https://journal.uny.ac.id/index.php/geomedia/index
*korespondensi penulis
e-mail: geomedia@uny.ac.id
Sri Agustin Sutrisnowati, dkk | Geomedia Vol 17 No 2 Tahun 2019
disertai dengan analisis (Moh. Pabundu Tika, adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
2005). Penelitian ini difokuskan untuk kondisi lansia tangguh “7 (tujuh) dimensi” yang
menggambarkan kondisi lansia “7 (tujuh) meliputi jenis kelamin, umur, dan pendidikan.
dimensi” dan faktor-faktor yang berhubungan Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
dengan kondisi lansia. penduduk lansia yang ada di Badran RW XI,
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Kelurahan Bumijo, Kecamatan Jetis, Kota
Yogyakarta, dengan mengambil kasus di Badran Yogyakarta. Jumlah lansia yang menjadi sampel
RW XI, Kelurahan Bumijo, Kecamatan Jetis, yang penelitian ditentukan secara quota sampling,
telah mendapatkan intervensi dari BKL Kartini. yaitu sebanyak 50 orang.
Adapun waktu pelaksanaan penelitian selama 6 Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
(bulan) sejak bulan Mei hingga Oktober 2015. meliputi data primer dan data sekunder. Data
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini primer diperoleh dengan teknik pengumpulan
adalah kondisi lansia tangguh “7 (tujuh) dimensi data melalui observasi dan wawancara,
dan faktor-faktor yang berhubungan dengan sedangkan data sekunder diperoleh melalui
kondisi lansia tangguh “7 (tujuh) dimensi. Kondisi dokumentasi. Observasi dilakukan dengan
lansia tangguh “7 (tujuh) dimensi” dilihat dari mengamati keadaan lansia dan lingkungannya di
dimensi sebagai berikut: daerah penelitian. Wawancara dilakukan
1. Dimensi spritual ditandai dengan lansia terstruktur, dengan terlebih dahulu membuat
beriman kepada Tuhan. Agama berperan bagi kuisioner yang digunakan untuk memberikan
lansia, pertanyaan kepada lansia di daerah penelitian.
2. Dimensi intelektual ditandai dengan Dokumentasi dilakukan dengan mendatangi
penurunan konsentrasi dan daya ingat, instansi terkait seperti BPS, BKKBN, dan lainnya
sehingga diperlukan adanya aktivitas untuk untuk mendapatkan data sekunder sebagai
mengaktifkan kerja otak, pendukung penelitian, baik melalui buku, catatan,
3. Dimensi fisik ditandai dengan perubahan fisik, dokumen, dan sebagainya.
penggunaan alat bantu, gangguan penyakit, Data yang sudah ada selanjutnya dilakukan
sehingga diperlukan adanya upaya editing, koding, dan tabulasi. Data yang telah
pemeliharaan kondisi fisik, ditabulasi kemudian dianalisis secara deskriptif
4. Dimensi emosional yang ditandai dengan kuantitatif. Analisis deskriptif adalah berdasarkan
perubahan emosional, sehingga diperlukan gambaran keadaan atau data yang diperoleh
adanya upaya menghadapi permasalahan dilapangan, sedangkan analisis kuantitatif dengan
emosional, analisis non statistik (tabel frekuensi) dan analisis
5. Dimensi sosial kemasyarakatan yang ditandai statistik (product moment pearson correlation).
dengan adanya kepedulian dengan sesama Kondisi lansia tangguh “7 (tujuh) dimensi”
dan partisipasi dalam kegiatan sosial dibagi menjadi 3 (tiga) tingkat, yaitu tingkat
kemasyarakatan, rendah, sedang, dan tinggi. Cara yang digunakan
6. Dimensi profesional vokasional yang ditandai untuk mengklasifikasikan kondisi lansia tangguh
dengan adanya pengembangan usaha “7 (tujuh) dimensi” adalah dengan menentukan
ekonomi produktif, interval skor menggunakan rumus sebagai
7. Dimensi lingkungan yang ditandai dengan berikut:
partisipasi kegiatan lingkungan fisik,
partisipasi kegiatan lingkungan non fisik. 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 =
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
Selain indikator lansia tangguh “7 (tujuh)
dimensi” di atas, variabel yang digunakan lainnya
Asumsi nilai skor kondisi lansia tangguh “7 jika jumlah kelas adalah 3, maka interval skor
(tujuh) dimensi” ditunjukkan oleh Tabel 1. sebagai berikut:
16 − 0
𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 = = 5,3
3
Tabel 1. Skor kondisi lansia tangguh “7 (tujuh)
dimensi” Interval skor tersebut selanjutnya dapat
Kondisi Lansia digunakan untuk menentukan tingkat kategori
No Indikator Tangguh “7 Skor kondisi lansia tangguh “7 (tujuh) dimensi”
(tujuh) dimensi”
1 Lansia beriman Ya 1 ditunjukkan oleh Tabel 2.
kepada Tuhan Tidak 0 Tabel 2. Tingkat kategori kondisi lansia
2 Agama berperan Ya 1
tangguh “7 (tujuh) dimensi”
bagi manusia Tidak 0
3 Penurunan Ya 0
konsentrasi Tidak 1 No Interval Skor Kategori
4 Penurunan daya Ya 0
ingat Tidak 1 1. O-5 Rendah
5 Adanya aktivitas Ya 1 2. 6-11 Sedang
untuk Tidak 0
mengaktifkan
3. 12-16 Tinggi
kerja otak
6 Perubahan fisik Ya 0
Untuk mengetahui faktor yang paling
Tidak 1
7 Penggunaan alat Ya 0 berhubungan dengan kondisi lansia tangguh
bantu Tidak 1 “7(tujuh) dimensi “, digunakan analisis statistik
8 Gangguan Ya 0
penyakit
Product Moment Pearson Correlation.
Tidak 1
9 Adanya upaya Ya 1 Interprestasi kekuatan hubungan antara dua
memelihara Tidak 0 variabel sebagai berikut: (1) > 0 - 0,25: korelasi
kondisi fisik
10 Perubahan Ya 0 sangat lemah, (2) > 0,25 - 0,5: korelasi cukup, (3)
emosional Tidak 1 > 0,5 - 0,75: korelasi kuat, (4) > 0,75 - 0,99:
11 Adanya upaya Ya 1
korelasi sangat kuat, dan (5) 1: korelasi sempurna.
menghadapi Tidak 0
permasalahan
emosional Hasil dan pembahasan
12 Adanya Ya 1
kepedulian Tidak 0
Kondisi Lansia Tangguh 7 (Tujuh) Dimensi di
dengan sesama Kota Yogyakarta
13 Partisipasi dalam Ya 1
Penelitian dilakukan terhadap 50 responden
kegiatan sosial Tidak 0
kemasyarakatan yang terdiri dari 10 laki-laki (20%) dan 40
14 Adanya Ya 1 perempuan (80%) lansia. Jumlah perempuan yang
pengembangan Tidak 0
usaha ekonomi lebih banyak menandakan bahwa angka harapan
produktif perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan
15 Partisipasi Ya 1
kegiatan
laki-laki. Responden diambil dari usia 60 tahun ke
Tidak 0
lingkungan fisik atas. Data sebaran usia responden ditunjukkan
16 Partisipasi Ya 1
oleh Gambar 1.
kegiatan Tidak 0
lingkungan non
fisik
Jumlah Skor tertinggi 16
Skor terendah 0
Sumber: Peneliti (2015)
Dimensi Intelektual
28% Dimensi intelektual merupakan dimensi
yang menggambarkan tentang kemampuan
60 - 64 65 - 69 70 - 74 75 - 79 >79 berpikir dari lansia. Terdapat tiga indikator dalam
dimensi intelektual, yaitu penurunan konsentrasi,
Gambar 1. Sebaran Umur Responden penurunan daya ingat, dan upaya untuk
Sumber: analisis lapangan tahun 2015 mengaktifkan kerja otak.
Gambar 2 berikut adalah data penurunan
Berdasarkan Gambar 1, diketahui bahwa konsentrasi lansia.
jumlah responden terbanyak berkisar antara
umur 60 – 64 sejumlah 30%, kemudian umur 65 – Penurunan Konsentrasi Lansia (%)
69 dan 70 – 74 tahun dengan jumlah 28%.
Banyaknya umur 60 – 64 tahun merupakan lansia
yang memungkinkan memiliki kondisi yang 38%
tangguh.
Tingkat pendidikan responden bervariasi,
mulai dari tidak tamat SD hingga tamat akademi/ 62%
perguruan tinggi. Pendidikan penting bagi lansia
karena dimungkinkan lansia dapat terus
diberdayakan dengan memanfaatkan
pengetahuan dan keterampilan sesuai minatnya. Tidak mengalami penurunan Konsentrasi
Dimensi Fisik
Tidak mengalami penurunan daya ingat
Dimensi fisik merupakan dimensi yang
Mengalami penurunan daya ingat
menggambarkan kondisi fisik dari lansia.
Gambar 3. Penurunan Daya Ingat Lansia Indikator dari dimensi fisik adalah perubahan
Sumber: analisis lapangan tahun 2015 fisik, penggunaan alat bantu, gangguan penyakit,
dan pemeliharaan kondisi fisik. Semua responden
Berdasarkan Gambar 3, diketahui bahwa menyatakan bahwa mereka mengalami
48% menyatakan bahwa mereka mengalami perubahan fisik. Perubahan fisik yang dialami
penurunan daya ingat. Sedangkan 52% oleh lansia seperti mudah lelah, pendengaran
menyatakan mereka mengalami daya ingat. berkurang, penglihatan menurun, rambut
Penurunan daya ingat lansia ditandai dengan memutih, kulit berkeriput, dan gigi mulai tanggal.
lupa nama orang, peristiwa, meletakkan sesuatu, Gambar 5 berikut menunjukkan
dan lain-lain. penggunaan alat bantu oleh lansia.
Dimensi intelektual juga didukung dengan
upaya lansia untuk mengaktifkan kerja otak. Alat Bantu (%)
Gambar 4 merupakan data upaya lansia yang
melakukan aktifitas kerja otak.
34
28
44
56
72
8
Gambar 10. Pengembangan usaha ekonomi
produktif
Sumber: analisis lapangan tahun 2015
sekitarnya. Indikator dari dimensi lingkungan berpartisipasi dalam kegiatan lingkungan non
adalah partisipasi lansia dalam kegiatan fisik dan hanya 16% yang menyatakan bahwa
lingkungan fisik dan non fisik. mereka tidak berpartisipasi dalam kegiatan
Berikut Gambar 11 menunjukkan partisipasi tersebut. Kegiatan lingkungan non fisik yang
kegiatan lingkungan fisik. dilakukan oleh lansia seperti ikut serta dalam
kegiatan mental spiritual dan kegiatan sosial
Partisipasi Kegiatan Lingkungan Fisik (%)
budaya.
12
Dari perhitungan jumlah skor lansia di
daerah penelitian berdasarkan 7 dimensi,
diketahui skor terendah adalah 6 dan skor
tertinggi adalah 15. Berdasarkan skor terendah
dan tertinggi tersebut, maka dibuat 3 kelas
88
kondisi lansia tangguh dengan klasifikasi tingkat
Berpartispasi Tidak berpatisipasi
rendah yaitu interval skor 6 – 9, tingkat sedang
yaitu interval 10 – 12, dan tingkat tinggi yaitu
Gambar 11. Partisipasi kegiatan lingkungan fisik
interbal 13 – 15. Adapun hasil perhitungan
Sumber: analisis lapangan tahun 2015
ditunjukkan Tabel 3 berikut.
Tabel 4. Hubungan antara jenis kelamin, umur, dan lansia, dengan nilai korelasi Pearson sebesar
pendidikan dengan kondisi lansia tangguh 7 dimensi
0,385 (korelasi cukup). Pendidikan lansia cukup
Jenis Umur Pendidikan
kelamin
berhubungan dengan kondisi lansia tangguh “7
(tujuh) dimensi” karena semakin tinggi
Lansia Pearson 0.109 -0.108 0.385**
pendidikan lansia maka dimungkinkan semakin
tangguh Correlation
7 dimesi besar kemampuan lansia dalam pengembangan
sumber: analisis lapangan tahun 2015 dimensi spritual, intelektual, fisik, emosional,
sosial kemasyarakatan, profesional vokasional,
Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa faktor maupun lingkungan.
yang paling berhubungan dengan kondisi lansia
tangguh 7 dimensi adalah pendidikan. Hal ini Ucapan terima kasih
ditunjukkan oleh nilai Pearson Correlation antara Penulis mengucapkan terimakasih kepada
pendidikan dan kondisi lansia tangguh 7 dimensi Fakultas Ilmu Sosial yang telah membiayai
yaitu sebesar 0.385 (korelasi cukup), jika penelitian ini melalui Dana DIPA Tahun Anggaran
dibandingkan dengan faktor jenis kelamin 2015.
dengan nilai 0.109 dan faktor umur dengan nilai -
0.108, dan keduanya termasuk korelasi yang Referensi
sangat lemah. Pendidikan lansia cukup BKKBN. (2011) Bina Keluarga Lansia (BKL).
berhubungan dengan kondisi lansia tangguh 7 Yogyakarta: BKKBN Provinsi Daerah
dimensi karena semakin tinggi pendidikan lansia Istimewa Yogyakarta.
maka dimungkinkan semakin besar kemampuan BKKBN. (2014). Lansia Tangguh Tujuh Dimensi.
lansia dalam pengembangan dimensi spritual, Jakarta: BKKBN.
intelektual, fisik, emosional, sosial BPS. (2012). Daerah Istimewa Yogyakarta dalam
kemasyarakatan, profesional vokasional, maupun Angka. Yogyakarta: BPS.
lingkungan. Tika., Moh. Pabundu. (2005). Metode Penelitian
Geografi . Jakarta: Bumi Aksara.
Simpulan Khotimah, Nurul., Gunardo., Ghufron, Anik.,
Kondisi lansia tangguh “7 (tujuh) dimensi“ Sugiharti, Sri., Aryekti, Kanthi. (2016). Lanjut
sebanyak 44% berada pada tingkat sedang, Usia (Lansia) Peduli Masa Depan di Daerah
diikuti 36% berada pada tingkat tinggi dan Istimewa Yogyakarta. Geomedia. Vol. 14(2):
sisanya 20% berada pada tingkat rendah. Faktor 51-66.
yang paling berhubungan dengan kondisi lansia Undang-Undang Republik Indonesia No. 13
tangguh “7 (tujuh) dimensi” adalah pendidikan Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia.