DEC
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 6
2
3.7 Perancangan Core dan Cavity ........................................................................................ 26
4.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 49
6 LAMPIRAN A ...................................................................................................................... 51
7 LAMPIRAN B ...................................................................................................................... 55
8 LAMPIRAN C ...................................................................................................................... 56
3
Tabel 3.1 Daftar tuntuntan cetakan 16
4
1BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Judul
Judul laporan praktik ini yaitu “Perancangan Cetakan Injeksi Plastik Three Plate Produk Power
Cover Window dengan Slider”
Berkaitan dengan hal diatas dan praktik yang sedang penulis lakukan, produk plastik
yang akan dibahas adalah cover power window. Cover power window merupakan salah satu
accessories yang ada di dalam interior mobil. Produk ini berfungsi untuk melindungi
komponen kelistrikan dan tombol-tombol controller dari power window itu sendiri. Power
window merupakan jendela otomatis atau jendela listrik di mobil yang dapat dinaikkan dan
diturunkan dengan menekan tombol atau sakelar, bukan menggunakan pegangan engkol.
5
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapat penulis dari praktikum kali ini adalah
Penulis dapat merancang cetakan injeksi plastik three plate mold dengan slider produk
cover power window yang digunakan untuk produksi dengan pertimbang produk yang
sesuai dengan tuntutan,dimensi dan fungsi produknya.
Penulis dapat menghasilkan dokumen gambar kerja sesuai dengan standar
penggambaran yang mengacu pada standar penggambaran ISO dan dapat
diterjemahkan dengan baik oleh pihak produksi
Penulis dapat menghasilkan laporan praktik yang sesuai dengan ketentuan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan mengenai judul, latar belakang, tujuan penulisan dan sistematika
penulisan.
Pada bab ini diuraikan tentang tahapan proses reverse engineering yang penulis lakukan.
Pada bab ini diuraikan tentang tahapan proses perancangan cetakan injeksi plastik dari langkah
awal perencanaan dan analisis mold yang meliputi analisis produk, perhitungan, konstruksi dan
sistem kerja mold hingga rancangan mold menjadi gambar kerja yang siap di manufaktur.
Perancangan mengacu pada alternatif konstruksi terbaik dari beberapa alternatif yang dibuat.
BAB IV PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari proses perancangan cetakan injeksi plastik cover
power window dengan sistem slider yang telah diuraikan serta saran untuk melakukan
perbaikan pada kendala-kendala yang dihadapi.
6
2BAB II
PROSES REVERSE ENGINEERING
2.1 Penjelasan
Pada tahapan ini, penulis melakukan proses reverse engineering terhadap produk.
Reverse engineering merupakan penemuan prinsip-prinsip teknologi dari suatu perangkat,
objek, atau sistem melalui analisis strukturnya, fungsinya, dan cara kerjanya. Proses reverse
engineering kali ini bertujuan untuk mendapatkan bentukan dari produk melalui kegiatan 3D
scanning akibat bentuk produk yang sulit didapat jika dilakukan pengukuran secara manual.
7
2.2 Proses 3D Scanning
2.2.1 Alat dan Bahan
Alat :
Komputer
Software 3D Scanning
Produk cover power window
GOM 3D Scanner
Cotton Bud
Majun
Dot Sticker
Bahan :
Developer
2.2.2 Tahapan-Tahapan
No. Kegiatan Visualisasi Keterangan
1.
Menyiapakan alat Alat dan bahan
dan bahan dapat dilihat pada
point 2.2.1.
2.
Membersihkan Proses
produk permbersihan
menggunakan bertujuaan agar
majun ketika produk
disemprotkan
devoper, developer
serta dot sticker
dapat menempel
dengan baik pada
permukaan produk.
3.
Menemepelkan Dot sticker
dot sticker digunakan sebagai
referensi Ketika
alat membanca
produk.
Minimal
pemasangan dot
8
sticker adalah 3
buah untuk
membentuk suatu
bidang.
Sticker jangan
dipasangkan secara
berjejer (linear)
karena nantinya
scanner akan
membaca produk
menjadi suatu
garis.
Pemasangan
sticker yang
dilakukan sebelum
proses
penyemprotan
developer agar
sticker dapat
menempel dengan
baik pada produk.
4.
Menyemprotkan Penyemprotan
developer developer harus
dilakukan dengan
baik, diusahakan
produk ter-cover
dengan baik dan
merata agar produk
dapat ter-scan
dengan sempurna
9
5.
Memembersihkan Sticker perlu untuk
sticker dibersihakan agar
sticker dapat
terbaca oleh 3D
scanner.
Pembersihan
dilakukan
menggunakan
cotton bud.
6.
Mengkalibrasi Pengkalibrasian
alat 3D scanning dilakukan agar
hasil scan dapat
optimal.
10
7. Melakukan proses
3D scanning Proses scanning
dilakukan sampai
bentukan produk
didapatkan secara
lengkap
11
Gambar 2.3 File *.stl yang ada di sofware Geomagic sebelum proses editing
12
2.4 Proses Editing dengan Software Creo Parametic
Pada proses ini, file surface yang sudah di-edit di software Geomagic kemudian di-thickening
atau diberikan ketebalan sehingga menjadi solid model agar menyerupai bentuk aslinya. Pada
proses ini juga masih dilakukan perbaikan ulang pada solid model agar mendapatkan 3D model
dari produk cover power window yang baik.
13
3BAB III
PROSES PERANCANGAN
Proses perancangan mold merupakan suatu tahapan awal dari pembuatan sebuah
mold. Tahapan perancangan adalah sebuah alur yang menjadi patokan penulis dalam
merancang. Hal ini diperlukan agar penulis dapat melakukan proses perancangan secara
terstruktur. Penulis melakukan tahapan perancangan bersumber dari modul Perancangan
Peralatan Cetak yang dikeluarkan oleh POLMAN. Berikut ini adalah tahapan perancangan
mold yang penulis buat untuk menjadi referensi dalam perancangan mold.
14
3.1 Identifikasi Produk
3.1.1 Data Produk
Nama : Cover power window
Material : Polypropylene (PP)
Penyusutan : 1.2 - 2%
Massa Jenis : 0.95 gr/cm3
Berat : 89 gr (Creo Software)
Gambar 3.3 Penunjukan lubang yang terdapat pada produk, penunjukan fungsi lubang
15
3.2 Daftar Tuntutan
Tuntutan utama dari rancangan cetakan untuk produk cover power window ini adalah
menghasilkan rancangan yang sesuai dengan daftar tuntutan. Berdasarkan data dari pihak
pengajar diperoleh daftar tuntutan terhadap spesifikasi cetakan yang akan dirancang.
16
Parting line yang ada pada produk cover power window ini ditentukan berdasarkan pada
geometri produk, kemudahan dalam proses pemesinan dan pelepasan produk pada ejeksi.
Parting line utama adalah posisi bukaan cetakan kearah sumbu utama bukaan mold, posisinya
linear terhadap mesin, berfungsi memisahkan core dan cavity.
Parting line slider adalah posisi bukaan arah melintang sumbu cetakan yang berfungsi
membuka slider untuk membuat lubang kotak
17
.
Kekurangan Kelebihan
Penempatan produk tidak simetris Layout tidak memakan space yang
pada cetakan begitu banyak sehingga bisa
Moldbase lebih panjang menggunakan mold yang tidak
begitu besar
18
Gambar 3.7 Layout cavity alternatif 2
Kekurangan Kelebihan
Dibutuhkan mold yang lebar Posisi dari produk simetris ditengah
dikarenakan product diposisi
menyamping
19
kehilangan panas (heat loss), mengurangi berat / volume runner yang terbuang, dan
menghindari penurunan tekanan (drop pressure) yang terlalu besar. Disamping dimensi
penampang runner, maka untuk mencegah kehilangan panas dan penurunan tekanan, maka
panjang runner dibuat sependek mungkin yang diperlukan.
Kekurangan Kelebihan
Proses pembuatan sedikit rumit, Volume runner tidak terlalu besar
dikarenakan layout runner yang Pengisian balance, karena gate
miring diletakkan pada titik berat produk
20
Gambar 3.9 Layout runner alternatif 2
Kekurangan Kelebihan
Pengisian cavity bisa tidak balance, Proses pembuatan mudah,
sebab penempatan gate tidak di titik dikarenakan layout dibuat secara
berat benda horizontal
Volume runner tidak terlalu besar
Kekurangan Kelebihan
Volume runner banyak Pengisian balance karena gate
Pembuatan lebih rumit dikarenakan diletakkan pada titik berat benda
layout yang berkelok-kelok
21
Setelah mempertimbangkan jarak dan balancing untuk aliran material ke masing-masing
kavitinya dipilih layout alternatif 1.
Pada perancangan cetakan produk cover power window ini penulis memilih menggunakan
penampang sestengah lingkaran berdasarkan pertimbangan berikut:
Posisi runner terdapat pada bagian atas cavity plate, diantara cavity plate dengan plate
runner.
Volume dari runner tidak terlalu banyak.
Mudah dalam proses pembuatannya.
Untuk perhitungan dari ukuran penampang setengah lingkaran yang digunakan merujuk pada
Modul POLMAN, Perancangan Peralataan Pencetak dengan rincian dibawah ini .
√ ∙√
3.7
Dimana :
∶
:
∶
Diketahui :
22
: 89
∶ 69
Solusi :
√ ∙√
3.7
√89 ∙ √69
3.7
7.39 #8
Dari perhtiungan yang dilakukan didapatkan diameter runner adalah sebesar 8 .
23
Tabel 3.2 Penentuan ukuran gate
Dari tabel yang ada, dipilihlah diameter untuk pin point gate sebesar 1.25 mm.
3.6.4 Analisis Simulasi Layout Runner
Berikut ini akan ditampilkan flow simulation dari layout runner yang telah penulis pilih.
Gambar 3.13 Hasili analisi flow simulation dari layout runner terpilih
24
Gambar 3.14 Dimensi dari layout runner
Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa dengan layout runner yang telah dirancang dapat
mengalirkan material secara merata kesuluruh cavity dan dapat mengisi secara penuh cetakan.
25
3.7 Perancangan Core dan Cavity
3.7.1 Konstruksi Core dan Cavity
Berdasarkan analisis dan konsep yang telah dibuat, penulis melakukan rancangan lebih detail
pada kontruksi core dan cavity. Dimensi pada core dan cavity yang dirancang sudah dikalikan
faktor pembesaran sebesar faktor shrinkage material. Pada produk ini material yang digunakan
adalah PP yang memiliki faktor shrinkage atau penyusutan sebesar 1.2-2%, melihat hal ini
penulis memutuskan untuk mengambil nilai tengah, yaitu 1.5%.
Berdasarkan identifikasi dapat ditentukan bahwa pada konstruksi akan terdapat slider untuk
membuat bagian lubang di bagian samping produk. Selain itu juga berdasarkan tuntutan
cetakan yang mana dituntut terdapat 2 cavity, untuk memudahkan pembuatan cetakan
diputuskan bahwa akan digunakan insert cavity dan insert core. Sehingga nantinya insert cavity
akan diletakkan pada cavity plate dan insert core akan diletakkan pada core plate. Pada insert
cavity akan terdapat insert hole. Insert hole ini yang nantinya berperan untuk membuat lubang
pada produk.
26
pembuatan cetakannya. Dalam hal ini produk yang akan dicetak merupakan produk umum
yang tidak memerlukan spesifikasi khusus, sehingga komponen insert core dan insert cavity
dirancang menggunakan material 1.2311. Material 1.2311 merupakan material mold steel dan
tergolong dalam pre-hardened steel. Sedangkan untuk material cavity plate dan core plate
menyesuaikan dengan material dari moldbase Futaba, yaitu NAK55
Tabel 3.3 Steels for Injection Mold
Sumber : Gastrow Injection Mold 130 Proven Design 3rd Edition . Hal.10)
27
Tabel 3.4 Prehardened steels
tersebut akan menjadi sangat panas karena tekanan yang tinggi dan membakar material yang
ada disekitarnya.
Untuk menghindari permasalahan tersebut, dalam perancangan cetakan injeksi plastik untuk
produk ini penulis memasukan sistem venting dalam kontruksi cavity dan core. Untuk dimensi
28
dan ukuran dari venting ini penulis mengambil referensi dari materi yang diberikan oleh
pengajar sebagai berikut
Pada pelat cavity terdapat bentukan saluran untuk runner. Berdasarkan hasil analisis yang ada,
terdapat kemungkinan terbentuk air gap dikedua ujung saluran tersebut. Oleh karena itu
dibuatlah sistem venting pada permukaan pelat cavity.
29
Gambar 3.19 Sistem venting pada pelat cavity
30
3.8.2 Sistem Venting pada Pelat Core
Berdasarkan hasil analisis yang ada, akan terjadi air gap produk. Air gap berbentuk titik kecil
di dasar produknya. Oleh karena itu dibuatlah sistem venting pada permukaan pelat cavity.
31
3.8.3 Perencanaan Sistem Pendingin
Sistem pendingin bertujuan untuk menurunkan temperatur produk yang berada didalam rongga
cetak setelah proses injeksi plastik dan menjaga temperatur core dan cavity. Sistem pendingin dibuat
pada bagian pencetak seperti insert core dan insert cavity. Perencanaan ukuran dan bentuk dari
sistem pendingin yang dibuat mengacu pada Modul Polman Perancangan Peralatan Pencetak.
32
3.9 Estimasi Clamping Force
Gaya cekam (clamping force) adalah gaya yang dibutuhkan mesin untuk menahan dua
bagian cetakan agar tidak membuka pada saat pembentukan. Besarnya gaya pembentukan yang
terjadi sangat dipengaruhi tekanan spesifik bahan, tebal dinding produk, luas proyeksi produk,
dan posisi gate terhadap sisi terjauh aliran yang dicapai dalam pembentukan produk.
Estimasi gaya cekam merupakan salah satu hal penting dalam perancangan suatu mold.
Gaya cekam mesin bertujuan agar perancang dapat menentukan kapasitas mesin yang akan
digunakan, panjang dan lebar moldbase maksimum, tebal minimum dan maksimum dari
moldbase. Pada bagian ini akan dipaparkan perhitungan estimasi gaya cekam yang didapat
untuk perancangan cetakan injeksi plastik ini.
Perhitungan estimasi clamping force mengacu pada Modul POLMAN Perancangan
Alat Pencetak
$% &$ ∙ '
$% ∶( ) ) )& /+ ,
&$ : - . / /+ 0
Mengacu pada tabel faktor dinding
': / ) ℎ &/ 2 ℎ +
Diketahui :
&): 7 /+ 0
(tabel faktor tebal dinding)
3 : 273 27.3 +
Solusi :
$% &$ ∙ '
$% 7 ∙ 27.3
$% 191.1 /+ ,
-6 $% ∙ 7389:
33
<=
$% ∶( ) ) )& ; @
6>?
7389: : ) A ) )) / B B) B
Diketahui :
$% 191.1 ⁄+ 0
7389: 42,615.4 ,
426.154 + ,
34
Solusi :
-6 $% ∙ 7389:
-+1 191.1 ⁄+ ,
∙ 426.154 + ,
Diketahui :
$% 191.1 ⁄+ 0
-$K 191.1 ⁄+ ,
∙ 4.61 + ,
-+ -+1 B -+2
-+ 81.4 B 0.3 81.7
-+ 81.7 # 82
35
Bedasarkan perhitungan estimasi clamping force yang telah dilakukan, mesin injeksi yang digunakan
harus memiliki gaya cekam di atas 82 ton. Perkiraan mesin injeksi yang digunakan adalah mesin injeksi
dengan kapasitas clamping force sebesar 140 ton. Hal ini juga disesusaikan dengan tuntuntan mesin
yang tersedia di POLMAN , yaitu mesin Nissei FNX 140 III. Mesin injeksi ini memiliki jarak antar
tiebar 510 X 510 mm, minimal mold height 250 mm yaitu , dan maksimal mold height yaitu 800 mm.
Sedangkan dimensi moldbase yaitu 450 X 500 mm dengan tinggi 510 mm . Untuk spesifikasi lebih
lanjut mengenai mesin Nissei FNX 140 III terdapat pada lampiran .
RA++/ + +/ ) + Bℎ / B+ / B
/
Diketahui :
f / ∶ 1.94 ∙ 10g 0
194 + 0
226 + i)
0
h + j )) -jk 140 lll
36
Gambar 3.27 Volume saluran dan produk
Sehingga :
194 + 0
l + 0.85 )
226 + i)
0
37
Gambar 3.29 Thermal Diffusity of PP
Diketahui :
6 ∙ 10st +
, ,
Divusitas thermal PP 0.06 i) i)
Tm termperatur leleh plastik 200 - 300°C 250 °C
Tw temperature dinding cavity 20 -100 °C 60 °C
Te temperature ejeksi rata-rata 60 - 100°C 80°C
S tebal dinding dominan 2.2 mm
( | (2
{
( | (2
250 | 60
{
80 | 60
{ 9.5
Dari data-data yang ada kita dapat menggunakan nomogram thermal material plastik untuk mengetahui
cooling time sebagai berikut:
Untuk mencari cooling time, pertama yang harus dicari yaitu α (divusitas thermal) dari material produk
yang didapat dari tabel. Material dari produk cover power window adalah PP maka didapat α (divusitas
thermal) = 6 ∙ 10st +
,
i). Pada nomogram tarik garis α (divusitas thermal) yang didapat, menuju tebal
produk (s). Untuk tebal produk cover power window adalah 2.2 mm, maka didapat pertemuan garis.
Setelah itu tarik garis dari θ 9,5 yang didapat dari perhitungan temperatur plastik menuju perpotongan
garis pertama , sehingga didapat pertemuan garis di fx (s) yang merupakan cooling time dari produk
cover power window . Sehingga cooling time yang didapat yaitu 15 detik.
38
Gambar 3.30 Penentuan cooling time dengan
nomogram
Dari seluruh data waktu yang ada dapat dicari waktu cycle time(tc) sebagai berikut :
Diketahui :
Sehingga :
39
Lopen min. = 2 ∙ 86.85
= 173.7 mm
Diketahui :
Sehingga :
Lopen min. = 2 ∙ 55
= 110 mm
Konstruksi slider ini memiliki besar langkah gerakan sebesar 14.79 mm.
Diketahui :
‚$GHIJ8 7.8 g / cm3 Material : SKD 61
40
„=J$J< 0.1 baja-baja
1.5 ∙ 10g 0
# 150 + 0
7.8 ⁄+ 0
∙ 150 + 0
1170 # 1.2
Fw $GHIJ8 ∙
1.2 ∙ 10 ⁄) ,
12 N
Menghitung Gaya Gesek (Fg)
Fg -2 ∙ „=J$J<
12 j ∙ 0.1
1.2 j
Menghitung Gaya Release (FR )
-ˆ & ∙ ∙ 7‰
f koefisien gesek material PP – baja
Pa Injenction mold pressure kg/cm2
AC Luas permukaan produk yang bersentuan dengan slider cm2
41
Gambar 3.33 Cara menghitung gaya release
-Œ Ο
# 0.785
-Œ ∎
Terdapat hubungan antara diagonal dari bentuk persegi dengan diameter bentuk silinder.
Oleh karena itu permukan persegi dapat dilakukan perhitungan menggunakan cara yang
sama dengan permukan silinder dengan mengambil setengah dari diagonal untuk
menggantikan radius.
42
Diketahui :
dc 41.63 mm
rC 0.5 ∙ +
I6sIH
ΔCr I6
t‘.’0 >>st‘>>
t‘.’0 >>
0.01
•–
Pa “ ∙ ∆R8 ∙ 8—
,., >>
1325 j⁄ ,
∙ 0.01 ∙ ,˜.™‘g >>
1.4 j⁄ ,
# 14 ⁄+ ,
Diketahui
f 0.47 Tabel
Pa 14 kg/cm2
AC 419.519 ,
# 4.19 + ,
Sehingga :
-+ &∙ ∙ 7‰
-+ 0.47 ∙ 14 ⁄+ ,
∙ 4.19 + ,
-+ 32 # 320 j
43
Maka :
-‰ 320 j
-Œ ∎ 406.36 j
0.785 0.785
- š |- B -Œ ∎ , B -2 ,
Seperti yang terlihat pada gaya normal yang terjadi pada angular pin yaitu sebesar 419.63
N, maka :
4 ∙-
∅ ≥£
¤∙¥ ¦
4 ∙ 416.93 j
∅ ≥£
¤ ∙ 960
∅ ≥ 0.74 #1
44
Ukuran pena miring minimal adalah diameter 1 mm, untuk memenuhi ukuran proporsional pena
miring dengan slider, maka dipilih pena miring diameter 16 mm
Berdasarkan konstruksi yang penulis rancang, maka beban yang harus didorong pegas
ketika mengembalikan ejektor adalah beban berat keseluruh komponen yang berada di
pelat ejector
Diketahui :
Massa total 31.48 # 31.5
Sehingga
Fw ∙
31.5 ∙ 10 ⁄) , 315 j
Ftot Fw
Konstruksi cetakan menggunakan empat pegas pendorong, sehingga minimal gaya yang
ditahan oleh 1 pegas adalah
-
-1 )
4
315 j
-1 )
4
-1 ) 78.75 j
45
Defleksi pegas
Untuk mengetahui defleksi pegas, perlu diketahui ejektor stroke atau stroke untuk mejeksi
produk dari cavity.
Ly 1.5-2 h
h: kedalaman produk
Diketahui h : 52.8 mm
Sehingga :
Setelah diketahui ejektor stroke, maka defleksi minimal pegas dapat diketahui
-i -1 )
&/ )
-i 78.75 j
0.92 ji
85
Memilih pegas
Berdasarkan perhitungan diatas, maka dipilih pegas dengan spesifikasi sebagi berikut
Parameter Dimensi
46
Gambar 3.39 Pegas coil spring SWY
3.13 Tahap Bukaan
47
3.13.1 Mold Tertutup
Pada Tahap awal ini mold dalam kondisi tertutup. Pada tahap ini mold terisi oleh cairan
plastik,k kemudian proses holding dan cooling.
Bukaan pertama terdapat diantara pelat cavity dengan runner plate. Bukaan ini bertujuan untuk
memutuskan feed system dengan produk. Bukan berjarak 180 mm.
Bukaan kedua terdapat diantara runner plate dengan top plate. Bukaan ini bertujuan untuk
mengejeksi feed system, sehingga telepas dari mold
Bukaan ketiga terdapat diantara cavity plate dengan core plate. Bukaan ini bertujuan untuk
memberikan ruang produk untuk keluar dari mold. Bukaan berjarak 110 mm. Pada saat bukaan,
slider juga bergerak mundur terlepas produk sejauh 15 mm.
48
4BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan seluruh tahapan rancangan, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa:
Cetakan injeksi plastik untuk produk cover power window ini dapat memenuhi tuntutan konsep
cetakan three plate mold dan menggunakan mekanisme pembebas slider. Berikut spesifikasi
dari cetakan tersebut :
a. Ukuran moldbase yang digunakan adalah 450 x 500 x 510 mm dengan standar moldbase
Futaba FA Series tipe 4550.
c. Mekanisme ejeksi yang dirancang menggunakan pin ejector untuk mendorong produk
terlepas dari core.
d. Untuk mekanisme slider menggunakan angular pin sebagai komponen penggerak, dan
locking block sebagai pengunci.
e. Gaya cekam atau Clamping Force (Fc) yang dibutuhkan adalah 0.88 ton. Mesin yang
digunakan adalah Nissei FNX 140 III dengan clamping force 140 ton.
f. Sistem saluran pendinginan yang digunakan adalah sistem saluran zigzag (zigzag cooling)
pada pelat insert cavity dan pada insert core menggunakan baffle boards.
g. Untuk mekanisme bukaan slider, memiliki besar langkah 15 mm dengan kemiringan 20°
49
5DAFTAR PUSTAKA
Budiarto. 2002. Perancangan Peralatan Pencetak. Bandung: Politeknik Manufaktur Negeri
Bandung.
Heryada, Dadan. 1998. Pengenalan dan Teori Dasar Perancangan Cetakan Injeksi Plastik.
Bandung : Politeknik Manufaktur Negeri Bandung.
Mahmudah, Aida. 2000. Gambar Teknik Mesin. Bandung: Politeknik Manufaktur Negeri
Bandung.
Menges, Michaeli, Mohren. 2001. How To Make Injection Mold 3rd Edition. Munich: Carl
Hanser Verlag.
Misumi. 2007. Standard Components for Plastik Mold. Tokyo: MISUMI Corporation.
Rees, Herbert.1995. Mold Engineering. Munich : Carl Hanser Verlag.
50
6LAMPIRAN A
DATA PENDUKUNG TAMBAHAN
51
Spesfikasi Mesin Nissei FNX 140 II- 25A
52
53
Spesifikasi Mold Base Futaba FA Series - 4550
54
7LAMPIRAN B
GAMBAR KERJA
55
15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
B-B
25 286.3
K N8 K
1.
2
TOL.SEDANG 1
0.15
70
20H7
110
J J
1
450
A-A A
364
I
M24
(10:1) I
C-C
36
40
207
30H7
2 $
11
175
18
H H
4
42 60 7.53
A
40
100
4
6
G G
158. 10
16
2 32.24
3
27.98
20.6
4.24 17.09
4
R1
0
4.24
275
R2
140.55 17.09
27.98
32.24
F F
100
R5
X
4
E E
10
175
205
61
55
207
D D
110
181.55
104.57
104.57
180.75
186
186
66.94
66.94
0
90
90
182
182
C C
GAMBAR INI TANPA IZIN TERTULIS DARI POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG
DILARANG MEMFOTOKOPI, MEMPERBANYAK, MENYALIN, MEMINDAHTANGANKAN
B B
- - - S50C - 130 kg - -
JML NAMA BAGIAN POS NO.MTL UKURAN JADI BERAT UKURAN KASAR NO ID F
A1
POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG M-001
15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
N8
K
2. K
TOL.SEDANG A-A
2
0.15
1
450
8.5
8.5
10
J M6 X J
6
6
15
12
9
25
(2:1)
24
22
8.5
THREAD R 3/8" x 11.4 3
M16 10
I I
B-B
50
119.22
113.46
102.43
94.71
56.47
13.46
47.32
75.22
H H
80
70
60
10
217
55H7
207
61
G G
175
163
M16
22
131.95
24
108.05
102.84
35
100
F 99.96 F
81.66
5.51
130.94
10
47.76 51.88
60.85
37.64 58.85 49.85
46 8
35.26
28 12
10
18 24.36
13.36 18.24
22.36
18
8.36
0 13
500
13.36
E 18.24 E
22.36 18
24.36 28
35.26
44.85 37.64
46 47.76
49.85 58.85
60.85
5.51
51.88
81.66
100 99.96
119.15
108.05
102.84
D D
131.95 15
5
163
175
20
M10
207 205
30H7
C C
GAMBAR INI TANPA IZIN TERTULIS DARI POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG
DILARANG MEMFOTOKOPI, MEMPERBANYAK, MENYALIN, MEMINDAHTANGANKAN
113.46
161.05
211.05
165.55
166.19
130.94
113
113
13.46
210.25
160.25
102.43
94.71
182.08
182.88
185
185
75.22
47.32
56.47
186
182
182
186
0
90
60
70
80
90
B B
A1
POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG M-002
15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
7 6 5 4 3 2 1
10.8 $ A-A
B-B 8
$
4. ( ) 8.9
20.88
N8 N6
TOL.SEDANG 4.8 $
E R3.1 E
40
31
49.25
35.48
39.2
20.35
1.5 30 10
24.71
32.43
R3
13.53
41
8.95
0
N6
D 87.55 D
56.54
79.46
N6
N6
41
53.06
N6
.6
5
N6
27.26
$
N6
7.5
14.76 53.06
26.93 234.78
0
N6
C C
66.5
72.38
DILARANG MEMFOTOKOPI, MEMPERBANYAK, MENYALIN, MEMINDAHTANGANKAN
GAMBAR INI TANPA IZIN TERTULIS DARI POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG
N6
N6
102.16
35.
N6
56
B $ B
48.49 $
5.22
43.46
38.99 38.99
22.68
- - 4 1.231163.06 X 138.3 X 234.78 10 kg - - -
JML NAMA BAGIAN POS NO.MTL UKURAN JADI BERAT UKURAN KASAR NO ID F
A3
POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG M-004
7 6 5 4 3 2 1
5 4 3 2 1
5. ( ) N8 N6
E TOL.SEDANG E
106.18
D 51.43 D
48.48
N6
13.77
N6
10.06
N6
20k6
6.04
N6
4.6 $
N6
R3
.1
C C
DILARANG MEMFOTOKOPI, MEMPERBANYAK, MENYALIN, MEMINDAHTANGANKAN
GAMBAR INI TANPA IZIN TERTULIS DARI POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG
B B
- - 5 1.2311 170 g - - -
JML NAMA BAGIAN POS NO.MTL UKURAN JADI BERAT UKURAN KASAR NO ID F
A
INSERT HOLE 1:1 DIPERIKSA -
PROGRAM A
MOLD COVER POWER WINDOW ASSEMBLY
NO. ASSY. :
M-000 NO COIN 14
A4
POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG M-006
5 4 3 2 1
11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
3. ( )
H N8 N6 H
TOL.SEDANG
G G
104.57
104.57
286.3
66.94
66.94
5.51
5.51
70
0
262.5
0
5
R1
.2
R4
131.95
R9
23 15
R9
102.84
F R9 F
240.3
23
R9
R9
23
R9
38.85
28.02
275
17.09
0 2.36
E 2.36 E
17.09
28
R9 38.85
R9
23
240.3
R9
23
D R9 102.84 D
R9
23
R9 131.95
15
8.73
263.3 20 6 A-A
C C
N6 N6
4
R5
55.28
.0
47.24
48.24
2
DILARANG MEMFOTOKOPI, MEMPERBANYAK, MENYALIN, MEMINDAHTANGANKAN
GAMBAR INI TANPA IZIN TERTULIS DARI POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG
12.06
0.8
26.13
14.07
B B
A
INSERT CAVITY 1:2 DIPERIKSA
PROGRAM
-
A
MOLD COVER POWER WINDOW
NO. ASSY. :
M-000 NO KOIN 14
DOKUMEN PROSES PEMBELAJARAN FORMAT NO. ID
H H
4
4
2 ANGULAR PIN 22 SUJ2 9.6 X 120 - - AP16 -
2 BALL PLUNGER 37 SUJ2 10 X 13 - - BPJ13 -
10 BAUT INBUS M6 35 1. 6X20 - - M6 X 20 -
4 BAUT INBUS M10 43 1.
6 BAUT INBUS M16 27 1.
G G
4 BAUT INBUS M12 28 1.
8 BAUT INBUS M8 31 1. M8 20
4 COIL SPRING PUSHER PIN 47 - - - - WL 20-47 -
2 COOLING CORE 51 - - - - - -
1 EJECTOR PLATE 15 S50C 25 X 290 X 500 - - - -
1 EJECTOR ROD 53 - -
4 EJECTOR SPRING 48 -
1 FEED SYSTEM 54 PP
N6
F 4 GUIDE BUSH HT L110 24 SUJ2 F
4 GUIDE BUSH HT L150 25 SUJ2
4 GUIDE BUSH ST L40 23 SUJ2
4 GUIDE BUSH ST L80 26 SUJ2
2 GUIDE REL LEFT 19 SK3
2 GUIDE REL RIGHT 20 SK3
4 HOSE NIPPLES 52 -
56
MOLD FLOW
ANALYSIS COVER
POWER WINDOW
JOSEPHINE SAMBIRA PRAMESTARI
POLMAN
2
GENERAL INFORMATION
3
SUMMARY – MESH
4
SUMMARY – MATERIAL
Polymer type PP
Producer ASAHI
5
SUMMARY – PROCESS
6
ANALYSIS SUMMARY
7
MELT FRONT TIME
Melt front advancement is a position
indicator as melt front boundary
movement in different time duration in
the filling process. From the melt front
advancement one can:
8
MOLDABILITY
The Yellow or Red regions show
the areas where the melt filled
with difficulty, which could
result in quality related
problems.
9
AIR TRAP
Air Trap result shows the
possible locations where air
trap can occur.
10
WELD LINE
Weld Line result shows the weld
lines that indicate potential
spots of weaker structure. The
darker the weld line, the
weaker the structure.
11
PRESSURE
Pressure result shows the pressure
distribution of the plastic at the end of
filling. Use the pressure result to analyze
the following:
12
TEMPERATURE
Temperature result shows the
plastic melt temperature
distribution at the end of filling.
The temperature distribution
shows temperatures in all three
dimensions for the fully cavity.
13
CENTER TEMPERATURE
Center temperature is the melt
temperature of the middle
layer (part line) in the thickness
direction at the end of filling.
Center temperature is an
indicator of the thermal energy
supplied to the fresh hot melt. If
the center temperature is too
low, flow hesitation occurs,
which can cause short shot
problem.
14
BULK TEMPERATURE
Bulk temperature is a velocity-
weighted average
temperature of plastic melt
across the thickness at the end
of filling. The contribution from
frozen layer that is stationary is
ignored. The effect of heat
convection and viscous
heating can be displayed from
this data. The bulk temperature
distribution reflects the trend of
the flow path.
15
MAX. SHEAR RATE
Maximum shear rate result
shows the peak value of shear
rate at each element during
the filling stage.
16
MAX. SHEAR STRESS
Maximum shear stress result
shows the peak value of shear
stress at each element during
the filling stage.
17
FROZEN LAYER RATIO
A frozen layer is formed near
the cavity surface because of
solidification, which is caused
by cooling. The frozen ratio
gradually increases with time.
An increase in frozen layer ratio
reduces the cross-section
along the flow path and thus
increases the flow resistance
and sprue pressure. The frozen
layer ratio also affects the
residual stress and the flow-
induced orientation.
18
VELOCITY VECTOR
Velocity vector is the vector
plot of the velocity vector at
the end of filling.
19
VOLUMETRIC SHRINKAGE
This result shows the maximum
volume shrinkage across the
part thickness at the end of
filling.
A high positive value
represents high volume
shrinkage, which may cause
sink mark or void.
20
GATE CONTRIBUTION
This result shows the
contribution of each gate. The
region in the same color
represents that it was filled by
the plastic from the same gate.
The percentage of each color
indicates its percentage of
volume compared with the
cavity. This result help
determine whether the model
was filled by balanced flow
pattern.
21
SPRUE PRESSURE
This result shows the plot of
sprue pressure versus filling time.
You can use this result to look
for any unusual sprue pressure
rise during filling.
If the resulting sprue pressure
curve stays at the maximum
allowed injection pressure,
hesitation or even short shot
might occur.
22
CLAMPING FORCE
This result shows a plot of the
clamping force versus the filling
time.
The value is the required
clamping force during the
molding process instead of the
force that molding machine
outputs.
You can use this result to
identify the flash problem. If
the calculated clamping force
is larger than 70 percent of the
machine maximum clamping
force, there is a chance of
plastic melt being squeezed
outside the cavity and causing
flash.
23
FLOW RATE
This result shows the plot of flow
rate at the sprue versus filling
time.
24
RESULT ADVISOR
25
POSSIBLE ISSUES FOUND IN ANALYSIS
26
RESULT ADVISOR – WELD LINE
Problem Description:
– Sharp welding angles
found at some places.
Weld lines may become
visible.
Solution:
– Increase the mold
temperature or melt
temperature.
– Decrease the filling time.
– Reduce the number of
gates.
– Use fiber-reinforced or
low viscosity material.
– Increase injection speed.
27
RESULT ADVISOR – DEGRADATION
Problem Description:
– The resultant melt
temperature is more
than the maximum
working temperature of
the material.
Solution:
– Change the gate
location.
– Increase the filling time.
28
RESULT ADVISOR – AIR TRAP
Problem Description:
– Air traps found inside the
cavity. This may cause
voids or surface defect.
Solution:
– Increase the filling time.
– Change the gate
location.
– Reduce the injection
speed.
– Modify the size or
location of the vents.
29
ANALYSIS CONCLUSIONS AND
RECOMMENDATIONS
30
ANALYSIS CONCLUSIONS AND RECOMMENDATIONS
31