Anda di halaman 1dari 15

Seminar Akuntansi Manajemen

“Is ABC suitable for your company?”

Dosen Pengampu :

Sri Dewi Edmawati, Dra., M.Si., Akt

Oleh :

Kelompok 1

1. Luthfia Afifah (1810532049)

2. Finna Puspita Sari (1810532053)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ANDALAS
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Activity Based Costing (ABC) merupakan metode pembebanan aktivitas-aktivitas
berdasarkan besarnya pemakaian sumber daya, dan membebankan biaya pada objek biaya,
seperti produk atau pelanggan, berdasarkan besarnya aktivitas, serta untuk mengukur biaya dan
kinerja dari aktivitas yang terkait dengan proses dan objek biaya.
ABC adalah sistem informasi tentang pekerjaan atau kegiatan yang mengkonsumsi sumber
daya dan menghasilkan nilai bagi konsumen. Pengertian lain ABC adalah suatu informasi yang
dapat menyajikan secara akurat dan tepat waktu mnegenai pekerjaan atau aktvitas yang
mengkonsumsi sumber biaya aktivitas untuk mencapai tujuan pekerjaan produk dan pelanggan.
ABC adalah sistem dengan tujuan untuk mengukur harga pokok produk melalui aktivitas-
aktivitas. Biaya-biaya diukur dari aktivitas ke produk berdasarkan permintaan setiap produk
terhadap aktivitas selama proses produksi, sehingga biaya yang timbul masing-masing jenis
produk akan terlihat lebih jelas. Sistem tersebut menerapkan sistem akuntansi aktivitas untuk
menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang lebih akurat.
Sstem ABC belum tentu cocok diterapkan untuk semua perusahaan karena bergantung pada
beberapa ciri-ciri yang menentukan cocok atau tidaknya suatu perusahaan menggunakan ABC.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ABC (Activity Based Costing)?
2. Apa saja tingkatan ABC?
3. Bagaimana pembebanan biaya overhead pada ABC?
4. Bagaimana Sistem Activity Based Costing pada Perusahaan Jasa dan perbedaannya
dengan Perusahaan Manufaktur
5. Apa saja klaim dan kritik tehadap ABC?
6. Bagaimana perbedaan Sistem Kalkulasi Biaya Tradisional dengan Sistem ABC
7. Bagaimna langkah –langkah penyusunan Sistem ABC
8. Bagaimana kriteria penerapan Activity Based Costing Pada Perusahaan
9. Bagaimana tanggapan terhadap salah satu kasus tentang ABC?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ABC (Activity Based Costing)?
2. Untuk mengetahui saja tingkatan ABC?
3. Untuk mengetahui pembebanan biaya overhead pada ABC?
4. Untuk mengetahui Sistem Activity Based Costing pada Perusahaan Jasa dan
perbedaannya dengan Perusahaan Manufaktur
5. Untuk mengetahui saja klaim dan kritik tehadap ABC?
6. Untuk mengetahui perbedaan Sistem Kalkulasi Biaya Tradisional dengan Sistem
ABC
7. Untuk mengetahui langkah –langkah penyusunan Sistem ABC
8. Untuk mengetahui tanggapan terhadap salah satu kasus tentang ABC?
PEMBAHASAN

1. Pengertian ABC (Activity Based Costing)


Menurut para ahli :
• Sistem ABC (Activity Based Costing) merupakan sistem informasi biaya yang mengubah
cara yang digunakan manajemen dalam pengelolaan bisnis. Jika dalam manajemen
tradisional, pengelolaan bisnis didasarkan pada fungsi, maka dengan ABC pengelolaan
bisnis didasarkan pada aktivitasnya. (Amin Widjadja; 2003: 66)
• L. Gayle Rayburn Dalam bukunya Cost Accounting-Using Cost Management Approach
(1993) memberikan definisi mengenai Activity-Based Costing (ABC), sebagai suatu
sistem yang mengakui bahwa pelaksanaan aktivitas menimbulkan konsumsi sumber daya
yang dicatat sebagai biaya, atau dengan kata lain bahwa ABC tersebut adalah merupakan
pendekatan kalkulasi biaya yang berbasis pada transaksi.
• Menurut Garrison (2006:220), activity based costing adalah metode perhitungan biaya
(costing) yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk
keputusan strategis dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas
dan juga biaya tetap.
Dari pengerian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa activity based costing merupakan
suatu metode yang mengalokasikan biaya-biaya terhadap aktivitasnya sehingga hasil yang
didapat dapat lebih akurat dan membantu manajer untuk membuat keputusan strategis. ABC
menfokuskan pada aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi produk. Aktivitas menjadi titik
akumulasi biaya yang fundamental. Biaya ditelusuri ke aktivitas, dan aktivitas ditelusuri ke
produk berdasarkan pemakaian aktivitas dari setiap produk.
(Siby, Ilat, & Kalalo, 2018)
2. Klasifikasi Aktivitas
Ada 4 tingkatan aktivitas pada metode Activity Based Costing yaitu:
o Tingkat Unit (Unit Level) ,
Unit - Level activity adalah jenis aktivitas yang dikonsumsi oleh produk atau jasa berdasarkan
unit yang dihasilkan oleh aktivitas tersebut. Contohnya adalah aktivitas produksi dikonsumsi oleh
produk berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan oleh aktivitas tersebut. Misalnya: tenaga kerja
langsung, jam mesin, dan listrik yamg digunakan untuk setiap satu unit produk yang diproduksi.
Bahan baku dan tenaga kerja langsung juga dikelompokan dalam aktivitas level ini, namun tidak
termasuk kendala biaya overhead
o Tingkat Batch (Batch Level)
Batch - Related Activity adalah jenis aktivitas yang dikonsumsi oleh produk atau jasa berdasarkan
jumlah batch produk yang diproduksi. Batch adalah sekelompok produk atau jasa yamg
diproduksi dalam satu kali proses. Contoh aktivitas yang termasuk dalam kelompok ini adalah
aktivitas setup, aktivitas penjadwalan produksi, aktivitas pengelolaan bahan (gerakan bahan dan
order pembelian), dan aktivitas inspeksi.
o Tingkat Produk (Product Level)
Product - Sustaining Activity adalah jenis aktivitas yang dikonsumsi oleh produk atau jasa
berdasarkan jenis produk yang dihasilkan oleh aktivitas tersebut. Contoh Product - Sustaining
Activity cost adalah aktivitas penelitian dan pengembangan produk, perekayasaan proses,
spesifikasi produk, perubahan perekayasaan dan peningkatan produk.
o Tingkat Fasilitas (Facility Level)
Facility – Sustaining Activity adalah jenis aktivitas yang dikonsumsi oleh produk atau jasa
berdasarkan fasilitas yang dinikmati oleh produk yang diproduksi. Contoh Facility – Sustaining
Activity cost adalah biaya depresiasi, biaya asuransi, aktivitas pemeliharaan bangunan,
manajemen pabrik, kebersihan, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), keamanan dan pertamanan
(land scaping).

3. Pembebanan Biaya Overhead pada Activity Based Costing


Pada Activity Based Costing meskipun pembebanan biaya-biaya overhead pabrik dan produk
juga menggunakan dua tahap seperti pada akuntansi biaya tradisional, tetapi pusat biaya yang
dipakai untuk pengumpulan biaya-biaya pada tahap pertama dan dasar pembebanan dari pusat
biaya kepada produk pada tahap kedua sangat berbeda dengan akuntansi biaya tradisional.
a. Cost Pool
Cost pool merupakan pengelompokan biaya yang disebabkan oleh aktivitas yang sama
dengan satu dasar pembebanan (cost driver). Cost pool tersebut berisi aktivitas yang biayanya
memiliki hubungan yang kuat antara cost driver dengan biaya aktivitas. Setiap cost pool
menampung biaya-biaya dari transaksi-transaksi homogen.
b. Cost Driver
Cost Driver adalah pemicu biaya seperti variabel, seperti tingkat aktivitas atau volume
yang menjadi dasar timbulnya biaya dalam rentang waktu tertentu. Artinya ada hubungan sebab
dan akibat antara perubahan tingkat aktivitas atau volume dengan perubahan tingkat biaya total.

4. Sistem Activity Based Costing pada Perusahaan Jasa dan perbedaannya dengan
Perusahaan Manufaktur
Sistem Activity Based Costing pada awalnya diterapkan pada perusahaan manufaktur. Untuk
pertama kalinya perusahaan jasa dan perusahaan dagang serta organisasi sektor public dan
organisasi nirlaba dapat memanfaatkan sistem informasi biaya yang sangat bermanfaat untuk
mengurangi biaya dan penentuan secara akurat harga pokok produk/jasa.
Sistem ABC tidak hanya berfokus ke perhitungan harga pokok produk/jasa, namun mencakup
perspektif yang lebih luas, yaitu pengurangan biaya melalui pengelolaan aktivitas. Perusahaan
manufaktur, jasa, dan dagang serta organisasi sektor publik dan organisasi nirlaba
berkepentingan untuk mengurangi biaya dalam pengelolaan aktivitas, sehingga perusahaan dan
organisasi tersebut membutuhkan sistem informasi biaya yang mampu menyediakan informasi
berlimpah tentang aktivitas.

Namun, ada beberapa perbedaan dasar antara perusahaan jasa dan manufaktur.
• Kegiatan dalam perusahaan manufaktur cenderung menjadi jenis yang sama dan
dilaksanakan dengan cara yang serupa. Hal ini berbeda untuk perusahaan jasa.
• Perbedaan dasar lainnya antara perusahan jasa dan manufaktur adalah pendefinisian
keluaran. Untuk perusahaan manufaktur, keluaran mudah ditentukan (produk-produk
nyata yang di produksi), tetapi untuk perusahaan jasa, pendefinisian keluaran lebih
sulit. Keluaran untuk perusahaan jasa kurang nyata. Keluaran harus didefinisikan
sehingga keluaran dapat dihitung harganya.

Ada beberapa perbedaan dasar antara perusahaan jasa dan manufaktur. Kegiatan dalam
perusahaan manufaktur cenderung menjadi jenis yang sama dan dilaksanakan dengan cara yang
serupa. Hal ini berbeda untuk perusahaan jasa. Untuk menjawab permasalahan di atas, Activity
Based Costing benar-benar dapat digunakan pada perusahaan jasa, setidak-tidaknya pada
beberapa perusahaan.

Yang perlu diperhatikan dalam menerapakan Activity Based Costing pada perusahaan jasa
adalah:
1. Identifying and Costing Activities
Mengidentifikasi dan menghargai aktivitasdapat membuka beberapa kesempatan
untukpengoperasian yang efisien.
2. Special Challenger
Perbedaan antara perusahaan jasa dan perusahaan manufakturakan memiliki
permasalahan-permasalahan yang serupa. Permasalahan itu seperti sulitnya
mengalokasikan biaya ke aktivitas.Selain itu jasa tidak dapat menjadi suatu
persediaan, karena kapasitas yang ada namun tidak dapat digunakan menimbulkan
biayayang tidak dapat dihindari.
3. Output Diversity
Perusahaan jasa juga memiliki kesulitan-kesulitan dalam mengidentifikasi output
yang ada. Pada perusahaan jasa,diversity yang menggambarkan aktivitas-aktivitas
pendukung pada hal-hal yang berbeda mungkin sulit untuk dijelaskan atau
ditentukan

5. Klaim dan Kritik Tehadap ABC


Menurut Amin Widjadja (2003:24-26), ada beberapa keunggulan dan kritik terhadap ABC, yaitu
sebagai berikut:
a) Keunggulan:
1. Biaya produk yang lebih realistis khususnya tersedia dalam pabrik berteknologi
manufakturing yang maju dimana overhead pendukung merupakan suatu proporsi
yang signifikan dari biaya total.
2. Semakin banyak overhead dapat ditelusuri ke produk.
3. ABC mengakui bahwa aktivitaslah yang menyebabkan biaya, bukan produk dan
produklah yang mengkonsumsi aktivitas.
4. ABC memfokuskan perhatian pada sifat riil dari perilaku biaya dan membantu
mengurangi biaya serta mengidentifikasi aktivitas yang tidak menambah nilai
terhadap produk.
5. ABC mengakui kompleksitas dan diversitas dari produksi yang modern.
6. ABC memberikan suatu indikasi yang dapat diandalkan dari biaya produk
variabel jangka panjang yang relevan terhadap pengambilan keputusan strategik.
7. ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya ke proses, pelanggan, tanggung
jawab manajerial, dan juga biaya ke produk.
8. ABC memberikan tolak ukur keuangan dan non keuangan yang berguna.
b) Kritik:
1. Hubungan antara sumber daya dan biaya lebih seperti fungsi setapak (steps
function) dari pada hubungan linear.
2. Diperlukan banyak aktivitas untuk menjalankan pabrik, tidaklah mungkin
memonitor semua aktivitas tersebut dan tidak praktis memonitoring lebih dari
sedikit.
3. Penggunaan yang optimal dari ABC adalah untuk memperbaiki kinerja biaya
dengan memperbaiki aktivitas.
4. Aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah merupakan suatu pemborosan.
5. Terdapat beberapa kondisi yang dapat mengarahkan manajemen berpindah ke
sistem ABC, kondisi-kondisi tersebut mencakup:
o biaya yang menurun untuk pengumpulan dan pengolahan data
o biaya kesalahan (cost of errors) yang meningkat bagi perusahaan
o kompetisi yang meningkat
o struktur biaya yang berubah
o bauran produk yang berubah
6. Biaya untuk suatu sistem ABC lebih mahal dari pada sistem tradisional, karena
sistem ABC lebih kompleks dari pada sistem tradisional.
7. Banyak masalah praktis yang tidak dapat diatasi.

Dilihat dari uraian diatas dijelaskan bahwa ABC tidak hanya memiliki keunggulan tapi juga
beberapa kritik/kelemahan. Tapi secara umum dapat disimpulkan bahwa sistem ABC banyak
digunakan untuk mengelola biaya-biaya produk agar lebih akurat lagi, serta membantu mengolah
aktivitas-aktivitas yang penting bagi produksi. Dan ABC juga dapat mengefisiensikan biaya-
biaya yang dikeluarkan sesuai dengan aktivitas yang terkait.

6. Perbedaan Sistem Kalkulasi Biaya Tradisional dengan Sistem ABC


Sistem kalkulasi biaya tradisional sendiri hanya menyatakan bahwa biaya produk terdiri dari
tiga macam, yaitu:
1. Biaya bahan baku langsung
2. Biaya tenaga kerja langsung
3. Biaya overhead parik
Dalam proses pembebanan biaya overhead pabrik ternyata menimbulkan masalah karena
biaya overhead pabrik tidak memiliki hubungan masukan-keluaran yang dapat diobservasi secara
fisik.
Menurut Amin Widjadja (2003:66,74), pembebanan overhead ke produk dengan metode
tradisional dan menggunakan tarif overhead yang ditentukan dimuka (predetermined overhead
rate) berdasarkan satu tolak ukur aktivitas dapat mengahasilkan biaya produk yang terdistorsi.
Untuk mengurangi tingkat distorsi dalam biaya produk maka digunakanlah metode ABC.
7. Langkah –langkah Penyusunan Sistem ABC
Menurut Garrison (2006:449-461) dijelaskan tahapan-tahapan untuk menerapkan ABC,
sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi dan mendefinisikan aktivitas dan pul biaya aktivitas (cost pool).
Cara untuk mendefinisikan aktivitas dan bagaimana aktivitas digabungkan
disusun dalam lima tingkat:
b. Aktivitas tingkat unit (unit level activities): dilakukan untuk setiap unit produksi.
Biaya aktivitas tingkat unit bersifat proporsional dengan jumlah unit produksi.
c. Aktivitas tingkat batch (batch level activities): dilakukan untuk setiap batch
diproses, tanpa memperhatikan unit yang ada didalam batch tersebut.
d. Aktivitas tingkat produk (product level activities): berkaitan dengan produk
spesifik dan biasanya dikerjakan tanpa memperhatikan berapa batch atau berapa
unit yang diproduksi atau dijual.
e. Aktivitas tingkat pelanggan: berkaitan dengan pelanggan khusus dan meliputi
aktivitas seperti telepon untuk penjualan, pengiriman katalog, dll.
f. Aktivitas pemeliharaan organisasi: aktivitas yang dilakukan tanpa memperhatikan
pelanggan mana yang dilayani, barang apa yang diproduksi, berapa batch yang
dijalankan, atau berapa unit yang diproduksi.
g. Pu;l biaya aktivitas adalah sebuah wadah yang mengakumulasikan semua biaya
yang berkaitan dengan aktivitas tunggal dalam sistem ABC. Mulyadi (2003:96)
mengartikan pul biaya aktivitas (activity cost pool) sebagai berikut: akun yang
digunakan untuk menggabungkan biaya dua atau lebih aktivitas yang memiliki
activity driver yang sama untuk dapat dibebankan secara bersama-sama ke produk
atau jasa dengan memakai hanya satu activity driver.

2. Bila mungkin, menelusuri biaya overhead secara langsung ke aktivitas dan objek biaya.
Contohnya biaya overhead yang bisa langsung ditelusuri ke objek biaya, misalnya upah
tenaga kerja tidak langsung, gaji administrasi.
3. Membebankan biaya ke pul biaya aktivitas.
4. Menghitung tarif aktivitas, yang dihitung dengan cara membagi total biaya untuk masing-
masing aktivitas dengan total aktivitasnya.
5. Membebankan biaya ke objek biaya dengan menggunakan tarif aktivitas dan ukuran
aktivitas.
6. Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Berdasarkan ABC
Metode activity based costing memerlukan dua tahap untuk membebankan biaya overhead
pabrik, seperti yang dinyatakan dalam gambar dibawah ini:

Pembebanan tahap 1 yaitu biaya overhead dibebankan pada aktivitasaktivitas dan bukan pada
unit organisasi. Ada lima langkah yang perlu dilakukan,yaitu:
• Mengidentifikasi aktivitas
• Menentukan biaya yang terkait dengan masing-masing aktivitas
• Mengelompokkan aktivitas yang seragam menjadi satu
• Menggabungkan biaya dari aktivitas-aktivitas yang dikelompokkan
• Menghitung tarif per kelompok aktivitas
Pembebanan tahap 2 adalah biaya overhead masing-masing kelompok aktivitas dibebankan ke
masing-masing produk untuk menentukan harga pokok per unit produk. Langkah yang dilakukan
adalah dengan menggunakan tarif yang dihitung pada tahap pertama dan mengukur berapa
jumlah konsumsi masing-masing produk.
Overhead yang dibebankan = Tarif kelompok x Jumlah konsumsi tiap produk

8. Kriteria Penerapan Activity Based Costing Pada Perusahaan


Penerapad Activity Based Costing pada perusahaan memiliki beberapa kriteria. Beberapa
kriteria tersebut akan saya uraikan secara singkat sebagai berikut.
a. Product Diversity
Kriteria ini menunjukan akan penawaran dari jumlah dan keanekaragaman
product families. Jadi, semakin bertambahnya produk yang dihasilkan maka akan
semakin cocok jika menggunakan analisa Activity Based Costing, karena dengan
bertambahnya keanekaragaman produk yang dihasilkan maka berdampak pada semakin
beragamnya aktivitas sehingga tingkat distorsi cost akan semakin tinggi.
b. Support Diversity
Kriteria ini menunjukan akan tingginya pengeluaran overhead cost berdasarkan
jumlah dan keanekaragaman aktivitas. Sehingga menyebabkan sulitnya pengalokasian
biaya overhead. Jika jumlah dan keanekargaman aktivitas semakin meningkat maka
cocok jika menggunakan analisa Activity Based Costing.
c. Common Processes
Kreiteria ini menunjukan tingkat kegiatan yang akan dikerjakan bersama dalam
penghasilan suatu produk sehingga biaya periode tiap produk akan sulit untuk dipisahkan.
Kegiatan bersama itu dapat dicontohkan seperti manufacturing, engineering, accounting,
material handling, marketing, distribution dan sebagainya. Dengan tingginya jumlah
departemen yang dibutuhkan pada saat menjalankan operasi perusahaan maka akan
berdampak pada jumlah dari common cost. Sehingga menyebabkan sulitnya alokasi biaya
per produk. Penggunaan analisa Activity Based Cost akan cocok apabila tingkat common
processes semakin besar.
d. Period Cost Allocation
Kriteria ini menunjukan kapabilitas dari suatu sistem akuntansi biaya dengan
pengalokasian biaya periode secara akurat. Biaya tersebut diidentifikasikan dengan
menggunakan jangka waktu tertentu karena tidak dibutuhkan dalam perolehan produk
yang akan dijual. Agar dapat memperkecil biaya produk maka dianjurkan menerapkan
analisis Activities Based Costing.
e. Rate of Growth of Period Costs
Kriteria ini menunjukan kecepatan dari pertumbuhan biaya periode di tiap
tahunnya. Apabila perusahaan Anda mempunyai tingkat pertumbuhan yang tergolong
cepat maka akan sulit dalam mengalokasikan biaya, maka kemungkinan distorsi biaya
pun meningkat. Sehingga perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan biaya
periode yang cepat maka akan cocok dalam penggunaan analisa Activities Based Costing.
f. Pricing Freedom
Kriteria ini menunjukan tingkat kemandirian dari suatu perusahaan dalam
penentuan harga sehingga menghasilkan suatu produk yang profitability. Suatu
perusahaan yang memiliki ketidakbebasan dalam penentuan harga biasanya disebabkan
karena adanya persaingan terhadap kompetitor pasar. Dampak dari persaingan tersebut
berdampak pada penentuan biaya yang tepat untuk perusahaan. Sehingga bagi perusahaan
yang tidak memiliki tingkat ketidakbebasan dalam penentuan harga produk cocok
menggunakan analisa Activities Based Costing.
g. Period Epense Ratio
Kriteria ini menunjukan adanya distorsi cost suatu produk secara material. Hal ini
berkaitan dengan seberapa pengaruh penurunan atau kenaikan biaya dalam proporsi laba.
Apabila laba perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan maka perusahaan tersebut
cocok menggunakan analisa Activity Base Costing.
h. Strategic Considerations
Kriteria ini menunjukan seberapa penting informasi biaya dalam suatu
pengambilan keputusan dalam manajemen. Keputusan tersebut berkaitan denga strategi
yang akan diterapkan pada perusahaan, strategi tersebut bukan hanya sebatas strategi
pemasaran. Maka dari itu semakin pentingnya informasi biaya tersebut maka semakin
cocok pula penggunaan analisa Activity Based Costing pada perusahaan.
i. Cost Reduction Effort
Kriteria ini menggambarkan seberapa penting dari akurasi pelaporan dari cost
periode dalam pengambilan keputusan manajemen yang bersifat internal. Dengan adanya
keakuratan dalam pelaporan alokasi cost periode juga akan berkaitan dengan adanya
evaluasi bagi internal manajemen. Bagi pihak manajemen dapat menggunakan informasi
yang tersajikan pada laporan untuk pembuatan kebijakan yang lebih tepat di kemudian
hari. Maka dari itu penggunaan analisa Activities Based Costing akan semakin cocok
apabila tingkat kepentingan akurasi semakin tinggi.
j. Analysis of Frequency
Kriteria ini menungjukan tingkatan dari kegiatan yang berkaitan dengan analisa
cost biaya produk. Frekuensi kebutuhan informasi biaya berkaitan dengan banyaknya
kegiatan. Apabila tingkat frekuensi semakin tinggi maka tingkat keakuratan dari alokasi
biaya akan semakin meningkat juga. Sehingga penggunaan analisa Activity Based
Costing akan semakin cocok apabila tingkat frekuensi semakin tinggi.

9. Tanggapan terhadap Kasus


Pada kasus T. L. Estrin, CMA, Jeffrey Kantor, dan David Albers (Young, hal 72-77),
nilai dari suatu organisasi terletak pada kuadran III contingency grid. Hal ini menunjukkan bahwa
setelah dilihat dari segi keanekaragaman produk, keanekaragaman dukungan, proses umum,
alokasi biaya periode, dan tingkat pertumbuhan periodenya, perusahaan belum cocok untuk
menerapkan ABC. Dari segi kemampuan manajemennya, juga terlihat bahwa manajemen tidak
bebas dalam menentukan harga, kurang mampu meminimalkan rasio beban periode yang
memungkinkan adanya distorsi biaya, kurang baik dalam melakukan pertimbangan strategis,
kurang baik dalam mereduksi biaya, serta jarang melakukan analisis terhadap biaya produk dan
perusahaan secara keseluruhan. Dengan kondisi seperti itu, yang mana perusahaan dan
manajemennya sama-sama tidak siap, perusahaan tidak mungkin dapat mengimplementasikan
ABC.

Selain hal-hal di atas, sebelum mengambil keputusan terkait penggunaan sistem ABC, juga harus
dipertimbangkan beberapa indikator berikut, yaitu :
1. Manajer tidak sepenuhnya yakin dengan informasi biaya produk yang dihasilkan
2. Beberapa produk menunjukkan adanya perolehan keuntungan meskipun dijual pada
harga pasarnya
3. Adanya peningkatan pada penjualan namun terdapat penurunan pada laba perusahaan
4. Persentase biaya overhead yang tinggi dan cenderung meningkat
5. Persentase biaya tenaga kerja langsung yang rendah
Jika di dalam perusahaan ditemui indikator-indikator tersebut, hal tersebut menunjukkan bahwa
adanya kebutuhan akan sistem costing yang baru—sistem costing yang memiliki “cost of errors”
yang rendah.
Untuk menilai apakah implementasi sistem ABC akan sesuai dengan perusahaan, maka selain 10
faktor yang diungkapkan Estrin et al (1994), juga harus dipertimbangkan faktor-faktor lain secara
komprehensif sehingga keputusan nantinya tidak akan keliru. Berikut kesimpulan akhir dari
beberapa penelitian :
• Perusahaan dengan persentase biaya tenaga kerja langsung yang rendah sebaiknya beralih
ke sistem ABC.
• Perusahaan dengan persentase biaya tidak langsung yang besar seharusnya menggunakan
sistem ABC.(Estrin, Kantor, & Albers, 1994; Siby et al., 2018)
PENUTUP
Kesimpulan
Sistem ABC yang menghasilkan estimasi biaya yang lebih akurat tidak mungkin
diimplementasikan jika tidak ada kebutuhan manajemen akan informasi biaya yang lebih baik.
Dengan kata lain, perlu mempertimbangkan kebutuhan manajemen itu sendiri.
Apakah ABC cocok untuk perusahaan Anda? Saat ini, kita tahu bahwa aktivitas berdasarkan
sistem biaya memberikan biaya overheadke produk atau jasa produk yang menggunakan proses
dua tahap, yang berfokus padakegiatan. ABC adalah topik yang relatif baru dan sangat penting
dalam akuntansi manajerial. ABC memungkinkan kita untuk menemukan cara yang kita bisa
menentukan profitabilitas setiap produk, profitabilitas setiap pelanggan dilayani, dan
profitabilitas proses. Secara singkat, pertama yang membandingkan potensi keuntungan dari
ABC dibandingkan metode biaya tradisional. Yang kedua yang bagaimana penggunaan
manajemen informasi ABC dalam keputusan,yang terdiri dari bobot dan menggabungkan bobot
dari sepuluh faktor.
Daftar Pustaka

Estrin, T., Kantor, J., & Albers, D. (1994). Is ABC suitable for your company? Strategic Finance,
75(10), 40.
Siby, S. E., Ilat, V., & Kalalo, M. Y. (2018). PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING
SYSTEM DALAM MENENTUKAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL (STUDI
PADA HOTEL GREEN EDEN MANADO). Going Concern: Jurnal Riset Akuntansi,
13(02).

Anda mungkin juga menyukai