Anda di halaman 1dari 4

NOTULEN WEBINAR FORWIDA BERSAMA UNIV.

TERBUKA PALEMBANG

“MENGGALI POTENSI KEARIFAN LOKAL DAN PENYELAMATAN CAGAR


BUDAYA MENUJU INDONESIA MAJU 2045”

Kamis, 11 Februari 2021

Moderator : Dr. L.R. Retno Susanti, M.Hum.

Kearifan lokal dan cagar budaya merupakan potensi yang tak pernah habis untuk menjadi
investasi bagi kesejahteraan masyarakat. Sesuai dengan Visi Indonesia Maju 2045, maka
potensi kearifan lokal dan cagar budaya yang kita miliki merupakan modal bagi ketahanan
bangsa karena di dalamnya mengandung unsur pokok bagi penguatan karakter dan identitas,
serta potensi sumber investasi/ekonomi yang akan terus terbarukan.
Narasumber 1 : Dr. Restu Gunawan, M.Hum. (Direktur Pengembangan & Pemanfaatan
Kebudayaan)
Tema : Desa Kemajuan Kebudayaan.
Kesimpulan : Keberadaan benda-benda sejarah dan budaya yang unik dapat menentukan
keberhasilan pembangunan pariwisata di suatu daerah. Namun, dalam
pengembangan infrastruktur pariwisata, penting untuk tidak merusak bentuk
sejarah wilayah tersebut. Setiap objek wisata yang diciptakan kembali harus
sesuai dengan cirri dan tradisi nasional dan sekaligus memiliki bentuk yang
unik. Penciptaan sejarah harus mendorong penyelamatan monument budaya
dan sejarah paling berharga sebagai kompleks arsitektur, lanskap, dan budaya
yang lengkap.
Kekayaan dan keragaman budaya yang beraneka ragam harus dibudayakan
dan dikembangkan, misalnya; wayang, berbagai candi, pantun dan pencak
silat harus dikenalkan dan disosialisasikan di sekolah atau mungkin masuk
dalam kurikulum sekolah, disamping disosialisasikan kepada masyarakat.
Seperti di Sumatera Selatan ada beberapa kebudayaan local, yang harus
selalu dilestarikan dan dikembangkan, seperti; Dul Muluk, Songket, Tari
Gending Sriwijaya, Rumah Limas, Pakaian Adat Pengantin, Rumah Ulu,
Rejung dan beraneka macam kuliner.
Yang jadi permasalahan; setelah benda-benda nasional dikenal oleh
masyarakat baik local, nasional maupun internasional, maka mau diapakan ?
atau dalam arti apakah cukup sebatas dikenalkan saja atau perlu
dimanfaatkan dan dikembangkan ?
Jadi perlu kita ketahui bahwa desa bukan hanya sekesdar lumbung pangan,
tetapi juga sebagai “Lumbung Budaya”.

Narasumber 2 : Sultan Mahmud Badaruddin IV (YM. Raden Muhammad Fauwaz


Diradja, SH., M.Kn) (Budayawan)
Tema : Warisan Budaya Sebagai Pembentuk Karakter Menuju Indonesia Maju 2045
Kesimpulan : Sebenarnya yang ada dari dulu memang sudah sangat berkembang, tetapi
saat ini budaya itu sudah dianggap kuno.
Kebudayaan itu ada yang berwujud dan tidak berwujud, di mana kedua-
duanya harus tetap dipertahankan dan dikembangkan.
Sebagai contoh kebudayaan yang ada di kota Palembang, kebudayaan
berwujud adalah; Mesjid Agung, Bukit Seguntang, BKB, Rumah Limas, dll.
Sedangkan kebudayaan tidak berwujud adalah; Bahasa Palembang, Syair,
Seni membuat songket, Upacara Adat, Tulisan Arab Melayu, dll. Semua
kekayaan budaya tersebut harus dijaga, dipertahankan dan dikembangkan
sehingga tetap dikenal dari generasi ke generasi selanjutnya.
Sebenarnya budaya melayu saat ini berasal dari Ulu Melayu dan Seguntang.
Pelestarian Peninggalan Budaya dapat dilakukan dengan upaya
merevitalisasi bangunan bersejarah yang berada di jantung pusat Kota
Palembang, seperti Benteng Kuto Besak, sehingga semua golongan
Masyarakat bisa masuk untuk mengenal sejarah budaya perjuangan bangsa.
Akibat dari Pelestarian Budaya, maka;
 Terbentuknya karakter yang baik dan berdayaguna
 Timbul rasa cinta tanah air dan bela Negara
 Terawatnya benda-benda peninggalan leluhur
 Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, baik dari sektor Kunjungan
Parawisata, Penjualan Hasil Cendera mata Kebudayaan, Kuliner
 Meningkatkan Kesejahteraan pecinta budaya di Palembang

Narasumber 3 : Dr. Dadang Himah Purnama, M.Hum. (Ketua Prodi. S2 Sosiologi FISIP
Universitas Sriwijaya)
Tema : Menggagas Pengembangan Kearifan Lokal dalam Pembangunan
Berkelanjutan
Kesimpulan : Kearifan lokal, merupakan pengetahuan budaya dalam struktur social, harus
hidup dalam kehidupan masyarakat selain itu harus ada dalam kehidupan
ekonomi.
Pengembangan kearipan lokal dalam pembangunan berkelanjutan perlu
adanya pembangunan yang partisipatif, universal, emansipatif, dan menjaga
keharmonisan lingkungan-sosial-ekonomi, dinamis dan fleksibel dengan
situasi global.
Terbukanya kesempatan bagi setiap daerah untuk dapat membangun dan
mengembangkan budayanya masing-masing menurut karakteristik
lingkungan-sosial ekonomi dalam ruang kultural yang ada, tanpa mengurangi
budaya nasional.
Sinergi kearifan lokal dan nilai-nilai modernisasi yang mendorong kepada
pembangunan berkelanjutan dengan saling menghormati dan saling
mengakui. Nilai-nilai kearifan lokal dijadikan motor penggerak
pembangunan berkelanjutan melalui reaktualisasi, revitalisasi, dan
transformasi budaya.
Narasumber 4 : Dr. Shine Pintor Siolemba Patiro, ST., M.M. ( Dosen FE Universitas
Terbuka Palembang).
Tema : Re- Thinking Marketing Strategy Destinasi Pariwisata Indonesia Berbasis
Kearifan Lokal Pasca Pandemi Covid-19
Kesimpulan : Pedoman pengembangan pariwisata berbasis kearifan lokal yang diadaptasi
dari Chuaybamrung (2011) adalah;
 Menganalisis informasi dasar dalam konteks lokal seperti penduduk,
pekerjaan, pendapatan, pendidikan.
 Menganalisis komunitas dan masyarakat di daerah yang akan
dikembangkan dengan evaluasi berdasarkan: (1) Unit sosial: menganalisis
masyarakat dan status serta peran masing-masing komponen. (2)
Kelembagaan atau organisasi kemasyarakatan: menganalisis lembaga atau
organisasi kemasyarakatan di daerah itu beserta potensi yang dimiliki setiap
organisasi.
 Menganalisis kearifan/sumberdaya lokal dan situasinya di kawasan yang
akan dikembangkan untuk melihat kearifan/ sumberdaya lokal yang tersedia
dan situasinya,
 Menganalisis masalah dan potensi daerah untuk melihat kelemahan,
kekuatan, peluang dan ancaman untuk memahami daerah yang bermasalah
dan potensi daerah tersebut untuk menyelesaikan masalah tersebut.
 Menganalisis peluang pengembangan kawasan yang akan dikembangkan
untuk melihat peluang yang tersedia untuk pengembangan, kearifan /
sumber daya lokal yang harus dikembangkan dan teknik yang harus
digunakan untuk pembangunan yang akan datang.
Perlu adanya Kerja sama pemerintah dan swasta dalam menyediakan produk
dan layanan yang tepat di saat yang tepat, kemudian Keterlibatan antar
pemangku kepentingan, dan bagaimana Pemasaran (pariwisata lokal;
perlindungan ekologis; peningkatan infrastruktur; reformasi penerbangan)

Narasumber 5 : Eko Sulistyo [Sejarahwan dan Komisaris PT. PLN (Persero)]


Tema : Warisan Sejarah Budaya Sebagai Pendorong Pembangunan Pariwisata dan
Pemulihan Ekonomi Daerah

Kesimpulan : Keberhasilan pembangunan pariwisata tidak hanya bergantung pada basis


material , tetapi juga pada keunikan warisan sejarah dan budaya. Banyak
daerah dengan wilayah sejarah yang unik di Inndonesia, seperti peninggalan
candi, kerajaan, monumen, rumah adat da arsitektur lainnya, termasuk
warisan kuliner dan lain-lain. Mereka seharusnya tidak tetap menjadi formasi
yang kaku.
Bentuk-bentuk tradisional dari aktivitas yang secara historis telah
membentuk wilayah-wilayah ini perlu dipadukan menjadi potensi dan aset
kegiatan pariwisata.
Keberadaan benda-benda sejarah dan budaya yang unik dapat menentukan
keberhasilan pembangunan pariwisata di suatu daerah. Namun, dalam
pengembangan infrastruktur pariwisata, penting untuk tidak merusak bentuk
sejarah wilayah tersebut.
Setiap objek wisata yang diciptakan kembali harus sesuai dengan ciri dan
tradisi nasional dan sekaligus memiliki bentuk yang unik. Penciptaan sejarah
harus mendorong penyelamatan monumen budaya dan sejarah paling
berharga sebagai kompleks arsitektur, lanskap, dan budaya yang lengkap.

Anda mungkin juga menyukai