Anda di halaman 1dari 3

STUDI KASUS PERPAJAKAN 03

PT. SUPERTRAMP INDONESIA (SI), NPWP 02.212.211.2-057.000 merupakan


suatu perusahaan PMA yang bergerak dalam bidang industri kulit (KLU 19121)
dengan pemegang saham VAN DER GRAAF, BV. (sebesar 80%) dan PT.
IMANISIMO LEATHER PRIMA (sebesar 20%). SI menyelenggarakan pembukuan
dengan metode akrual dengan tahun pajak sama dengan tahun takwim.
Dibawah ini adalah data-data yang terkait untuk pengisian SPT SI untuk tahun pajak
2018:

1. Peredaran usaha sebesar Rp 100.000.000.000


Dari jumlah penjualan sebesar Rp 100.000.000.000 tersebut, terdapat penjualan
ekspor kepada Van Der Graaf, BV. senilai Rp 44.500.000.000. Harga pasar
sebanding (comparable uncontrolled price) atas penjualan senilai Rp
44.500.000.000 tersebut adalah sebesar Rp 50.000.000.000.
Dari jumlah penjualan tersebut, termasuk juga penjualan kepada PT. Halus
Bagus, perusahaan industri mebel sebesar Rp 20.000.000.000. Harga tersebut
adalah harga setelah discount 15% dari harga jual. Van Der Graaf, BV juga
memiliki 15% saham pada PT. Halus Bagus.

2. Harga Pokok Penjualan (HPP) sebesar Rp 64.250.000.000.


a. Dalam unsur HPP tersebut terdapat pembelian impor atas bahan baku kulit
sebagai berikut:
 Senilai Rp 10.750.000.000 pada tanggal 29 Januari 2018
 Senilai Rp 1.450.000.000 pada tanggal 6 Juni 2018
 Senilai Rp 8.500.000.000 pada tanggal 5 Agustus 2018
Catatan: SI adalah pemegang Angka Pengenal Impor Umum (API-U)
b. Disamping itu, dalam unsur HPP terdapat juga biaya sumbangan untuk
perayaan HUT Kemerdekan RI bagi karyawan pabrik SI sebesar
Rp50.000.000.
c. Biaya tenaga kerja sebesar Rp 2.750.000.000. Terdiri dari pembayaran
kepada perusahaan jasa penyedia tenaga kerja (outsourcing agent) sebesar
Rp580.000.000 dan biaya makan siang karyawan pabrik sebesar
Rp.190.000.000. Sisanya upah buruh pabrik.

3. Biaya Usaha
a. Biaya Gaji dan Upah Rp 1.100.000.000
Dalam unsur Biaya Gaji dan Upah tersebut terdapat:
 Biaya santunan untuk keluarga karyawan yang meninggal dunia sebesar
Rp 10.000.000
 Biaya pembelian beras untuk karyawan sebesar Rp 500.000.000

1
b. Biaya bunga pinjaman Rp 165.000.000
Dibayarkan kepada Bank Mandiri Cabang Kuningan yang dipergunakan untuk
modal kerja perusahaan.

c. Biaya sewa fotocopy sebesar Rp 95.100.000

d. Penyusutan
 Penyusutan komputer (kelompok II) dengan harga perolehan
Rp100.000.000. Komputer dibeli pada bulan Januari 2015.
 Mobil Mercy untuk Direktur (kelompok II) dengan harga perolehan
Rp250.000.000, dibeli pada bulan Januari 2016.
 Bangunan Gedung Kantor dan Pabrik dengan harga perolehan
Rp3.000.000.000, selesai dibangun pada bulan November 2010 dan mulai
disusutkan pada bulan Januari 2011.
 Mesin dan peralatan pabrik (Kelompok III) dengan harga perolehan
Rp1.200.000.000. Mesin senilai Rp 800.000.000 dibeli pada bulan Februari
2011, sedangkan sisanya dibeli pada bulan Juli 2017.
 Furniture & fixtures (Kelompok I) dengan harga perolehan Rp 200.000.000
dibeli pada bulan Februari 2016.

Catatan: Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus


(straight line). Kebijakan metode penyusutan komersial mengikuti metode
penyusutan fiskal.

e. Biaya kesejahteraan karyawan Rp 192.000.000


Termasuk di dalam biaya kesejahteraan adalah biaya rekreasi karyawan
sebesar Rp 16.500.000 dan biaya operasional klinik pengobatan karyawan di
pabrik sebesar Rp. 108.000.000 yang terdiri dari honor dokter, perawat dan
biaya pembelian obat-obatan. Sisanya merupakan pemberian tunjangan
makan siang untuk karyawan kantor pusat.

f. Biaya BOD (Board of Director) sebesar Rp 28.000.000


Merupakan biaya konsumsi untuk bimonthly meeting BOD selama tahun
2018.

4. Penghasilan dan biaya lainnya adalah sebagai berikut:


a) Diterima bunga bank USD 1.250.
Merupakan bunga dari Bank of Korea, rate sebesar Rp. 8.000,-/USD dan kena
pajak di Korea sebesar 20%. Bunga bank tersebut merupakan bunga
tabungan yang sifatnya hanya untuk memanfaatkan dana kas yang tidak
dipergunakan.

b) Penghasilan bunga obligasi Rp 8.500.000 (netto/setelah dipotong PPh)

2
Obligasi tersebut diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta.

c) Penghasilan Dividen Rp 150.000.000.


Merupakan dividen yang diperoleh dari PT. Rajawali FurniIndo yang
merupakan anak perusahaan dari SI dengan kepemilikan saham sebesar
50%.

d) Keuntungan selisih kurs Rp 80.250.000


Keuntungan/kerugian selisih kurs dihitung pada akhir tahun dengan
menggunakan kurs tengah BI.

e) Biaya pajak Rp 17.500.000


Merupakan sanksi yang ditagih dengan STP atas keterlambatan pembayaran
PPh Pasal 21 Masa Pajak Juni 2018.

5. Angsuran PPh Pasal 25 tahun 2018


PPh Pasal 25 yang telah dilunasi oleh SI selama tahun 2018 adalah sebesar Rp
440.000.000, tidak termasuk PPh Pasal 25 masa pajak Desember 2018 yang
ditagih dengan Surat Tagihan Pajak sebesar Rp 40.000.000 beserta sanksi Rp
1.600.000.

6. Keuntungan/kerugian tahun sebelumnya


Perusahaan menderita kerugian mulai tahun 2015 sebesar 2.600.000.000 dan
tahun 2016 sebesar Rp 2.100.000.000. Tahun 2017 memperoleh laba
Rp.3.700.000.000. Semua kerugian/laba tersebut sesuai dengan laporan SPT
dan belum dilakukan pemeriksaan pajak.

Pertanyaan:
1. Hitung PPh Badan terutang untuk tahun pajak 2018 dengan sebelumnya
merekonstruksi Laporan Laba Rugi Komersial perusahaan!
2. Hitung PPh yang masih harus dibayar di akhir tahun (PPh Pasal 29)!
3. Hitung PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan dalam tahun 2018!
4. Hitung angsuran bulanan PPh Pasal 25 untuk tahun 2019!

Anda mungkin juga menyukai