemukan (misalnya melalui kegiatan praktikum), apapun materi
yang diajarkannya.
Pembelajaran yang menerapkan prinsip inkuiri dapat mengembangkan berbagai karakter,
antara lain berfikir kritis, logis, kreatif, dan inova- tif, rasa ingin tahu, menghargai pendapat
orang lain, santun, jujur, dan tanggung jawab.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Masyarakat belajar adalah sekelompok siswa yang terikat dalam kegiatan belajar agar
terjadi proses belajar lebih dalam. Semua siswa harus mempunyai kesempatan untuk bicara
dan berbagi ide, mendengarkan ide siswa lain de- ngan cermat, dan bekerjasama untuk
memban- gun pengetahuan dengan teman di dalam kelom- poknya. Konsep ini didasarkan
pada ide bahwa belajar secara bersama lebih baik daripada belajar secara individual.
5. Pemodelan (Modeling)
Pemodelan adalah proses penampilan sua- tu contoh agar orang lain berpikir, bekerja,
dan belajar. Pemodelan tidak jarang memerlukan siswa untuk berpikir dengan mengeluarkan
sua- ra keras dan mendemonstrasikan apa yang akan dikerjakan siswa. Pada saat pembelajaran,
sering guru memodelkan bagaimana agar siswa bela- jar. Guru menunjukkan bagaimana
melakukan sesuatu untuk mempelajari sesuatu yang baru. Guru bukan satu-satunya model.
Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.

 Jurnal Internasional

Analisis Keterampilan Dasar Mahasiswa Calon Guru Biologi pada Mata Kuliah
Pengenalan Laboratorium Biologi UNIROW Tuban

Basically all prospective biology teacher students must have the skills in managing and using the
laboratory. In every activity in the laboratory, all involving students' activities, creativity, and
intellectual, so that in achieving the success of learning in the laboratory, biology teacher
students must master the compulsory course of the introduction of the lab. This study aims to
analyze the basic skills of biology teacher candidates in introductory laboratory courses in the
management, use and maintenance of laboratory equipment. This research is a descriptive
explorative research conducted in the biology education program of UNIROW Tuban academic
year 2017/2018 on students of class of 2016 semester 2 which amounted to 14 people. Data on
the basic skills of these biology teacher candidates are derived from performance appraisals on
some of the skills tested with several assessments that include tooling skills, observing skills,
communication skills, concluding skills and laboratory maintenance skills. The results showed
that the average of all aspects of skills assessed showed good results that is 86. Meanwhile, when
viewed from the average of each skill aspect, the scores obtained were 86 for skills using tools,
87 for observing skills, 86 for communication skills, 83 for concluding skills and 88 for
laboratory maintenance skills.

Model pembelajaran yang di pakai iyalah Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based
Learning),Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah metoda
pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan
eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk
hasil belajar.Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan metode belajar yang menggunakan
masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru
berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis Proyek
dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam
melakukan insvestigasi dan memahaminya.Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan
memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam
sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum.
Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen
utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBL merupakan
investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan
usaha peserta didik.sesuai dengan jurnal bahwa proses pendidikan dasar dan menengah
mengisyaratkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswauntuk bepartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Sesuai dengan peraturan ini, maka dapat
diartikan bahwa seorang guru harus memliki kompetensi yang lebih tinggi dalam kaitannya
dengan penggunaan pendekatan scientific, khusunya bagi guru mata pelajaran IPA (biologi).
Biologi adalah salah satu mata pelajaran yang membutuhkan kemampuan kompleks dalam
segala hal, karena dalam biologi, kita tidak hanya menguasai pengetahuan melalui hafalan-
hafalan berupa konsep, namun harus melalui kemampuan analitis, kritis, dan selektif dalam
mengenali dan memecahkan suatu permasalahan yang ada. dalam pembelajaran biologi, calon
guru dituntut untuk mampu mendidik siswa melalui pendekatan ilmiah agar seluruh komponen
materi dapat dipahami dan diterima dengan baik oleh setiap siswa. Alasan inilah yang dijadikan
dasar untuk memberikan pelatihan dan pengetahuan yang lebih untuk melaksanakan kegiatan
praktikum berdasarkan keterampilan ilmiah.

Pendekatan yang dilakukan oleh peneliti ini adalah pendekatan pembelajaran konstektual
merupakan pendekatan yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkanya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat.pendekatan kontekstual sendiri dilakukan dengan melibatkan komponen komponen
pembelajaran yang efektif yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar,
pemodelan, refleksi, penilaian sebenarnya. Contohnya didalam jurnal dapat dilihat
yaituKeterampilan ilmiah terdiri dari keterampilan dasar (basic science proses skills) dan
keterampilan ilmiah terintegrasi (integrated science proses skills). Keterampilan dasar terdiri dari
1). Mengamati, 2)mengklasifikasi, 3). Mengkomunikasikan, 4). Mengukur, 5). Memprediksi, dan
6). Menyimpulkan. Sedangkan keterampilan terintegrasi terdiri dari 1). Mengenali variabel, 2).
Membuat tabel data, 3). Membuat grafik, 4). Menggambar hubungan antar variabel, 5).
Mengumpulkan dan mengolah data, 6). Menganalisa data penelitian, 7). Menyusun hipotesis, 8).
Mendefinisikan variabel, 9). Merancang penelitian, dan 10). Bereksperimen (Zaki, 2013).

Inovasi pembelajaran pada penelitian tersebut merupakan inovasi pembelajaran kompetensi


dimana siswa sebagai subjek belajar yang memegang peranan utama, sehingga dalam setting
proses belajar mengajar siswa dituntut kreatifitas secara penuh bahkan secara individual
mempelajari bahan pelajaran. Pembelajaran kompetensi memiliki karakteristik khusus yang
berada dengan pembelajaran lainnya, seperti apa yang dipelajari siswa, bagaimana proses
pembelajaran, waktu belajar, dan kemajuan belajar siswa secara individu. Prinsip-prinsip
pembelajaran kompetensi bertitik tolak pada pengelolaan kegiatan pembelajaran yang dapat
memberikan suatu kondisi dapat terjadi proses belajar pada siswa dengan melibatkan berbagai
aspek yang mempengaruhinya baik yang terdapat dalam diri siswa maupun sesuatu yang berada
pada lingkungan sekitarnya serta peranan guru. Contohnya didalam jurnal dapat dilihat
yaituInovasi pembelajaran pada penelitian tersebut merupakan inovasi pembelajaran kompetensi
dimana siswa sebagai subjek belajar yang memegang peranan utama, sehingga dalam setting
proses belajar mengajar siswa dituntut kreatifitas secara penuh bahkan secara individual
mempelajari bahan pelajaran. Pembelajaran kompetensi memiliki karakteristik khusus yang
berada dengan pembelajaran lainnya, seperti apa yang dipelajari siswa, bagaimana proses
pembelajaran, waktu belajar, dan kemajuan belajar siswa secara individu. Prinsip-prinsip
pembelajaran kompetensi bertitik tolak pada pengelolaan kegiatan pembelajaran yang dapat
memberikan suatu kondisi dapat terjadi proses belajar pada siswa dengan melibatkan berbagai
aspek yang mempengaruhinya baik yang terdapat dalam diri siswa maupun sesuatu yang berada
pada lingkungan sekitarnya serta peranan guru. Contohnya didalam jurnal dapat dilihat yaitu

Berdasarkan penjelasan diatas diketahui bahwa paradigm pembelajaran yang sesuai dengan
jurnal yaitu menggunakan paradigma pembelajaran Behaviorisme. Paragdigma ini memiliki 3
poin penting yaitu Tingkah laku ini dapat di perhatikan dan diukur, perinsip utama ialah factor
rangsangan (stimulus), respon (response) serta penguatan (reinforcement), dan modil ini
menganggap factor lingkungan sebagai rangsangan dan respon perserta didik terhadap rangsanga
itu ialah responnya. Contohnya didalam jurnal dapat dilihat yaituProses pembelajaran pada mata
kuliah pengenalan laboratorium ini berlangsung sebanyak 16 kali pertemuan, 2 pertemuan untuk
UAS dan UTS, 10 pertemuan untuk materi dan presentasi, serta 4 pertemuan diantaranya
digunakan untuk melakukan beberapa praktikum sebagai penunjang atau kegiatan pembelajaran
yang dilakukan untuk menilai 5 aspek yang ditentukan, sedangkan 10 pertemuan yang lain,
digunakan sebagai pemberian materi kuliah dan tugas yang lainnya. 4 pertemuan yang digunakan
sebagai bahan penilaian ini, pertemuan pertama dari 4 pertemuan yang digunakan adalah
mengidentifikasi bagian-bagian dari mikroskop beserta caramenggunakannya. Tiga pertemuan
selanjutnya, digunakan untuk menilai aspek keterampilan yang lain, yakni digunakan untuk
membuat preparat dan melakukan pengamatan pada bagian tubuh tumbuhan dengan menyayat
sendiri tumbuhan yang akan diamati. Membuat preparat adalah termasuk kegiatan di
laboratorium yang membuatuhkan kemampuan lebih. Meskipun terlihat mudah dibuat, namun
jika preparat yang akan dibuat ini mengalami kerusakan saat pembuatan, maka preparat yang
akan digunakan ini tidak dapat digunakan sebagai bahan praktikum. Aspek penilaian pembuatan
preparat ini dapat mengarah pada berbagai jenis keterampilan, mulai dari keterampilan
menggunakan alat, keterampilan mengamati, keterampilan mengkomunikasikan, keterampilan
menyimpulkan, dan keterampilan pemeliharaan laboratorium.Pembuatan preparat ini dijadikan
3x praktikum yakni pembuatan dan pengamatan preparat sayatan melintang dan membujur dari
daun tumbuhan, batang tumbuhan dan akar tumbuhan serta mengidentifikasi setiap perbedaan
yang ada pada beberapa spesies tumbuhan

Anda mungkin juga menyukai