Simulasi Pola Radiasi Antena Dipole Tunggal Umi Fadlilah (L2F 300 571) Teknik Elektro Universitas Diponegoro Abstrak
Simulasi Pola Radiasi Antena Dipole Tunggal Umi Fadlilah (L2F 300 571) Teknik Elektro Universitas Diponegoro Abstrak
Kata kunci : Dipole Tunggal, Faktor Pengali Panjang Gelombang, Pola Radiasi, Parameter
Antena
b. Panjang antena (L)
I. PENDAHULUAN c. Sudut HPBW ( HPBW)
d. Direktivitas (D)
Keunggulan suatu sistem e. Gain (G), dengan nilai k (faktor
telekomunikasi tidak hanya ditentukan oleh efisiensi) ditentukan, misalnya 0,9.
kualitas pemancar dan penerimanya saja, f. Luas efektif antena (Aeff)
namun juga sangat dipengaruhi oleh kualitas g. Effective Radiated Power (ERP),
pemancaran dan penerimaan antena, dengan daya keluaran pemancar dan
diantaranya ialah antena dipole. Antena loss saluran transmisi ditentukan,
dipole merupakan antena fundamental untuk misalnya 100 Wdan 10 W.
pemancaran dan penerimaan gelombang
radio. II. POLA RADIASI
Salah satu karakteristik antena dipole ANTENA DIPOLE TUNGGAL
tunggal yang akan dibahas disini adalah pola
radiasi antena. Pola radiasi antena terjadi 2.1. Gelombang Elektromagnetik
karena adanya gelombang elektromagnetik Gelombang elektromagnetik
yang dipancarkan lewat udara bebas dalam merupakan dasar transmisi radio sekaligus
suatu bentuk radiasi (pancaran) tertentu sebagai dasar untuk memahami antena. Di
dalam medan radiasi, yaitu medan jauh (Far dalam gelombang elektromagnetik, medan
field/Fraunhofer)[2,3,4,7,11,15]. Pola radiasi antena listrik (E) dan medan magnet (H) saling
bisa berubah-ubah berdasarkan nilai tegak lurus, dapat dilihat pada Gambar 1[5].
parameter yang ditentukan sebagai variabel,
misalnya faktor pengali panjang gelombang. H
Medan listrik
H H H H
Medan
magnet +H +H
Medan -E -E Propagasi
listrik -H
antena dipole tunggal. Simulasi E
Bidang vertikal (medan magnet)
E
menggunakan pemrograman Matlab 6.1
E
yang hanya akan membahas tentang :
1. Pola radiasi antena dipole tunggal (1/2 ) Bumi Bidang horisontal (medan listrik)
yang dibandingkan dengan antena dipole (a). Dua komponen E dan H (b). Bidang polarisasi
pendek (1/4 ) pada frekuensi tertentu, Gambar 1 Komponen dan Bidang Polarisasi
misalnya 300 MHz (VHF). Gelombang Elektromagnetik
2. Parameter-parameter antena dipole
tunggal yang dicari adalah : Pada Gambar 1(a) terdapat garis-garis
a. Panjang gelombang () medan listrik dan medan magnet dari
2
detik), dapat diketahui dari persamaan (1)[3]. (a). Pembagian daerah gelombang pada pemasangan antena
Gelombang
1
f (1) Generator
ruang bebas
10 (dB)
sifat-sifat radiasi (medan jauh) oleh suatu
0,5 (-3 dB)
antena. Pola radiasi terjadi karena arus listrik
dalam suatu kawat selalu dikelilingi oleh
medan magnetis. Arus listrik bolak balik
Gambar 4. Beamwidth - 3 dB (alternating current) menyebabkan muatan-
Dari Gambar 4, dapat dihitung nilai muatan listrik bebas dalam kawat akan
beamwidth melalui persamaan (7)[11]. mendapat percepatan, sehingga timbul suatu
medan elektromagnetik bolak balik yang
= 2 - 1 (7)
akan berjalan menjauhi antena dalam bentuk
1 : sudut pada saat E di kuadran 1 atau 3
gelombang elektromagnetik dan
sama dengan 0,707
terbentuklah medan elektromagnetik.
2 : sudut pada saat E di kuadran 2 atau 4 Medan radiasi terbagi menjadi tiga[15],
sama dengan 0,707 yaitu medan dekat reaktif, medan dekat, dan
Direktivitas (keterarahan) ialah medan jauh. Sketsa medan radiasi dapat
perbandingan intensitas radiasi maksimum diketahui pada Gambar 5[7].
(U(,)max) dengan intensitas radiasi rata- Boundary sphere To infinty Boundary sphere
Pole Dipole
antenna Far
Antenna
field(radiated
energy flow )
region
U ( , ) max Far field
D (8) r
or
Fraunhofer Equatorial
Near
U av L region
Plane
field(reactive
energy
pulsation)
41000 (a). Pembagian medan radiasi (b). Aliran energi pada antena dipole
D (9)
θ HP .φ HP Gambar 5. Sketsa Medan Radiasi pada Antena Dipole
Radiasi sudut ruang yang terkecil akan Pada Gambar 5 (b), dapat dilihat pola
menghasilkan direktivitas terbesar[7]. radiasi antena dipole ke berbagai arah dalam
Nilai Gain atau penguatan antena medan radiasi. Daerah medan antena yang
dihasilkan dari persamaan (10)[3,11]. mempuyai kriteria jarak minimum
G = k.D (10) pengamatan medan jauh dihasilkan dari
k adalah faktor efisiensi antena (0 k 1). persamaan (14)[3,7,11,15].
Faktor efisiensi biasa dilambangkan juga 2.L2
r (14)
dengan , seperti pada persamaan 2.4.
Jika penguatan antena yang diukur r : jarak minimum pengamatan medan jauh
dalam keadaan memancar adalah GT, maka (meter)
luas efektif dalam keadaan menerima dapat Batas maksimum daerah medan jauh ini tak
diperoleh dari persamaan (11)[3,7,13,15]. terhingga.
2 .GT Pola radiasi dapat digambarkan
Ae ff (m2) (11) dengan sistem koordinat 3 (tiga) dimensi,
4
Direktivitas yang baik akan sebab pola radiasi antena itu berbentuk 3
menghasilkan arah radiasi yang memusat, (tiga) dimensi pula, seperti Gambar 6[11] .
sehingga menyebabkan kenaikan daya
radiasi efektif atau Effective Radiated Power
4
z
Bidang V
L
meridian
V I
P
r
I
y
Bidang
x
ekuatorial (a). gelombang berdiri arus dan tegangan (b). gelombang berdiri arus dan tegangan
pada saluran terbuka pada sebuah dipole ½
dipole dipole
hertz
Gambar 6. Koordinat-koordinat Bola (spherical 1 0,96
coordinates)
(c). radiasi dipole ½ dibandingkan dengan dipole hertz.
Gambar 6 menunjukkan bahwa posisi Gambar 8. Arus, Tegangan, dan Pola Radiasi
masing-masing koordinat bola (r,,) bisa pada Antena Dipole Tunggal
digunakan untuk menggambarkan pola
Gambar 8 memperlihatkan pendekatan
radiasi pada suatu jarak tertentu (r) dari
tentang distribusi tegangan dan arus antena
antena. Pola radiasi sering digambarkan
yang dimisalkan bahwa antena adalah suatu
dengan pola dua (2) dimensi dengan
potongan saluran transmisi dalam hubungan
koordinat kutub maupun koordinat xy (absis
terbuka sepanjang ¼ yang terkembang
: x, ordinat : y), seperti pada Gambar 7[3].
0
0
Medan listrik antena dipole tunggal
bisa diketahui dari persamaan (15)[3,7].
0
270 0 90
0
(16) dan persamaan (17)[3,7].
-180 0 270 0 00 90 0 180 0
j. .t .r
(b) Rectangular plot /koordinat - xy I 0 I 0 .e. (16)
Gambar 7. Pola Radiasi Antena dalam Dua Dimensi 2.
(17)
L
Pada umumnya, pola radiasi antena Antena dipole tunggal mempunyai nilai L =
mempunyai berkas atau cuping utama
½. , sehingga nilai X adalah 1. Substitusi
(major lobe) maupun berkas atau cuping
persamaan (2), persamaan (3), dan
pada arah yang lain (minor lobe). Major
persamaan (17) ke dalam persamaan (16),
lobe adalah berkas yang arah radiasinya ke
akan menghasilkan persamaan (18) yang
depan (arah tujuan). Sedangkan minor lobe
membentuk pola radiasi angka delapan ke
ialah berkas radiasi yang sebenarnya tidak
arah depan[3,7,11].
diinginkan, yaitu berkas yang berada di
cos[ . X / 2. cos ]
sebelah major lobe (disebut side lobe) dan E (18)
sin
berkas yang berlawanan dengan major lobe
Kuat medan listrik pada antena dipole
(disebut back lobe).
pendek dapat ditampilkan dari persamaan
(19)[3,7,11].
2.5. Antena Dipole Tunggal
60. .I .L. sin
Antena dipole yang sering digunakan E ( r, , ) (19)
.r
adalah antena dipole tunggal atau antena
I adalah arus dipole dalam ampere yang
dipole setengah gelombang. Panjang antena
dianggap mempunyai nilai yang sama
dipole tunggal adalah ½ pada frekuensi dengan arus rms I pada titik dari arus
operasi yang mempunyai titik feeder di maksimum. Nilai r (jarak dalam meter) dan
tengah, impedansi input yang sesuai (73
tetap, sehingga E tidak dipengaruhi oleh .
)[11,14], dan mempunyai pola radiasi Medan listrik pada antena dipole
berbentuk angka delapan terhadap arah tunggal dan dipole pendek digunakan untuk
depan kawat, dapat dilihat pada Gambar 8[11]. menentukan pola radiasi antena tersebut
beserta parameter yang lain.
5
Hitung nilai
Gain dari persamaan (10).
*Tombol Lamda off, Tombol L on 8. Menghitung luas efektif antena dari
*Tampil nilai
Hitung nilai L
persamaan (11).
*Tombol L off, Tombol Direktivitas on,
*Tampil nilai L
9. Menentukan nilai daya keluaran
Hitung nilai Direktivitas pemancar (OutTx) dan loss saluran
*Tombol Direktivitas off, Tombol Gain on
*Tampil nilai Direktivitas transmisi untuk menghitung nilai input
Isi nilai k, Hitung nilai Gain antena menggunakan persamaan (12).
*Tombol Gain off, Tombol Input
*Tampil nilai Gain 10. Menghitung daya radiasi efektif (ERP)
*Tentukan outputTx dan loss_saltrans
*Hitung nilai Input antena
melalui persamaan (13).
*Tombol Input off, Tombol A ef f
*Tampil nilai Input antena
11. Simulasi bisa dilakukan lagi mulai
*Ambil nilai lamda dan Gain
*Hitung nilai Aeff
dari langkah pertama, dengan
*Tombol A ef f off, Tombol ERP on
perubahan pada nilai-nilai variabel.
*Tampil nilai Aef f
1 = 89,1407 2 = 77,8419
D1 = 1,4954 D2 = 1,63363
Input1 = 90 W Input2 = 90 W
ERP1 =121,127 W ERP2 =132,324 W Gambar 16. Distribusi Arus dan Pola Radiasi
pada Panjang Antena ½ , 1 , dan 3/2
Dari Gambar 14 dapat diketahui bahwa pada
saat X = 1 atau L = ½ dibandingkan Dari Gambar 16 dapat dilihat bahwa pola
dengan saat X = 0,5 atau L = ¼ , maka : radiasi berubah menurut faktor pengali
- Sudut radiasi () lebih kecil sehingga setengah panjang gelombang. Jumlah lobe
direktivitas membesar dan pola pada masing-masing sisi antena tergantung
radiasinya semakin terarah. dari kelipatan ½ panjang gelombang ()
- Bila faktor efisiensi antena (k) sama, yang digunakan. Panah-panah arus
maka akan menghasilkan nilai Gain (G) menunjukkan bahwa fasa arus berubah 180
yang lebih besar, sehingga memperluas untuk setiap perpindahan dari satu potongan
daya tangkap radiasinya. 1/2 ke potongan 1/2 berikutnya. Jumlah
- Daya radiasi efektif (ERP) lebih besar, lobe pada antena dipole tunggal (L = ½ )
sebab Gain-nya juga semakin besar, hanya terdiri dari major lobe saja, sehingga
walaupun nilai input dibuat sama. lebih terarah ke tujuan yang sebenarnya
8
daripada ke arah yang lain, sehingga lebih Simulasi yang menampilkan nilai
efisien. Perubahan pola radiasi untuk nilai X direktivitas dapat dilihat pada Gambar 14.
yang lain dapat dilihat pada Tabel 1. Dari descripitive statistic tersebut diketahui
bahwa direktivitas pada saat X = 1 atau L =
Tabel 1. Pola Radiasi Antena Dipole Resonan 1/2 lebih besar daripada direktivitas saat X
Variabel L (meter) Pola Radiasi = 0,5, sehingga pola radiasinya pun akan
X
semakin terarah. Dari persamaan (9)
2,5 1,25 diketahui bahwa nilai direktivitas
berbanding terbalik dengan nilai sudut
HPBW. Bila sudut HPBW meningkat, maka
5 2,5 direktivitasnya akan mengecil.
2. Faktor pengali (X) panjang gelombang 10. Rakshit, Saha, Purkait, “Dasar
mempengaruhi nilai kuat medan listrik, Elektronika”, UI Press, Jakarta, 1989.
sehingga jumlah lobe pada pola radiasi 11. Roddy, Dennis and Coolen, John,
berubah-ubah. Perubahan nilai frekuensi “Electronic Communication”,
tidak mempengaruhi pola radiasi. Prentice Hall of India, 1984.
3. Panjang fisik antena (L) juga 12. Saydam, Gouzali, “Sistem
mempengaruhi pola dan sudut radiasi, Telekomunikasi”, Penerbit Djambatan,
sebab nilai L dan X sebanding. Nilai L Jakarta, 1989.
yang semakin besar menyebabkan pola 13. Shrader, Robert L., “Komunikasi
radiasi tidak mengarah ke tujuan secara Elektronika”, Penerbit Erlangga,
efektif. Jakarta, 1989.
4. Pola radiasi yang dihasilkan oleh antena 14. Simanjuntak, Tiur L., “Dasar-dasar
dipole tunggal tidak mengandung minor Telekomunikasi”, Penerbit Alumni,
lobe, sehingga radiasinya lebih efektif Bandung, 1993.
dan terarah. 15. Subagjo Basuki B., “Antena dan
Propagasi”, Polines, Semarang, 2003.
5.2. Saran 16. Suhana, Shoji, Shigeki, “Buku
1. Program simulasi dapat dikembangkan Pegangan Teknik Telekomunikasi”,
lagi, misalnya perbandingan pola radiasi PT. Pradnya Paramitha, Jakarta, 1994.
antena dipole tunggal dengan pola radiasi 17. Terman, Frederick E., “Electronic and
antena dipole yang lain melalui analisis Radio Engineering”, McGraw Hill
pengaruh bahan antena. Book Company, 1995.
2. Simulasi ini bisa diprogram dengan versi 18. Zorkoczy, Peter, “Infomation
yang lebih tinggi, seperti Matlab 7.0 agar Technology”, Pitman Publishing
lebih baik hasilnya. Limited, England, 1988.
19. __________ ,“Antena Radio Amatir”,
VI. DAFTAR PUSTAKA Yayasan Pembina Pendidikan dan
1. A, Karim, “Teknik Penerima dan Hobi Elektronika Binatronika
Pemancar Radio”, PT Elex Media 20. __________ , “Proyek Elektronika
Computindo, Jakarta, 1993. Radio Amatir”, PT. Elex Media
2. Balanis, Constantine A., “Antenna Computindo, Jakarta, 1987.
Theory Analysis and Design”, Harper
& Row Publishers, Newyork, 1986. Umi Fadlilah lahir di Wonogiri,
3. Blake, Lamont V., “Antennas”, John 22 Maret 1978. Saat ini sedang
Willey & Sons, Inc., New York, 1976. menyelesaikan pendidikan strata
4. Collin, Robert E., “Antennas and 1 di Jurusan Teknik Elektro,
Radiowave Propagation”, McGraw- Universitas Diponegoro,
Hill Book Company, 1985. Semarang. Konsentrasi yang
5. Erwin, Robert M., “Pengantar diambil adalah Elektronika arus
Telekomunikasi”, PT. Elex Media lemah.
Computindo, Jakarta, 1986.
6. Freeman, Roger L., Semarang, Desember 2003
“Telecommunication Transmission Pembimbing I
Handbook”, John Willey and Sons,
USA, 1991.
7. Kraus, D. John, “Antennas”, Wahyudi, ST.MT.
McGraw-Hill International Edition, NIP 132 086 662
1988.
8. Liang Chi Shen, Jin Au Kong, Pembimbing II
“Aplikasi Elektromagnetik” , Penerbit
Erlangga, 2001.
9. Loveday, George, “Intisari
Elektronika”, PT. Elex Media Ahmad Hidayatno, ST.MT.
Computindo, Jakarta, 1987. NIP 132 137 933
10
11
12