Anda di halaman 1dari 18

PENDAHULUAN

Prevalensi kanker paru di negara maju sangat tinggi, di USA tahun 2002
dilaporkan terdapat 169.400 kasus baru (merupakan 13% dari semua kanker baru
yang terdiagnosis) dengan 154.900 kematian (merupakan 28% dari seluruh
kematian akibat kanker). Di Inggris angka kejadiannya mencapai 40.000/tahun. Di
Indonesia kanker paru menduduki peringkat 4 kanker terbanyak, di RS Kanker
Dharmais Jakarta tahun 1998 menduduki urutan ke-3 sesudah kanker payudara
dan leher rahim. Angka kematian akibat kanker paru di seluruh dunia mencapai
kurang lebih satu juta penduduk tiap tahunnya. Di negara berkembang lain
dilaporkan insidennya naik dengan cepat antara lain karena konsumsi rokok yang
berlebihan seperti di Cina yang mengkonsumsi 30% rokok dunia. 1 Tingginya
angka merokok pada masyarakat akan menjadikan kanker paru juga sebagai salah
satu masalah kesehatan di Indonesia. Data yang dibuat WHO menunjukan bahwa
kanker paru adalah jenis penyakit keganasan yang menjadi penyebab kematian
utama pada kelompok kematian akibat keganasan, bukan hanya pada laki laki
tetapi juga pada perempuan. 2 Akan tetapi, sebagian besar kanker paru mengenai
pria (65%).1 Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di
paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari
luar paru (metastasis tumor di paru). Kanker paru yang akan dibicarakan dalam
laporan kasus ini ialah kanker paru primer, yakni tumor ganas yang berasal dari
2
epitel bronkus atau karsinoma bronkogenik (bronchogenic carcinoma). Salah
satu jenis dari bronkogenik karsinoma adalah tumor Pancoast atau tumor sulkus
superior. 9,11
Tumor Pancoast ini adalah tumor yang terletak pada bagian apex dari paru.
Karakteristik dari sindroma klinis tumor ini pertama kali digambarkan oleh Edwin
Hare pada tahun 1838. 13 Pada tahun 1924, hamper 80 tahun setelahnya, Henry
Pancoast, radiologis dari universitas Pennsylvania, menerbitkan makalah yang
menjelaskan tentang tumor-tumor pada apex paru. Kemudian dalam laporannya
pada tahun 1932, dia menjelaskan secara rinci mengenai sindrom yang kemudian
diberi nama sesuai dengan namanya. Henry pancoast pertama kali
menggambarkan ciri-ciri klinis tumor apex paru (tumor pancoast) sebagai suatu

1
massa pada apex paru yang berhubungan dengan destruksi costa, nyeri pada
servikal 8 atau pada costa 1 dan 2, sindrom horner, atrofi otot-otot lengan, nyeri
pada bahu dan sepanjang distribusi saraf ulnaris pada lengan serta tangan.14 Jenis
tumor Pancoast yang terbanyak merupakan jenis Non Small Cell Lung Cancer
(NSCLC) yaitu sebanyak 95%, terdiri dari karsinoma skuamosa 52%, adenokarsi-
noma 22%, dan karsinoma sel besar 11%.12 Hanya 3-5% yang merupakan Small
6
Cell Lung Cancer (SCLC). Kejadian tumor Pancoast ini hanya 2%-5% dari
seluruh karsinoma bronkogenik. Di Amerika kurang dari 5% dari semua kanker
paru primer berlokasi di sulkus superior. 8
Karakteristik tumor pancoast : 8
a) Selalu bersifat ganas (kanker paru)
b) Lokasinya selalu pada apex paru
c) Sering tumbuh membentuk massa yang besar
d) Sering menginvasi dinding dada bagian apical
e) Sering menekan/ merusak persarafan di leher/ bahu yang menyebabkan
sindrom horner.
Tumor pada apex paru ini cepat menginvasi daerah sekitarnya. Angka
mortalitas atau morbiditasnya cukup tinggi diperkirakan dari angka survival 5
tahun. Walaupun tumor ini bersifat fatal akan tetapi bila belum bermetastasis dan
menginvasi ke kelenjar limfe, penatalaksanaan tumor pancoast dapat dilakukan
dengan baik.12
Penatalaksanaan dari tumor Pancoast itu sendiri tergantung dari jenis sel
dan stadium tumor, dapat berupa kemoterapi, radioterapi maupun kombinasi
antara keduanya. 15

Berikutnya adalah sebuah laporan kasus tumor Pancoast pada laki-laki 56


tahun.

2
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

 Nama : Tn. S
 Umur : 56 Tahun
 Jenis kelamin : Laki-laki

B. ANAMNESIS
 Keluhan Utama : Sesak napas
 Riwayat penyakit sekarang :
Dialami sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak tidak
dipengaruhi oleh aktivitas dan cuaca. Batuk ada tidak berlendir dan tidak
ada darah. Demam tidak ada.
Pasien juga mengeluhkan nyeri pada bahu dan lengan kiri sejak 3
bulan yang lalu, nyeri sepeti ditusuk-tusuk, menjalar dari bahu ke arah
tangan. Sebelumnya nyeri timbul di dada kiri sejak 4 bulan yang lalu,
semakin hari semakin bertambah nyeri. Sehingga pasien sering
mengkonsumsi obat-obatan analgetik , tetapi tidak memberikan efek.
Nafsu makan pasien menurun dan berat badan semakin menurun
sebanyak 10 kg dalam 4 bulan terakhir. Pasien buang air kecil seperti
biasa, warna kuning jernih dan jumlah cukup. Serta buang air besar pasien
juga seperti biasanya, tidak lembek / cair, warna kuning kecoklatan.
Riwayat hemoptisis sebelumnya disangkal. Riwayat berobat paru 6
bulan disangkal. Riwayat asma disangkal. Riwayat berobat dan
didiagnosis kanker paru sejak 2 bulan yang lalu. Riwayat trauma pada
dinding dada dan extremitas disangkal. Riwayat berobat jantung disangkal.
Riwayat hipertensi dan DM disangkal. Riwayat merokok ada sejak masih
muda sebanyak 1-2 bungkus per hari dan baru berhenti sejak 4 bulan yang
lalu.

C. PEMERIKSAAN FISIK

3
1. Keadaan umum : Sakit sedang/ gizi cukup/ composmentis
2. Tanda vital
 Tekanan darah : 110/80mmHg
 Nadi : 90 x/menit, reguler
 Pernapasan : 26x/menit
 Suhu : 36,7C (aksilla)
3. Kepala
 Mata : Anemis (-), ikterus (-)
 Bibir : Sianosis (-)
 Leher : Limfadenopati (-), DVS R-2 cmH2O
4. Dada
 Inspeksi : Tidak simetris kiri dan kanan, bagian kiri tertinggal,
normochest
 Palpasi : Nyeri tekan (+), vokal fremitus kanan>kiri
 Perkusi : Sonor pada seluruh lapangan paru kecuali pada bagian
apex paru kiri
 Auskultasi : BP: Vesikuler; suara napas menurun di apex paru kiri.
BT: Ronkhi-/-, Wheezing -/-
5. Jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : Ictus cordis teraba
 Perkusi : Pekak
 Batas kanan : Linea parasternalis kanan
 Batas kiri : Linea medioklavikularis kiri
 Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni, reguler,
6. Abdomen
 Inspeksi : Datar, ikut gerak nafas
 Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
 Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba
 Perkusi : Timpani (+), ascites (-)
7. Ekstremitas : Edema: pretibial -/-, dorsum pedis -/-

4
D. PEMERIKSAAN EKG (12 November 2015)
- Irama : Sinus
- Heart rate : 80 x / menit
- Axis : Normoaxis
- Gelombang P : 0.08 detik
- Interval PR : 0.12 detik

- Segmen ST : Normal

- T wave : Normal
Kesan: Sinus ritme, Heart rate 100 x/menit, normoaxis

E. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah rutin
• WBC : 9,5 x 103
• RBC : 4,60 x 106
• Hb     : 14,0 gr/dl
• HCT : 41,6%
• MCV : 90fl
• MCH : 30,5 pg
• MCHC: 33,7 g/dl
• PLT   : 481 x103 /uL
• NEUT : 70,9%
• LYMPH: 15,9%
• MONO : 8,6 %
• EOS : 4,2 %
• BASO : 0,4 %
Kimia Darah
• GDS : 106 mg/dl
• Ureum : 23 mg/dl
• Kreatinin : 0,69 mg/dl
• SGOT : 65 U/I

5
• SGPT : 30 U/I
• Asam Urat : 5,0
• PT : 10,6
• INR :0,93
• APTT : 25,0
• CEA : 24,83
Elektrolit
• Natrium : 132 mmol/l
• Kalium : 3,2 mmol/l
• Cloride : 93 mmol/l
Sputum BTA 3X : negatif
Sikatan Bronkus (Bronkoskopi) : Gram negatif, basil tunggal,
tidak ditemukan jamur,
pewarnaan BTA negatif

F. PEMERIKSAAN FOTO THORAX


- Susp. Tumor Pancoast
- TB paru lama aktif
- Pleural reaction sinistra

G. PEMERIKSAAN ECHOCARDIOGRAPHY
- Fungsi Sistolik Ventrikel Kiri Baik
- Ejeksi Fraksi 75%
- Disfungsi diastolik ventrikel kiri
- Efusi pericard mild

H. CT Scan Thorax tanpa kontras


Kesimpulan:
- Tumor Pancoast sinistra disertai metastasis konralateral
- TB paru lama aktif

6
I. HASIL PEMERIKSAAN TTNA RSWS
Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC) yang sesuai untuk adenokarsinoma

J. HASIL PEMERIKSAAN TTNA RS AKADEMIS


Mixed small and Non Small Cell Lung Cancer

K. HASIL PEMERIKSAAN SIKATAN DAN BILASAN BRONKUS RSWS


Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC)

L. HASIL PEMERIKSAAN SIKATAN DAN BILASAN BRONKUS RS


AKADEMIS
Tidak ditemukan sel-sel ganas pada pemeriksaan ini.

M. DIAGNOSIS
 Tumor Pancoast
 Imbalance elektrolit

N. PENGOBATAN
 Codein 10 mg/8 jam/oral
 Durogesic patch 25 mg/72 jam

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

Pasien masuk dengan keluhan utama sesak napas yang dialami sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit disertai batuk tidak berlendir. Dari anamnesis juga
diketahui adanya nyeri pada bahu kiri dan lengan kiri yang menjalar sejak 3 bulan
yang lalu. Selain itu juga pasien mengeluhkan adanya nyeri dada kiri yang
mengganggu. Pada tumor Pancoast keluhan-keluhan yang berupa batuk, batuk
darah maupun sesak jarang ditemukan, karena letaknya yang cenderung ke

7
perifer, namun tidak menutup kemungkinan gejala-gejala tersebut juga dapat
ditemukan, dan apabila ditemukan juga berarti bahwa pasien tersebut memiliki
prognosa yang buruk. Gejala yang ditemukan pada pasien ini berupa nyeri dada
dapat dipikirkan merupakan penyebab dari berbagai macam penyakit, salah
satunya dari jantung, karena pada pasien ini juga terdapat faktor resiko jantung
berupa usia tua dan adanya riwayat merokok. Namun, dari hasil pemeriksaan
EKG dalam batas normal maka hal tersebut dapat disingkirkan. Selain itu dari
anamnesis juga didapatkan bahwa pada pasien ini tidak pernah mengalami trauma
pada dinding dada sehingga nyeri dada dan nyeri pada bahu dan lengan dapat
disingkirkan merupakan suatu akibat dari trauma. Oleh karena itu nyeri dada yang
dirasakan oleh pasien kemungkinan diakibatkan adanya penekanan tumor pada
dinding dada, sedangkan nyeri yang dirasakan pada bahu kiri dan lengan kiri
diakibatkan adanya penekanan tumor pada plexus brachialis. Gejala awal yang
sering timbul pada Pancoast tumor adalah nyeri pada bahu, yang timbul sekitar
44%-96% kasus. Nyeri terjadi oleh karena invasi ke pleksus brakialis atau
ekstensi tumor ke pleura parietalis, iga 1 dan 2 atau korpus vertebra. Nyeri bersifat
progresif, dapat menjalar ke arah lengan ipsilateral bagian ulnar. Nyeri tersebut
sering di terapi sebagai osteoartritis cervical atau burs sitis bahu, sehingga
diagnosis tumor pancoast sering terlambat sekitar 5-10 bulan.

Pada pemeriksaan fisis ditemukan adanya pergerakan yang tidak simetris


pada dinding dada dan menurunnya vocal fremitus dada kiri didukung dengan
adanya gambaran foto thorax yang yang menggambarkan adanya suatu massa
tumor di apex paru kiri dan destruksi costa 2. Sehingga mendukung kriteria
diagnostik untuk suatu tumor Pancoast berdasarkan letak tumor dan karakteristik
gejalanya, dan didukung dari anamnesis adanya riwayat merokok sejak usia
mudayag merupakan faktor resiko kanker paru, kemudian pada pemeriksaan CT
Scan yang merupakan gold standar hasilnya mendukung adanya tumor Pancoast
kiri dengan metastasis konralateral.

Baik dari pemeriksaan fisis maupun dari hasil foto thorax dan CT Scan
thorax ditemukan gambaran TB paru lama aktif, namun dari hasil anamnesa yang
tidak mendukung, dan dari hasil pemeriksaan sputum BTA yang merupakan gold

8
standar memberi hasil negatif, ditambah dengan hasil sikatan bronkus pada
pemeriksaan bronkoskopi juga didapatkan sputum BTA yang negatif, maka
diagnosis TB dapat disingkirkan.

Dari hasil pemeriksaan laboratorium pada pasien ini didapatkan adanya


imbalans elektrolit, hiponatremia ringan dan hipokalemia ringan yang diduga
akibat dari kurangnya intake dari pasien, maka pada pasien ini perlu dilakukan
koreksi imbalans elektrolitnya melalui perbaikan gizi secara oral, karena
kesadaran pasien masih compos mentis.

Telah dibahas sebelumnya bahwa jenis sel yang paling sering ditemukan
pada tumor Pancoast adalh NSCLC yang berupa sel squamous maupun
adenokarsinoma. Hal ini sesuai dengan yang ditemukan pada hasil pemeriksaan
TTNA pada pasien ini. Walaupun pada pasien ini sempat ditemukan mixed small
cell dan NSCLC, namun ditetapkan sebagai NSCLC karena menilik dari kecilnya
presentasi small cell pada tumor Pancoast itu sendiri.

Karsinoma sel squamosa pada apex paru (Pulmonary Pathology)

Staging tumor Pancoast diperlukan guna menentukan prognosis dan


3
penatalaksanaan pada pasien. Staging kanker pancoast dibagi berdasarkan
3
jenis histologi sel. Staging kanker pancoast SCLC ( Small Cell Lung
Carsinoma) terdiri dari: 3
 Stage terbatas (limited) jika hanya melibatkan satu sisi paru (hemitoraks)

9
 Stage luas (extensived) jika sudah meluas dari satu hemitoraks atau
menyebar ke organ lain.
Staging kanker pancoast NSCLC (Non Small Cell Lung Carsinoma)
selalu dilukiskan dengan system TNM- sebuah klasifikasi yang dikembangkan
dan baru-baru ini telah direvisi oleh American Joint Committee on Cancer
(AJCC) dan Union Internationale Contre le Cancer (UICC; International
Union Against Cancer). Berdasarkan sistem ini dikenal :
 T : ukuran tumor
 N: keterlibatan kelenjar limfe
 M : metastasis
Pengobatan kanker paru selalu bergantung pada stage penyakit
tersebut. Pada umumnya stage awal, memiliki prognosis yang lebih baik.
1) Status tumor primer
Tumor primer diklasifikasikan berdasarkan kategori di bawah ini :
Tx tumor tidak dapat dinilai atau keberadaan tumor dibuktikan dengan adanya sel
kanker pada sputum atau bilas bronchial, tetapi tidak terlihat dari hasil radiogram
maupun bronkoskopi (occult tumor)
T0 tidak terbukti adanya tumor primer
Ti karsinoma in situ
s
T1 tumor berukuran sebesar 3 cm atau lebih kecil, dikelilingi paru atau pleura viseralis
yang normal.
T2 Tumor berdiameter lebih dari 3 cm atau ukuran berapa pun yang sudah menyerang
pleura viseralis atau mengakibatkan atelektasis yang meluas ke hilus, harus
berjarak lebih 2 cm dari distal karina.
T3 tumor dengan ukuran berapapun dengan perluasan langsung pada dinding dada,
diafragma, pleura mediastinalis, atau pericardium tanpa mengenai jantung ,
pembuluh darah besar, trachea, esophagus, atau korpus vertebra; atau dalam jarak
2 cm dari karina, tetapi tidak mengenai karina.
T4 tumor berukuran berapapun yang sudah menyerang mediastinum atau mengenai
jantung, pembuluh darah besar, trachea, esophagus, korpus vertebra, atau karina,
atau adanya efusi pleura yang maligna.

2) Keterlibatan kelenjar getah bening regional


Nx Keterlibatan kelenjar limfe regional tidak dapat dinilai
N0 Tidak terlihat adanya metastasis pada kelenjar getah bening regional.
N1 Metastasis pada peribronkial dan/atau kelenjar-kelenjar hilus ipsilateral
N2 Metastasis pada mediastinal ipsilateral atau kelenjar getah bening subkarina
N3 Metastasis pada mediastinal atau kelenjar-kelenjar getah bening hilus kontralateral,

10
kelenjar-kelenjar getah bening skalenus atau supraklavikular ipsilateral atau
kontralateral.

3) Metastasis jauh
Mx Adanya metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 Tidak ada metastasis jauh
M Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu
1

4) Kelompok stadium
Karsinoma Tx,No,Mo
tersembunyi
Stadium 0 Tis,NoMo
Stadium I A T1,No,Mo
Stadium I B T2NoMo
Stadium II A T1N1Mo
Stadium II B T2N1Mo
T3NoMo
Stadium III A T1-T3, N1,N2,Mo
Stadium III B T berapapun, N3Mo
T4, N berapapun, Mo
Stadium IV T berapapun, N berapapun, M1

A. Tampilan Umum
Tampilan umum pasien berdasarkan skala Karnofsky dan WHO12
Karnofsky WHO pengertian
90-100 0 Dapat beraktifitas normal, tanpa keluhan yang menetap
Dapat beraktifitas normal tetapi ada keluhan berhubungan
70-90 1
dengan sakitnya
Membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan aktifitas
50-70 2
ringan
Sangat bergantung pada bantuan orang lain untuk aktivitas
30-50 3
rutin
10-30 4 Tidak dapat bangkit dari tempat tidur.

Penatalaksanaan pada nyeri pada pasien ini dapat diberikan analgetik


golongan opioid karena sebelumnya pasien telah mengkonsumsi obat analgetik
berupa tramadol dan tidak memberikan efek, nyeri yang dirasakan cenderung

11
progresif. Berdasarkan penanganan nyeri dari WHO maka pada tingkat pertama
pasien diterapi dengan menggunakan nonopioid dengan atau tanpa ajuvan.
Nonopioid yang digunakan setingkat parasetamol dan ajuvan yang digunakan
biasanya steroid. Bila belum berhasil maka digunakan golongan NSAID biasanya
profenid, dan bila nyeri belum hilang dapat menggunakan tramadol. Apabila nyeri
belum teratasi dengan pengobatan tingkat pertama dapat ditingkatkan pengobatan
tingkat kedua, dalam hal ini digunakan opioid biasanya codein dan ditambahkan
dengan analgetik nonopioid disertai atau tanpa ajuvan. Bila nyeri belum juga
dapat teratasi maka diberikan analgetik golongan opioid kerja sentral biasanya
pethidine dan dapat dikombinasi dengan pemberian analgetik non opioid atau
ajuvan. 16

Tiga jenjang pemberian obat analgetik16

Pasien dengan tumor pancoast harus terapi kombinasi agar dapat


optimal, melibatkan kemoterapi dan operasi reseksi. sesuai dengan staging
yang telah dibuat.13
a) Operasi5

12
Semua pasien dengan tumor pancoast yang secara langsung
menyerang pleura parietalis dan dinding dada harus menjalani operasi,
dengan ketentuan bahwa
 Tidak ada metastasis jauh.
 Status kardiopulmonar memungkinkan untuk operasi.
 Tidak ada bukti preoperative mengenai adanya adenopathi
mediastinum ekstensif.
Operasi diindikasikan hanya untuk kanker pancoast stage I atau II
atau untuk pengobatan paliatif yaitu pada kondisi mengancam nyawa
misal batuk darah masif, distres pernapasan karena sindrom vena kava
superior, nyeri hebat pada Pancoast tumor, nyeri hebat pada sindrom
pleksus brakialis.  Jika pada saat bedah didapat pembesaran kelenjar getah
bening maka semua harus diangkat dan pada kasus pasca bedah dengan
metastasis kelenjar getah bening mediastinal (N2)  dipertimbangkan
pemberian radioterapi  dan/atau kemoterapi.
b) Terapi radiasi primer.
Terapi radiasi digunakan sebagai satu-satunya pengobatan pada pasien
dengan tumor yang tidak boleh dioperasi (stage III dan IV) atau pada pasien
dengan keadaan umum yang tidak memenuhi kelayakan operasi. Radioterapi
dapat diberikan jika sistem homeostatik (darah) baik yaitu5
 HB > 10 gr%
 Leukosit > 4.000/dl
 Trombosit > 100.000/dl
Dosis untuk kanker primer adalah 5.000 – 6.000 cGy dengan
menggunakan COBALT atau LINAC dengan cara pemberian 200 cGy/x/hari,
5 hari dalam seminggu. Pemberian radiosensitiser dapat lebih meningkatkan
respons radioterapi itu, misalnya dengan memberikan obat anti-kanker
karboplatin, golongan taxan, gemsitabine, capecitabine dengan dosis sangat
kecil sehingga tidak mempunyai efek sistemik. Radioterapi dapat diberikan
sendiri (radiotherapy only) atau kombinasi dengan kemoterapi (konkuren,
sekuensial atau alternating) meskipun sebagai konsekuensinya toksisitas
menjadi lebih banyak dan sangat mengganggu. 5

13
Evaluasi toksisitas harus dilakukan setiap setelah 5x radioterapi, jika
ditemukan gangguan sistem hemostatik salah satu atau lebih :
 HB  <10 gr%
 Leukosit  < 3.000/dl
 Trombosit < 100.000/dl
Maka pemberian radioterapi harus dihentikan dulu dan dilakukan
koreksi toksisitas itu dan dapat segera dimulai kembali jika sudah memenuhi
syarat. Toksisiti non-hematologik juga sering timbul dan yang sangat
menganggu pasien adalah esophagitis, batuk akibat pneumonitis radiasi atau
fibrosis.
Evaluasi renspons irradiasi dilakukan setiap setelah pemberian 10x (1.000
cGy) dengan foto toraks.
 Respons komplit : tumor menghilang 100%, iradiasi dapat dilanjutkan
sampai selesai
 Respons sebagian/parsial : tumor mengecil < 90% tapi > 50%, irradiasi
dapat dilanjutkan dan nilai kembali setelah 10x pemberian berikutnya.
 Tumor menetap/stabil : tumor mengecil < 50% atau membesar <25%,
irradiasi dapat diteruskan dengan evalauasi lebih ketat. Jika respons
subyektif memburuk atau bertambah irradiasi harus di hentikan.
 Progresif : tumor bertambah besar > 25% atau tumbuh tumor baru maka
irradiasi harus dihentikan.5
c) Kemoterapi5
Kemoterapi dapat diberikan pada semua jenis histologis kanker paru.
 Kemoterapi untuk pancoast SCLC, tambahan radiasi kepala dilakukan
setelah kemoterapi 6 siklus.
 Kemoterapi untuk  NSCLC berdasarkan stage.  Kemoterapi  dapat
diberikan pada semua stage tetapi pada stage I dan II pascabedah
kemoterapi ditentukan berdasarkan stage pascabedah. Kemoterapi untuk
NSCLC stage III dan IV  merupakan terapi paliatif. Stage I dan II yang
inoperable cases ( keadaan umum pasien buruk atau tidak bersedia di
operasi atau ada kontraindikasi untuk operasi)  dapat dianjurkan
kemoterapi dan sebaiknya dipertimbangkan pula radioterapi.

14
Kemoterapi dapat diberikan jika memenuhi syarat antara lain: 
keadaan umum baik skala karnofsky >70), fungsi hati, ginjal dan sistem
homeostatik (darah) baik dan masalah finasial dapat diatasi. Syarat untuk
hemostatik yang memenuhi syarat adalah ;
 HB > 10 gr%
 Leukosit > 4.000/dl
 Trombosit > 100.000/dl
 Granulosit >1500/mm3

Kemoterapi pada tumor pancoast bertujuan merangsang remisi,


mengurangi morbiditas, dan mencegah komplikasi.5
a) Agen Antineoplastik
Agen ini menghambat pertumbuhan sel dan proliferasi
 Cisplatin (Platinol)
Merupakan agen ankylating yang menyebabkan penyilangan
DNA intrastrand dan interstrand, sehingga menyebabkan kerusakan
strand DNA. Memiliki aktivitas sebagai anti tumor. Cisplatin
diberikan secara intravena dalam natrium klorida 0.9% dan glukosa.
Produsen menganjurkan pemberian dosis yang lebih tinggi diberikan
dalam 2 L klorida yang dimasukkan dalam waktu 1-2 jam dan
kemudian di infus dalam waktu 6-8 jam untuk mengurangi toksisitas.
Dalam prakteknya, volume kurang dari 2 L telah digunakan pada
beberapa pusat pengobatan. Untuk membantu diuresis dan
melindungi ginjal, mannitol 37,5 g (misalnya 375 mL mannitol
[10%]) biasanya ditambahkan ke dalam infus, atau sebagai infus
secara terpisah, langsung sebelum cisplatin diberikan. Agar diuresis
dapat terjadi, pasien biasanya dihidrasi dengan infus 1-2 L cairan yang
sesuai selama beberapa jam sebelum metabolisme cisplatin. Hidrasi
yang adekuat harus dipertahankan sampai 24 jam setelah kemoterapi.
Fungsi ginjal, darah, pendengaran, dan neurologis harus dipantau
selama terapi.
2
Dosis dewasa : PE (cisplatin-etoposide) regimen: 25 mg/m
IV dalam satu hari 1-3 siklus ; diulangi q3-4wk dalam 4-6 siklus.

15
 Etoposide (Toposar, Ve Pesid)
Derivate semisintetik dari podophyllotoxin dengan sifat
antineoplastik. Obat ini mengganggu fungsi Topoisomerase II
sehingga menghambat sintesis DNA, dan paling aktif melawan sel-sel
pada akhir pase S dan fase G(2) siklus sel.
Dosis dewasa : PE regimen: 100 mg/m 2 IV dalam satu hari 1-3
siklus; diulangi q3-4wk for 4-6 siklus; dimasukkan dengan infus
lambat, dengan menggunakan larutan isotonic NaCl (0,9%) atau
glukosa 5%.

d) Terapi Kombinasi

Terapi radiasi pra operasi dengan dosis dari 2000-6500 cGy, diikuti
dengan operasi dikenal oleh sebagian besar pusat rujukan sebagai
pendekatan terbaik untuk penatalaksanaan tumor Pancoast. Namun
keuntungan terapi radiasi pra operasi tidak memiliki hubungan yang jelas
dengan masa tahan hidup. Operasi dilakukan 2-4 minggu setelah radioterapi
lengkap. Dilaporkan 20% - 35% merupakan angka survival lebih dari lima
tahun untuk pasien dengan terapi radiasi pra operasi dan diikuti operasi.7
Terapi radiasi dengan dosis 6000 cGy atau lebih digunakan sebagai
terapi primer untuk tumor inoperable, dengan tingkat kesuksesan
meringankan nyeri 90%. Dilaporkan angka survival lima tahun pasien ini,
mungkin hasil dari keterlibatan perluasan penyakit di awal munculnya.14

Keuntungan penting radioterapi pra bedah meliputi penurunan ukuran


tu-mor, sehingga memperbaiki kemungkinan reseksi dan penurunan jumlah
sel-sel tumor, yang secara teoritis mungkin melindungi penyebaran dan
penanaman tumor sebelum operasi. Penatalaksanaan yang baru telah
difokuskan untuk menggunakan induksi kemoradiasi diikuti dengan
pembedahan dan kemoterapi lanjut. Pendekatan kombinasi modalitas dapat
menjadi paradigma pengobatan baru untuk tumor Pancoast.4

16
Angka kekambuhan / relaps tumor pancoast paling tinggi terjadi pada 2
tahun pertama, sehingga evaluasi pada pasien yang telah diterapi optimal
dilakukan setiap 3 bulan sekali. Evaluasi meliputi : 6
 Pemeriksaan klinis
 Pemeriksaan radiologis : foto thorax PA/ lateral, CT-scan thorax
Secara umum, tumor pancoast memiliki prognosis yang lebih baik
dibanding tumor paru pada bagian sentral. Dan memiliki angka harapan hidup
yang lebih baik dibanding kanker lain pada stage yang sama.6
Prognosis tumor pancoast bergantung pada stage kanker tersebut.
Attar dan rekannya meliput bahwa umur rata-rata pasien dengan stage T3
dengan terapi kombinasi sekitar 36.8 bulan, jika pasien sudah pada stage T4
umur rata-rata sekitar 6.4 bulan.10
Faktor-faktor yang paling penting dalam menentukan prognosis tumor
pancoast diantaranya:
a) Invasi corpus vertebra
b) Adanya sindrom horner
c) Keterlibatan kelenjar limfe mediastinum
d) Keterlibatan kelenjar limfe supraklavikularis.
Dari seluruh data yang diperoleh, Detterbeck menyimpulkan bahwa
harapan hidup rata-rata 5 tahun hanya berkisar 15-56% pasien. Dari 104
pasien yang diterapi oleh Attar dan rekannya, 7% bertahan hidup 5 tahun dan
3% bertahan hidup selama 10 tahun. 5
Relaps locoregional masih sering terjadi, walaupun telah dilakukan
radiasi preoperative ataupun post operatif. 5
Muscolino dan rekannya menemukan rekurensi locoregional terjadi
pada 60% pasien yang diterapi kombinasi operasi dan radioterapi. Ginsberg
dan kelompoknya menemukan bahwa 94 dari 124 pasien mengalami
rekurensi penyakit. 5
Pada beberapa penelitian yang dilakukan oleh Detterbeck, pasien yang
mengalami kekambuhan dulunya menerima radiasi preoperatif. Dan
berdasarkan penelitian yang dilakukan Sloan-Kettering, brakhiterapi
postoperatif tambahan dilakukan untuk mencapai lokal kontrol yang

17
maksimal, walaupun langkah ini dilakukan, relaps lokal dan bahkan relaps
jauh sering terjadi. 5

18

Anda mungkin juga menyukai