Anda di halaman 1dari 14

BAB 6

PERNIKAHAN DALAM ISLAM

A. Hukum, Rukun, Syarat Nikah, dan Pernikahan yang Tidak Sah


1. Pengertian Nikah dan Hukumnya
Secara Bahasa, nikah mempunyai arti mengumpulkan, menggabungkan, menjodohkan. Sementara secara
istilah, nikah adalah akad yang mengahalalkan pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang tidak ada hubungan
mahram sehingga dengan akad nikah tersebut terjadi hak dan kewajiban antara keduanya.
Islam sangat menganjurkan pernikahan, karena dengan pernikahan manusia akan berkembang, sehingga
kehidupan umat manusia dapat dilestarikan.Tanpa pernikahan regenerasi akan terhenti, kehidupan manusia akan
terputus, dunia pun akan sepi dan tidak berarti, karena itu Allah Swt. Mensyariatkan pernikahan sebagaimana
difirmankan dalam Q.S. an-Nahl/16:72.

Artinya:
“ Allah menjadikan dari kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dan istri-istri kamu itu
anak-anak dan cucu-cucu dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada
yang bathil dan mengingkari nikmat Allah.”
             Menurut sebagian besar ulama, hukum nikah pada dasarnya adalah mubah, boleh dikerjakan dan boleh
ditinggalkan. Hukum nikah dapat berubah menjadi sunah, wajib, makruh, atau haram. Penjelasannya adalah sebagai
berikut:
a. Sunah, yaitu bagi orang yang ingin menikah, mampu menikah, dan mampu pula mengendalikan diri dari
perzinaan, walaupun tidak segera menikah.
b. Wajib, yaitu bagi orang yang ingin menikah, mampu menikah, dan ia khawatir berbuat zina jika tidak segera
menikah.
c. Makruh, yaitu bagi orang yang ingin menikah, tetapi belum mampu memberi nafkah terhadap istri dan anak-
anaknya.
d. Haram, yaitu bagi orang yang bermaksud menyakiti wanita yang akan ia nikahi.
e. Mubah, yaitu bagi orang – orang yang tidak terdesak oleh hal-hal yang mengharuskan segera nikah.
2. Rukun Nikah
Rukun nikah ada lima macam yakni sebagai berikut:
a. Ada calon suami, dengan syarat: laki-laki yang sudah berusia dewasa (19 tahun), beragama Islam, tidak
dipaksa/terpaksa, tidak ssedang dalam ihram haji atau umrah, dan bukan mahram calon istrinya.
b. Ada calon istri, dengan syarat: wanita yang sudah cukup umur (19 tahun): bukan perempuan musyrik, tidak
dalam ikatan perkawinan dengan orang lain, bukan mahram bagi calon suami dan tidak dalam keadaan ihram
haji atau umrah.
c. Ada wali nikah, yaitu orang yang menikahkan mempelai laki-laki dengan mempelai wanita atau mengizinkan
pernikahannya.
d. Ada dua orang saksi.
e.   Ada akad nikah yakni ucapan ijab qabul. Ijab adalah  ucapan wali (dari pihak mempelai wanita), sebagai
penyerahan kepada mempelai laki-laki. Qabul adalah ucapan mempelai laki-laki sebagai tanda penerimaan.
Suami wajib memberikan mas kawin (mahar) kepada istrinya, tetapi mengucapkannya dalam akad nikah
hukumnya sunnah.
3. Pernikahan yang Tidak Sah
Diantara pernikahan yang tidak sah dan dilarang Rasulullah saw adalah sebagai berikut:
a. Pernikahan Mut’ah, yaitu pernikahan yang dibatasi untuk jangka waktu tertentu, baik sebentar maupun
lama.
b. Pernikahan syighar, yaitu pernikahan dengan persyaratan barter tanpa pemberian mahar. Dasarnya adalah
hadis berikut : “Sesungguhnya Rasulullah saw, melarang nikah syighar. Adapun nikah syighar yaitu
seorang bapak menikahkan seseorang dengan putrinya dengan syarat bahwa seseorang itu menikhakan
dirinya dengan putrinya,tanpa mahar diatara keduanya.” ( H.R. Muslim )
c. Pernikahan Muhallil, yaitu pernikahan seorang wanita yang telah ditalak tiga oleh suaminya yang karena
diharamkan untuk rujuk kepadanya, kemudian wanita itu dinikahi laki-laki lain dengan tujuan
menghalalkan dinikahi lagi oleh mantan suaminya.
d. Pernikahan orang yang ihram, yaitu pernikahan orang yang sedang melaksanakan ihram haji atau umrah
serta memasuki waktu tahallul.
e. Pernikahan dalam masa iddah, yaitu pernikahan dimana seorang laki-laki menikah dengan seorang
perempuan yang sedang dalam masa iddah, baik karena perceraian ataupun karena meninggal dunia.
f. Pernikahan tanpa wali, yaitu pernikahan yang dilakukan seorang laki-laki dengan seorang perempuan
tanpa seizin walinya.
g. Pernikahan dengan wanita kafir selain wanita-wanita ahli kitab, berdasarkan firman Alla swt dalam Q.S.
Al-Baqarah (2 : 221)
h. Menikahi Mahram, baik mahram untuk selamanya, mahram karena pernikahan atau karena sepersusuan.

MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI KELAS XII SEMESTER II
SMK NURULHIDAYAH PASUNDAN
1
B. Mengenal Mahram, Hal-Hal yang Berhubungan dengan Pernikahan, Tujuan dan Hukum Nikah
1. Mahram
Menurut pengertian bahasa, muhram berarti yang diharamkan. Dalam ilmu fikih, muhram adalah wanita yang
haram dinikahi. Adapun penyebab seorang wanita haram dinikahi ada empat macam, yaitu sebagai berikut: 
a. Wanita yang haram dinikahi karena keturunan
1) Ibu kandung dan seterusnya ke atas ( nenek dari ibu dan nenek dari ayah)
2) Anak perempuan kandung dan seterusnya ke bawah ( cucu dan seterusnya )
3) Saudara perempuan ( sekandung, sebapak atau seibu)
4) Saudara perempuan dari bapak
5) Saudara perempuan dari ibu
6) Anak perempuan dari saudara laki-laki ( keponakan ) dan seterusnya kebawah
7) Anak perempuan dari saudara perempuan-perempuan dan seterusnya ke bawah.
b. Wanita yang haram dinikahi karena hubungan sesusuan
1) Ibu yang menyusui
2) Saudara perempuan sepersusuan
c. Wanita yang haram dinikahi karena perkawinan
1) Ibu dari istri ( mertua )
2) Anak tiri ( anak dari istri dengan suami lain), apabila suami sudah berkumpul dengan ibunya
3) Ibu tiri ( istri dari ayah), baik sudah cerai atau belum.
4) Menantu ( istri dari anak laki-laki ), baik sudah bercerai maupun belum
d. Wanita yang haram dinikahi karena mempunyai pertalian muhrim dengan istri
Misalkan, haram melakukan poligami ( memperistri sekaligus) terhadap dua orang yang bersaudara, terhadap
seorang perempuan dengan bibinya, terhadap seorang perempuan dengan kemenakannya.
2. Hal-hal yang Berhubungan dengan Pernikahan .
a. Kewajiban Suami dan istri
Secara umum kewajiban suami istri sebagai berikut :
1) Kewajiban suami
a) Memberi nafkah, sandang, pangan, dan tempat tinggal kepada istri dan anak-anaknya, sesuai dengan
kemampuan yang diusahakan secara maksimal.
b) Memimpin serta membimbing istri dan anak-anak, agar menjadi orang yang berguna, keluarga,
agama, masyarakat, serta bangsa dan negaranya.
c) Bergaul dengan istri dan anak-anak dengan baik (makruf).
d) Membantu istri dalam tugas sehari-hari, terutama dalam mengasuh dan mendidik anak-anak agar
menjadi anak saleh.
2) Kewajiban Istri
a) Taat kepada suami dalam batas-batas yang sesuai dengan ajaran Islam.
b) Memelihara diri serta kehormatan dan harta benda suami, baik di hadapan atau di belakangnya.
c) Membantu suami dalam memimpin kesejahteraan dan keselamatan keluarga.
d) Menerima dan menghormati pemberian suami walaupun sedikit, serta mencukupkan nafkah yang
diberikan suami, sesuai dengan kekuatan dan kemampuannya, hemat, cermat, dan bijaksana.
e) Hormat dan sopan kepada suami dan keluarganya
f) Memelihara, mengasuh, dan mendidik anak agar menjadi anak yang saleh. 
b. Percerian
Perceraian berarti pemutusan ikatan perkawinan antara suami dan istri. Sebab terjadi perceraian adalah
perselisihan atau pertengkaran suami-istri yang sudah tidak dapat didamaikan lagi, walaupun sudah didatangkan
hakim (juru damai) dari pihak suami dan pihak istri. Rasulullah SAW bersabda: “Setiap wanita (istri) yang meminta
cerai kepada suaminya tanpa alasan, haramlah baginya wangi-wangi surga.” (H.R. Ashabus Sunan kecuali An-
Nasa’i)
Hal-hal yang dapat memutuskan ikatan perkawinan adalah meninggalnya salah satu pihak suami atau istri,
talak, fasakh, khulu’, li’an, ila’, dan zihar. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1) Talak
Talak berarti melepaskan ikatan perkawinan dengan mengucapkan secara suka rela ucapan talak dari pihak
suami kepada istrinya. Talak dibagi menjadi dua macam yaitu talak Raj’i dan talak Bain
2) Fasakh
Fasakh adalah pembatalan pernikahan antara suami-istri karena sebab-sebab tertentu. Fasakh dilakukan oleh
hakim agama, karena adanya pengaduan dari istri atau suami dengan alasan yang dapat dibenarkan.
3) Khulu’
Menurut istilah bahasa, khulu’ berarti tanggal. Dalam ilmu fikih, khulu’ adalah talak yang dijatuhkan suami
kepada istrinya, dengan jalan tebusan dari pihak istri, baik dengan jalan mengembalikan mas kawin kepada
suaminya, atau dengan memberikan sejumlah uang (harta) yang disetujui oleh mereka berdua.
4)   Li’an
Li’an adalah sumpah suami yang menuduh istrinya berzina (karena suami tidak dapat mengajukan 4 orang
saksi yang melihat istrinya berzina). Dengan mengangkat sumpah 4 kali di depan hakim, dan pada ucapan
kelima kalinya dia mengatakan, “Laknat (kutukan) Allah akan ditimpakan atas diriku, apabila tuduhanku itu
dusta.”

MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI KELAS XII SEMESTER II
SMK NURULHIDAYAH PASUNDAN
2
5) Ila’
Ila’ berarti sumpah suami yang mengatakan bahwa ia tidak akan meniduri istrinya selama 4 bulan atau lebih,
atau dalam masa yang tidak ditentukan. Jika sebelum 4 bulan dia kembali kepada istrinya dengan baik, maka
dia diwajibkan membayar denda sumpah (kafarat). Ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang Ila’ ialah Surah
Al-Baqarah, 2: 226-227.
6) Zihar
Zihar adalah ucapan suami yang menyerupakan istrinya dengan ibunya, seperti suami berkata kepada istrinya,
“Punggungmu sama dengan punggung ibuku.” Jika suami mengucapkan kata-kata tersebut, dan tidak
melanjutkannya dengan mentalak istrinya, wajib baginya membayar kafarat, dan haram meniduri istrinya
sebelum kafarat dibayar.
7)  ‘Iddah
Iddah berarti masa menunggu bagi istri yang ditinggal mati atau bercerai dengan suaminya untuk dibolehkan
menikah kembali dengan laki-laki lain. Tujuan ‘iddah adalah untuk melihat perkembangan, apakah istri yang
bercerai itu hamil atau tidak.
8) Rujuk
Rujuk berarti kembali, yaitu kembalinya suami kepada ikatan nikah dengan istrinya sebagaimana semula,
selama istrinya masih dalam masa ‘iddah raj’iyah
3. Tujuan Pernikahan
Secara umum, tujuan pernikahan menurut Islam adalah untuk memenuhi hajat manusia (pria terhadap wanita
atau sebaliknya) dalam rangka mewujudkan rumah tangga yang bahagia, sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama
Islam. Apabila tujuan pernikahan yang bersifat umum itu diuraikan secara terperinci tujuan pernikahan yang islami
dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Untuk memperoleh rasa cinta dan kasih sayang. Allah SWT berfirman: ”Dan jadikan-Nya di antara kamu rasa
kasih dan sayang…” (Q.S. Ar-Rum, 30: 21)
b. Untuk memperoleh ketenangan hidup (sakinah). Allah SWT berfirman: “Dan di antara tanda-tanda kebiasaan-
Nya ialah Dia menciptakan istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram
kepadanya…” (Q.S. Ar-Rum, 30:21)
c. Untuk mewujudkan keluarga bahagia di dunia dan akhirat.
4. Hikmah Pernikahan
a. Memenuhi kebutuhan seksual dengan cara yang diridai Allah (cara yang islami), dan menghindari cara yang
dimurkai Allah seperti perzinaan atau homoseks (gay atau lesbian).
b. Pernikahan merupakan cara yang benar, baik, dan diridai Allah untuk memperoleh anak serta mengembangkan
keturunan yang sah.
c. Melalui pernikahan, suami-istri dapat memupuk rasa tanggung jawab membaginya dalam rangka memelihara,
mengasuh dan mendidik anak-anaknya, sehingga memberikan motivasi yang kuat untuk membahagiakan
orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya.
d. Menjalin hubungan silaturahmi antara keluarga suami dan keluarga istri, sehingga sesama mereka saling
menolong dalam kebaikan dan ketakwaan serta tidak tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.

C. Pernikahan Menurut Undang-Undang Indonesia


Pernikahan di Indonesia diatur dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 dan
Kompilasi Hukum Islam di Bidang Hukum Perkawinan, sebagai pengembangan dan penyempurnaan dari Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
Dalam Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 pasal 1, bahwa pengertian perkawinan adalah ikatan
lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istridengan tujuan membentuk keluarga atau rumah
tangga yang Bahagia dan kekalberdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
Pasal 2 dan pasal 3 dari Kompilasi Hukum Islam di Bidang Hukum Perkawinan dijelaskan bahwa perngertian
perkawinan menurut Hukum Islam adalah pernikahan yaitu akad yang sangat kuat atau misaqan galizan untuk
mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Sedangkan tujuan perkawinan ialah untuk
mewujudkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.
        Dalam pasal 4 dari Kompilasi Hukum Islam di bidang Hukum Perkawinan dijelaskan bahwa perkawinan adalah
sah apabila dilakukan menurut Hukum Islam sesuai dengan pasal 2 ayat (1) Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1974
tentang perkawinan, yaitu tidak ada perkawinan di luar hukum masing-masing agamanya dan kepercayaan itu,
sesuai dengan UUD 1945.

Evaluasi
A. Berilah tanda silang ( X ) pada huruf a, b, c, d, atau e di depan jawaban yang benar !

1. Akad yang menghalalkan pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang tidak ada hubungan mahram sehingga
dengan akad tersebut terjadi hak dan kewajiban antara keduanya adalah definisi dari…
a. Nikah d. mahram
b. Muamalah e. Mahar
c. Ijab

MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI KELAS XII SEMESTER II
SMK NURULHIDAYAH PASUNDAN
3
2. Jika seorang pria menikahi seorang wanita dengan tujuan menyakiti dirinya, maka hukum pernikahannya dalah…
a. Haram d. sunnah
b. Makruh e. wajib
c. Mubah
3. Dalam pernihan penyerahanmempelai wanita kepada mempelai pria disebut dengan..
a. Munakhat d. talak
b. Mahar e. rujuk
c. Ijab qabul
4. Hak seorang wanita yang harus dibayar oleh laki-laki yang menikahinya disebut…
a. Talak d. akad
b. Qabul e. mahar
c. Ijab
5. Berikut ini adalah wanita yang haram dinikahi karena keturunan, kecuali…
a. Saudara perempuan dari bapak
b. Saudara perempuan dari ibi
c. Anak perempuan dari saudara laki-laki dan seterusnya ke bawah
d. Ibu dari istri ( mertua )
e. Anak perempuan dari saudra perempuan dan seterusnya ke bawah
6. Melepaskan ikatan perkawinan secara sukarela ucapan talak dari pihak suami kepada istrinya disebut dengan…
a. Iddah d. khulu’
b. Zhihar e. fasakh
c. Talak
7. Pembatalan pernikahan yang dilakukan, karena danya pengaduan dari pihak istri atau suami dengan alas an yang
dapat dibenarkan disebut…
a. Iddah d. khulu’
b. Zhihar e. fasakh
c. Talak
8. Talak yang tidak diperbolehkan untuk Kembali rujuk, melainkan harus dengan akad yang baru dinamakan dengan
talak…
a. Ba’in d. raj’i
b. Sigar e. talaqqi
c. Kibar
9. Sumpah suami yang mengatakan bahwa ia tidak akan meniduri istrinya selama 4 bulan atau lebih, atau dalam masa
yang tidak ditentukan disebut dengan…
a. Iddah d. khulu’
b. Zhihar e. illa
c. Talak
10. Pernikahan seorang wanita yang telah ditalak tiga oleh suaminya yang karenanya diharamkan untuk rujuk
kepadanya, kemudian wanita itu dinikahi orang lain dengan tujuan menghalalkan dinikahi oleh mantan suaminya,
disebut…
a. Mut’ah d, syighar
b. Muhallil e. talak
c. Pernikahan bain

B. Jawablah pertanyaan -pertanyaan di bawah ini dengan jawaban yang benar !


1. Apa yang anda ketahui tentang pernikahan mut’ah?, dan apa hukumnya !
2. Sebutkan beberapa jenis pernikahan yang tidak sah dan dilarang Rasulullah saw !
3. Sebutkan wanita yang tidak boleh dinikahi karena factor keturunan !
4. Sebutkan contoh kasus pernikahan berhukum makruh !
5. Sebutkan contoh ucapan ijab !
6. Tulis dalil tentang anjuran untuk menikah !
7. Sebutkan hikmah dalam pernikahan pernikahan !
8. Tulis Q.S. Ar-Rum ayat 21 beserta artinya !
9. Jelaskan pengertian pernikahan menurut istilah perundang-undangan pernikahan RI ( UUPRI ) Nomor 1 Tahun
1974 !
10. Seseorang yang akan menikah harus memiliki tujuan positif dan mulia untuk membina kleuarga Sakinah dalam
rumah tangga. Jelaskan tujuan tersebut !

Mengetahui,

Paraf Orang Tua Paraf Guru Nilai

MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI KELAS XII SEMESTER II
SMK NURULHIDAYAH PASUNDAN
4
BAB 7

KETENTUAN WARIS DALAM ISLAM

A. Pengertian Hukum Waris dan Warisan


Mawaris merupakan serangkaian kejadian mengenai pengalihan pemilikan harta  benda dari seorang yang
meninggal dunia kepada seseorang  yang masih hidup. Dengan demikian, untuk terwujudnya kewarisan harus ada
tiga unsur,yaitu:
1. Orang mati, yang disebut pewaris atau  yang  mewariskan,
2. Harta milik orang yang mati atau orang yang mati meninggalkan harta waris,
3. Ahli waris (satu atau beberapa orang hidup sebagai keluarga dari orang yang mati)
Ilmu mawaris adalah ilmu yang diberikan status hukum oleh Allah SWT. sebagai  ilmu yang sangat penting,
karena ia merupakan ketentuan Allah SWT. dalam firman-Nya yang sudah terinci sedemikian rupa tentang hukum
mawaris, terutama mengenai ketentuan pembagian harta warisan (al-fµrud al- muqaddarah).
Warisan dalam bahasaArab disebut al-mirās merupakan bentuk masdar (infinitif) dari katawarisa-yarisu-
irsan-mirāsan yang berarti berpindahnya sesuatu dari seseorang  kepada orang lain, atau dari suatu kaum kepada
kaum lain.
Warisan berdasarkan  pengertian di atas  tidak hanya  terbatas pada  hal-hal yang berkaitan dengan harta
benda saja namun termasuk juga yang non harta benda. Ayat al-Qur'an yang menyatakan demikian diantaranya
terdapat dalam Q.S. an-Naml/27:16: “Dan Sulaiman telah mewarisi Daud.”Demikian juga dalam hadis Nabi
disebutkan yang  artinya: “Sesungguhnya ulama itu adalah pewaris para Nabi.”
Adapun menurut istilah, warisan adalah berpindahnya hak kepemilikan dari orang yang meninggal kepada
ahli warisnya yang masih hidup, baik yang ditiggalkan itu berupa harta (uang), tanah, atau apa saja yang berupa hak
milik legal secara syar’i.
Definisi lain menyebutkan bahwa warisan adalah perpindahan kekayaan seseorang yang meninggal dunia
kepada satu atau beberapa orang beserta akibat-akibat hukum dari kematian seseorang  terhadap harta kekayaan.
Ilmu mawaris biasa disebut dengan ilmu faraidh, yaitu ilmu yang membicarakan segala sesuatu yang berhubungan
dengan harta warisan, yang mencakup masalah-masalah orang yang berhak menerima warisan, bagian masing-
masing dan cara melaksanakan pembagiannya, serta hal-hal lain yang berkaitan dengan ketiga masalah tersebut.

B. Hal-Hal yang Perlu Dilakukan Sebelum Pembagian Harta Waris


1.      Zakat, jika harta waris itu sudah mencapai nisab.
2.      Biaya mengurus jenazah.
3.      Hutang bila ada (QS. An-Nisa {4} : 12).
4.      Wasiat, yaitu pesan sebelum seseorang meninggal (QS. An-Nisa {4} : 11
Syarat wasiat yang dilaksanakan :
a.  Tidak boleh lebih dari 1/3, sesuai hadits nabi saw. berikut : “Wasiat itu sepertiga dan sepertiga itu sudah
banyak”Maksudnya boleh berwasiat 1/3 bagian, namun harus diingat itu sudah banyak. Bahkan lanjutan
hadits tersebut menjelaskan lebih baik meninggalkan keluarga yang kaya dan berkecukupan dibanding
keluarga yang miskin sehingga menjadi beban orang lain.
b.   Tidak boleh wasiat kepada ahli waris kecuali ahli waris yang lain ridha.
c.   Tidak untuk maksiat.
5.    Nazar bila ada

C.  Dasar-Dasar Hukum Waris


Sumber hukum ilmu mawaris yang paling utama adalah al-Qur'an, kemudian As-Sunnah (hadits)dan setelah
itu ijma’ para ulama serta sebagian kecil hasil ijtihad para mujtahid.
1.   Al-Qur'an
Dalam Islam saling mewarisi di antara  kaum muslimin hukumnya  adalah wajib berdasarkan al-Qur'an dan
Hadis Rasulullah. Banyak ayat al-Qur'an yang mengisyaratkan tentang ketentuan pembagian harta warisan ini.
Di antaranya firman Allah SWT. dalam Q.S. an-Nisa'/4:7:

“Bagi orang  laki-laki  ada  hak  bagian  dari harta  peninggalan  ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi


orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau
banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan” ( Q.S. An-Nisa/4:7)

MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI KELAS XII SEMESTER II
SMK NURULHIDAYAH PASUNDAN
5
Ayat-ayat lain tentang mawaris  terdapat dalam  berbagai  surat, seperti dalam Q.S. an-Nisa'/4:7 sampai dengan
12 dan ayat 176, Q.S an-Nahl/16:75 dan Q.S al-Ahzab/33: ayat 4, sedangkan permasalahan yang muncul
banyak diterangkan oleh As-Sunnah, dan sebagian sebagai hasil ijma’ dan ijtihad.

2.      As-Sunnah
a.   Hadits dari Ibnu Mas’ud berikut:

“Dari Ibnu Mas’ud, katanya : Bersabda Rasulullah saw.: Pelajarilah al Qur’an dan ajarkanlah ia
kepada manusia, dan pelajarilah al faraidh dan ajarkanlah ia kepada manusia. Maka sesungguhnya aku
ini manusia yang akan mati, dan ilmu pun akan diangkat. Hampir saja nanti akan terjadi dua orang yang
berselisih tentang pembagian harta warisan dan masalahnya; maka mereka berdua pun tidak
menemukan seseorang yang memberitahukan pemecahan masalahnya kepada mereka”. (HR. Ahmad).

b. Hadits dari Abdullah bin ‘Amr, bahwa Nabi saw. bersabda:

“Ilmu itu ada tiga macamdan yang selain yang tiga macam itu sebagai tambahan saja: ayat muhkamat,
sunnah yang datang dari Nabi dan faraidh yang adil”. (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).

3.      Posisi Hukum Kewarisan Islam di Indonesia


Hukum kewarisan Islam di Indonesia merujuk kepada ketentuan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), mulai
pasal 171 diatur tentang pengertian pewaris, harta warisan dan ahli waris. Kompilasi Hukum Islam merupakan
kesepakatan para ulama dan perguruan tinggi berdasarkan  Inpres No. 1 Tahun 1991.Yang masih menjadi
perdebatan hangat adalah keberadaan pasal 185 tentang ahli waris pengganti yang memang tidak diatur dalam
fiqih Islam. 
D.     Ketentuan Mawáris dalam Islam
Jumlah ahli waris yang berhak  menerima  harta  warisan dari seseorang yang meninggal  dunia ada 25
orang,yaitu 15 orang dari ahli waris pihak laki-laki yang biasa disebut ahli waris ashabah (yang bagiannya berupa
sisa setelah diambil oleh dzawil furud) dan 10 orang dari ahli waris pihak perempuan yang biasa disebut ahli
waris dzawil furud (yang bagiannya telah ditentukan).

Bagan Waris
1.      Syarat-syarat Mendapatkan Warisan
Seorang muslim berhak mendapatkan warisan apabila memenuhi syarat- syarat sebagai berikut:
a.   Tidak adanya salah satu penghalang dari penghalang-penghalang untuk mendapatkan warisan.
b.   Kematian orang yang diwarisi, walaupun kematian tersebut berdasarkan vonis pengadilan.
c.   Ahli waris hidup pada saat orang yang memberi warisan meninggal dunia.
d.   Nasab (keturunan)

MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI KELAS XII SEMESTER II
SMK NURULHIDAYAH PASUNDAN
6
e.    Pernikahan, 
f.    Wala’, yaitu seseorang yang memerdekakan budak laki-laki atau budak wanita.

2.      Sebab-sebab Tidak Mendapatkan Harta Warisan
Sebab-sebab yang menghalangi ahli waris menerima bagian warisan adalah sebagai berikut:
a.    Kekafiran. Kerabat yang muslim tidak dapat mewarisi kerabatnya yang kafir, dan orang yang kafir tidak dapat
mewarisi kerabatnya yang muslim. Hal ini sebagai mana sabda Nabi saw. Yang artinya: “Orang kafir tidak
mewarisi orang muslim dan orang muslim tidak mewarisi orang kafir.” (HR.BukhoridanMuslim).
b.    Pembunuhan.  Jika pembunuhan dilakukan dengan sengaja, maka pembunuh tersebut tidak bisa mewarisi yang
dibunuhnya
c.     Perbudakan. Seorang  budak tidak dapat mewarisi ataupun diwarisi, baik budak  secara
utuh ataupun sebagiannya,
d.     Perzinaan. Seorang anak yang terlahir dari hasil perzinaan tidak dapat diwarisi dan mewarisi bapaknya. Ia
hanya dapat mewarisi dan diwarisi ibunya, berdasarkan hadis Rasulullahsaw.: “Anak itu dinisbatkan kepada
siempunya tempat tidur, dan  pezina terhalang (dari hubungan nasab.” (HR.al-Bukhari dan Muslim).
e.    Li’an. Anak suami isteri yang melakukan li’an tidak  dapat mewarisi dan diwarisi bapak yang tidak
mengakuinya sebagai anaknya. Hal ini diqiyaskan dengan anak dari hasil perzinahan

3. Ketentuan Pembagian Warisan


Tabel
Mawaris Menurut Alquran, Hadits dan KHI

MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI KELAS XII SEMESTER II
SMK NURULHIDAYAH PASUNDAN
7
E.       Manfaat dan Hikmah Hukum Waris Islam
Hukum waris Islam ini memberi jalan keluar yang adil untuk semua ahli waris. Berikut ini, beberapa manfaat
yang dapat dirasakan, yaitu:
1.     Terciptanya ketentraman hidup dan suasana kekeluargaan yang harmonis.
2.   Manciptakan  keadilan  dan  mencegah konflik pertikaian.  Keadilan yang telah diterapkan,  mencegah
munculnya berbagai  konflik dalam keluarga yang  dapat  berujung   pada  tragedi  pertumpahan darah.  Meski
dalam praktiknya, selalu saja muncul  penentangan yang  bersumber dari akal pikiran.
Adapun hikmah waris sebagai berikut :
1.      Untuk menghindari perselisihan yang mungkin terjadi antar sesama ahli waris
2.      Untuk menjalin persaudaraan berdasarkan hak dan kewajiban yang seimbang
3.      Menghindari keserakahan terhadap ahli waris lainnya.
4.      Untuk menghilangkan pilih kasih dari orang tua.
5.      Untuk melindungi hak anak yang masih kecil atau dalam keadaan lemah

F.       Menerapkan Syari’ah Islam dalam Pembagian Warisan
Di bawah ini diberikan contoh-contoh kasus (masalah) dan pembagian warisan berdasarkan  syariat Islam.
1.     Seorang  meninggal  dunia, meninggalkan harta  sebesar  Rp.180.000.000
Ahli warisnya terdiri dari istri, ibu dan 2 anak laki-laki.
Maka hasilnya adalah:
Bagian ibu 1/6, istri 1/8 dan dua anak laki-laki, ashabah.  Asal masalahnya dari  1/6  dan  1/8  (KPK=Kelipatan
Persekutuan Terkecil dari bilangan penyebut 6 dan 8) adalah 24.
Maka pembagiannya adalah:
Ibu                         :   1/6  x 24            x Rp. 180.000.000      = Rp. 30.000.000,-
Istri                         :  1/8  x 24             x Rp. 180.000.000      = Rp. 22.500.000,-
Dua anak laki-laki :  24 – (4+3 )         x Rp. 180.000.000      = Rp.127.500.000,-
Masing-masing anak laki-laki : Rp. 127.500.000,- :  2            = Rp.63.750.000,-
2.    Penghitungan dengan menggunakan ‘aul. Seorang meninggal  dunia, meninggalkan harta sebesar Rp.
42.000.000. Ahli warisnya terdiri dari suami dan 2 saudara perempuan sekandung.
Maka hasilnya adalah:
Bagian suami 1/2 dan bagian dua saudara perempuan sekandung 2/3.
Asal masalahnya  dari 1/2 dan  2/3 (KPK=Kelipatan Persekutuan Terkecil dari bilangan penyebut 2 dan 3)
adalah 6, sementara pembilangnya adalah 7, maka terjadi 7/6. Untuk penghitungan dalam kasus ini harus
menggunakan‘aul yaitu dengan menyamakan  penyebut dengan pembilangnya. (aulnya:1), sehingga masing-
masing bagian menjadi:
Suami                                                  : 3/7 x Rp. 42.000.000=Rp.18.000.000,-
Dua saudara perempuan sekandung   : 4/7 x Rp. 42.000.000=Rp.24.000.000,-

MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI KELAS XII SEMESTER II
SMK NURULHIDAYAH PASUNDAN
8
Evaluasi
A. Berilah tanda silang ( X ) pada huruf a, b, c, d, atau e di depan jawaban yang benar !

1. Sebelum Islam datang, perempuan tidak menerima harta warisan sedikit pun dengan dalih tidak memiliki
konstribusi dalam membela kehormatan keluarga. Setelah Islam datang, sebagai agama rahmatan lil alamin,
memberikan waris pada perempuan, karena . . . .
a. ketentuan dari Allah Swt..
b. belas kasihan kepada mereka
c. mereka berhak menerimanya
d. membela kehormatan mereka
e. menghargai jasa besar mereka
2. Tidak semua harta peninggalan dapat dibagi kepada ahli waris. Sebelum
harta diwariskan, harus dibersihkan dulu dari . . . .
a. riba
b. riya
c. hutang
d. kotoran
e. ashabah
3. Menghitung warisan harus memahami apa yang disebut dengan furudhul
muqadarah, yang artinya adalah . . . .
a. hak-hak waris para pewaris
b. ketentuan pembagian harta warisan
c. peralihan benda waris pada ahli waris
d. bagian-bagian tertentu dari waris
e. ketentuan sebelum harta diwaris
4. Kelompok penerima warisan, ada yang digolongkan ke dalam dzawil
furudh, ada juga yang dari ashabah, menurut bahasa ashabah berarti . . . .
a. terhalang
b. bertambah
c. harta yang rusak
d. kelebihan harta
e. sisa harta
5. Dekat tidaknya ahli waris, menentukan hak waris yang diperoleh. Berikut ini ahli waris yang tidak pernah hilang
hak warisnya adalah . . . .
a. saudara laki-laki dan perempuan
b. anak laki-laki dan perempuan
c. cucu laki-laki dan perempuan
d. paman dan bibi
e. ayah dan ibu
6. Setiap ahli waris memiliki bagian yang berbeda tergantung dekat tidaknya dengan yang meninggal. Dan ahli waris
yang mendapat bagian 2/3 adalah
a. anak perempuan lebih dari satu
b. suami apabila tidak ada anak
c. cucu laki laki lebih dari satu
d. saudara perempuan tunggal
e. anak perempuan

7. Kedekatan nasab, sangat memberi arti tentang bagian yang diterima.


Salah satu ahli berikut ini yang termasuk ashabah binnafsi adalah . . . .
a. istri
b. suami
c. anak perempuan
d. saudara laki-laki seibu
e. saudara laki-laki sekandung
8. Perhatikanlan Q.S.an-Nisa'/4:7 di bawah ini!

Terjemahan yang tepat untuk kalimat yang di beri garis bawah adalah . . . .
a. baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan
b. dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabat-kerabatnya
c. dari harta peninggalan keluarga dan kerabatnya
d. dan bagi seorang wanita ada hak bagian (pula)
MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI KELAS XII SEMESTER II
SMK NURULHIDAYAH PASUNDAN
9
e. bagi orang laki-laki ada hak bagian
9. Apabila kelompok ahli waris laki-laki semuanya masih ada, yang berhak
mendapat bagian harta warisan adalah . . . .
a. suami, anak laki-laki, anak perempuan dan cucu
b. anak laki-laki, anak perempuan, istri dan bapak
c. suami, anak laki-laki,dan anak perempuan
d. anak laki-laki, cucu laki-laki, dan bapak
e. suami, bapak, dan anak laki-laki
10. Adanya hukum waris memberikan keadilan bagi kehidupan manusia.
Pernyataan di bawah ini merupakan hikmah adanya hukum waris, kecuali .
a. sebagai pembelajaran untuk menjadi lebih bijaksana
b. menjalin persaudaraan berdasarkan hak dan kewajiban
c. menghindari perselisihan yang mungkin terjadi antar ahli waris
d. menghilangkan pilih kasih dari orangtua kepada anak anaknya
e. melindungi hak anak yang masih kecil atau dalam keadaan lemah

B. Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar !


1. Cari teks ayat-ayat dan hadis tentang mawaris, kemudian tulis dan jelaskan kandungannya!
2. Hal-hal apa saja yang perlu dilakukan sebelum harta warisan dibagikan?
3. Kapan harta warisan dapat dibagi menurut Q.S. an-Nisa'/4:117?
4. Langkah apa saja yang harus diperhatikan sebelum menghitung pembagian waris ?
5. Temukan hikmah dan manfaat lain pelaksanaan hukum waris, dengan menganalisis materi diatas !
6. Memahami konsep waris akan menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap…
7. Memahami konsep waris akan menumbuhkan perilaku mulia, sebutkan apa saja perilaku akhlak mulia tersebut!
8. Seorang istri meninggal dunia, meninggalkan sejumlah harta sebesar Rp. 600 juta. Dia mempunyai hutang
sebesar Rp. 50 juta dan berwasiat shodaqoh ke masjid sebesar Rp. 15 juta. Dengan ahli waris suami, ibu, dan 2
orang anak laki-laki, hitung berapa jumlah bagian masing-masing !
9. Tuan X meninggal dunia, meninggalkan sejumlah harta sebesar Rp. 400 Juta. Dengan ahli waris, suami, 1 anak
laki-laki, 1 orang anak perempuan. Kemudian hitunglah berapa jumlah bagian masing-masing yang diterima !
10. Tuan Amar meninggal dunia, meninggalkan ahli waris seorang istri, ayah, 1 orang anak laki-laki, 3 orang anak
perempuan, berapa bagian masing-masing dari harta warisan tuan Amar ?

Mengetahui

Nama Siswa : Paraf Orang Tua Paraf Guru Nilai


Hari/Tanggal:

MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI KELAS XII SEMESTER II
SMK NURULHIDAYAH PASUNDAN
10
BAB 8

STRATEGI DAKWAH DAN PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA


A. ISLAM DI INDONESIA
Islam di Indonesia merupakan  negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia. Bahkan
mengalahkan negara kelahiran Rasulullah Nabi Muhammad, Arab Saudi.Perkembangan dan pertumbuhan umat
Islam di Indonesia bukannya muncul begitu saja tapi melalui sejarah yang panjang. Islam memiliki sejarah masuk
tersendiri ke negara Indonesia pada zaman dahulu..
B. MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA
Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di
Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif berkat kegigihan para ulama. Karena memang para ulama
berpegang teguh pada prinsip Q.S.Al-Baqarah ayat 256
Teori masuknya Islam ke Indonesia
1. TEORI GUJARAT
Menurut teori Gujarat, agama Islam masuk ke Indonesia saat abad ke 13. Islam disebutkan datang dari para
pedagang daerah Gujarat (India). Teori ini diperkuat dengan adanya fakta bahwa saat itu Indonesia menjalin
hubungan perdangan yang baik dengan orang-orang gujarat.
2. TEORI MEKKAH
Teori Mekkah merupakan teori masuknya Islam yang baru-baru ini muncul. Teori ini merupakan sanggahan dari
teori Gujarat. Pada teori ini disebutkan Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 (6 abad lebih lama dari teori
gujarat).Orang yang membawa agama Islam ke Indonesia adalah orang-orang dari Arab.
3. TEORI PERSIA
Teori Persia memiliki anggapan yang sama tentang waktu masuknya Islam ke Indonesia, yaitu abad ke-13.
Namun, perbedaannya teori Persia beranggapan Islam datang dari Persia.
Hal ini disebabkan oleh adanya persamaan-persamaan budaya Islam di Indonesia dengan di Persia. Seperti
contoh peringatan 10 Muharram.
C. CARA PENYEBARAN ISLAM DI INDONESIA
a)   Perdagangan
     Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin kontak dagang dengan orang Arab.
b)   Kultural
Artinya penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan media-media kebudayaan, sebagaimana yang
dilakukan oleh para wali sanga di pulau jawa.
c)   Pendidikan 
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis dalam pengembangan Islam di
Indonesia.
d)   Kekuasaan Politik
Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari para Sultan.
e) Jalur Perkawinan
Proses masuknya Islam ini terjadi karena terjadinya pernikahan antara orang yang lebih dulu Islam dengan orang
pribumi
f) Jalur Seni
Jalur ini memperkenalkan Islam lewat pertunjukkan-pertunjukkan seni budaya seperti wayang kulit, dan
upacara-upacara tertentu. Jalur ini lebih kepada penyebaran Islam
C. STRATEGI DAKWAH ISLAM DI INDONESIA
Di kalangan masyarakat Indonesia sendiri terdapat juru-juru dakwah yang menyebarkan Islam di
lingkungannya, antara lain : Dato'ri Bandang menyebarkan agama Islam di daerah Gowa  (Sulawesi Selatan), Tua
Tanggang Parang menyebarkan Islam di daerah Kutai (Kalimantan Timur), Seorang penghulu dari Demak
menyebarkan agama Islam di kalangan para bangsawan Banjar (Kalimantan Selatan), Para Wali menyebarkan
agama Islam di Jawa. Wali yang terkenal ada 9 wali, yaitu :
1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
2. Sunan Ampel (Raden Rahmat)
3. Sunan Bonang (Makdum Ibrahim)
4. Sunan Giri (Raden Paku)
5. Sunan Derajat (Syarifuddin)
6. Sunan Kalijaga (Jaka Sahid)
7. Sunan Kudus (Jafar Sodiq)
8. Sunan Muria (Raden Umar Said)
9. Sunan Gunung Jati (Faletehan)

Para wali tersebut adalah orang Indonesia asli, kecuali Sunan Gresik. Mereka memegang beberapa peran di
kalangan masyarakat sebagai :
1. penyebar agama Islam
2. pendukung kerajaan-kerajaan Islam
3. penasihat raja-raja Islam

MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI KELAS XII SEMESTER II
SMK NURULHIDAYAH PASUNDAN
11
4. pengembang kebudayaan daerah yang telah disesuaikan dengan budaya Islam.
E. PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA
▼  SUMATRA
Wilayah nusantara yang mula-mula dimasuki Islam adalah pantai barat pulau Sumatera dan daerah Pasai yang
terletak di Aceh utara yang kemudian di masing-masing kedua daerah tersebut berdiri kerajaan Islam yang pertama
yaitu kerajaan Islam yang pertama yaitu kerajaan Islam Perlak dan Samudera Pasai. 
▼   JAWA
Penemuan nisan makam Siti Fatimah binti Maimun di daerah Leran/Gresik yang wafat tahun 1101 M dapat
dijadikan tonggak awal kedatangan Islam di Jawa. Hingga pertengahan abad ke-13, bukti-bukti kepurbakalaan
maupun berita-berita asing tentang masuknya Islam di Jawa sangatlah sedikit. Baru sejak abad ke-13 M hingga
abad-abad berikutnya, terutama sejak Majapahit mencapai puncak kejayaannya,  bukti-bukti proses pengembangan
Islam ditemukan lebih banyak lagi.
▼  KALIMANTAN
Di pulau ini, ajaran Islam masuk dari dua pintu.  Jalur pertama yang membawa Islam masuk ke tanah Borneo adalah
jalur Malaka yang dikenal sebagai Kerajaan Islam. Jalur lain yang digunakan menyebarkan dakwah Islam adalah
para mubalig yang dikirim dari Tanah Jawa.
▼  SULAWESI
Kabupaten Palopo yang juga dikenal dengan sebutan Luwu' di Sulawesi Selatan, memiliki jejak sejarah sebagai
pusat penyebaran agama Islam di Sulawesi Selatan. Diperkirakan agama Islam berkembang di Kedatuan Luwu',
sekitar abad ke-17. Setidaknya ada tiga situs utama yang menggambarkan Islam pernah berkembang pesat di daerah
ini.
▼   MALUKU
Kerajaan Ternate adalah kerajaan terbesar di Kepulauan ini. Islam masuk ke wilayah ini sejak tahun 1440. Sehingga,
saat Portugis mengunjungi Ternate pada tahun 1512, raja Ternate adalah seorang Muslim, yakni Bayang Allah.
▼   PAPUA
Pada periode ini pula, berkat dakwah yang dilakukan kerajaan Bacan, banyak kepala-kepala suku di Pulau Papua
memeluk Islam. Namun, dibanding wilayah lain, perkembangan Islam di pulau hitam ini bisa dibilang tak terlalu
besar.

F. KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA


Kerajaan - kerajaan Hindu-Buddha surut, mulai berdiri kerajaan-kerajaan Islam di tanah air kita. Agama Islam
mulai masuk ke Indonesia pada abad ke-13 M. Hal ini dapat dilihat dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam.
Berikut ini beberapa contoh kerajaan Islam yang pernah berdiri di Indonesia.
1.     Kerajaan Perlak.
2.     Kerajaan Samudera Pasai.
3.     Kerajaan Aceh Darussalam.
4.     Kerajaan Demak.
5.     Kerajaan Pajang
6.     Kerajaan Mataram Islam.
7.     Kerajaan CireboN
8.      Kerajaan Banten.
9.      Kerajaan Banjar.
10.    Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur.
11.    Kerajaan Sukadana
12.    Kerajaan Ternate.
13.    Kerajaan Tidore.
14.    Sulawesi (Gowa-Tallo, Bone, Wajo, Soppeng dan Luwu).

G. PERKEMBANGAN  ILMU  PENGETAHUAN  DAN  KEBUDAYAAN ISLAM  DI  INDONESIA


Para ulama dalam mengembangkan ilmu-ilmu keislaman dengan menggunakan kebudayaan wilayah setempat
yang disesuaikan dengan nilai-nilai ke Islaman,. Selain Walisongo, masih banyak tokok Islam yang telah
mengembangkan ilmu pengetahuan dan kebudayaan di seluruh Nusantara, antara lain :
1. Hamzah Fansuri
Adalah seorang ulama yang mengajarkan paham tasawuf dan telah mengembangkan ajaran-ajaran Sufinya
berdasarkan pengalaman rohaninya sendiri. Disamping itu telah mempelopori penulisan risalah tasawuf dengan
menggunakan kaidah ilmiah. Ia juga mengembangkan ilmu filsafat dan mistik dengan pendekatan Islam.
2. Syamsuddin Sumatrani
Ia punya pengaruh yang besar dan berperan dalam pengembangan intelektualitas Islam di Aceh. Karya tulisnya
adalah Syarah Ruba’i Hamzah Fansuri, Jauharul Haqo’iq dan Mir’atul Mu’minin yang membicarakan butir-butir
akidah yang sejalan dengan ahlus sunnah wal jama’ah.
3.Nuruddin Ar Raniri
Ia dikenal sebagai ulama dan penulis yang produktif. Karya-karyanya banyak ditulis dalam bahasa Melayu, sehingga
menjadikannya sebagai bahasa Islam kedua setelah bahasa Arab.
4. Yusuf Al Makasari
Ia banyak belajar dengan Nuruddin Ar Raniri di Aceh. Setelah kembali ke Nusantara mengembara selama 22 tahun
untuk belajar agama. Setelah kembali ke tanah air kemudian memurnikan Islam yang berorientasi pada Syari’at.
5. Abdurrauf Singkel

MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI KELAS XII SEMESTER II
SMK NURULHIDAYAH PASUNDAN
12
Ia termasuk ulama yang produktif dalam menuliskan karya-karyanya dan banyak dipakai oleh orang-orang Islam di
Asia Tenggara. Tulisannya menggunakan bahasa Melayu karena disesuaikan dengan murid-muridnya sehingga
dapat memahami Islam dengan lebih baik

H. PERKEMBANGAN ORGANISASI  ISLAM  SEBELUM  KEMERDEKAAN

1. Serikat Islam ( SI )
Sarikat Islam didirikan pada tahun 1911 di kota Solo oleh seorang pengusaha Saudara pedagang batik yang besar
yaitu Kyai Haji Samanhudi. Sarekat Islam (SI) adalah sebuah organisasi perdagangan berlandaskan hukum Islam.
Tujuan Sarekat Islam yaitu :
·        Memajukan Perdagangan. Jadi tujuan itu tetap dipertahankan
·         Memberikan pertolongan kepada anggota-anggota yang mengalami kesukaran.
·         Memajukan kepentingan rochani dan jasmani dari penduduk Asli.
·         Memajukan kehidupan agama Islam.

2. Partai Nasional Indonesia ( PNI )


Partai Nasional Indonesia (PNI) adalah partai politik tertua di Indonesia yang didirikan pada tanggal 4 Juli 1927 di
Bandung dengan nama Perserikatan Nasional Indonesia oleh para tokoh nasional sepertiIr.Soekarno, Dr. Tjipto
Mangunkusumo, Mr. Sartono, Mr Iskaq Tjokrohadisuryo, Dr. Samsi, Ir. Anwari, Mr.Budiarto, dan Mr Sunaryo. 
Tujuan dari PNI sendiri adalah untuk mencapai Indonesia merdeka dengan azas dari perkumpulan ini adalah
pertama selfhelp yang mengandung pengertian  prinsip untuk menolong diri sendiri, kedua non kooperasi, dan ketiga
azas marhaenisme. Ketiga azas tersebut kemudian dijadikan sebagai prinsip dari PNI.

3. Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di  Yogyakarta tepatnya di Kampung Kauman pada tanggal 8
Dzulhijjah 1330 H/18 November 1912. Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia.
Nama organisasi ini diambil dari nama NabiMuhammad SAW. Dasar-dasar organisasi Muhammadiyah adalah
menegakkan agama Islam dengan pedoman Alquran dan hadis. Di mana tujuan yang hendak dicapai
Muhammadiyah adalah memajukan pengajaran berdasarkan agama, pengertian ilmu agama, dan hidup menurut
peraturan agama yang lurus. Cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan mendirikan, memelihara,
menyokong rumah-rumah sekolah berdasarkan agama Islam, dan mendirikan serta memelihara masjid dan musala.

G. MANFAAT YANG DAPAT KITA MABIL DARI SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESAI
1.    Kehadiran pedagang Islam dari luar Indonesia yang telah berdakwah menyiarkan ajaran Islam di bumi nusantara
memberikan nuansa baru bagi perkembangan suatu kepercayaan yang sudah ada di nusantara ini.
2.    Hasil karya para ulama berupa karangan buku sangat berharga untuk dijadikan sumber pengetahuan.
3.    Meneladani kesuksesan mereka dalam berkarya dan membuat masyarakat Islam gemar membaca dan
mempelajari Al Quran.
4.    Memperkaya dalam bentuk (arsitektur) bangunan, seperti masjid sebagai tempat ibadah.
5.    Mengajarkan tentang Islam harus dengan keramahan dan bijaksana serta membiasakan masyarakat Islam
bersikap konsisten.

EVALUASI
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar dan jelas !

1. Menghargai jasa para pahlawan muslim yang telah mengorbankan segalanya demi tersebarnya syiar Islam
merupakan . . . .
2. Memahami dan menganalisis sumber-sumber sejarah untuk mendapatkan informasi terkini dan valid mengenai
sejarah Islam diperlukan . . . .
3. Sikap dan perilaku para dai pada masa permulaan masuknya Islam di Indonesia perlu dicontoh oleh para dai masa
kini karena . . . .
4. Sebagai seorang muslim maka semua aktivitas dalam hidup (pernikahan, perdagangan, kesenian, dan lain-lain)
harus dijadikan sebagai sarana dakwah, karena . . . .
5. Menjadi dai yang mukhlis (ikhlas), tanpa mengukur jerih payah dalam berdakwah dengan penghasilan dalam
kehidupan yang serba materi merupakan . . . .
6. Mengapa terjadi perbedaan pendapat tentang sejarah awal masuknya Islam ke Nusantara ( Indonesia ) ?
7. Secara global kita menyatakan bahwa agama Islam tersebar di Nusantara secara damai. Bagaimana kalian
menjelaskan makna “damai” tersebut dalam kasus penaklukan bersenjata, pertempuran antar kerajaan Islam, atau
bahkan perang saudara karena berebut kekuasaan, seperti yang terjadi di kerajaan Demak? Uraikan jawaban
kalian dengan menganalisis latar belakang kasus-kasus tersebut!
8. Agama Islam disebarkan melalui berbagai jalur/metode. Jalur apa yang menurut kalian paling cocok untuk
digunakan dalam strategi dakwah dalam konteks abad digital seperti saat ini? Jelaskan alasan kalian!
9. Nilai keteladanan apa saja yang dapat kamu ambil dari para muballigh pada masa awal datangnya Islam di
nusantara?

MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI KELAS XII SEMESTER II
SMK NURULHIDAYAH PASUNDAN
13
10. Munculnya beberapa kerajaan Islam di Indonesia, menunjukkan bahwa Islam begitu mudah diterima oleh
masyarakat melalui pendekatan akulturasi budaya. Sebutkan apa saja yang termasuk akulturasi budaya dalam
penyebaran agama Islam !

Mengetahui

Nama Siswa : Paraf Orang Tua Paraf Guru Nilai


Hari/Tanggal:

MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI KELAS XII SEMESTER II
SMK NURULHIDAYAH PASUNDAN
14

Anda mungkin juga menyukai