Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

KANKER BULI-BULI

A. Pengertian
Neoplasma adalah kumpulan sel abnormal yang

terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus menerus secara

terbatas, tidak berkoordinasi dengan jaringan sekitarnya

dan tidak berguna bagi tubuh (dr. Achmad Tjarta,

Pathologi).

Kanker adalah Istilah umum yang digunakan untuk

menggambarkan gangguan pertumbuhan selular dan merupakan

kelompok penyakit dan bukan hanya penyakit tunggal

(Marilynn E. Doenges, Rencana Askep.).

Cancer: Istilah umum yang mencakup setiap

pertumbuhan malignan dalam setiap bagian tubuh.

Pertumbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasit dan

berkembang dengan mengorbankan manusia yang menjadi

hospesnya. Sedangkan Carsinoma adalah pertumbuhan kanker

pada jaringan epitel. (Sue Hinchliff, Kamus Keperawatan).

Kanker buli-buli adalah tumor ganas yang didapatkan

dalam buli-buli ( kandung kemih).

B. Anatomi dan Fisiologi

Kandung kemih merupakan organ berongga yang

terletak disebelah anterior tepat dibelakang os. pubis.

Organ ini berfungsi sebagai wadah sementara untuk

menampung urine. Sebagian besar dinding kandung kemih


tersusun dari otot polos yang dinamakan musculus

detrusor. Kontraksi otot ini terutama berfungsi untuk

mengosongkan kandung kemih pada saat buang air kecil.

Uretra muncul dari kandung kemih pada laki-laki uretra

berjalan lewat penis dan pada wanita bermuara tepat

disebelah anterior vagina. Pada laki-laki kelenjar

prostat yang terletak tepat dibawah leher kandung kemih

mengelilingi uretra disebelah posterior dan lateral.

Spingter urinarius ekterna merupakan otot volunter yang

bulat untuk mengendalikan proses awal urinasi.

C. Etiologi

Penyebab yang pasti dari kanker kandung kemih tidak

diketahui. Tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa

kanker ini memiliki beberapa faktor resiko:

1. Usia, resiko terjadinya kanker kandung kemih meningkat

sejalan dengan pertambahan usia.

2. Merokok, merupakan faktor resiko yang utama.

3. Lingkungan pekerjaan, beberapa pekerja memiliki resiko

yang lebih tinggi untuk menderita kanker ini karena di

tempatnya bekerja ditemukan bahan-bahan karsinogenik

(penyebab kanker). Misalnya pekerja industri karet,

kimia, kulit.

4. Infeksi, terutama infeksi parasit (skistosomiasis).

5. Pemakaian siklofosfamid atau arsenik untuk mengobati

kanker dan penyakit lainnya.


6. Ras, orang kulit putih memiliki resiko 2 kali lebih

besar, resiko terkecil terdapat pada orang Asia.

7. Pria, memiliki resiko 2-3 kali lebih besar.

8. Riwayat keluarga, orang-orang yang keluarganya ada

yang menderita kanker kandung kemih memiliki resiko

lebih tinggi untuk menderita kanker ini. Peneliti

sedang mempelajari adanya perubahan gen tertentu yang

mungkin meningkatkan resiko terjadinya kanker ini.

D. Tanda dan Gejala

1. Kencing campur darah yang intermitten

2. Merasa panas waktu kencing

3. Merasa ingin kencing

4. Sering kencing terutama malam hari dan pada fase

selanjutnya sukar kencing

5. Nyeri suprapubik yang konstan

6. Panas badan dan merasa lemah

7. Nyeri pinggang karena tekanan saraf

8. Nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis

Gejala dari kanker kandung kemih menyerupai gejala

infeksi kandung kemih (sistitis) dan kedua penyakit ini

bisa terjadi secara bersamaan. Patut dicurigai suatu

kanker jika dengan pengobatan standar untuk infeksi,

gejalanya tidak menghilang.


E. Patofisiologi

Patofisiologi terjadinya hidronefrosis dan

hiroureter diawali dengan adanya hambatan aliran urun

secara anatomic maupun fisiologik. Hambatan ii dapat

terjadi dimana saja sepanjang ginjal sampai meatus

uretra. Peningkatan tekanan ureter menyebabkan perubahan

dalam filtrasi glomerulus (GFR). Fungsi tubulus, dan

aliran darah ginjal. GFR menurun dalam beberapa jam

setelah terjadinya hambatan. Kondisi ini dapat bertahan

selama beberapa minggu. Fungsi tubulus juga terganggu.

Berat dan durasi kelainan ini tergantung pada berat dan

durasi hambatan aliran. Hambatan aliran yang singkat

menyebabkan kelainan yang reversible sedangkan sumbatan

kronis menyebabkan atrofi tubulus dan hilangnya nefrin

secara permanen. Peningkatan tekanan ureter juga aliran

balik pielovena dan pielolimpatik. Dalam duktus

kolektivus, dilatasi dibatasi oleh parenkim ginjal. Namun

komponen di luar ginjal dapat berdilatasi maksimal.

Pada urogram, hidronefrosis dini memberikan

gambaran kalik-kalik yang mendatar (flattening).

Sementara pada keadaan lanjut, memperlihatkan kalik-kalik

berupa tongkat (clubbing). Pada tingkat yang lebih parah

terjadi destruksi parenkimdan pembesaran traktus

urinarius, kompresi papilla, penipisan parenkim di

sekitar kalises, dan dapat terjadi atrofi korteks yang


berjalan progresif dan akhirnya terbentuk kantung

hidronefrotik (balloning).

Sementara pada USG, derajat hidronefrosis terbagi

menjadi 3. Hidronefrosis ringan memberiakan gambaran

hipoekoik di bagian tengah ginjal. Pada hidronefrosis

sedang terlihat pelebaran peilokalikises yang sama

baiknya seperti pada urografi. Sedangkan pada

hidronefrosis berat tampak kalises berupa suatu zona

bebas ekonomi yang lobulated, parenkim ginjal tidak

jelas.
F. Pathway

 Usia
 Merokok
 Lingkungan pekerjaan
 Infeksi
 Pemakain siklofosframid
 Ras
 Jensi kelamin
 Riwayat keluarga

Buli-buli
Ca Buli-buli

Ulserasi Metastase Oklusi


Infeksi e ureter/pelvic
sekunder renal
Invasi pada bladder
Panas waktu Refluks
kencing
Hidronefrosis
Merasa panas Retensio urin
dan tubuh  Nyeri supra
lemah pubic
Hematuria  Nyeri pinggang
Nyeri Ginjal membesar
Nyeri Penatalaksanaan

Operasi Kemoterapi
Tidak adekuat
Diskontinuitas Sosio ekonomi, Kurangnya terapi
Jaringan perubahan informasi tentang Efek samping
kesehatan, penyakit kemoterapi
Nyeri situasi krisis
Kurang
Takut pengetahuan Imun
Kecemasan Resiko Infeksi

Panas tubuh Anoreksia


Resiko kerusakan Intoleransi
dan lemah
membrane mulut aktifitas

Hb↓
Resiko kurangnya
volme cairan
Resiko kerusakan
integritas kulit
G. Pemeriksaan Diagnostik

1. Laboratorium

a. Pemeriksaan Hb

Hb menurun oleh karena kehilangan darah,

infeksi, uremia, gros atau micros hematuria

b. Pemeriksaan Leukosit

1) Leukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan

terdapat pus dan bakteri dalam urine

2) Acid phospatase meningkat; kanker prostat

metastase.

3) CTH meningkat kanker paru

4) Alkaline phosphatase meningkat; kanker tulang

atau metastase ke tulang, kanker hati, lymphoma,

leukemia.

5) Calsium meningkat; metastase tulang, kanker

mamae, leukemia, lymphoma, multiple myeloma,

kanker; paru, ginjal, bladder, hati, paratiroid.

6) LDH meningkat; kanker hati, metastase ke hati,

lymphoma, leukemia akut

7) SGPT (AST), SGOT (ALT) meningkat; kanker

metastase ke hati.

8) Testosteron meningkat; kanker adrenal, ovarium.

2. Radiology

a. Excretory urogram biasanya normal, tapi mungkin

dapat menunjukkan tumornya.

b. Retrograde cystogram dapat menunjukkan tumor


c. Fractionated cystogram adanya invasi tumor dalam

dinding buli-buli

d. Angography untuk mengetahui adanya metastase lewat

pembuluh lymphe

3. Cystocopy dan biopsy

a. cystoscopy hampir selalu menghasilkan tumor

b. Biopsi dari pada lesi selalu dikerjakan secara

rutin.

4. Cystologi

Pengecatan sieman/papanicelaou pada sedimen

urine terdapat transionil cel daripada tumor.

H. Penatalaksanaan Medis

1. Operasi

a. Reseksi tranurethral untuk single/multiple

papiloma.

b. Dilakukan pada stage 0,A,B1 dan grade I-II-low

grade.

c. Total cystotomy dengan pegangkatan kel. Prostate

dan urinary diversion untuk:

1) Transurethral cel tumor pada grade 2 atau lebih

2) Aquamosa cal Ca pada stage B-C.

2. Radioterapy

a. Diberikan pada tumor yang radiosensitive seperti

undifferentiated pada grade III-IV dan stage B2-C.


b. Radiasi diberikan sebelum operasi selama 3-4

minggu, dosis 3000-4000 Rads. Penderita dievaluasi

selam 2-4 minggu dengan iinterval cystoscopy, foto

thoraks dan IVP, kemudian 6 minggu setelah radiasi

direncanakan operasi. Post operasi radiasi tambahan

2000-3000 Rads selam 2-3 minggu.

3. Chemoterapi

Obat-obat anti kanker

a. Citral, 5 fluoro urasil

b. Topical chemotherapy yaitu Thic-TEPA, Chemotherapy

merupakan paliatif. 5- Fluorouracil (5-FU) dan

doxorubicin (adriamycin) merupakan bahan yang

paling sering dipakai. Thiotepa dapat diamsukkan ke

dalam Buli-buli sebagai pengobatan topikal. Klien

dibiarkan menderita dehidrasi 8 sampai 12 jam

sebelum pengobatan dengan theotipa dan obat

diabiarkan dalam Buli-buli selama dua jam.

I. Komplikasi

1. Infeksi sekunder bila tumor mengalami ulserasi

2. Retensi urine bila tumor mengadakan invasi ke bladder

neck

3. Hydronephrosis oleh karena ureter menglami oklusi

J. Diagnosa Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji

1. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

a. Cemas
b. Nyeri

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

d. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis

dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya

informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif

e. Resiko tinggi kerusakan membran mukosa mulut

f. Resiko tinggi kurangnya volume cairan

g. Resiko tinggi infeksi

h. Resiko tinggi gangguan fungsi seksual

i. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit

2. Data yang perlu dikaji

a. Pengkajian

1) Identitas

Yang paling sering dijangkiti kanker dari

alat perkemihan adalah buli-buli. Kanker Buli-

buli terjadi tiga kali lebih banyak pada pria

dibandingkan pada wanita, dan tumor-tumor

multipel juga lebih sering, kira-kira 25% klien

mempunyai lebih dari satu lesi pada satu kali

dibuat diagnosa.

2) Riwayat keperawatan

Keluhan penderita yang utama adalah

mengeluh kencing darah yang intermitten, merasa

panas waktu kening. Merasa ingin kencing, sering

kencing terutama malam hari dan pada fase

selanjutnya sukar kencing, nyeri suprapubik yang


konstan, panas badan dan merasa lemah, nyeri

pinggang karena tekanan saraf, dan nyeri pada

satu sisi karena hydronephrosis

3) Pemeriksaan fisik dan klinis

 Inspeksi , tampak warna kencing campur darah,

pembesaran suprapubic bila tumor sudah besar.

 Palpasi, teraba tumor masa suprapubic,

pemeriksaan bimanual teraba tumor pada dasar

buli-buli dengan bantuan general anestesi baik

waktu VT atau RT.

4) Pemeriksaan penunjang

 Laboratorium

 Radiology

 Cysticopy dan biopsy

 Cystologi

K. Prioritas dan Diagnosa Keperawatan

1. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis

(kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran

dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian,

pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan

tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan

peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan

menolong diri, stimulasi simpatetik.

2. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit

(penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi


sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf,

inflamasi), efek samping therapi kanker ditandai

dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak

mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.

3. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh)

berhubungan dengan hipermetabolik yang berhubungan

dengan kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi,

pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa

kecap, nausea), emotional distress, fatigue,

ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien

mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap,

kehilangan selera, berat badan turun sampai 20% atau

lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak

subkutan, konstipasi, abdominal cramping.

4. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi,

misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan

sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan

miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti

intruksi/pencegahan komplikasi.

L. Intervensi

1. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis

(kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran

dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian,

pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan


tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan

peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan

menolong diri, stimulasi simpatetik.

a. Tujuan

Cemas klien berkurang

b. Kriteria hasil

1) Klien dapat mengurangi rasa cemasnya

2) Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.

3) Menunjukkan koping yang efektif serta mampu

berpartisipasi dalam pengobatan.

c. Rencana tindakan

1) Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap

penyakit yang dideritanya.

Rasional: Data-data mengenai pengalaman klien

sebelumnya akan memberikan dasar untuk

penyuluhan dan menghindari adanya

duplikasi.

2) Berikan informasi tentang prognosis secara

akurat.

Rasional: Pemberian informasi dapat membantu

klien dalam memahami proses

penyakitnya.

3) Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan

rasa marah, takut, konfrontasi. Beri informasi

dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai

Rasional: Dapat menurunkan kecemasan klien


4) Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping.

Bantu klien mempersiapkan diri dalam pengobatan.

Rasional: Membantu klien dalam memahami

kebutuhan untuk pengobatan dan efek

sampingnya

5) Catat koping yang tidak efektif seperti kurang

interaksi sosial, ketidak berdayaan dll.

Rasional: Mengetahui dan menggali pola koping

klien serta mengatasinya/memberikan

solusi dalam upaya meningkatkan

kekuatan dalam mengatasi kecemasan.

6) Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan

support system.

Rasional: Agar klien memperoleh dukungan dari

orang yang terdekat / keluarga.

7) Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman

Rasional: Memberikan kesempatan pada klien untuk

berpikir/merenung/istirahat.

8) Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan

sentuhlah dengan wajar.

Rasional: Klien mendapatkan kepercayaan diri dan

keyakinan bahwa dia benar-benar

ditolong

2. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit

(penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi


sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf,

inflamasi), efek samping therapi kanker ditandai

dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak

mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.

a. Tujuan

Nyeri klien berkurang

b. Kriteria hasil

1) Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui

aktivitas.

2) elaporkan nyeri yang dialaminya.

3) Mengikuti program pengobatan.

4) Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan

rasa nyeri melalui aktivitas yang mungkin.

c. Rencana tindakan

1) Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan

intensitas.

Rasional: Memberikan informasi yang diperlukan

untuk merencanakan asuhan.

2) Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi,

khemotherapi, biotherapi, ajarkan klien dan

keluarga tentang cara menghadapinya.

Rasional: Untuk mengetahui terapi yang dilakukan

sesuai atau tidak, atau malah

menyebabkan komplikasi.
3) Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas

menyenangkan seperti mendengarkan musik atau

nonton TV.

Rasional: Untuk meningkatkan kenyamanan dengan

mengalihkan perhatian klien dari rasa

nyeri.

4) Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik

relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira, dan

berikan sentuhan therapeutic.

Rasional: Meningkatkan kontrol diri atas efek

samping dengan menurunkan stress dan

ansietas.

5) Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu

Rasional: Untuk mengetahui efektifitas

penanganan nyeri, tingkat nyeri dan

sampai sejauhmana klien mampu

menahannya serta untuk mengetahui

kebutuhan klien akan obat-obatan anti

nyeri.

6) Diskusikan penanganan nyeri dengan dokter dan

juga dengan klien.

Rasional: Agar terapi yang diberikan tepat

sasaran.

7) Berikan analgetik sesuai indikasi seperti morfin,

methadone, narkotik dll.

Rasional: Untuk mengatasi nyeri


3. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh)

berhubungan dengan hipermetabolik yang berhubungan

dengan kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi,

pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa

kecap, nausea), emotional distress, fatigue,

ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien

mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap,

kehilangan selera, berat badan turun sampai 20% atau

lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak

subkutan, konstipasi, abdominal cramping.

a. Tujuan

Berat badan klien stabil

b. Kriteria hasil

1) Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil

lab normal dan tidak ada tanda malnutrisi.

2) Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake

yang adekuat.

3) Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang

berhubungan dengan penyakitnya

c. Rencana tindakan

1) Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien

makan sesuai dengan kebutuhannya.

Rasional: Memberikan informasi tentang status

gizi klien.
2) Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps

serta amati penurunan berat badan.

Rasional: Memberikan informasi tentang

penambahan dan penurunan berat badan

klien.

3) Kaji pucat, penyembuhan luka yang lambat dan

pembesaran kelenjar parotis.

Rasional: Menunjukkan keadaan gizi klien sangat

buruk.

4) Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi

kalori dengan intake cairan yang adekuat.

Anjurkan pula makanan kecil untuk klien.

Rasional: Kalori merupakan sumber energy.

5) Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau

bising. Hindarkan makanan yang terlalu manis,

berlemak dan pedas.

Rasional: Mencegah mual muntah, distensi

berlebihan, dispepsia yang menyebabkan

penurunan nafsu makan serta mengurangi

stimulus berbahaya yang dapat

meningkatkan ansietas.

6) Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya

makan bersama teman atau keluarga.

Rasional: Agar klien merasa seperti berada

dirumah sendiri.
7) Anjurkan tehnik relaksasi, visualisasi, latihan

moderate sebelum makan.

Rasional: Untuk menimbulkan perasaan ingin

makan/membangkitkan selera makan.

8) Anjurkan komunikasi terbuka tentang problem

anoreksia yang dialami klien.

Rasional: Agar dapat diatasi secara bersama-sama

(dengan ahli gizi, perawat dan klien).

9) Kolaboratif

Rasional: Untuk mengetahui/menegakkan terjadinya

gangguan nutrisi sebagi akibat

perjalanan penyakit, pengobatan dan

perawatan terhadap klien.

10) Amati studi laboraturium seperti total limposit,

serum transferin dan albumin.

Rasional: Membantu menghilangkan gejala

penyakit, efek samping dan

meningkatkan status kesehatan klien.

11) Berikan pengobatan sesuai indikasi.

Rasional: Mempermudah intake makanan dan minuman

dengan hasil yang maksimal dan tepat

sesuai kebutuhan.

4. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi,

misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan


sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan

miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti

intruksi/pencegahan komplikasi.

a. Tujuan

Pengetahuan klien tentang penyakitnya bertambah

b. Kriteria hasil

1) Klien dapat mengatakan secara akurat tentang

diagnosis dan pengobatan pada ting-katan siap.

2) Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan

tentang alasan mengikuti prosedur tersebut.

3) Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup

dan berpartisipasi dalam pengo- batan.

4) Bekerjasama dengan pemberi informasi.

c. Rencana tindakan

1) Review pengertian klien dan keluarga tentang

diagnosa, pengobatan dan akibatnya.

Rasional: Menghindari adanya duplikasi dan

pengulangan terhadap pengetahuan

klien.

2) Tentukan persepsi klien tentang kanker dan

pengobatannya, ceritakan pada klien tentang

pengalaman klien lain yang menderita kanker

Rasional: Memungkinkan dilakukan pembenaran

terhadap kesalahan persepsi dan

konsepsi serta kesalahan pengertian.


3) Beri informasi yang akurat dan faktual. Jawab

pertanyaan secara spesifik, hindarkan informasi

yang tidak diperlukan.

Rasional: Membantu klien dalam memahami proses

penyakit.

4) Berikan bimbingan kepada klien/keluarga sebelum

mengikuti prosedur pengobatan, therapy yang lama,

komplikasi. Jujurlah pada klien.

Rasional: Membantu klien dan keluarga dalam

membuat keputusan pengobatan.

5) Anjurkan klien untuk memberikan umpan balik

verbal dan mengkoreksi miskonsepsi tentang

penyakitnya

Rasional: Mengetahui sampai sejauhmana pemahaman

klien dan keluarga mengenai penyakit

klien.

6) Review klien /keluarga tentang pentingnya status

nutrisi yang optimal.

Rasional: Meningkatkan pengetahuan klien dan

keluarga mengenai nutrisi yang

adekuat.

7) Anjurkan klien untuk mengkaji membran mukosa

mulutnya secara rutin, perhatikan adanya eritema,

ulcerasi.

Rasional: Mengkaji perkembangan proses-proses

penyembuhan dan tanda-tanda infeksi


serta masalah dengan kesehatan mulut

yang dapat mempengaruhi intake makanan

dan minuman.

8) Anjurkan klien memelihara kebersihan kulit dan

rambut.

Rasional: Meningkatkan integritas kulit dan

kepala.

DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyce M & Esther Matassarin-Jacobs. 1997. Medical


Surgical Nursing : Clinical Management for Continuity
of Care, Edisi 5, W.B. Saunders Company: Philadelphia

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa


Keperawatan. EGC: Jakarta

Doenges, Marilyn E, et all. 1993. Nursing Care Plans :


Guidelines for Planning and Documenting Patient Care,
Edition 3, F.A. Davis Company: Philadelphia

Gale, Danielle & Charette, Jane. 2000. Rencana Asuhan


Keperawatan Onkologi. EGC: Jakarta

Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa:


Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran
Bandung, Edisi 1. Yayasan IAPK
Pajajaran: Bandung

Anda mungkin juga menyukai