Anda di halaman 1dari 99

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Bangunan tinggi atau bangunan bertingkat adalah istilah untuk


menyebut suatu bangunan yang memiliki struktur tinggi. Suatu
bangunan memiliki struktur yang tinggi dikarenakan adanya
penambahkan fungsi dari bangunan tersebut, Contohnya bangunan
apartemen, Tower, perkantoran , hingga bangunan Pendidikan.

Bangunan tinggi menjadi lebih ideal untuk dihuni oleh manusia sejak
penemuan elevator (lift) dan material bangunan yang lebih kuat.
Berdasarkan beberapa standard, suatu bangunan biasa disebut sebagai
bangunan tinggi jika memiliki ketinggian antara 75 kaki dan 491 kaki
(23 m hingga 150 m). Bangunan yang memiliki ketinggian lebih dari
492 kaki (150 m) disebut sebagai pencakar langit. Tinggi rata-rata satu
tingkat adalah 13 kaki (4 meter), sehingga jika suatu bangunan memiliki
tinggi 79 kaki (24 m) maka idealnya memiliki 6 tingkat. Bahan yang
digunakan untuk sistem struktural bangunan tinggi adalah beton
kuat dan baja. Banyak Gedung pencakar
langit bergaya Amerika memiliki rangka baja, sementara gedungblok
menara penghunian dibangun tanpa beton.

Bangunan bertingkat sudah ada sejak dari zaman dahulu, tetapi


bangunan yang dikategorikan sebagai “modern tall building” dimulai
sejak tahun 1880s. Gedung tinggi pada zaman dahulu didominasi
dengan penggunaan struktur baja, sedangkan pembangunan

1
menggunakan struktur beton berjalan relatif lambat dan baru
berkembang dengan pesat pada tahun 1950s.

Desain struktur suatu gedung bertingkat membutuhkan beberapa


proses perhitungan dan juga analisis yang sangat rumit serta panjang,
dengan berdasarkan asumsi dan pertimbangan teknis tertentu sesusai
dengan standar. Seiring berjalannya waktu dan kemajuan teknologi
maka terciptalah software seperti , ETABS , Staadpro , SAP2000 , yang
dapat digunakan perencana untuk merencanakan suatu bangunan dari
berbagai sudut pandang dengan sangat rinci serta memiliki ketelitian dan
keakuratan yang tinggi.

Tingkat ketelitian dan tingkat keakuratan data yang didapatkan dari hasil
perencanaan sangat bergantung pada input data ke dalam komputer serta
dengan mutu dan perencanaan yang tepat. Perlu di sadari bahwa
sesungguhnya perencana juga harus memiliki pemahaman konsep yang
baik mengenai perencanaan suatu bangunan, karena seringkali para
perencana mengikuti secara penuh hasil output suatu program tanpa
mengkaji ulang apakah hasil keluaran tersebut mengandung berbagai
kesalahan. Terkadang kesalahan tersebut sulit untuk ditemukan karna
para perencana kurang memiliki kepekaan terhadap prilaku struktur
yang direncanakan.

Pada gedung bertingkat banyak hal yang dapat merusak bangunan dan
membahayakan orang yang berada di dalamnya terutama berupa
bencana alam yakni gempa bumi. Di indonesia sendiri sering terjadi
gempa bumi mulai dari gempa yang berukuran kecil, hingga gempa

2
berukuran besar, itu di karenakan indonesia terletak diantara lempeng
australia, lempeng Eurasia, dan lempeng pasifik. Selain itu indonesia
termasuk dalam cincin api pasifik, yang tidak lain gugusan gunung
berapi di dunia. Hal ini yang kemudian menjadi penyebab indonesia
sering kali terjadi gempa bumi, baik gempa tektonik maupun gempa
vulkanik. Gempa bumi tektonik merupakan gempa yang terjadi akibat
adanya dua lempeng yang saling menekan (konvergen), saling menjauh
(divergen), maupun menggeser (slip). sedangkan gempa bumi vulkanik
terjadi akibat letusan gunung merapi. Karrna gempa bumi dapat merusak
bangunan maka dalam perencanaan gedung bertingkat diperlukan
perancangan struktur gedung yang mampu memikul beban gempa dasar
(Base Shear) yang disebabkan oleh pergerakan tanah oleh gempa bumi.
Maka dalam perencanaan si perencana dituntut untuk menciptakan suatu
konstruksi bangunan yang daktail, yaitu bangunan yang dapat menahan
respon inelastik yang diakibatkan oleh beban gempa.

Sistem struktur tahan gempa terdiri dari Sistem Rangka Pemikul Momen
Biasa (SRPMB), Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM),
Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK). sistem struktur ini
masing-masing digunakan untuk wilayah gempa lemah, gempa sedang
dan gempa kuat.

Pada Proyek Akhir ini struktur bangunan bertingkat akan di desain


dengan Sistem Ganda Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus
(SRPMK) dan Dinding Struktural dengan menggunakan SNI 1726:2019,
dan direncanakan menggunakan software ETABS 2016. Dalam
perencanaan struktur juga menggunakan konsep perencanaan desain

3
kolom kuat balok lemah atau yang lebih dikenal dengan istilah “strong
column weak beam”, Banyaknya struktur bangunan yang tidak
memenuhi sistem SCWB (Strong Column And Weak Beam) ini mulanya
disebabkan dari proses awal yang salah. Proses awal ini dimulai saat
pekerja konstruksi mendesain elemen struktur seperti balok, pelat dan
utamanya pada elemen kolom di mana dimensi desain terlalu minimalis
atau ramping. Kesalahan lain yang umumnya terjadi adalah tidak
dipertimbangkannya kekakuan rangkaian balok-kolom. Misalnya, balok
dirangkai dengan rapat, namun kolom dirangkai dengan jarak yang
jarang-jarang sehingga kekakuan lateral dari struktur tidak seimbang
atau proporsional. Dengan menerapkan sistem SCWB, maka simpangan
struktur bangunan dapat diminimalkan kegagalannya.

Faktor reduksi gaya gempa ( R ) diambil sebesar 7. hal ini disebabkan


karena struktur SRPMK memiliki sifat yang fleksibel dengan daktilitas
yang tinggi, sehingga mampu menahan beban rencana gravitasi dan
beban gempa.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Tujuan proyek akhir ini untuk mendesain gedung bertingkat
menggunakan sistem ganda , sistem rangka pemikul momen khusus
(SRPMK) dan dinding struktural pada wilayah rawan gempa
menggunakan peraturan-peraturan dan standar yang telah ditetapkan
pada batasan masalah.

4
Manfaatnya proyek akhir ini adalah mampu merencanakan suatu
Gedung bertingkat tinggi yang kuat terhadap gempa di wilayah rawan
terjadi gempa kuat.

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah untuk Proyek Akhir ini dibuat dengan tujuan
untuk membatasi masalah agar tidak meluas. batasan masalahnya ialah :
a. Model bangunan terdiri dari 10 lantai.
b. Struktur bangunan didesain dengan menggunakan Sistem Ganda,
Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) dan Dinding
Struktural.
c. Fungsi bangunan berupa gedung pendidikan.
d. Beban yang bekerja pada bangunan meliputi beban gravitasi
(beban hidup, beban mati), dan beban gempa.
e. Desain bangunan meliputi struktur atas (kolom, balok, pelat,
dinding geser) dan struktur bawah (pondasi tiang pancang).

1.4 Spesifikasi Teknis


Berikut dibawah ini spesifikasi teknis yang digunakan dalam
perencanaan strutur pada proyek akhir.
a. Mutu beton untuk kolom, balok, pelat lantai dan shearwall yaitu K-
350 (Fc’ 29,05)

b. Mutu baja tulangan untuk kolom , balok dan shearwall


fy = 410 Mpa

5
1.5 Sistematika Penulisan
Supaya tujuan penulisan proyek akhir ini tetap terarah dan sesuai dengan
pada batasan masalah yang telah ditetapkan, maka penulis menyusun
penulisan proyek akhir ini secara sistematis dengan alur sebagai
berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang latar belakang, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan proyek akhir ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan tentang landasan-landsan teori yang berhubungan
dalam penulisan dan konsep perencanaan struktur bangunan.
BAB III PROSEDUR DAN HASIL RANCANGAN
Bab ini berisikan tentang bagan alir, algoritma metoda penulisan dan
rancangan awal dalam menentukan dimensi-dimensi struktur bangunan.
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan menguraikan secara lengkap hasil dan pembahasan pada
batasan masalah yang telah selesai dianalisa.
BAB V KESIMPULAN
Bab ini berisikan kesimpulan penulisan dan saran untuk pembahasan
lebih lanjut.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisa Beban Gempa


Beban gempa adalah beban yang bekerja pada suatu struktur
akibat dari pergerakan tanah yang disebabkan karena adanya gempa
bumi (baik itu gempa tektonik atau vulkanik) yang mempengaruhi
struktur tersebut. Dalam merencanakan sebuah bangunan yang mampu
menahan beban gempa maka diperlukan analisis terhadap gaya gempa
yang bekerja terhadap bangunan tersebut. Terdapat dua prosedur dalam
merencakan bangunan tahan gempa , yaitu analisis statik dan analisis
dinamik. dalam menganalisis perilaku struktur yang mengalami gaya
gempa, semakin teliti analisis yang dilakukan, maka perencanaannya
juga semakin ekonomis dan dapat diandalkan. prosedur analisis yang
dibolehkan untuk berbagai kategori desain seismik dapat dilihat pada
Tabel 2.1
Tabel 2.1 kategori desain seismik

7
Analisis Analisi Prosedur
gaya spektrum respons
Kategori
lateral respons riwayat
desain Karakteristik struktur
ekivalen ragam waktu
seismik
pasal 7.8 pasal 7.9 seismik
pasal 11
B, C Semua struktur I I I
D, E, F
Bangunan dengan kategori risiko I dan II yang tidak
I I I
melebihi 2 tingkat diatas dasar
Struktur tanpa ketidakberaturan struktural dan
I I I
ketinggiannya tidak melebihi 48,8 m
Struktur tanpa ketidakberaturan struktural dengan
I I I
ketinggian melebihi 48,8 m dan T < 3,5 T S
Struktur dengan ketinggian tidak melebihi 48,8 m
dan hanya memiliki ketidakberaturan horizontal tipe
I I I
2, 3, 4 atau 5 atau ketidakberaturan vertikal tipe 4, 5a
atau 5b
Semua struktur lainnya I I I
CATATAN : I : Diizinkan, TI : Tidak Diizinkan
Sumber : Tabel 16 SNI 1726 : 2019
2.2 Kelas Situs
Tanah sifat-sifat tanah pada situs yang berbeda beda , maka situs
harus diklasifikasi sebagai kelaas situs Batuan Keras (SA) , Batuan (SB)
, Tanah keras (SC) , Tamah Sedamg (SD) , Tanah Lunak (SE) , Tanah
Khusus (SF) , yang mengikuti tabel di bawah ini. Bila sifat-sifat tanah
tidak teridentifikasi secara jelas sehingga tidak bisa ditentukan kelas
situsnya, maka kelas situs SE dapat digunakan kecuali jika
pemerintah/dinas yang berwenang memiliki data geoteknik yang dapat
menentukan kelas situs lainnya. Tabel 2.2 memperlihatkan klasifikasi
kelas situs.

8
Tabel 2.2 kelas situs
Kelas situs V s (m/detik) N atau N ch S u (kPa)
SA (batuan keras) > 1500 N/A N/A
SB (batuan) 750 sampai 1500 N/A N/A
SC (tanah keras, sangat ≥ 100
350 sampai 750 > 50
padat dan batuan lunak)
SD (tanah sedang) 175 sampai 350 15 sampai 50 50 sampai 100
SE (tanah lunak) < 175 < 15 < 50
Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih dari 3 m tanah dengan
karakteristik sebagai berikut :
1. Indeks plastisitas, PI > 20
2. Kadar air, w ≥ 40 %
3. Kuat geser niralir S u < 25 kPa
SF (tanah khusus, yang Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu atau lebih dari
membutuhkan investigasi karakteristik berikut :
geoteknik spesifik dan - Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat beban gempa seperti
analisis respons spesifik- mudah likuifaksi, lempung sangat sensitif, tanah tersementasi lemah.
situs yang mengikuti - Lempung sangat organik dan atau gambut (ketebalan H > 3 m)
6.10.1) - Lempung berplastisitas sangat tinggi (ketebalan H > 7,5 m dengan
indeks plastisitas PI > 75)
Lapisan lempung lunak / setengah teguh dengan ketebalan H > 35 m
dengan S u < 50 kPa.
CATATAN : N/A = tidak dapat dipakai
Sumber : tabel 5 SNI 1726:2019

2.3 Koefisien Kelas Situs dan Parameter Respons Spektral


Penentuan respons spectral percepatan gempa MCER di permukaa
tanah memerlukan suatu factor amplifikasi seismik pada perioda 0,2
detik (Fa) dan perioda 1 detik (Fv). Parameter respons percepatan pada
perioda pendek (SMS) dan perioda 1 detik (SM1) yang disesuaikan
dengan pengaruh klasifikasi situs dan ditentukan dengan rumus berikut :
SMS = Fa x SS (1)
SM1 = Fv x S1 (2)
Keterangan:
SMS : parameter respons spektral percepatan pada perioda pendek

9
SM1 : parameter respons spektral percepatan pada perioda 1 detik
SS : parameter resposn spektral percepatan gempa MCER terpetakan
untuk periode pendek
S1 : parameter resposn spektral percepatan gempa MCER terpetakan
untuk periode 1 detik
Dengan koefisien situs Fa dan Fv mengikuti tabel 2.3.1 dan 2.3.2
dibawah ini :
Tabel 2.3.1 koefisien situs Fa
Parameter respons spektral percepatan gempa maksimum yang
Kelas situs dipertimbangkan risiko-target (MCER) terpetakan pada periode
pendek, T = 0,2 detik, SS
SS ≤ 0,25 SS = 0,5 SS = 0,75 SS = 1,0 SS = 1,25 SS ≥ 1,5
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9
SC 1,3 1,3 1,2 1,2 1,2 1,2
SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0 1,0
SE 2,4 1,7 1,3 1,1 0,9 0,8
(a)
SF SS
CATATAN :
(a) SS = Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons situs-spesifik,
lihat 6.10.1
Sumber : tabel 6 SNI 1726:201
Tabel 2.3.2 koefisien situs Fv
Parameter respons spektral percepatan gempa maksimum yang
Kelas situs dipertimbangkan risiko-target (MCER) terpetakan pada periode
1 detik, S1
S1 ≤ 0,1 S1 = 0,2 S1 = 0,3 S1 = 0,4 S1 = 0,5 S1 ≥ 0,6
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SC 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,4
SD 2,4 2,2 2,0 1,9 1,8 1,7
SE 4,2 3,3 2,8 2,4 2,2 2,0
(a)
SF SS
CATATAN :
(a) SS = Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons situs-spesifik,
lihat 6.10.1
Sumber : tabel 7 SNI 1726:2019

10
2.4 Parameter Percepatan Spektral desain
Parameter percepatan spektral desain untuk periode pendek SDS dan
pada periode 1 detik SD1, harus ditentukan melalui perumusan berikut :
2
S MS
SDS = 3
(3)
2
S M1
SD1 = 3 (4)

Keterangan :
SDS : parameter respons spektral percepatan desain pada periode pendek
SD1 : parameter respons spektral percepatan desain pada periode 1 detik

2.5 Spektrum Respons Desain


Spektrum respons desain adalah representasi dari gerakan tanah
akibat getaran gempa yang terjadi pada suatu lokasi. Maka kurva
spektrum respons desain yang direncanakan harus mengikuti ketentuan
dibawah ini :

S a=S DS (0,4 +0,6 TT0 )


Untuk T ≤ T0, maka
(5)
Untuk T0 ≤ T ≤ TS, maka Sa = SDS (6)

S a = S D1
Untuk T ≥ TS, maka T
(7)
T : periode getar fundamental struktur

11
SD1
0,2
T0 = S DS (8)
S D1
TS = S DS (9)

2.6 Kategori Desain Seismik


Suatu struktur harus dikategorikan ke dalam desain seismik yang
diatur dalam pasal 6.5 SNI 1726:2019. Kategori desain seismik suatu
lokasi struktur tergantung kepada kategori resiko dan nilai parameter
repons percepatan periode pendek (SDS), ditentukan dalam tabel 2.4.1
dan 2.4.2 dibawah ini :
Tabel 2.4.1 kategori desain seismik berdasarkan parameter respons
percepatan pada perioda pendek

Tabel 2.4.2 kategori desain seismik berdasarkan parameter respons


percepatan pada perioda 1 detik

Sumber : SNI 1726:2019 Tabel 8 dan 9

2.7 Perioda Fundamental Pendekatan

12
Periode fundamental pendekatan (Ta), dalam detik, harus
ditentukan dari persamaan berikut :
Ta = Cthnx ( 10 )
Keterangan :
Ta : periode fundamental pendekatan
hn : adalah ketinggian struktur (m)
Ct dan x ditentukan oleh tabel 2.5 berikut :
Tabel 2.5 - nilai parameter perioda pendekatan Ct dan x
Tipe Struktur Ct x
Sistem rangka pemikul momen di mana rangka memikul 100%
gaya seismik yang disyaratkan dan tidak dilingkupi atau dihubungkan
dengan komponen yang lebih kaku dan akan mencegah rangka dari
defleksi jika dikenai gaya seismik :
• Rangka baja pemikul momen 0,0724 0,8
• Rangka beton pemikul momen 0,0466 0,9
Rangka baja dengan bresing eksentris 0,0731 0,75
Rangka baja dengan bresing terkekang terhadap tekuk 0,0731 0,75
Semua sistem struktur lainnya 0,0488 0,75
Sumber : tabel 18 SNI 1726:2019

2.8 Perhitungan Koefisien Respons Seismik


Koefisien respons seismik Cs harus ditentukan sesuai persamaan
berikut :
S DS
R
Cs =
()
I
( 11 )
S1
R
Csmax =
T ()
I
( 12 )

13
0,5S 1
R
Csmin =
()I
( 13 )
Keterangan :
I : faktor keutamaan gempa (SNI 1726:2019 Tabel 4)
Cs : koefisien respons seismik (SNI 1726:2019 Tabel 12)
Csmax : koefisien respons seismik maksimum (detik)
Csmin : koefisien respons seismik minimum
T : periode getar fundamental struktur
R : koefisien modifikasi respons

2.9 Analisa Statis Ekuivalen


Gaya geser dasar seismik (V) dalam arah yang ditentukan dapat
diperoleh dengan persamaan berikut ini :
V = Cs . W
( 14 )
Keterangan:
W : berat seismik efektif
Cs : koefisien respons seismik

2.10 Analisa Respons Spektrum Ragam


Analisa harus menyertakan jumlah ragam getar alami yang cukup
untuk mendapatkan partisipasi massa ragam terkombinasi sebesar yang

14
ditinjau oleh model 100% dari massa aktual dalam masing-masing arah
horizontalortogonal dari respon model. Sebagai alternatif, analisis
diizinkan untuk memasukkan jumlah ragam yang minimum mencapai
massa ragam terkombinasi paling kecil 90% sesuai pasal 7.9.1.2 SNI
1726:2019.

2.11 Faktor Skala Gempa


Dalam perhitungan nilai gaya gempa, perbandingan gaya gempa statis
dan dinamis harus besar sama dengan satu. Hal ini sesuai dengan pasal
7.9.2.5.2 SNI 1726:2019 dengan persamaan berikut ini :
(15)

Keterangan :
Vs = Gaya geser dasar statis
Vd = Gaya geser dasar dinamis

2.12 Frame Memikul Minimal 25% Gaya Lateral


Beban lateral gempa yang direncanakan, dipikul oleh frame
minimal sebesar 25% untuk menjaga mekanisme kerusakan pada saat
terjadi beban gempa yang besar. Sehingga struktur masih dapat berdiri
walaupun telah mengalami kerusakan pada elemen struktural maupun
non struktural sesuai dengan pasal 7.2.5.1 SNI 1726:2019.

2.13 Ketidak Beraturan Torsi


Struktur dengan bentuk asimetris atau tidak beraturan makan beban
gempa akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap struktur

15
tersebut terutama pada perpindahan dan gaya geser dasarnya. Hal ini
dapat meningkatkan gaya geser pada kolom akibat ketidak beraturan
dari bentuk bangunan tersebut yang disebabkan oleh torsi.

2.14 Pengecekan Retak Pada Dinding Geser


Pengecekan retakan pada dinding geser dilakukan untuk
melihat inersia efektif dinding dalam menerima beban lateral.
Pengecekan retak dinding dalam kondisi Tarik dan tekan dapat dilihat
pada persamaan berikut ini :
P My
+ ≥ 0,62 √ fc '
A I
( 16 )
Keterangaan :
P : beban aksial pada dinding geser (KN)
A : luas penampang dinding geser (m2)
M : gaya momen pada dinding geser (KN.m)
Y : titik tangkap gaya (mm)
I : inersia penampang dinding geser (mm⁴)
fc’ : kuat tekan beton (MPa)

2.15 Balok SRPMK

16
Dalam merencakan balok SRPMK, penulangan transversal dan
penulangan longitudinal balok diberikan batasan-batasan sesuai dengan
peraturan beton (SNI-2847:2019).

2.16 Kolom SRPMK


Kolom direncanakan sebagai elemen struktur penerima beban
lentur aksial degan kekuatan aksial minimal yang diterima kolom
sebesar 0,1.Ag.fc’. komponen struktur kolom ini harus memenuhi
persyaratan geometri pada peraturan beton SNI-2847:2019. Perencanaan
kekuatan lentur kolom harus memenuhi persamaan yang telah
ditentukan SNI 2847:2019 pasal 18.7.3.2 sebagai berikut :
Σ𝑀nc ≥ 1.2 Σ𝑀nb (16)
Keterangan :
Σ𝑀nc : Jumlah kekuatan lentur nominal kolom-kolom yang merangka
kedalam join.
Σ𝑀nb : Jumlah kekuatan lentur nominal balok yang merangka kedalam
join.
Pendekatan ini dikenal sebagai konsep “Kolom Kuat-Balok Lemah”.

2.17 Hubungan Balok-Kolom SRPMK


Perencanaan hubungan balok-kolom (join) SRPMK sangat penting
untuk ditinjau, karna gaya geser yang bekerja pada join ditimbulkan oleh
momen lentur ujung balok yang menyatu dengan join yang sama.

2.18 Dinding Geser (Shearwall)

17
Dinding geser adalah struktur kaku yang digunakan untuk menahan
kombinasi geser, lentur, dan aksial yang ditimbulkan oleh beban gempa.
Dinding geser merupakan salah satu solusi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kekakuan struktur dalam arah horizontal unutk menahan
gaya-gaya lateral.

2.19 Rencana Anggaran Biaya


Rencana Anggaran Biaya (RAB) merupakan perhitungan biaya
sebuah proyek berdasarkan atas uraian pekerjaan, upah, bahan dan
peralatan yang dipakai. Tujuan membuat RAB adalah untuk
memberikan gambaran tentang besarnya biaya yang diperlukan dalam
pelaksanaan suatu proyek.

2.20 Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang


Pada pondasi tiang pancang memiliki daya dukung yang
disumbangkan oleh komponen ujung dan hambatan gesek tiang.
Kedalaman penanaman pada tiang memberikan pengaruh terhadap daya
dukung pondasi tiang pancang tersebut. Untuk daya dukung pondasi
tiang tersebut dapat dilihat pada persamaan berikut :
Qu = Qp + Qs
( 17 )
Qp = Ap . qp
( 18 )
Qs = As . qs
( 19 )
Keterangan :
Qu : daya dukung ultimate

18
Qp : tahanan ujung
Qs : tahanan friksi
Ap : luas ujung pondasi
As : luas selimut pondasi
qp : unit daya dukung
qs : unit tahanan friksi

19
BAB III
PROSEDUR DAN PERENCANAAN

3.1 Posedur dan Perencanaan


Prosedur yang digunakan dalam pengerjaan tugas akhir ini
mengacu kepada peraturan gempa SNI 1726:2019. untuk analisa
perhitungan dibantu oleh software ETABS V.2016. Untuk rencana
rancangannya adalah sebagai berikut :
 Bangunan : 10 Lantai
 Fungsi bangunan : Gedung Pendidikan
 Jenis struktur : Beton bertulang
 Mutu beton : K-350 / Fc’ 29.05 Mpa
(Kolom, Balok, Shearwall dan Pelat Lantai)
 BV beton : 2400 kg/m³
 Tegangan leleh baja : 410 MPa (Kolom, Balok , Pelat Lantai dan
Shearwall)
 M. Elastisitas beton : 4700√fc’ MPa
 M. Elastisitas baja : 200.000 MPa
 Beban yang bekerja :
- Beban gravitasi (Beban Hidup, Beban Mati)
- Beban gempa

20
Berikut adalah denah rencana rancangan dan model ketinggian
bangunan :

Gambar 3.1 - Denah Tipikal Rencana Struktur

21
Gambar 3.2 - Model rancangan tampak depan

22
Gambar 3.3 - Model rancangan tampak samping

Tahapan perencanaan proyek akhir :


a) Tahap preliminary design (perhitungan awal).
b) Memodelkan struktur bangunan yang terdiri dari 10 lantai
dengan ketinggian 40 meter. Bangunan diberi tambahan
dinding geser pada sisi bangunan.
c) Menginputkan beban gravitasi (beban mati, beban hidup) dan
beban gempa dinamis (respons spectrum).

23
d) Running program pertama, untuk mengecek parameter
bangunan aman gempa yaitu : perioda natural, mas partisipasi
modal massa 100%, frame memikul minimal 25%, base shear.
e) Menginput beban gempa statis dan beban gempa dinamis
dengan factor skala gempa.
f) Running program kedua, mengecek parameter bangunan aman
gempa yakni : factor skala gempa, simpangan antar lantai
(story drift), pengaruh P-Delta, eksentrisitas dan torsi,
ketidakberaturan vertical dan horizontal.
g) Menginput kombinasi pembebanan yang dipengaruhi oleh
factor skala gempa yang telah dimodifikasi.
h) Running program ketiga, untuk mendapatkan gaya dalam
struktur bangunan.
i) Melakukan perhitungan gaya dalam untuk mendapatkan
nominal elemen struktur.
j) Menggambar detailing elemen struktur.

24
3.2 Diagram Alir Perencanaan

Gambar 3.4 - Diagram Alir Perencanaan

25
3.3 Kerangka Rencana Waktu Pelaksanaan Proyek Akhir
Tabel 3.1 - Rencana Waktu Pelaksanaan Proyek Akhir
Oktober 2020 Nov-20 Des-2020
No Nama kegiatan minggu ke- minggu ke- minggu ke-
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan Literatur
2 Preliminary Design
3 permodelan Etabs v 2016
4 Perhitungan Beban Gempa
5 Pemasukann Beban Gravitasi dan Beban Gempa
6 Pengecekan Pertama Parameter Bangunan Tahan Gempa
7 Pemasukan Beban Gempa dengan Faktor Skala Gempa
8 Pengecekan Kedua Parameter Bangunan Tahan Gempa
9 Pemasukan Kombinasi Pembebanan Struktur
10 Analisa Gaya dalam Struktur
11 Desain Penulangan Struktur
12 Pemeriksaan Penulangan
13 Penyelesaian Laporan

26
BAB IV
HASIL PERENCANAAN

4.1 Preliminary Design Struktur


Perencanaan dimensi balok mengacu kepada SNI beton 2847:2019 pasal
9.3.1 dan pasal 18.6.2. Perencanaan pelat lantai mengacu kepada SNI
beton 2847:2019 pasal 8.3.1.1. Perencanaan shearwall mengacu kepada
SNI beton 2847:2019 pasal 18.8.5.1 yaitu :
fy . db
ldh =
5,4 √ fc '
(20)
Untuk tebal dinding geser :
25
t = (21)
hw
25
t = (22)
lw
t = ldh + cover (23)
dimana :
t : tebal dinding geser
hw : tinggi lantai
lw : panjang shearwall
Untuk perencanaan dimensi kolom menggunakan rumus :
Pu
Ag ≥ (20)
0,35 fc '
dimana :
Pu : Beban yang bekerja pada Kolom

27
Ag : luas penampang kotor kolom
fc’ : kuat tekan pada beton

Dari Prelimiminary Design didapatkan dimensi koolom, balok, pelat


lantai, dan juga Shearwall dapat dilihat pada tabel yang tertera dibawah.
Untuk perhitungan Prelimiminary Design dapat dilihat pada lampiran
1.
Tabel 4.1.1 – Dimensi Kolom
Preliminary Design Kolom
Kolom B (mm) H (mm) Lantai
K1 1300 1300 1,2,3,4
K2 1100 1100 5,6,7
K3 900 900 8,9,10

Tabel 4.1.2 – Dimensi Balok


Preliminary Design Balok
Balok B (mm) H (mm)
B1 500 750
B2 350 550

Tabel 4.1.3 – Dimensi Shearwall


Preliminary Design Shearwall
Shearwall Tebal (mm)
P1 350
P2 350
P3 350

Tabel 4.1.4 – Dimensi Pelat Lantai


Preliminary Design Pelat Lantai
Pelat Tebal (mm)
S1 125

4.2 Pemodelan Struktur


Permodelan struktur bangunan dilakukan dengan menggunakan
program ETABS V.2016 berdasarkan rencana denah dan preliminary

28
design yang telah di rencanakan sebelumnya. Dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Tahapan-tahapan memodelkan struktur dengan ETABS V.2016 adalah
sebagai berikut :
1. Menentukan Material
Menentukan material ata Define Material Properties digunakan
untuk mendefinisikan material yang akan digunakan sesuai dengan
perencanaan yang telah dilakukan.

Gambar 4.2.1 – Material Property Data

2. Menentukan Dimensi Struktur


Menentukan Dimensi struktur atau Define Section Properties
digunakan untuk memodelkan elemen struktur yang telah didapatkan

29
dari preliminary design. Elemen struktur balok dan kolom dimodelkan
dengan Frame Sections, untuk pelat lantau dimodelkan menggunakan
Slab Section, dan Wall Section untuk Shearwall (dinding geser).

Gambar 4.2.2 – Frame Section Property Data

Untuk Property Modifiers setiap penampang digunakan momen inersia


sesuai dengan tabel 6.6.3.1.1(a) pada SNI Beton 2847:2019, seperti pada
tabel dibawah berikut ini :

Sumber : Tabel 6.6.3.1.1(a) SNI 2847:2019

30
Tabel 4.2.1 – Tabel Izin Momen Inersia dan Luas Penampang

Gambar 4.2.3 – Property / Stiffness Modification Factors Untuk Balok


dan Kolom

31
Gambar 4.2.4 – Property / Stiffness Modification Factors Untuk Pelat
dan Shearwall

3. Memodelkan properti kolom, balok, pelat lantai dan shearwall.


Sehingga diperoleh model seperti gambar dibawah ini :

32
Gambar 4.2.5 Pemodelan Struktur

4.3 Respon Spektrum Desain


Beban gempa dinamik yang digunakan pada struktur bangunan adalah
respon spektrum. Perhitungan dilakukan sesuai dengan syarat-syarat
yang ada pada SNI Gempa 1726:2019, sehingga didapatkan hasil
sebagai berikut :

Table 4.3.1 - Data Respon Spektrum Kota Padang

33
No Data Variabel Nilai
1 Kategori Resiko Bangunan Gedung Pendidikan K= IV
2 Faktor Keutamaan Gempa I= 1,5
Parameter Percepatan Tanah (Ss, S1)
a. Percepatan Respon Spektral MCE dari
SS = 1,499
3 Peta Gempa pada Periode pendek
b. Percepatan Respon Spektral MCE dari
S1 = 0,60
Peta Gempa pada Periode 1 detik
4 Kelas Lokasi/Klasifikasi Situs SD = Sedang
Faktor Koefisien Situs (Fa,Fv)
5 a. Koef Situs untuk periode pendek Fa = 1,000
a. Koef Situs untuk periode panjang Fv = 1,500
Parameter Respon Spektrum Percepatan
(SMS dan SM1)
a. Percepatan Respon Spektral MCE Periode
pendek yang sudah disesuaikan terhadap SMS = 1,499
6
kelas situs (SMS = Fa. Ss)
b. Percepatan Respon Spektral MCE Periode
1 detik yang sudah disesuaikan terhadap SM1 = 0,900
kelas situs (SMS = Fv. S1)
Parameter Percepatan Spektrum Desain
(SDS,SD1)
a. Percepatan Respon Spektral Pada periode
7 SDS = 0,999
Pendek (SDS = 2/3 SMS)
a. Percepatan Respon Spektral Pada periode
SD1 = 0,600
1 detik (SD1 = 2/3 SM1)
Spektrum Respons Desain
8 a. To = 0,2 SD1/SDS T0 = 0,120
B. Ts = SD1/SDS Ts = 0,600

Tael 4.3.2 – Periode Respon Spektrum

34
T (Detik) T (Detik) Sa(g)
0 0,000000 0,399733
T0 0,120080 0,999333333
TS 0,600400 0,999333333
Ts+0.1 0,700000 0,857143
TS+0.2 0,800000 0,750000
Ts+0.3 0,900000 0,666667
Ts+0.4 1,000000 0,600000
Ts+0.5 1,100000 0,545455
Ts+0.6 1,200000 0,500000
Ts+0.7 1,300000 0,461538
Ts+0.8 1,400000 0,428571
Ts+0.9 1,500000 0,400000
Ts+1.0 1,600000 0,375000
Ts+1.1 1,700000 0,352941
Ts+1.2 1,800000 0,333333
Ts+1.3 1,900000 0,315789
Ts+1.4 2,000000 0,300000
Ts+1.5 2,100000 0,285714
Ts+1.6 2,200000 0,272727
Ts+1.7 2,300000 0,260870
Ts+1.8 2,400000 0,250000
Ts+1.9 2,500000 0,240000
Ts+2.0 2,600000 0,230769
Ts+2.1 2,700000 0,222222
Ts+2.2 2,800000 0,214286
Ts+2.3 2,900000 0,206897
Ts+2.4 3,000000 0,200000
Ts+2.5 3,100000 0,193548
Ts+2.6 3,200000 0,187500
Ts+2.7 3,300000 0,181818
Ts+2.8 3,400000 0,176471
Ts+2.9 3,500000 0,171429

35
Gambar 4.3 - Respon Spektrum Kota Padang

Pada hasil analisa response spectrum didapatkan SDS sebesar 0,993 dan
SD1 sebesar 0,600 sesuai tabel 4.3.1, sehingga dengan melihat tabel 8
dan tabel 9 SNI gempa 1726:2019 didapatkan Kriteria Desain Seismik D
(KDS D) untuk kategori desain seismik berdasarkan parameter respons
percepatan periode pendek dan kategori desain seismik berdasarkan
parameter respons percepatan periode 1 detik.

4.4 Pembebanan Struktur


Beban yang bekerja pada struktur bangunan terdiri dari dua beban yaitu
beban gravitasi (berat sendiri struktur, beban hidup, dan beban mati),

36
dan beban gempa. Untuk beban mati dan beban hidup yang bekerja
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.4.1 – Beban Mati
Beban Mati
Beban pada Lantai

Lantai Dak Beton


No Jenis Beban Berat jenis tebal qu (Kg/m²)
1 Spesi 2100 0,02 42
2 Plafon 20 1 20
3 MEP 25 - 25
0,87 (KN/m²)

Lantai 1 s/d 10
No Jenis Beban Berat jenis tebal qu (Kg/m²)
1 BV Spesi 2200 0,02 44
2 BV Plafon 20 1 20
3 BV MEP 25 - 25
4 BV Keramik 2400 0,01 24
1,13 (KN/m²)

Beban pada balok


Balok Utama 350 x 500 (Rooftop)
No Nama Dimensi (m) Berat Jenis Berat (KN/m)
1 Tinggi Story 2
2 Tinggi Balok 0
3 Tinggi Dinding 2
Berat Dinding 250 5 (KN/m)

Balok Utama 350 x 500


No Nama Dimensi (m) Berat Jenis Berat (KN/m)
1 Tinggi Story 4
2 Tinggi Balok 0,5
3 Tinggi Dinding 3,5
Berat Dinding 250 8,75 (KN/m)

Balok Utama 250 x 400


No Nama Dimensi (m) Berat Jenis Berat (KN/m)
1 Tinggi Story 4
2 Tinggi Balok 0,4
3 Tinggi Dinding 3,6
Berat Dinding 250 9 (KN/m)

37
Tabel 4.4.2 – Beban Hidup
Berdasarkan SNI 1727 Tahun 2013
Beban Hidup
Beban Hidup berdasarkan SNI 1727 tahun 2013

Beban Lantai 10
No Jenis Beban Nilai Beban Satuan
2
1 Beban Hidup 0,96 KN/m

Beban Lantai 9
No Jenis Beban Nilai Beban Satuan
2
1 Semua ruangan kecuali tangga & balkon 1,92 KN/m
2
3 Koridor 4,79 KN/m
2
4 AHU 1,33 KN/m
2
5 Ruang Mesin 1,33 KN/m

Beban Lantai 8-2


No Jenis Beban Nilai Beban Satuan
2
1 Semua ruangan kecuali tangga & balkon 1,92 KN/m
2
2 Koridor 4,79 KN/m
2
3 Lobi Lift 4,79 KN/m
2
4 Mushalla 2 KN/m
2
5 Toilet 1,92 KN/m
2
6 Ruang Kelas 1,92 KN/m
2
7 Ruang Rapat 2,4 KN/m
2
8 Perpustakaan 2,4 KN/m
2
9 Ruang Reakreasi 4,79 KN/m
2
10 Kantor 2,4 KN/m

Beban Lantai 1
No Jenis Beban Nilai Beban Satuan
2
1 Semua ruangan kecuali tangga & balkon 1,92 KN/m
2
2 Restoran 4,79 KN/m
2
3 Toko 2,4 KN/m
2
4 Ruang Tunggu 2,4 KN/m
2
5 Toilet 1,92 KN/m
2
6 Mushalla 2 KN/m
2
7 Laboratorium 2,87 KN/m

38
Tabel 4.4.3 – Beban Hidup dan Mati Pada Tangga
Beban Tangga
Beban Mati Tangga

Pada Plat Tangga


No Jenis Beban Berat jenis tebal qu (Kg/m²)
1 Spesi 2100 0,02 42
2 Anak Tangga 36 1 36
3 Handlle 10 - 10
4 Keramik 2400 0,01 24
1,12 (KN/m²)

Pada Bordes
No Jenis Beban Berat jenis tebal qu (Kg/m²)
1 Spesi 2100 0,02 42
2 Keramik 2400 0,01 24
0,66 (KN/m²)

Beban Hidup Tangga

Tangga 1-9
No Jenis Beban Nilai Beban Satuan
2
1 Beban Hidup 4,79 KN/m

Untuk beban gempa digunakan beban gempa dinamis (respon spektrum)


dengan skala faktor sebesar 1 untuk arah x pada U1 dan arah y pada U2
Seperti gambar dibawah ini:

39
Gambar 4.4.1 – Faktor Skala Gempa
Setelah melakukan penginputan beban hidup, beban mati, dan beban
gempa pada program ETABS V.2016, kemudian dilakukan running
program pertama untuk dilakukan pemeriksaan persyaratan perioda
natural struktur, rasio partisipasi massa sebesar 100 persen dengan
alternati 90%, rasio gaya geser dasar, dan persyaratan struktur frame
memikul 25 persen dari gaya lateral.

40
4.5 Pemeriksaan Partisipasi Massa Struktur
Dalam SNI 1726:2019 pasal 7.9.1.1 partisipas massa ragam
terkombinasi paling sedikit sebesar 100 persen dari massa struktur, dan
terdapat pengecualian sebagai alternatif diizinkan 90 persen dari massa
aktual dalam masing-masing arah horizontal ortogonal dari respons yang
ditinjau oleh model.
Tabel 4.5 – Partisipasi Massa Struktur
Period
Case Mode SUM UX SUM UY ΔT %
Sec
Modal 1 0,941 0% 67% 4,4%
Modal 2 0,900 60% 68% 5,7%
Modal 3 0,849 68% 68% 70,0%
Modal 4 0,255 68% 85% 2,4%
Modal 5 0,249 84% 85% 5,2%
Modal 6 0,236 86% 85% 49,2%
Modal 7 0,120 92% 85% 1,7%
Modal 8 0,118 92% 92% 5,9%
Modal 9 0,111 92% 92% 32,4%
Modal 10 0,075 95% 92% 4,0%
Modal 11 0,072 95% 95% 5,6%
Modal 12 0,068 95% 95% 4,4%
Modal 13 0,065 95% 95% 0,0%
Modal 14 0,065 95% 95% 13,8%
Modal 15 0,056 96% 95% 1,8%
Modal 16 0,055 96% 95% 0,0%
Modal 17 0,055 96% 95% 0,0%
Modal 18 0,055 96% 95% 0,0%
Modal 19 0,055 96% 95% 0,0%
Modal 20 0,055 96% 95% 0,0%

41
4.6 Pemeriksaan Frame Memikul 25% Gaya Lateral
Untuk sistem ganda SNI gempa pasal 7.2.5.1 mensyaratkan, Rangka
Pemikul Momen harus mampu menahan paling kecil 25 persen gaya
gempa rencana. Pada pemeriksaan struktur bangunan ini, persentase
frame memenuhi syarat ditetapkan.

Tabel 4.6 – Frame Memikul 25% Gaya Lateral


Arah Lokasi Keseluruhan Presentase Frame

Frame 2467,30
x 27,69%
Keseluruhan 8911,51
Frame 2325,46
y 29,06%
Keseluruhan 8001,19
Setelah melakukan pemeriksaan frame memikul 25 persen gaya lateral,
permodelan di unlock kembali. Kemudian dilakukan penginputan beban
gempa yang dipengaruhi oleh koefisien modifikasi respon, gaya
gravitasi, dan juga faktor keutamaan gempa. Sesuai SNI gempa
1726:2019 pasal 10.1.4.1.1 tentang kekuatan. Pada respon spektrum
didapatkan faktor skala sebagai berikut :
Rsx : U1 (100%) = 2102
U2 (30%) = 631
Rsy : U1 (30%) = 631
U2 (100%) = 2102
Sedangkan untuk koefisien seismik arah x dan y perhitungan dapat
dilihat pada Lampiran 1, dengan hasil sebagai berikut:
SQx : X (100%) = 0,0952
Y (30%) = 0,0286
SQy : X (30%) = 0,0273
Y (100%) = 0,0911

42
Seperti pada tabel dan gambar dibawah ini:
Tabel 4.6.2 – Data Faktor Skala Gempa
No Data Variabel Nilai
1 Kategori Resiko Bangunan Gedung Pendidikan K IV
2 Faktor Keutamaan Gempa I 1,5
3 Gaya Gravitasi G 9,81
4 Koefisien Modifikasi Gempa R 7,000
5 Faktor Pembesaran Defleksi Cd 5,500
6 Faktor Kuat Lebih Sistem Ωo 2,50
7 Faktor Redunansi ρ 1,00
8 Faktor Skala Gempa Arah X (G.I/R) X 2,102
9 Faktor Skala Gempa Arah Y (G.I/R) *30% Y 0,631
10 Percepatan Respon Spektral Pada Periode Pendek SDS 0,999

43
Gambar 4.6.1 – Faktor Skala Gempa arah X

Gambar 4.6.2 – Faktor Skala Gempa arah Y

44
Gambar 4.6.3 – Koefisien Seismik Statik Ekivalen arah X

Gambar 4.6.4 – Koefisien Seismik Statik Ekivalen arah Y

Setelah melakukan penginputan beban gempa dengan faktor skala


gempa, dilakukan running program ke-dua untuk pemeriksaan faktor
skala gempa, pemeriksaan simpangan antar lantai, dan pemeriksaan P-
Delta.

4.7 Pemeriksaan Faktor Skala Gempa


Menurut SNI 1726:2019 pasal 7.9.2.5.2 perbandingan antara Gempa
statis dan dinamis harus besar atau sama dengan 1, ditentukan dengan
persamaan berikut :

(21)

(22)
Dimana :
VX : ELF gaya geser dasar pada arah x
VIX : gaya geser dasar inelastis pada arah x

45
VY : ELF gaya geser dasar pada arah y
VIY : gaya geser dasar inelastis pada arah y
pada perencanaan bangunan ini sudah memenuhi syarat yang ada
pada panduan SNI-1726:2019.
Tabel 4.7 – Faktor Skala Gempa
Tipe beban FX (kN) FY (kN) Statis X Statis Y
X -14465,77 -4152,83 -14465,77 -4152,83
Statis
Y -4339,73 -13842,77 -4339,73 -13842,77
X 15753,16 4607,14 1,09 1,11
Dinamis
Y 4736,77 15320,58 1,09 1,11

4.8 Ketidakberaturan Horizontal dan Vertikal


Pengecekan ketidakberaturan dilakukan untuk melakukan pemeriksaan
apakah bangunan mengalami puntir akibat beban lateral. Setelah
dilakukan pemeriksaan bangunan tidak mengalami ketidakberaturan
horizontal dan vertikal. Untuk ketidakberaturan horizontal dan
vertikal, struktur memenuhi persyaratan peraturan gempa lihat pada
tabel 4.8.1 dan ketidakberautran horizontal lihat pada tabel 4.8.2. Untuk
pemeriksaan dapat dilihat pada Lampiran 1.

46
Tabel 4.8.1 – Ketidakberaturan Horisontal
Torsi Tipe dan Penjelasan Ketidakberaturan Ada / Tidak
Ketidakberaturan torsi didefinisikan ada jika simpangan
antar lantai tingkat maksimum, torsi yan dihitung termasuk
tak terduga, di sebuah ujung struktur melintang terhadap
sumbu lebih dari 1,2 kali
1a Tidak
simpangan antar lantai tingkat rata-rata di kedua ujung
struktur. Persyaratan ketidakberaturan torsi dalam pasal
pasal referensi berlaku hanya untuk struktur di mana
diafragmanya kaku atau setengah kaku.

didefinisikan ada jika simpangan antar lantai tingkat


maksimum, torsi yang dihitung termasuk takterduga, di
sebuah ujung struktur melintang terhadap sumbu lebih dari
1b 1,4 kali simpangan antar lantai tingkat ratarata di kedua Tidak
ujung struktur. Persyaratan ketidakberaturan torsi berlebihan
dalam pasalpasal referensi berlaku hanya untuk struktur di
mana diafragmanya kaku atau setengah kaku.

didefinisikan ada jika kedua proyeksi denah struktur dari


2 sudut dalam lebih besar dari 15 persen dimensi denah Tidak
struktur dalam arah yang ditentukan.

didefinisikan ada jika terdapat diafragma dengan


diskontinuitas atau variasi kekakuan mendadak, termasuk
yang mempunyai daerah terpotong atau terbuka lebih besar
3 Tidak
dari 50 persen daerah diafragma bruto yang melingkupinya,
atau perubahan kekakuan diafragma efektif lebih dari 50
persen dari suatu tingkat ke tingkat selanjutnya.

didefinisikan ada jika terdapat diskontinuitas dalam lintasan


4 tahanan gaya lateral, seperti pergeseran melintang terhadap Tidak
bidang elemen vertikal.

didefninisikan ada jika elemen penahan gaya lateral vertikal


tidak parale atau simetris terhadap sumbusumbu orthogonal
5 Tidak
utama sistem penahan gaya
gempa.

47
Tabel 4.8.2 – Ketidakberaturan Vertikal
Torsi Tipe dan Penjelasan Ketidakberaturan Ada / Tidak
didefinisikan ada jika terdapat suatu tingkat di mana
kekakuan lateralnya kurang dari 70 persen kekakuan
1a Tidak
lateral tingkat di atasnya atau kurang dari 80 persen
kekakuan rata-rata tiga tingkat di atasnya.
didefinisikan ada jika terdapat suatu tingkat di mana
1b kekakuan lateralnya kurang dari 60 persen kekakuan Tidak
lateral tingkat di atasnya atau kurang dari 70 persen
didefinisikan ada jika massa efektif semua tingkat lebih
dari 150 persen massa efektif tingkat di dekatnya. Atap
2 Tidak
yang lebih ringan dari lantai di bawahnya tidak perlu
ditinjau.
didefinisikan ada jika dimensi horisontal
sistempenahan gaya gempa di semua tingkat lebih dari
3 Tidak
130 persen dimensi horisontal sistem penahangaya
gempa tingkat di dekatnya.
didefinisikan ada jika pegeseran arah bidang elemen
penahan gaya lateral lebih besar dari panjang elemen
4 Tidak
itu atau terdapat reduksi kekakuan elemen penahan di
tingkat di bawahnya.
didefinisikan ada jika kuatlateral tingkat kurang dari 80
persen kuat lateral tingkat di atasnya. Kuat lateral
5a tingkat adalah kuatlateral total semua elemenpenahan Tidak
seismik yang berbagi geser tingkat untuk arah yang
ditinjau.
didefinisikan ada jika kuatlateral tingkat kurang dari 65
persen kuat lateral tingkat di atasnya. Kuat tingkat
5b Tidak
adalah kuat total semua elemen penahan seismik yang
berbagi geser tingkat untuk arah yang ditinjau.

Menurut SNI 1726-2019 pasal 7.3.2.1 dan pasal 7.3.2.2 struktur


bangunan ini dapat digunakan, dan tidak dibutuhkan modifikasi struktur.

48
4.9 Pemeriksaan Simpangan Antar Lantai
Simpangan antar lantai ditentukan berdaasarkan SNI 1726:2019 pasal
7.8.6 dengan persamaan berikut :

(23)
δxe = δ2 - δ1 (24)
δizin = 0,020 hsx (tabel 20 SNI 1726:2019) (25)
Dimana :
δ : defleksi pusat massa di x
δ2 : simpangan lantai di tingkat x
δ1 : simpangan lantai di bawah tingkat x
Cd : faktor pembesaran simpangan dalam tabel 12 SNI 1726:2019
δxe : simpangan di tingkat-x
Ie : faktor keutamaan gempa sesuai dengan tabel 4 SNI 1726:2019
Dari persamaan diatas didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.9.1 – Simpangan Antar Lantai Arah X

49
Delta Tinggi Delta
Tinggi Delta xe Delta x
Total Cd Tingkat Izin Cek
(m)
mm mm mm mm mm
40 41,48 4,18 5,5 22,97 4000 80 OK
36 37,30 4,56 5,5 25,06 4000 80 OK
32 32,75 4,90 5,5 26,93 4000 80 OK
28 27,85 5,02 5,5 27,63 4000 80 OK
24 22,83 5,06 5,5 27,84 4000 80 OK
20 17,77 4,88 5,5 26,83 4000 80 OK
16 12,89 4,48 5,5 24,63 4000 80 OK
12 8,41 3,93 5,5 21,63 4000 80 OK
8 4,47 3,03 5,5 16,69 4000 80 OK
4 1,44 1,44 5,5 7,92 4000 80 OK

Tabel 4.9.2 – Simpangan Antar Lantai Arah Y


Delta Tinggi Delta
Tinggi Delta ye Delta y
Total Cd Tingkat Izin Cek
(m)
mm mm mm mm mm
40 44,87 4,52 5,5 24,88 4000 80 OK
36 40,35 4,95 5,5 27,20 4000 80 OK
32 35,40 5,33 5,5 29,32 4000 80 OK
28 30,07 5,50 5,5 30,24 4000 80 OK
24 24,57 5,55 5,5 30,54 4000 80 OK
20 19,02 5,36 5,5 29,49 4000 80 OK
16 13,66 4,87 5,5 26,80 4000 80 OK
12 8,78 4,21 5,5 23,16 4000 80 OK
8 4,57 3,14 5,5 17,29 4000 80 OK
4 1,43 1,43 5,5 7,87 4000 80 OK

50
Gambar 4.9.1 – Simpangan Antar Lantai

4.10 Pemeriksaan P-Delta


Pengaruh P-Delta ditentukan berdasarkan pasal 7.8.7 SNI 1726:2019
sebagai berikut:

(26)
tidak boleh melebihi :

(27)

51
Dimana:
Px : beban desain vertical total pada dan diatas tingkat
Δ : simpangan antar tingkat desain
Ie : faktor keutamaan gempa
Vx : gaya geser seismic yang bekerja antar tingkat
Hsx : tinggi tingkat dibawah tingkat x
Cd : faktor pembesaran defleksi
Β : rasio kebutuhan geser terhadap kapasitas geser
Θ : koefisien stabilitas
Θmax : koefisien stabilitas maksimum
Dari persamaan diatas didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.9.3 – Pengaruh P-Delta Arah X


Tinggi Px Delta Vx hsx
Ie Cd Teta Cek
(m) kN mm kN mm
40 7588,31 22,97 1,5 2779,6 4000 5,5 0,0043 OK
36 20868,42 25,06 1,5 5632,5 4000 5,5 0,0063 OK
32 34130,85 26,93 1,5 7738,3 4000 5,5 0,0081 OK
28 47277,67 27,63 1,5 9481,3 4000 5,5 0,0094 OK
24 62083,34 27,84 1,5 11021,1 4000 5,5 0,0107 OK
20 76889,01 26,83 1,5 12358,2 4000 5,5 0,0114 OK
16 91582,25 24,63 1,5 13581,3 4000 5,5 0,0113 OK
12 108266,10 21,63 1,5 14664,6 4000 5,5 0,0109 OK
8 124949,95 16,69 1,5 15452,9 4000 5,5 0,0092 OK
4 141748,10 7,92 1,5 15795,7 4000 5,5 0,0048 OK

Tabel 4.9.4 – Pengaruh P-Delta Arah Y

52
Tinggi Px Delta Vx hsx
Ie Cd Teta Cek
(m) kN mm kN mm
40 7588,31 24,88 1,5 2808,2 4000 5,5 0,0046 OK
36 20868,42 27,20 1,5 5592,2 4000 5,5 0,0069 OK
32 34130,85 29,32 1,5 7606,0 4000 5,5 0,0090 OK
28 47277,67 30,24 1,5 9280,0 4000 5,5 0,0105 OK
24 62083,34 30,54 1,5 10772,9 4000 5,5 0,0120 OK
20 76889,01 29,49 1,5 12077,3 4000 5,5 0,0128 OK
16 91582,25 26,80 1,5 13270,2 4000 5,5 0,0126 OK
12 108266,10 23,16 1,5 14327,8 4000 5,5 0,0119 OK
8 124949,95 17,29 1,5 15097,2 4000 5,5 0,0098 OK
4 141748,10 7,87 1,5 15429,2 4000 5,5 0,0049 OK

Gambar 4.9.2 - Diagran P-Delta Arah X dan Y

4.11 Kombinasi Pembebanan


Setelah melakukan pemeriksaan P-Delta, program di unlock kembali
untuk memasukan kombinasi pembebanan struktur ke dalam program
ETABS.

53
Perhitungan kombinasi pembebanan struktur mengacu kepada SNI
gempa 1726:2019 pasal 4.2.2.1 dan pasal 8.3.2.3 sebagai berikut :
1 1,4 DL
2 1,2 DL + 1,6 LL

3 1,400 DL + 1 LL + 1,0 EQX + 0,3 EQY


4 1,400 DL + 1 LL + 1,0 EQX - 0,3 EQY
5 1,400 DL + 1 LL - 1,0 EQX + 0,3 EQY
6 1,400 DL + 1 LL - 1,0 EQX - 0,3 EQY

7 1,400 DL + 1 LL + 0,3 EQX + 1,0 EQY


8 1,400 DL + 1 LL + 0,3 EQX - 1,0 EQY
9 1,400 DL + 1 LL - 0,3 EQX + 1,0 EQY
10 1,400 DL + 1 LL - 0,3 EQX - 1,0 EQY

11 0,700 DL + 1,0 EQX + 0,3 EQY


12 0,700 DL + 1,0 EQX - 0,3 EQY
13 0,700 DL - 1,0 EQX + 0,3 EQY
14 0,700 DL - 1,0 EQX - 0,3 EQY

15 0,700 DL + 0,3 EQX + 1,0 EQY


16 0,700 DL + 0,3 EQX - 1,0 EQY
17 0,700 DL - 0,3 EQX + 1,0 EQY
18 0,700 DL - 0,3 EQX - 1,0 EQY

Setelah penginputan kombinasi pembebanan, dilakukan running


program ke-tiga untuk mendapatkan gaya-gaya dalam struktur.

4.12 Diagram gaya Dalam Struktur


Dari hasil running ke-tiga program ETABS didapatkan hasil gaya dalam
pada struktur bangunan seperti pada gambar dibbawah ini:

54
Gambar 4.12.1 - Momen Frame Arah X

55
Gambar 4.12.2 - Momen Frame Arah Y

56
Gambar 4.12.3 - Gaya Geser Frame Arah X

57
Gambar 4.12.4 - Gaya Geser Frame Arah Y

58
Gambar 4.12.5 - Diagram Gaya Normal Frame Arah X

59
Gambar 4.12.6 - Diagram Gaya Normal Frame Arah Y

4.13 Desain Elemen Struktur Bangunan.


Desain elemen struktur meliputi desain balok, kolom, pelat lantai,
dinding geser (shearwall), pemeriksaan strong column weak beam, dan
pemeriksaan kekuatan joint balok-kolom. Untuk perhitungan seluruh
elemen struktur dapat dilihat pada Lampiran 2.

60
4.13.1 Desain Balok SRPMK
Elemen balok harus didesain kuat terhadap lentur dan geser sesuai
dengan SNI beton 2847:2019 pasal 18.6.3.2 dimana kekuatan momen
positif pada muka joint harus tidak kurang dari setengah kekuatan
momen negatif pada muka joint.
Kekuatan momen negatif dan positif pada sebarang penampang di
sepanjang bentang komponen struktur tidak boleh kurang dari
seperempat kekuatan momen maksimum pada muka kedua joint.
Didapatkan detail penulangan :

Tabel 4.13.1.1 – Detail Tulangan Balok Utama 2,00 Meter


Balok Utama (2.00 meter) (500)/(750)
Luas Tulangan ρ Mu/Ø Mn
Tulangan ρ perlu Kontrol
(As) terpasang kN.m kN.m
Ujung Kanan
5 D - 19 1417,64 0,40% 0,40% 396,24 398,99 OK
positif
Ujung Kanan
6 D - 19 1701,17 0,40% 0,48% 403,75 469,70 OK
negatif
Ujung Kiri positif 5 D - 19 1417,64 0,40% 0,40% 396,24 398,99 OK

Ujung Kiri
6 D - 19 1701,17 0,40% 0,48% 403,75 469,70 OK
negatif
Tengah Bentang
5 D - 19 1417,64 0,34% 0,40% 196,01 398,99 OK
positif
Tengah Bentang
5 D - 19 1417,64 0,34% 0,40% 196,39 398,99 OK
negatif

61
Tabel 4.13.1.2 – Detail Tulangan Balok Utama 3,00 Meter
Balok Utama (3.00 meter) (500)/(750)
Luas Tulangan ρ Mu/Ø Mn
Tulangan ρ perlu Kontrol
(As) terpasang kN.m kN.m
Ujung Kanan
6 D - 19 1701,17 0,44% 0,48% 433,98 469,70 OK
positif
Ujung Kanan
6 D - 19 1701,17 0,47% 0,48% 466,08 469,70 OK
negatif
Ujung Kiri positif 6 D - 19 1701,17 0,44% 0,48% 433,98 469,70 OK
Ujung Kiri
6 D - 19 1701,17 0,47% 0,48% 466,08 469,70 OK
negatif
Tengah Bentang
5 D - 19 1417,64 0,34% 0,40% 345,43 398,99 OK
positif
Tengah Bentang
5 D - 19 1417,64 0,35% 0,40% 354,98 398,99 OK
negatif

Tabel 4.13.1.3 – Detail Tulangan Balok Utama 4,00 Meter


Balok Utama (4.00 meter) (500)/(750)
Luas Tulangan ρ Mu/Ø Mn
Tulangan ρ perlu Kontrol
(As) terpasang kN.m kN.m
Ujung Kanan
5 D - 19 1417,64 0,34% 0,40% 223,11 398,99 OK
positif
Ujung Kanan
5 D - 19 1417,64 0,34% 0,40% 263,82 398,99 OK
negatif
Ujung Kiri positif 5 D - 19 1417,64 0,34% 0,40% 223,11 398,99 OK
Ujung Kiri
5 D - 19 1417,64 0,34% 0,40% 263,82 398,99 OK
negatif
Tengah Bentang
5 D - 19 1417,64 0,34% 0,40% 281,75 398,99 OK
positif
Tengah Bentang
5 D - 19 1417,64 0,34% 0,40% 261,35 398,99 OK
negatif

62
Tabel 4.13.1.4 – Detail Tulangan Balok Utama 6,00 Meter
Balok Utama (6.00 meter) (500)/(750)
Luas Tulangan ρ Mu/Ø Mn
Tulangan ρ perlu Kontrol
(As) terpasang kN.m kN.m
Ujung Kanan
5 D - 19 1417,64 0,34% 0,40% 345,43 398,99 OK
positif
Ujung Kanan
7 D - 19 1984,70 0,49% 0,56% 484,43 545,12 OK
negatif
Ujung Kiri positif 5 D - 19 1417,64 0,34% 0,40% 345,43 398,99 OK
Ujung Kiri
7 D - 19 1984,70 0,49% 0,56% 484,43 545,12 OK
negatif
Tengah Bentang
5 D - 19 1417,64 0,34% 0,40% 223,62 398,99 OK
positif
Tengah Bentang
5 D - 19 1417,64 0,34% 0,40% 172,20 398,99 OK
negatif

Tabel 4.13.1.5 – Detail Tulangan Balok Anak 4,00 Meter


Balok Anak (4.00 meter) (350)/(550)
Luas Tulangan ρ Mu/Ø Mn
Tulangan ρ perlu Kontrol
(As) terpasang kN.m kN.m
Ujung Kanan
4 D - 16 804,25 0,34% 0,45% 43,61 161,88 OK
positif
Ujung Kanan
4 D - 16 804,25 0,34% 0,45% 87,23 161,88 OK
negatif
Ujung Kiri positif 4 D - 16 804,25 0,34% 0,45% 43,61 161,88 OK
Ujung Kiri
4 D - 16 804,25 0,34% 0,45% 87,23 161,88 OK
negatif
Tengah Bentang
4 D - 16 804,25 0,34% 0,45% 94,91 161,88 OK
positif
Tengah Bentang
4 D - 16 804,25 0,34% 0,45% 41,59 161,88 OK
negatif

63
Tabel 4.13.1.6 – Detail Tulangan Balok Anak 6,00 Meter
Balok Anak (6.00 meter) (350)/(550)
Luas Tulangan ρ Mu/Ø Mn
Tulangan ρ perlu Kontrol
(As) terpasang kN.m kN.m
Ujung Kanan
4 D - 16 804,25 0,34% 0,45% 99,32 161,88 OK
positif
Ujung Kanan
5 D - 16 1005,31 0,56% 0,56% 198,65 200,38 OK
negatif
Ujung Kiri positif 4 D - 16 804,25 0,34% 0,45% 99,32 161,88 OK
Ujung Kiri
5 D - 16 1005,31 0,56% 0,56% 198,65 200,38 OK
negatif
Tengah Bentang
4 D - 16 804,25 0,34% 0,45% 75,58 161,88 OK
positif
Tengah Bentang
4 D - 16 804,25 0,34% 0,45% 42,78 161,88 OK
negatif

Untuk menjamin kuat geser lebih besar daripada kuat lentur maka:

(28)
Wu = 1,2D + 1,0L, dan ØVn ≥ Ve (29)
Dimana :
Ve : Gaya geser maksimum
Mpr : momen probable
Ln : panjang bentang
Wu : beban maksimum
Vn : Gaya nominal geser desain

64
Tabel 4.13.1.7 – Detail Tulangan Geser Balok Utama 2,00 Meter
Balok Utama (2.00 meter) (500)/(750)
Jumlah As Jarak Sengkang ØVn
Diameter Vu (kN) Cek
(kaki) (mm²) (mm) (kN)
Daerah sendi plastis 13 2 265,46 100 569,53 818,75 OK
Diluar sendi plastis 13 2 265,46 200 284,77 528,96 OK

Tabel 4.13.1.8 – Detail Tulangan Geser Balok Utama 3,00 Meter


Balok Utama (3.00 meter) (500)/(750)
Jumlah As Jarak Sengkang ØVn
Diameter Vu (kN) Cek
(kaki) (mm²) (mm) (kN)
Daerah sendi plastis 13 2 265,46 100 424,40 818,75 OK
Diluar sendi plastis 13 2 265,46 200 0,00 528,96 OK

Tabel 4.13.1.9 – Detail Tulangan Geser Balok Utama 4,00 Meter


Balok Utama (4.00 meter) (500)/(750)
Jumlah As Jarak Sengkang ØVn
Diameter Vu (kN) Cek
(kaki) (mm²) (mm) (kN)
Daerah sendi plastis 13 2 265,46 100 292,31 818,75 OK
Diluar sendi plastis 13 2 265,46 200 73,08 528,96 OK

Tabel 4.13.1.10 – Detail Tulangan Geser Balok Utama 6,00 Meter


Balok Utama (6.00 meter) (500)/(750)
Jumlah As Jarak Sengkang ØVn
Diameter Vu (kN) Cek
(kaki) (mm²) (mm) (kN)
Daerah sendi plastis 13 2 265,46 100 399,81 818,75 OK
Diluar sendi plastis 13 2 265,46 200 199,91 528,96 OK

Tabel 4.13.1.11 – Detail Tulangan Geser Balok Anak 4,00 Meter


Balok Anak (4.00 meter) (350)/(550)
Jumlah As Jarak Sengkang ØVn
Diameter Vu (kN) Cek
(kaki) (mm²) (mm) (kN)
Daerah sendi plastis 10 2 157,08 100 141,57 366,60 OK
Diluar sendi plastis 10 2 157,08 200 63,71 243,43 OK

Tabel 4.13.1.12 – Detail Tulangan Geser Balok Anak 6,00 Meter


Balok Anak (6.00 meter) (350)/(550)
Jumlah As Jarak Sengkang ØVn
Diameter Vu (kN) Cek
(kaki) (mm²) (mm) (kN)
Daerah sendi plastis 10 2 157,08 100 237,28 366,60 OK
Diluar sendi plastis 10 2 157,08 200 150,28 243,43 OK

65
Dari hasil perhitungan serta detail penulangan yang didapatkan dapat
digambarkan detail penampang balok seperti berikut :

Gambar 4.13.1.1 – Detail Tulangan Balok Induk 2,00 Meter

Gambar 4.13.1.2 – Detail Tulangan Balok Induk 3,00 Meter

66
Gambar 4.13.1.3 – Detail Tulangan Balok Induk 4,00 Meter

Gambar 4.13.1.4 – Detail Tulangan Balok Induk 6,00 Meter

67
Gambar 4.13.1.5 – Detail Tulangan Balok Anak 4,00 Meter

Gambar 4.13.1.6 – Detail Tulangan Balok Anak 6,00 Meter

68
4.13.2 Desain Kolom SRPMK
Desain penulangan lentur pada elemen kolom didesain sesuai dengan
persyaratan SNI 2847:2019. Dari hasil gaya gaya dalam yang
didapatkan dari program ETABS dilakukan desain struktur, didapatkan
hasil penulangan kolom sebagai berikut :
Tabel 4.13.2.1 - Kolom Lantai 1-4
Tulangan Utama Kolom 1300 mm x 1300 mm
Reduksi (0,Po`) (Mnmax,Pnmax) (Mnb,Pnb) (Mo,0) (0,Pnmin) (M2 ,Pu) (M3 ,Pu)
Aksial (P) (kN) 32764,58 26211,66 14627,91 0,00 - 6001,30 16874,10 16874,10
Momen (M) (kN.m) 0,00 4675,98 7868,70 3858,96 0,00 1165,36 1266,38
Eksentrisitas 0,18 0,54 0,07 0,08
Aksial Tarik (P) (kN) - 9232,76 - 9232,76
Diameter (mm) 32
Jumlah Tulangan 28
2
Luas Tulangan (mm ) 22518,94
ρ 1,33%

Tulangan Sengkang Kolom 1300 mm x 1300 mm


Diameter Jarak
Lokasi Jumlah Kaki
(mm) (mm)
Sepanjang Lo 13 3 150
Diluar Lo 13 3 150

Tabel 4.13.2.2 - Kolom Lantai 5-7


Tulangan Utama Kolom 1100 mm x 1100 mm
Reduksi (0,Po`) (Mnmax,Pnmax) (Mnb,Pnb) (Mo,0) (0,Pnmin) (M2 ,Pu) (M3 ,Pu)
Aksial (P) (kN) 22862,95 18290,36 10263,91 0,00 - 3662,90 5761,47 5761,47
Momen (M) (kN.m) 0,00 2715,63 4532,63 1993,42 0,00 627,82 462,80
Eksentrisitas 0,15 0,44 0,11 0,08
Aksial Tarik (P) (kN) - 5635,23 - 5635,23
Diameter (mm) 25
Jumlah Tulangan 28
2
Luas Tulangan (mm ) 13744,47
ρ 1,14%

Tulangan Sengkang Kolom 1100 mm x 1100 mm


Diameter Jarak
Lokasi Jumlah Kaki
(mm) (mm)
Sepanjang Lo 13 3 150
Diluar Lo 13 3 150

Tabel 4.13.2.3 - Kolom Lantai 8-10


Tulangan Utama Kolom 900 mm x 900 mm
Reduksi (0,Po`) (Mnmax,Pnmax) (Mnb,Pnb) (Mo,0) (0,Pnmin) (M2 ,Pu) (M3 ,Pu)
Aksial (P) (kN) 15666,32 12533,05 6890,15 0,00 - 2836,55 2278,50 2278,50
Momen (M) (kN.m) 0,00 1531,26 2575,23 1238,43 0,00 499,63 363,08
Eksentrisitas 0,12 0,37 0,22 0,16
Aksial Tarik (P) (kN) - 4363,92 - 4363,92
Diameter (mm) 22
Jumlah Tulangan 28
2
Luas Tulangan (mm ) 10643,72
ρ 1,31%

Tulangan Sengkang Kolom 900 mm x 900 mm


Diameter Jarak
Lokasi Jumlah Kaki
(mm) (mm)
Sepanjang Lo 13 3 150
Diluar Lo 13 3 150

69
Kapasitas masing-masing kolom yang telah didesain dapat digambarkan
dalam bentuk diagram interaksi kolom seperti pada gambar dibawah
ini :

Gambar 4.13.2.1 – Diagram Interaksi Kolom 1300 x 1300 mm

70
Gambar 4.13.2.2 – Diagram Interaksi Kolom 1100 x 1100 mm

71
Gambar 4.13.2.3 – Diagram Interaksi Kolom 900 x 900 mm

Berdasarkan SNI beton 2847:2019 pasal 18.6.5 dalam desain tulangan


transversal kolom, momen ujung Moment probable untuk kolom tidak
perlu lebih besar dari momen yang dihasilkan dari Moment probable
balok yang merangkai pada kolom tersebut. Maka didapatkan hasil
desain tulangan sebagai berikut :

72
Tabel 4.13.2.4 – Tulangan Transversal Kolom 1300 x 1300 mm
Tulangan Utama Kolom 1300 mm x 1300 mm
Reduksi (0, Po`) (Mnmax,Pnmax) (Mnb,Pnb) (Mo, 0) (0, Pnmin) (M2 ,Pu) (M3 ,Pu)
Aksial (P) (kN) 32764,58 26211,66 14627, 91 0,00 - 6001,30 16874,10 16874,10
Momen (M) (kN.m) 0,00 4675,98 7868, 70 3858,96 0,00 1165, 36 1266,38
Eks entris itas 0,18 0, 54 0, 07 0,08
Aksial Tarik (P) (kN) - 9232,76 - 9232,76
Diameter (mm) 32
J umlah Tulangan 28
2
Luas Tulangan (mm ) 22518,94
ρ 1,33%

Tulangan Sengkang Kolom 1300 mm x 1300 mm


Diameter J arak
Lokas i Jumlah Kaki
(mm) (mm)
Sepanjang Lo 13 3 150
Diluar Lo 13 3 150

Tabel 4.13.2.5 - Tulangan Transversal Kolom 1100 x 1100 mm


T ulangan Utama Kolom 1100 mm x 1100 mm
Reduksi (0,Po`) (Mnmax,Pnmax) (Mnb,Pnb) ( Mo, 0) (0,Pnmin) (M2 ,Pu) ( M3 , Pu)
Aksial (P) (kN) 22862,95 18290,36 10263,91 0,00 - 3662,90 5761,47 5761,47
Momen (M) (kN. m) 0,00 2715, 63 4532,63 1993,42 0,00 627,82 462,80
Eksentrisitas 0,15 0,44 0,11 0, 08
Aksial Tarik ( P) ( kN) - 5635,23 - 5635,23
Diameter (mm) 25
Jumlah Tulangan 28
2
Luas Tulangan (mm ) 13744,47
ρ 1,14%

Tulangan Sengkang Kolom 1100 mm x 1100 mm


Diameter Jarak
Lokasi Jumlah Kaki
( mm) (mm)
Sepanjang Lo 13 3 150
Diluar Lo 13 3 150

Tabel 4.13.2.6 - Tulangan Transversal Kolom 900 x 900 mm


T ulangan Utama Kolom 900 mm x 900 mm
Reduksi (0,Po`) ( Mnmax,Pnmax) (Mnb,Pnb) ( Mo, 0) (0, Pnmin) (M2 ,Pu) (M3 ,Pu)
Aksial ( P) ( kN) 15666,32 12533,05 6890,15 0,00 - 2836,55 2278,50 2278,50
Momen ( M) (kN.m) 0,00 1531,26 2575,23 1238,43 0,00 499,63 363,08
Eksentr is itas 0,12 0,37 0,22 0,16
Aksial Tar ik (P) (kN) - 4363,92 - 4363,92
Diameter (mm) 22
J umlah Tulangan 28
2
Luas Tulangan (mm ) 10643,72
ρ 1,31%

Tulangan Sengkang Kolom 900 mm x 900 mm


Diameter Jarak
Lokasi Jumlah Kaki
(mm) (mm)
Sepanjang Lo 13 3 150
Diluar Lo 13 3 150

Dari hasil perhitungan serta detail penulangan yang didapatkan, dapat


digambarkan detail penampang masing-masing kolom seperti berikut :

73
Gambar 4.13.2.4 – Penampang Kolom 1300 x 1300 mm

Gambar 4.13.2.5 – Penampang Kolom 1300 x 1300 mm

74
Gambar 4.13.2.6 – Penampang Kolom 1300 x 1300 mm

4.13.3 Desain Pelat Lantai


Desain tulangan pelat lantai didesain berdasarkan momen yang
didapatkan dari masing-masing arah, meliputi tumpuan arah x, tumpuan
arah y, lapangan arah x, dan lapangan arah y. pelat lantai direncanakan
two way slab dikarenakan perbandingan bentang terpanjang banding
bentang terpendek berkisar antara 1 sampai dengan 2. Dari hasil gaya
gaya dalam dan dilakukan desain struktur, didapatkan hasil penulangan
tipikal pelat lantai sebagai berikut :
Tabel 4.13.3.1 – Tabel Penulangan Pelat Lantai
DESAIN TULANGAN PELAT LANTAI
Mu/Ø
Nama Code Lokasi Tulangan As (mm2) Mn (kN.m) Kontrol
(kN.m)
Tumpuan X D13 - 200 663,66 11,264 25,581026 OK
Tumpuan Y D13 - 100 1327,32 45,056 47,970232 OK
Slab S1
Lapangan X D13 - 200 663,66 7,04 25,581026 OK
Lapangan Y D13 - 100 1327,32 28,16 47,970232 OK

75
Gambar 4.13.3.1 – Detail Penulangan Pelat Lantai

4.13.4 Desain Shearwall


Shearwall merupakan dinding dengan struktur beton bertulang yang
digunakan untuk menahan lentur, geser, dan aksial serta berfungsi untuk
memperkaku struktur. Dari hasil gaya-gaya dalam yang didapatkan pada
program ETABS, dilakukan desain Shearwall dengan hasil sebagai
berikut :
Tabel 4.13.4.1 – Penulangan Shearwall P1

76
Tabel 4.13.4.2 – Penulangan Shearwall P2

Tabel 4.13.4.3 – Penulangan Shearwall P3

Kapasitas masing-masing kolom yang telah didesain dapat digambarkan


dalam bentuk diagram interaksi kolom seperti pada gambar dibawah
ini :

77
Gambar 4.13.4.1 – Diagram Interaksi Shearwall P1

78
Gambar 4.13.4.2 – Diagram Interaksi Shearwall P2

79
Gambar 4.13.4.3 – Diagram Interaksi Shearwall P3

Kemudian untuk tulangan trasversal dinding geser di desain sesuai


dengan peraturan dan didapatkan hasil penulangan sebagai berikut:
Tabel 4.13.4.4 – Penulangan Transversal Shearwall P1
Shearwall P1
Nama Code Diameter (mm) Jarak (mm) Vu ØVn
Shearwall P1 25 150 6382,10 9012,41

Tabel 4.13.4.5 – Penulangan Transversal Shearwall P1


Shearwall P2
Nama Code Diameter (mm) Jarak (mm) Vu ØVn
Shearwall P2 22 150 3461,52 7196,26

80
Tabel 4.13.4.6 – Penulangan Transversal Shearwall P1
Shearwall P3
Nama Code Diameter (mm) Jarak (mm) Vu ØVn
Shearwall P3 25 150 7405,66 9012,41

Dari hasil perhitungan serta detail penulangan yang didapatkan, dapat


digambarkan detail penampang shearwall seperti berikut :

Gambar 4.13.4.4 – Detail Penulangan Shearwall P1

Gambar 4.13.4.5 – Detail Penulangan Shearwall P2

81
Gambar 4.13.4.6 – Detail Penulangan Shearwall P3

4.14 Hubungan Balok Kolom


Hubungan balok kolom sangat perlu di periksa untuk tegangan yang
terjadi pada joint, karna dalam perencanaanya kapasitas kolom harus
lebih kuat daripada kapasitas balok. Pada joint balok kolom terdapat
momen probable yang ditimbulkan oleh ujung masing-masing balok
yang mengakibatkan timbulnya geser pada joint balok kolom.
Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 3.
Tabel 4.14.1 – Joint 1300 mm
Joint 1300 mm x 1300 mm
T1 1017,159 kN
C1 1017,159 kN
T2 726,542 kN
C2 726,542 kN
Vsway 293,688 kN
Vu 1450,014 kN
øVn 8933,602 kN
øVn > Vu OKE

82
Tabel 4.14.2 – Joint 1100 mm
Joint 1100 mm x 1100 mm
T1 1017,159 kN
C1 1017,159 kN
T2 726,542 kN
C2 726,542 kN
Vsway 293,688 kN
Vu 1450,014 kN
øVn 7559,202 kN
øVn > Vu OKE

Tabel 4.14.3 – Joint 900 mm


Join 900 mm x 900 mm
T1 1017,159 kN
C1 1017,159 kN
T2 726,542 kN
C2 726,542 kN
Vsway 293,688 kN
Vu 1450,014 kN
øVn 6184,801 kN
øVn > Vu OKE

4.15 Strong Column Weak Beam


Dalam desain SRPMK kolom kuat balok lemah digunakan untuk
memastikan tidak terjadi keruntuhan pada kolom selama gempa terjadi.
Agar kolom lebih kuat daripada balok maka:
ƩM kolom ≥ 1,2 x ƩM Balok

83
Tabel 4.15.1 – SCWB Kolom 900 mm
Strong Column Weak Beam
Kolom 900 mm x 900 mm
Lokasi ØMc ØMbkanan ØMbkiri ΣMc ΣMb 1,2 ΣMb Kontrol
Story 10 1548,04 545,12 398,99
3096,07 944,11 1132,94 OKE
Story 9 1548,04 545,12 398,99
3096,07 944,11 1132,94 OKE
Story 8 1548,04 545,12 398,99

Tabel 4.15.2 – SCWB Kolom 1100 mm


Strong Column Weak Beam
Kolom 1100 mm x 1100 mm
Lokasi ØMc ØMbkanan ØMbkiri ΣMc ΣMb 1,2 ΣMb Kontrol
Story 7 2491,77 545,12 398,99
4983,55 944,11 1132,94 OKE
Story 6 2491,77 545,12 398,99
4983,55 944,11 1132,94 OKE
Story 5 2491,77 545,12 398,99

Tabel 4.15.3 – SCWB Kolom 1300 mm


Strong Column Weak Beam
Kolom 1300 mm x 1300 mm
Lokasi ØMc ØMbkanan ØMbkiri ΣMc ΣMb 1,2 ΣMb Kontrol
Story 4 4823,70 545,12 398,99
9647,41 944,11 1132,94 OKE
Story 3 4823,70 545,12 398,99
9647,41 944,11 1132,94 OKE
Story 2 4823,70 545,12 398,99
9647,41 944,11 1132,94 OKE
Story 1 4823,70 545,12 398,99

84
4.16 Perencanaan Pondasi
Dalam merencanakan pondasi bangunan, diperlukan data tanah dan
reaksi perletakan dari struktur yang didapatkan dari program ETABS.
Data tanah didapatkan dari pengujian sondir di Universitas Andalas,
sedangkan reaksi perletakan didapat dari gaya dalam dari program
ETABS. Untuk perhitungan pondasi bisa dilihat pada lampiran 4.

4.16.1 Repartsisi Beban Tiang Berkelompok


Bila diatas tiang-tiang dalam berkelompok yang disatukan oleh
poer yang bekerja beban veritkal dan momen, maka besarnya beban
vertical ekivalen (Pv) dapat ditentukan dengan persamaan
Pu Mx. ymax My . xmax
Pv = + +
n ∑ yi2 ∑ xi2
(30)
Dimana : Pu = Beban aksial maksimum (Kn)
Mx = Momen arah-x makimum (Kn.m)
My = Momen arah-y makimum (Kn.m)
ymax = jarak maksimum tiang yang ditinjau dalam arah-y
xmax = jarak maksimum tiang yang ditinjau dalam arah-x
yi = jarak tiang pancang terhadap as poer arah y
xi = jarak tiang pancang terhadap as poer arah x

4.16.2 Kapasitas Izin Kelompok Tiang Pancang


Kapasitas izin tiang pancang dapat ditentukan dengan persamaan
sebagai berikut :

85
Qt . A Jhp . O
Qall = +
3 5
(31)
Dimana : Qall = Kapasitas izin tiang (Kn)
Qt = Tahanan total (Kg/cm2)
Jhp = Jumlah hambat lekat (Kg/cm)
A = Luas Penampan (cm2)
O = Keliling Tiang (cm)

4.16.3 Perhitungan Pondasi Tiang Pancang


Setelah dilakukan perhitungan beban pad amasing-masing tiang pancang
dan kapasitas izin tiang pancang, maka didapatkan hasil perhitungan
untuk pondasi tiang pancang untuk kolom dan pondasi tiang pancang
untuk shearwall :

Tabel 4.16.3.1 – Pondasi Kolom K1


PONDASI TIANG PANCANG PC-1
Beban Daya
Diameter Tiang
Code Jumlah Kedalaman Jarak (m) Ultimate Dukung
(m)
(KN) (KN)
PC-1 0,80 4 24,00 1,70 2441,51 2487,14

Tabel 4.16.3.2 – Pondasi Shearwall P1


PONDASI TIANG PANCANG PC-2 PILE CAP PC-2
Beban Day a Momen M omen
Diameter Tiang Dimens i Tebal Tulangan Tulangan
Co de Jumlah Kedalaman Jarak (m) Ultimate Dukung Code Nominal Ultimate
(m) (m) (m) Atas Bawah
(KN) (KN) (KN.m) (KN.m)
PC-2 0,40 8 8,00 0,50 425,38 427,59 PC-2 1 x4 0,8 D16 - 150 D16 - 150 431,81 381,33

PONDASI TIANG PANCANG PC-3 PILE CAP PC-3


Beban Day a Momen M omen
Diameter Tiang Dimens i Tebal Tulangan Tulangan
Co de Jumlah Kedalaman Jarak (m) Ultimate Dukung Code Nominal Ultimate
(m) (m) (m) Atas Bawah
(KN) (KN) (KN.m) (KN.m)
PC-3 0,40 6 8,00 0,50 425,38 427,59 PC-2 1 x3 0,80 D16 - 150 D16 - 150 431,81 381,33

PONDASI TIANG PANCANG PC-4 PILE CAP PC-4


Beban Day a Momen M omen
Diameter Tiang Dimens i Tebal Tulangan Tulangan
Co de Jumlah Kedalaman Jarak (m) Ultimate Dukung Code Nominal Ultimate
(m) (m) (m) Atas Bawah
(KN) (KN) (KN.m) (KN.m)
PC-4 0,40 12 8,00 0,50 425,38 427,59 PC-2 1 x6 0,80 D16 - 150 D16 - 150 431,81 381,33

Tabel 4.16.3.3 – Pondasi Shearwall P2

86
PONDASI TIANG PANCANG PC-2 PILE CAP PC-2
Beb an Day a M omen M omen
Diameter Tiang Dimensi Tebal Tulang an Tulan gan
Co de Ju mlah Ked alaman Jarak (m) Ult imate Dukun g Cod e Nominal Ultimate
(m) (m) (m) Atas Bawah
(KN) (KN) (KN.m) (KN.m)
PC-2 0,40 8 8,00 0,50 425,38 427,59 PC-2 1x4 0,8 D16 - 150 D16 - 150 431,81 381,33

PONDASI TIANG PANCANG PC-3 PILE CAP PC-3


Beb an Day a M omen M omen
Diameter Tiang Dimensi Tebal Tulang an Tulan gan
Co de Ju mlah Ked alaman Jarak (m) Ult imate Dukun g Cod e Nominal Ultimate
(m) (m) (m) Atas Bawah
(KN) (KN) (KN.m) (KN.m)
PC-3 0,40 6 8,00 0,50 425,38 427,59 PC-2 1x3 0,80 D16 - 150 D16 - 150 431,81 381,33

PONDASI TIANG PANCANG PC-4 PILE CAP PC-4


Beb an Day a M omen M omen
Diameter Tiang Dimensi Tebal Tulang an Tulan gan
Co de Ju mlah Ked alaman Jarak (m) Ult imate Dukun g Cod e Nominal Ultimate
(m) (m) (m) Atas Bawah
(KN) (KN) (KN.m) (KN.m)
PC-4 0,40 12 8,00 0,50 425,38 427,59 PC-2 1x6 0,80 D16 - 150 D16 - 150 431,81 381,33

Tabel 4.16.3.4 – Pondasi Shearwall P3


PONDASI TIANG PANCANG PC-2 PILE CAP PC-2
Beb an Day a M omen Momen
Diameter Tiang Dimen si Tebal Tu lang an Tu lang an
Co de Ju mlah Ked alaman Jarak (m) Ult imate Dukung Co de Nominal Ultimat e
(m) (m) (m) Atas Bawah
(KN) (KN) (KN.m) (KN.m)
PC-2 0,40 8 8,00 0,50 425,38 427,59 PC-2 1 x4 0,8 D16 - 150 D16 - 150 431,81 381,33

PONDASI TIANG PANCANG PC-3 PILE CAP PC-3


Beb an Day a M omen Momen
Diameter Tiang Dimen si Tebal Tu lang an Tu lang an
Co de Ju mlah Ked alaman Jarak (m) Ult imate Dukung Co de Nominal Ultimat e
(m) (m) (m) Atas Bawah
(KN) (KN) (KN.m) (KN.m)
PC-3 0,40 6 8,00 0,50 425,38 427,59 PC-2 1 x3 0,80 D16 - 150 D16 - 150 431,81 381,33

PONDASI TIANG PANCANG PC-4 PILE CAP PC-4


Beb an Day a M omen Momen
Diameter Tiang Dimen si Tebal Tu lang an Tu lang an
Co de Ju mlah Ked alaman Jarak (m) Ult imate Dukung Co de Nominal Ultimat e
(m) (m) (m) Atas Bawah
(KN) (KN) (KN.m) (KN.m)
PC-4 0,40 12 8,00 0,50 425,38 427,59 PC-2 1 x6 0,80 D16 - 150 D16 - 150 431,81 381,33

Tabel 4.16.3.5 – Resume Tiang Pancang Diameter 800 mm

Tabel 4.16.3.6 – Resume Tiang Pancang Diameter 400 mm

4.16.4 Perhitungan Pile Cap

87
Pile cap didesain sebagai penopang beban dari kolom atau sheawall,
yang akan disebarkan lebih lanjut ke tiang pancang. Setelah dilakukan
perhitungan didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.16.4.1 – Pile Pap Kolom K1
PILE CAP
Momen Momen
Dimensi Tebal Tulangan Tulangan
Code Nominal Ultimate
(m) (m) Atas Bawah
(KN.m) (KN.m)
PC-1 3 x3 0,8 D19 - 200 D19 - 200 1304,69 1249,61

Tabel 4.16.4.2 – Pile Cap Shearwall P1


PONDASI TIANG PANCA NG PC-2 PILE CA P PC-2
Beban Daya Momen Momen
Diameter Tiang Dimens i Tebal Tulangan Tulan gan
Code Jumlah Kedalaman Jarak (m) Ultimate Dukun g Code Nominal Ultimate
(m) (m) (m) Atas Bawah
(KN) (KN) (KN.m) (KN.m)
PC-2 0,40 8 8,00 0,50 425,38 427,59 PC-2 1 x4 0,8 D16 - 150 D16 - 150 431,81 381,33

PONDASI TIANG PANCA NG PC-3 PILE CA P PC-3


Beban Daya Momen Momen
Diameter Tiang Dimens i Tebal Tulangan Tulan gan
Code Jumlah Kedalaman Jarak (m) Ultimate Dukun g Code Nominal Ultimate
(m) (m) (m) Atas Bawah
(KN) (KN) (KN.m) (KN.m)
PC-3 0,40 6 8,00 0,50 425,38 427,59 PC-2 1 x3 0,80 D16 - 150 D16 - 150 431,81 381,33

PONDASI TIANG PANCA NG PC-4 PILE CA P PC-4


Beban Daya Momen Momen
Diameter Tiang Dimens i Tebal Tulangan Tulan gan
Code Jumlah Kedalaman Jarak (m) Ultimate Dukun g Code Nominal Ultimate
(m) (m) (m) Atas Bawah
(KN) (KN) (KN.m) (KN.m)
PC-4 0,40 12 8,00 0,50 425,38 427,59 PC-2 1 x6 0,80 D16 - 150 D16 - 150 431,81 381,33

Tabel 4.16.4.3 – Pile Cap Shearwall P2


PILE CAP PC-3
Momen Momen
Dimensi Tebal Tulangan Tulangan
Code Nominal Ultimate
(m) (m) Atas Bawah
(KN.m) (KN.m)
PC-3 1 x3 0,80 D16 - 150 D16 - 150 431,81 381,33

Tabel 4.16.4.4 – Pile Cap Shearwall P3


PILE CAP PC-4
Momen Momen
Dimensi Tebal Tulangan Tulangan
Code Nominal Ultimate
(m) (m) Atas Bawah
(KN.m) (KN.m)
PC-4 1 x6 0,80 D16 - 150 D16 - 150 431,81 381,33
Setelah dilakukan perhitungan pile cap dapt digambarkan penulangan
pile cap seperti berikut :

88
Gambar 4.16.4.1 – Penulangan Pile Cap -1

Gambar 4.16.4.2 – Penulangan Pile Cap -2

89
Gambar 4.16.4.3 – Penulangan Pile Cap -3

Gambar 4.16.4.4 – Penulangan Pile Cap -4

90
Tabel 4.16.4.5 – Resume Pile Cap - 1

Tabel 4.16.4.6 – Resume Pile Cap - 2

Tabel 4.16.4.7 – Resume Pile Cap – 3

Tabel 4.16.4.8 – Resume Pile Cap - 4

4.16.5 Perhitungan Tie Beam


Perhitungan tie beam dilakukan dari hasil gaya dalam program ETABS :

91
Tabel 4.16.5.1 – Tulangan Tie Beam

Tabel 4.16.5.2 – Tulangan Transversal Tie Beam


Tie Beam (6.00 meter) (350)/(550)
Jumlah As Jarak Sengkang ØVn
Diameter Vu (kN) Cek
(kaki) (mm²) (mm) (kN)
Daerah sendi plastis 10 2 157,08 100 191,47 366,60 OK
Diluar sendi plastis 10 2 157,08 200 121,26 243,43 OK

92
4.17 Resume Rasio Tulangan Struktur
Tabel 4.17.1 – Resume Rasio Tulangan Struktur Atas
Tipe Dimensi Bentang Lokasi Tulangan ρ terpasang
Tumpuan 11 D - 19 0,88%
B1 0,5 m x 0,75 m 2,00 m
Lapangan 10 D - 19 0,80%
Tumpuan 12 D - 19 0,96%
B2 0,5 m x 0,75 m 3,00 m
Lapangan 10 D - 19 0,80%
Tumpuan 10 D - 19 0,80%
B3 0,5 m x 0,75 m 4,00 m
Lapangan 10 D - 19 0,80%
Tumpuan 12 D - 19 0,96%
B4 0,5 m x 0,75 m 6,00 m
Lapangan 10 D - 19 0,80%
Tumpuan 8 D - 16 0,90%
BA1 0,35 m x 0,55 m 4,00 m
Lapangan 8 D - 16 0,90%
Tumpuan 9 D - 16 1,01%
BA2 0,35 m x 0,55 m 6,00 m
Lapangan 8 D - 16 0,90%
K1 1,2 m x 1,2 m 4,00 m - 28 D - 32 1,33%
K2 0,9 m x 0,9 m 4,00 m - 28 D - 25 1,14%
K3 0,6 m x 0,6 m 4,00 m - 28 D - 22 1,31%
Arax X D13 - 200 0,35%
S1 3,0 m x 6,0 m -
Arah Y D13 - 100 0,35%
P1 0,35 m x 4,0 m 4,00 m - 94 D - 32 1,33%
P2 0,35 m x 3,0 m 4,00 m - 92 D - 32 1,14%
P3 0,35 m x 6,0 m 4,00 m - 94 D - 32 1,31%

Tabel 4.17.2 – Resume Rasio Tulangan Struktur Bawah


Tipe Dimensi Bentang Lokasi Tulangan ρ terpasang
Tumpuan 8 D - 16 0,90%
TB 0,35 m x 0,55 m 6,00 m
Lapangan 8 D - 16 0,90%
PC1 0,8 m x 3,0 m 3,00 m - D19 - 200 0,35%
PC2 0,8 m x 1,0 m 4,00 m - D16 - 150 0,35%
PC3 0,8 m x 1,0 m 3,00 m - D16 - 150 0,35%
PC4 0,8 m x 1,0 m 6,00 m - D16 - 150 0,35%

4.18 Perencanaan Rencana Anggaran Biaya


Dari hasil desain struktur kolom, balok, pelat lantai, dinding geser dan
pondasi yang telah didapatkan, dilakukan perhitungan Rencana
Anggaran Biaya (RAB) struktur. Tahap perhitungan RAB dilakukan

93
dengan cara menghitung volume dari elemen struktur, analisa koefisien,
analisa HSP, dan didapatkan harga keseluruhan dari pekerjaan struktur.
Perhitungan RAB dapat dilihat pada Lampiran 4. Berikut hasil dari
perhitungan Perencanaan Rencana Anggaran Biaya :
Tabel 4.18 – Rencana Anggaran Biaya Struktur

94
BAB V
KESIMPULAN

1. Bangunan dapat di desain dengan aman berdasarkan sistem


ganda rangka pemikul momen khusus (SRPMK) dan Dinding
Struktural dengan jenis struktur beton bertulang fc’ 29,05 Mpa
2. Pemeriksaan yg dilakukan adalah ragam respon spektrum,
partisipasi massa, frame memikul 25% gaya lateral, faktor skala
gempa, simpangan antar lantai, ketidakberaturan
horizontal/vertikal, dan efek P-Delta
3. Dimensi Struktur
a.Balok
 Balok B1 : (50x75) cm
 Balok B2 : (50x75) cm
 Balok B3 : (50x75) cm
 Balok B4 : (50x75) cm
 Balok BA1 : (35x55) cm
 Balok BA2 : (35x55) cm
b. Kolom
 Kolom K1 : (130x130) cm
 Kolom K2 : (110x110) cm
 Kolom K3 : (90x90) cm
c. Tebal plat lantai didapatkan untuk tiap lantai : 12,5 cm
d. Tebal Shearwall yang digunakan : 35 cm
e. Pondasi Tiang Pancang
 Pondasi PC-1 : 4 – D80 cm

95
 Pondasi PC-2 : 8 – D40 cm
 Pondasi PC-3 : 6 – D40 cm
 Pondasi PC-4 : 12 – D40 cm
4. Total rancangan anggaran biaya: Rp. 38.631.000.000,-

dari Rancangan Anggaran Biaya didapatkan nilai tertinggi pada


pekerjaan kolom dan yang paling rendah adalah pekerjaan pondasi.

96
DAFTAR PUSTAKA

Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung, SNI 1726:2012. Jakarta:


BSN.
Badan Standarisasi Nasional. (2013). Persyaratan Beton Struktural
untuk Bangunan Gedung, SNI 2847:2013. Jakarta: BSN.
Badan Standarisasi Nasional. (2013). Beban Minimum untuk
Perencanaan Bangunan Gedung dan Struktur Lain, SNI
1727:2013. Jakarta: BSN.
Pawirodikromo, Widodo. (2012). Seismologi Teknik dan Rekayasa
Kegempaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Setiawan, Agus. (2016). Perancangan Struktur Beton Bertulang
(Berdasarkan SNI 2847:2013). Jakarta: Erlangga.
Tim Pusat Studi Gempa Nasional. (2017). Peta Sumber dan Bahaya
Gempa Indonesia Tahun 2017. Bandung: Kementrian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Hakam, Abdul.Rekayasa pondasi Untuk Mahasiswa dan Praktisi.


Padang: Bintang Grafika

Friandoko. Desain Struktur Gedung Tinggi Dengan Denah Berbentuk


“H’ Menggunakan Sistem Ganda SRPMK Dan SDSK. Padang :
UNAND, 2018.
Nasution, Ade Prayoga. Desain Struktur Bangunan Beton Bertulang
Aman Gempa 12 Lantai Dengan Sistem Ganda Rangka
Pemikul Momen Khusus Dan Dinding Struktural Khusus Di
Kota Padang. Padang : UNAND, 2019.

97
Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor :
28/PRT/M/2016 tentang Analisa Harga Satuan Pekerjaan
Bidang Pekerjaan Umum. 2016.
Setiawan, Agus. (2012). Analisa Hubungan Balok Kolom Beton
Bertulang Proyek Pembangunan Gedung DPRD-Balai
Kota DKI Jakarta. ComTech, 1, 717-717.
SNI 1727:2013 tentang Beban Minimum Untuk Perancangan Bangunan
Gedung Dan Struktur Lain. 2013.
SNI 1726:2019 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Nongedung. 2019.
SNI 2847:2019 tentang Persyaratan beton structural untuk bangunan
gedung dan penjelasan. 2019.

Das, Braja. M. (2014). Principles Of Foundation Engineering Eight


Edition. Boston: Cangange Learning.

Herman, H. (2020). Desain Struktur Bangunan Beton Bertulang Tahan


Gempa 12 Lantai Dengan Sistem Ganda Rangka Pemikul
Momen Khusus Dan Dinding Struktural Khusus Di Kota
Padang. Padang: UNAND.

Pratama, E. (2020). Desain Struktur Bangunan Beton Bertulang Tahan


Gempa 10 Lantai Dengan Sistem Ganda Rangka Pemikul
Momen Khusus Dan Dinding Struktural Khusus Di Kota
Bengkulu. Padang: Unand.
Zikri, R. (2019). Perencanaan Fondasi Bangunan Tiga Lantai Di
Pantai Ujuang Batu, Kota Padang Dengan Kajian Potensi Likuifaksi.
Padang: UNAND

98
99

Anda mungkin juga menyukai