Anda di halaman 1dari 2

NARASI HAKIKAT DAN KEDUDUKAN FILSAFAT DALAM SAINS

Kata filsafat dalam bahasa arab adalah falsafah, dan dalam bahasa inggris adalah
philosophy. Kata filsafat berasal dari bahasa yunani yaitu philosophia yang terdiri atas kata
philien yang berarti cinta dan shopis yang berarti kebijaksanaan, jadi secara etimologi filsafat
berarti cinta kebijaksanaan dalam arti yang sedalam-dalamnya. Yang berarti seorang filsuf
adalah pencari kebijaksanaan, pecinta kebijaksanaan dalam hakikat.

Sains pada prinsipnya merupakan suatu usaha untuk mengorganisasikan dan


mensistematisasikan common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan
pengamatan dalam kehidupan sehari-hari dan dianjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat
dan teliti dengan menggunakan berbagai metode yang biasa dilakukan dalam penelitian ilmiah
(observasi, eksperimen, survey, studi kasus dan lain-lain). Lebih lanjut dijelaskan bahwa sains
adalah gambaran yang lengkap dan konsisten tentang berbagai fakta pengalaman dalam suatu
hubungan yang mungkin paling sederhana (simple possible terms). Pengetahuan sains didapat
dengan menerapkan berbgai paham yaitu, humanisme, rasionalisme, empirisme, dan positivisme.
Humanisme ialah paham filsafat yang mengajarkan bahwa manusia mampu mengatur dirinya
dan alam. Rasionalisme ialah paham yang mengatakan bahwa akal itulah alat pencari dan
pengukur pengetahuan. Pengetahuan di cari dengan akal, temuannya diukur dengan akal pula.
Empirisisme ialah paham filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar ialah yang logis dan ada
bukti empiris. Positivisme mengajarkan bahwa kebenaran ialah yang logis, ada bukti empirisme,
yang teruku
Sains merupakan suatu cara untuk mempelajari aspek -aspek tertentu dari alam secara
terorganisir, sistematik dan melalui metode-metode saintifik yang terbakukan. ruang lingkup
sains terbatas pada pada hal - hal yang dapat dipahami oleh indera (penglihatan, sentuhan,
pendengaran, rabaan dan pengecapan).
Sedangkan yang disebut metode saintifik adalah langkah - langkah yang tersusun secara
sistematik untuk memperoleh suatu kesimpulan ilmiah. Metode saintifik pada dasarnya merujuk
pada model penelitian yang dikembangkan oleh francis Bacon (1561-1626). Model tersebut
memiliki langkah - langkah :

1. Mengidentifikasi masalah ( dari fakta yang ditemukan di lingkungan )


2. Mengumpulkan data yang sesuai dengan permasalahan yang ditemukan
3. Memilah data yang sesuai dengan permasalahan
4. merumuskan hipotesis ( dugaan ilmiah yang menjelaskan data dan permasalahan yang
ada sehingga dapat menentukan langkah penyelesaian masalah lebih lanjut)
5. Menguji hipotesis dengan mencari data yang lebih faktual ( mengadakan eksperimen)
6. Menguji keakuratan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya agar dapat mentukan
tindakan terhadap hipotesis tersebut ( mengkonfirmasi, memodifikasi, ataupun menolak
hipotesis).  

Metode saintifik juga sering disebut metode induktif karena dalam prosesnya, metode
saintifik dimulai dari hal-hal yang bersifat spesifik ke kesimpulan yaang bersifat general.

Ontologi adalah salah satu bagian penting dalam filsafat yang membahas atau
mempermasalahkan hakikat-hakikat semua yang ada baik abstrak maupun riil dengan membahas
semua yang ada secara universal.
Epistimologi menjelaskan tentang objek pengetahuan sains dan cara memperoleh
pengetahuan sains.

Aksiologi adalah cara untuk menerapkan pengetahuan yang didapat. Menurut Wibisono
(dalam Surajiyo, 2009:152) aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran, etika dan
moral sebagai dasar normatif penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu. Aksiologi adalah
ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Jadi Aksiologi
merupakan ilmu yang mempelajari hakikat, dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan, dan
sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia kalau kita bisa memanfaatkanya dan
tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan dijalan yang baik pula.

Selain itu, Filsafat dan sains memiliki beberapa kesamaan, diantaranya adalah 1)
keduanya menunjukkan metode berfikir reflektif dalam menghadapi fakta-fakta dunia dan
hidup, 2) keduanya menunjukkan sikap kritis dan terbuka, serta memberikan perhatian yang
tidak berat sebelah terhadap kebenarannya, 3) keduanya tertarik terhadap pengetahuan yang
terorganisasi dan tersusun secara sistematis.

Anda mungkin juga menyukai