Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
BAB II
STRUKTUR ORGANISASI DAN URAIAN TUGAS
B. Uraian Tugas
Poli Rawat Jalan terdiri dari Poli Umum , Poli BPJS/Lansia , Poli Gigi , Poli KIA ,
Poli KB , Poli Anak , Poli TB Paru , Poli Fisioterapi . Prosedur rawat jalan pada poli
menguraikan langkah-langkah pemberian pelayanan kepada pasien rawat jalan mulai
dari pemilahan kelompok pasien, pendaftaran dan pembayaran jasa layanan, dan
pemberian layanan kesehatan pada masing-masing poli, serta tindakan lanjutan yang
diperlukan oleh pasien. Prosedur rawat jalan melalui poli selengkapnya dapat dilihat
pada SOP.
E. Prosedur Laboratorium
Prosedur penunjang medis menguraikan pemberian layanan berupa layanan
laboratorium kepada pasien sesuai surat pengantar dari Poli Umum, Poli Gigi, KIA-
KB, dan UGD. Prosedur pemberian layanan penunjang medis selengkapnya dapat
dilihat pada SOP.
Standar Operating Procedure (SOP) merupakan acuan bagi seluruh insan Puskesmas
Kecamatan Ciruas dalam melaksanakan pekerjaan. Acuan pelaksanaan pekerjaan
merupakan bagian vital dalam pengelolaan Puskesmas Kecamatan Ciruas dan
diharapkan merupakan suatu standar baku dalam proses bisnis puskesmas sehingga
pelayanan kepada seluruh pengguna dapat mencapai standar yang diinginkan.
2. Adanya pembagian tugas pokok dan kewenangan yang jelas untuk masing-masing fungsi
dalam pihakisasi.
3. Adanya sistem pengendalian intern yang memadai. Hal ini antara lain tercermin dari
adanya kebijakan dan prosedur yang membantu setiap unit pihakisasi dalam puskesmas
untuk melaksanakan kewajibannya dan menjamin bahwa tindakan pengendalian telah
dilakukan untuk mengatasi risiko yang dihadapi dalam mencapai tujuan dan sasaran
pihakisasi. Kegiatan pengendalian tersebut termasuk serangkaian kegiatan seperti
kewenangan, otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi, penilaian terhadap prestasi kerja,
pembagian tugas, serta pengamanan terhadap aset pihakisasi.
Seperti yang tergambar dalam struktur pihakisasi Puskesmas Kecamatan Ciruas fungsi-
fungsi yang ada dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu:
3 Perawat orang 8 8 9
4 Bidan orang 13 13 13
11 Pekarya orang 13 13 15
Jumlah orang 60 57 65
Dari data di atas dapat diketahui bahwa jumlah SDM Puskesmas Kecamatan Ciruas
Kabupaten Serang dalam kurun waktu tiga tahun terakhir (2014, 2015, dan 2016) relative
konstan.Dan Pada Tahun 2016 ada peningkatan SDM sebanyak 5 orang atau sebesar 5,2%.
a. Pola Rekrutmen
Pola rekrutmen SDM baik tenaga medis, paramedis maupun non medis pada Puskesmas
Kecamatan Ciruas adalah sebagai berikut:
Pola rekrutmen SDM yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan
Puskesmas Kecamatan Ciruas dilaksanakan berdasarkan Petunjuk Teknis Pengadaan
Calon Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kabupaten Serang, dengan
tahapan sebagai berikut:
(1) Rekrutmen SDM dimaksudkan untuk mengisi formasi yang lowong atau
adanya peningkatan pelayanan dan perubahan pada bidang- bidang yang sangat
mendesak.
(2) Tujuan rekrutmen SDM adalah untuk menjaring SDM yang profesional,
jujur, bertanggung jawab, netral, memiliki kompetensi sesuai dengan
tugas/jabatan yang akan diduduki sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan
serta mencegah terjadinya unsur KKN (kolusi, korupsi, dan nepotisme) dalam
rekrutmen SDM.
Rekrutmen SDM dilakukan berdasarkan prinsip netral, objektif, akuntabel, bebas dari
KKN, serta terbuka dengan ketentuan:
5) Proses pengangkatan SDM berpegang teguh pada prinsip kebenaran, tata aturan,
objektif, transparan, dan rasional agar terjaring SDM yang beriman, bertaqwa,
berakhlak mulia, taat beribadah, berwawasan luas, handal, dan profesional.
6) Pejabat pengelola dan pegawai BLUD yang berasal dari Non-PNS dapat
dipekerjakan secara tetap atau berdasarkan kontrak, yang pengangkatan dan
pemberhentian dilakukan berdasarkan pada prinsip efisiensi, ekonomis dan produktif
dalam peningkatan pelayanan.
b. Mekanisme Rekrutmen
1) Prosedur Pengadaan
(1) Permintaan Kebutuhan Pegawai
Permintaan Kebutuhan Pegawai dibagi menjadi 2 (dua) :
a. Pegawai Baru: dilaksanakan berdasarkan Rencana Bisnis Anggaran tahunan
bisa direvisi secara triwulan sesuai dengan kebutuhan bagian yang
bersangkutan
b. Pengawai Mengundurkan Diri: dilaksanakan dengan membuat Form
Permintaan Tenaga Kerja untuk penggantian tenaga kerja yang
mengundurkan diri
Untuk rekrutmen pegawai baru, rekrutmen dilaksanakan sesuai dengan
jadwal/revisi, sedangkan untuk rekrutmen pegawai karena alasan pengunduran
diri, bagian yang bersangkutan harus mengisi Form Permintaan Pegawai (FPP)
3) Prosedur Orientasi
Orientasi dan masa percobaan meliputi kegiatan:
(1) Pegawai baru diperkenalkan kepada pegawai lain sekaligus memperkenalkan
lingkungan kerja puskesmas.
(2) Secara periodik pegawai baru diberikan New Employee Orientation (NEO)
mengenai overview puskesmas mengenai Visi, Misi, Strategi dan Kebijakan,
Etika kerja dan budaya puskesmas, serta peraturan puskesmas menyangkut hak
dan kewajiban.
(3) Pegawai baru melaksanakan masa percobaan dengan status lain dan bersamaan
dengan itu monitoring kinerja yang bersangkutan sudah mulai dilakukan oleh
atasan yang bersangkutan.
(4) Dua minggu sebelum berakhir masa percobaan, Form Penilaian Kinerja Pegawai
(evaluasi masa percobaan) harus diisi oleh atasan langsung pegawai baru dan
diserahkan kepada Kepala Puskesmas paling lambat 1 minggu sebelum masa
percobaan berakhir.
(5) Hasil penilaian kinerja pegawai dibahas oleh atasan langsung pegawai dan
Kepala Puskesmas.
(6) Setelah didapat kesimpulan bagi yang dinyatakan lulus masa percobaan,
pegawai diberikan informasi dan diberitahukan status selanjutnya.
(7) Tetapi bila dinyatakan tidak lulus maka pegawai yang bersangkutan akan
diinformasikan dan diterbitkan surat PHK karena gagal masa percobaan.
(8) Untuk pegawai yang lulus pada saat penyerahan Surat Pengangkatan dapat
dilakukan coaching and counseling untuk mendapatkan feedback kinerja dan
motivasi kerja.
(9) Update status pegawai di data kepegawaian.
Remunerasi merupakan imbalan kerja yang dapat berupa gaji, tunjangan tetap, honorarium,
insentif, bonus atas prestasi, pesangon, dan atau pensiun. Pejabat pengelola BLUD, Dewan
Pengawas, Sekretaris Dewan Pengawas, dan Pegawai BLUD dapat diberikan remunerasi
sesuai dengan tingkat tanggungjawab dan tuntutan profesionalisme yang diperlukan yang
ditetapkan oleh Kepala Daerah/Bupati. Remunerasi bagi dewan pengawas dan sekretaris
dewan pengawas diberikan dalam bentuk honorarium. Remunerasi untuk BLUD-Unit Kerja
ditetapkan oleh Kepala Daerah/Bupati berdasarkan usulan yang disampaikan oleh Direktur
BLUD-Unit Kerja melalui Kepala Dinas Kesehatan dan Sekretaris Daerah.
1. Direktur BLUD
Penetapan remunerasi Direktur BLUD, mempertimbangkan faktor–faktor yang
berdasarkan:
1) Ukuran (size) dan jumlah aset yang dikelola BLUD, tingkat pelayanan serta
produktivitas.
2) Perimbangan persamaannya dengan industri pelayanan sejenis.
3) Kemampuan pendapatan BLUD bersangkutan.
4) Kinerja operasional BLUD yang ditetapkan oleh Kepala Daerah/Bupati dengan
mempertimbangkan antara lain indikator keuangan, pelayanan, mutu, dan manfaat
bagi masyarakat.
E. Jenjang Karir
Jenjang karir disesuaikan dengan peraturan kepegawaian yang ada yaitu sesuai jenjang karir
jabatan struktural atau jabatan fungsional.
Pembinaan dilakukan oleh Direktur BLUD (Kepala Puskesmas) dan pejabat yang
berwenang (Dinas Kesehatan dan Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Serang), sesuai
dengan peraturan dan perundangan yang berlaku termasuk pemberian penghargaan ataupun
sanksi (reward and punishment).
Pemutusan hubungan kerja bagi pejabat pengelola dan pegawai BLUD yang berstatus PNS
adalah mengikuti peraturan kepegawaian dan perundangan yang berlaku. Bagi pejabat
pengelola, dewan pengawas dan sekretaris dewan pengawas yang diberhentikan sementara
dari jabatannya memperoleh penghasilan sebesar 50% (lima puluh persen) dari
remunerasi/honorarium bulan terakhir yang berlaku sejak tanggal diberhentikan sampai
dengan ditetapkannya keputusan definitif tentang jabatan yang bersangkutan. Bagi pejabat
pengelola berstatus PNS yang diberhentikan sementara dari jabatannya memperoleh
2. Bupati
Adalah pihak yang mewakili Pemerintah Kabupaten Serang selaku pemilik puskesmas.
Bupati memiliki kewajiban, hak dan wewenang sebagai berikut:
(2) Menjaga tujuan pendirian Puskesmas tetap terlaksana dan memberikan manfaat
yang semaksimal mungkin bagi negara dan daerah untuk kepentingan
peningkatan kesejahteraan rakyat.
(1) Hak untuk melaksanakan segala wewenang yang tidak diserahkan kepada
Dewan Pengawas dan/atau Pejabat Pengelola.
(2) Hak untuk memperoleh informasi material mengenai Puskesmas secara tepat
waktu dan teratur.
(5) Menunjuk suatu Tim Penilai dalam rangka menilai usulan penetapan dan
pencabutan PPK-BLUD Puskesmas.
(12) Menetapkan penghapusan barang milik Puskesmas yang masuk kriteria: tidak
berada dalam penguasaan Puskesmas, tidak dapat digunakan, tidak dapat
dimanfaatkan, tidak dapat dipindahtangankan atau alasan lain sesuai ketentuan
perundangan.
(13) Menetapkan penghapusan piutang Puskesmas secara mutlak dan bersyarat yang
bernilai sampai dengan Rp5.000.000.000,00.
(14) Mengalihgunakan tanah dan bangunan yang tidak digunakan Puskesmas untuk
penyelenggaraaan tugas pokok dan fungsi.
1) Realisasi nilai omzet tahunan menurut laporan realisasi anggaran tahun terakhir,
paling sedikit sebesar Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah); dan/atau
2) Nilai aset menurut neraca, paling sedikit sebesar Rp75.000.000.000,00 (tujuh puluh
lima miliar rupiah).
1) Realisasi Nilai omzet tahunan menurut laporan realisasi anggaran tahun terakhir,
lebih besar dari Rp30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar rupiah), dan/atau
2) Nilai aset menurut neraca, lebih besar dari Rp200.000.000.000,00 (dua ratus miliar
rupiah).
Yang dapat diangkat sebagai anggota Dewan Pengawas adalah orang perseorangan yang:
4. Pejabat Pengelola
Adalah pihak yang bertanggung jawab atas pengelolaan Puskesmas untuk kepentingan
dan tujuan Puskesmas serta mewakili Puskesmas baik di dalam maupun di luar
pengadilan. Pejabat pengelola terdiri dari Kepala Puskesmas, Pejabat Keuangan, Pejabat
Teknis, dan Koordinator, sesuai dengan struktur pihakisasi yang ada.
1) Dalam melaksanakan pengelolaan BLUD, Pejabat Pengelola bertanggung jawab
kepada Bupati melalui Kepala Dinas Kesehatan dan Dewan Pengawas.
2) Setiap Pejabat Pengelola wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab
menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha Puskesmas dengan mengindahkan
peraturan yang berlaku.
3) Pemimpin (Kepala Puskesmas) mempunyai tugas memimpin, menyusun kebijakan,
membina, mengkoordinasikan dan mengawasi serta melakukan pengendalian terhadap
tugas Puskesmas sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Kepala Puskesmas
dengan PPK-BLUD berfungsi sebagai penanggungjawab umum operasional dan
keuangan BLUD yang berkewajiban:
(1) Menyiapkan Rencana Strategis Bisnis (RSB) BLUD.
(2) Menyiapkan Rencana Bisnis dan Anggaran Tahunan.
(3) Mengusulkan calon pejabat keuangan dan pejabat teknis, sesuai ketentuan
yang berlaku.
(4) Menyampaikan pertanggungjawaban kinerja operasional dan keuangan BLUD.
4) Pejabat Keuangan berfungsi sebagai penanggungjawab keuangan dan berkewajiban:
(1) Mengkoordinasikan penyusunan RBA.
5. Auditor Eksternal
Adalah pihak yang independen dan professional yang memberikan pernyataan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
1) Auditor Eksternal harus bebas dari pengaruh Dewan Pengawas, Pejabat
Pengelola dan stakeholders Puskesmas.
2) Auditor Eksternal tidak boleh memberikan jasa lain di luar audit selama
periode pemeriksaan.
3) Pemeriksaan oleh Auditor Eksternal dilakukan sesuai dengan standar
pemeriksaan yang berlaku umum dan sesuai dengan kode etik profesi.
1) Pejabat Pengelola dan/atau Dewan Pengawas yang baru wajib diberikan program
pengenalan mengenai puskesmas
2) Tanggung jawab untuk mengadakan program pengenalan Dewan Pengawas yang
baru berada pada Bupati atau jika berhalangan dapat melimpahkan kepada Ketua
Dewan Pengawas dan/atau Direktur BLUD.
3) Tanggung jawab untuk mengadakan program pengenalan Pejabat Pengelola yang
baru berada pada Ketua Dewan Pengawas atau jika berhalangan dapat melimpahkan
pada Direktur BLUD.
4) Program pengenalan meliputi:
(1) Pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola yang baik oleh puskesmas.
(2) Gambaran mengenai puskesmas berkaitan dengan tujuan, sifat dan lingkup
kegiatan, kinerja keuangan dan operasional, strategi, dan masalah-masalah
strategis lainnya.
(3) Keterangan berkaitan dengan kewenangan yang didelegasikan, audit internal dan
eksternal, sistem dan kebijakan pengendalian internal.
(4) Keterangan mengenai tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas dan Pejabat
Pengelola.
1) Pejabat Pengelola wajib menyusun Rencana Strategis Bisnis (RSB) lima tahunan
dan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) tahunan yang merupakan penjabaran
RSB yang telah disyahkan dengan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang.
2) Dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari sebelum berakhirnya RSB, Pejabat
Pengelola wajib menyampaikan rancangan RSB periode berikutnya.
5. Pendelegasian Wewenang
6. Pengambilan Keputusan
7. Manajemen Risiko
1) Pejabat Pengelola melakukan identifikasi dan kajian terhadap potensi risiko yang
dihadapi Puskesmas.
2) Pejabat Pengelola menetapkan strategi dan kebijakan penanganan pengelolaan
risiko serta melakukan pengawasan atas pelaksanaannya.
3) Pejabat Pengelola menyusun pedoman penanganan masalah dengan stakeholders
yang berkaitan dengan dampak jasa pelayanan kesehatan.
4) Pejabat Pengelola memberikan informasi hasil analisa risiko yang dilakukan kepada
Dewan Pengawas sesuai dengan tingkat kebutuhan.
5) Dewan Pengawas memantau pelaksanaan pengelolaan risiko Puskesmas dan
memberikan masukan untuk perbaikan.
6) Inspektorat melakukan kajian terhadap kecukupan pengelolaan risiko yang
diterapkan Puskesmas sebagai bahan kajian risiko kepada Pejabat Pengelola.
8. Pelaporan
9. Penilaian Kinerja
1) Bupati menilai kinerja Dewan Pengawas, Kepala Dinas Kesehatan, dan Direktur
BLUD (Kepala Puskesmas) melalui mekanisme yang telah ditetapkan.
2) Kinerja Direktur BLUD (Kepala Puskesmas) dievaluasi secara berkala pada setiap
akhir tahun anggaran atau sewaktu-waktu apabila dibutuhkan oleh Dewan
Pengawas dan Kepala Dinas Kesehatan dengan menggunakan kriteria penilaian yang
umum berlaku dalam puskesmas. Hasil penilaian kinerja dilaporkan kepada Bupati.
3) Dewan Pengawas dan atau Kepala Dinas Kesehatan melaporkan kepada Bupati
apabila terjadi gejala kemunduran kinerja Puskesmas.
4) Direktur BLUD (Kepala Puskesmas) menetapkan tolak ukur kinerja masing-masing
Pejabat Pengelola dibawahnya untuk mendukung kinerja Puskesmas.
5) Penilaian kinerja terhadap Pejabat Pengelola dibawahnya dilakukan setiap tahun
dan dilakukan secara transparan.
Puskesmas Kecamatan Ciruas memiliki kode etik yang wajib dihayati dan dijadikan acuan
dalam berperilaku bagi seluruh insan Puskesmas.
Setiap insan Puskesmas wajib menghayati nilai-nilai, budaya kerja dan budaya pihakisasi
Puskesmas serta mengimplementasikan dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya.
Setiap insan Puskesmas harus memiliki keyakinan bahwa loyalitas kepada Puskesmas
dapat mendorong totalitas dalam menjalankan tugas, kewajiban, dan tanggungjawabnya
dengan bekerja keras, cermat, taktis serta ikhlas untuk meningkatkan nilai Puskesmas.
1. Kedisiplinan
Setiap insan Puskesmas wajib mentaati semua peraturan yang telah ditetapkan oleh
Puskesmas, antara lain: jam masuk kerja, jam pulang kerja, memakai seragam dan
atributnya, pemenuhan hari kerja, panggilan tugas, baik di dalam maupun di luar jam
kerja, memberikan pelayanan yang baik kepada pasien dan masyarakat, serta mematuhi
sistem dan prosedur kerja yang berlaku.
2. Tugas Dinas
Setiap pegawai Puskesmas yang ditunjuk wajib bersedia mengikuti pendidikan dan
pelatihan yang diselenggarakan oleh internal maupun eksternal Puskesmas. Hasil
pendidikan dan pelatihan eksternal wajib dilaporkan secara tertulis kepada Kepala
Puskesmas.
Hadiah yang diberikan berkaitan dengan hubungan usaha pada dasarnya dilarang.
Setiap insan Puskesmas dilarang menerima hadiah atau sesuatu pemberian berupa
apa saja dari siapapun juga yang diketahui atau patut dapat diduga bahwa
pemberian itu bersangkutan atau mungkin bersangkutan dengan jabatan atau
pekerjaan insan Puskesmas yang bersangkutan.
Apabila karena sesuatu hal insan Puskesmas dihadapkan pada keadaan yang tidak
2) Suap
Suap dapat didefinisikan sebagai suatu perbuatan memberi atau menjanjikan sesuatu
kepada seorang pejabat atau seorang yang memiliki wewenang, dengan maksud
agar yang bersangkutan berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang
bertentangan dengan kewajibannya. Suap merupakan praktek usaha yang tidak sehat
dan tindakan yang melanggar hukum. Suap dapat berupa korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
Setiap insan Puskesmas wajib menghindarkan diri dari penyuapan dengan tidak
menerima atau memberi dalam bentuk apapun:
(1) Yang diketahui atau patut disangka bahwa apa yang diterima atau yang diberikan
itu berhubungan dengan jabatannya.
(2) Yang bertujuan untuk membujuk agar dalam jabatannya melakukan atau tidak
melakukan sesuatu yang berlawanan dengan hukum/peraturan yang berlaku.
(3) Yang diketahui bahwa sesuatu yang diterima atau diberikan itu berhubungan
dengan apa yang telah dilakukan atau dialpakan dalam jabatannya yang
berlawanan dengan kewajibannya.
Jamuan bisnis adalah kegiatan pemberian akomodasi tamu Puskesmas yang wajar dalam
kegiatan bisnis ataupun sosial. Jamuan bisnis harus dihindari jika ada tendensi akan
mempengaruhi obyektivitas keputusan bisnis, dan terlalu sering dilakukan. Jamuan
bisnis diperbolehkan jika:
1) Berkaitan dengan kepentingan usaha Puskesmas sesuai dengan praktek bisnis yang
lazim.
2) Nilainya tidak berlebihan (wajar) dan tidak dapat diklasifikasikan sebagai bentuk
hadiah/pemberian atau suap.
3) Tidak melanggar hukum atau etika yang berlaku.
4) Tidak menurunkan citra Puskesmas atau insan Puskesmas apabila diketahui oleh
umum.
5) Dalam hal pemberian jamuan bisnis, wajib mendapat persetujuan secara tertulis atau
lisan dari pejabat yang berwenang sehingga dapat dibayar dan dicatat oleh
Puskesmas sebagai biaya usaha yang wajar.
Dalam melakukan transaksi atau suatu hubungan usaha dengan rekanan, pasien, dan
pihak ketiga lainnya terkadang timbul suatu situasi yang dapat menciptakan
pertentangan kepentingan dan berpotensi menghilangkan independensi dan objektivitas
insan Puskesmas. Pertentangan kepentingan dapat didefinisikan sebagai seseorang atau
entitas yang mempunyai dua atau lebih kepentingan yang saling bertentangan yaitu
antara kepentingan Puskesmas dan pribadi. Hal ini bisa terjadi pada sebuah hubungan,
peristiwa atau pertimbangan material tertentu dimana obyektivitas atau pertimbangan
profesional telah dikesampingkan.
Insan Puskesmas tidak diperkenankan menempatkan diri pada posisi atau situasi yang
dapat menimbulkan pertentangan kepentingan antara dirinya dengan Puskesmas atau
dengan rekanan Puskesmas. Keputusan yang diambil insan Puskesmas harus netral
tidak boleh ada pengaruh kepentingan pribadi maupun keluarga yang dapat secara sadar
Setiap insan Puskesmas wajib memastikan bahwa penggunaan wewenang dan jabatan
adalah bebas dari KKN, dengan senantiasa menghindari perbuatan atau tindakan
berikut:
1) Menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan pribadi atau golongan tertentu.
2) Melakukan kegiatan yang langsung atau tidak langsung merugikan kepentingan
Puskesmas atau negara.
3) Menyalahgunakan barang inventaris, uang atau surat-surat berharga milik
Puskesmas.
4) Melakukan kejahatan bersama atasan, teman sejawat, bawahan atau orang lain di
dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk kepentingan pribadi,
golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan
Puskesmas.
5) Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahan.
6) Melakukan tindakan sewenang-wenang kepada pasien dan calon pasien.
Lingkungan kerja yang bersih, aman, dan nyaman merupakan salah satu faktor untuk
meningkatkan produktivitas kerja. Puskesmas dan seluruh insan Puskesmas harus selalu
tanggap terhadap pemeliharaan lingkungan dengan melakukan hal-hal berikut:
1) Menghindari perilaku yang tidak sesuai dengan norma kerja dan norma kesusilaan
agar terjaga keamanan lingkungan Puskesmas, yakni:
(1) Meminum minuman keras serta menyalahgunakan obat-obatan terlarang di
lingkungan kantor maupun di luar kantor.
(2) Melakukan segala bentuk perjudian di lingkungan kantor maupun di luar
kantor.
(3) Melakukan tindakan/perbuatan asusila/amoral yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
Setiap insan Puskesmas tidak dapat dikaitkan dengan dukungan partai politik,
sehingga tidak dapat menggunakan asset/fasilitas Puskesmas dan wewenangnya untuk
menyuruh dan menekan pegawai lain untuk mendukung parpol tertentu dan
wakilnya.
Setiap insan Puskesmas dilarang menjadi pengurus/anggota partai politik, calon
legislatif, dan calon eksekutif. Insan Puskesmas yang aktif dalam aktivitas politik wajib
mengundurkan diri dari Puskesmas sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Puskesmas tidak menghalangi kontribusi pribadi setiap insan Puskesmas untuk
melaksanakan aktivitas politik yang menjadi pilihan. Kontribusi tersebut merupakan
hak dan tanggung jawab pribadi masing-masing dan tidak menggunakan nama
ataupun atribut lain Puskesmas.
BAB VIII
Akuntabilitas merupakan salah satu dari empat prinsip dalam tata kelola BLUD, disamping
transparansi, responsibilitas, dan independensi. Akuntabilitas merupakan kejelasan fungsi,
struktur, dan sistem yang dipercayakan pada BLUD agar pengelolaannya dapat
dipertanggungjawabkan. Sedangkan kinerja menggambarkan pencapaian hasil kegiatan.
Dalam upaya mewujudkan akuntabilitas berbasis kinerja, maka dibuatlah Rencana Strategis
Bisnis (RSB) BLUD yang mencakup pernyataan visi, misi, program strategis, pengukuran
pencapaian kinerja, rencana pencapaian lima tahunan dan proyeksi keuangan lima tahunan
BLUD. Rencana Strategis Bisnis (RSB) BLUD dipergunakan sebagai dasar penyusunan
Rencana Bisnis Anggaran (RBA) dan evaluasi kerja.
Rencana strategis bisnis UPT Puskesmas Kecamatan Ciruas mengacu pada Renstra Dinas
Kesehatan Kabupaten Serang Tahun 2016 – 2021 (5th) yang menjabarkan visi, misi dan
program Kepala Daerah di bidang kesehatan yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten
Serang dalam rencana pembangunan lima tahun yang bersifat indikatif. Jadi dengan
sendirinya Renstra Bisnis UPT PUSKESMAS KECAMATAN CIRUAS Dinas Kesehatan
Kabupaten Serang.
C. Akuntabilitas Program/Kegiatan
Program/kegiatan yang dilaksanakan oleh UPT Puskesmas Kecamatan Ciruas mengacu
pada program/kegiatan yang telah dirumuskan pada dokumen Rencana Startegis Bisnis
dengan jangka waktu 5 (lima) tahun. Selanjutnya berpedoman pada Renstra RSB tersebut,
UPT Puskesmas Kecamatan Ciruas akan menyusun Rencana Bisnis Anggaran (RBA)
Tahunan. RBA Tahunan disusun berdasarkan prinsip:
1. Anggaran berbasis kinerja;
2. Perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanan; dan
3. Kebutuhan pendanaan dan kemampuan pendapatan yang diperkirakan akan diterima
(dari masyarakat, APDB dan sumber-sumber pendapatan BLUD lainnya).
RBA Definitif dan DPA BLUD merupakan dokumen perencanaan tahunan yang selanjutnya
akan dilaksanakan dalam bentuk pelaksanaan program/kegiatan oleh BLUD UPT Puskesmas
Kecamatan Ciruas. Untuk melaksanakan program/kegiatan dimaksud Kepala UPT
Puskesmas Kecamatan Ciruas akan mengeluarkan Surat Keputusan tentang penunjukan
personil Pelaksana Kegiatan (PK) untuk kegiatan yang telah tertera pada RBA Definitif,
sedangkan untuk kegiatan yang tertera di DPA BLUD (sumber dana APBD) pelaksana
kegiatan akan ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Serang.
Monitoring dan evaluasi program dan kegiatan merupakan suatu hal yang bersifat mutlak
dan startegis. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilakukan secara berkala dengan maksud
dapat diketahui secara segera perbedaan dalam perencanaan dan hasil yang diperoleh.
Dengan pelaporan melalui monitoring dan evaluasi akan segera dapat ditentukan
rekomendasi perubahan. Sedangkan untuk monitoring kegiatan sumber dana APBD
Kabupaten Serang akan dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten Serang.
D. Akuntabilitas Kinerja
Kinerja adalah keberhasilan personel, tim, atau unit pihakisasi dalam mewujudkan
sasaran strategik yang telah ditetapkan sebelumnya dengan perilaku yang diharapkan.
Pengukuran kinerja merupakan suatu proses penilaian kegiatan operasional perusahaan
berupa tindakan dan aktivitas suatu pihakisasi pada periode tertentu sesuai tujuan yang
telah ditetapkan. Dengan kata lain, pengukuran kinerja adalah penilaian tingkat efektifitas
dan efisiensi dari aktivitas pihakisasi.
Indikator SPM adalah tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan
untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian suatu
SPM tertentu, berupa masukan, proses, hasil dan/atau manfaat pelayanan.
Indikator kinerja yang dipakai Puskesmas Pamulang adalah indikator SPM sesuai
Permenkes RI nomor : 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan sebagai berikut : Pelayanan Kesehatan Dasar bidang kesehatan meliputi :
KEBIJAKAN KEUANGAN
Tarif layanan Puskesmas ditetapkan Bupati dengan persetujuan DPRD berdasarkan usulan
Pejabat pengelola BLUD melalui Sekretaris Daerah dengan mempertimbangkan
kontinuitas dan pengembangan layanan, daya beli masyarakat, asas keadilan dan kepatutan
dan kompetensi yang sehat. Pejabat Pengelola BLUD menetapkan strategi dan kebijakan
terhadap pemberian layanan kesehatan serta melakukan pengawasan atas
pelaksanaannya. Oleh karenanya, Pejabat Pengelola BLUD harus melakukan penghitungan
biaya per unit setiap jenis layanan (cost finding) sebagai dasar pengambilan kebijakan
mengenai penetapan tarif layanan kesehatan, misalnya kebijakan pemberian subsidi tarif
layanan kesehatan kepada pasien tidak mampu. Oleh karenanya, Pejabat Pengelola BLUD
harus melakukan reviu biaya per unit setiap jenis layanan secara berkala. Pejabat Pengelola
melakukanevaluasi kualitas pemberian jasa pelayanan yang telah dilakukan pada akhir
periode sebagai bahan masukan pada periode berikutnya.
Sistem Pengelolaan Keuangan mengacu pada ketentuan Pola Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) dengan pola kebijakan keuangan secara bertahap
menuju pola manajemen keuangan bisnis yang sehat. Kebijakan keuangan BLUD akan
ditetapkan oleh Kepala BLUD dengan mempertimbangkan kebijakan keuangan daerah dan
kebijaka keuangan lainnya yang menjadi operasional PPK-BLUD. Kebijakan ini harus
dibahas bersama dengan PPKD sebagai dasar pelaksanaan dan pertanggungjawaban
keuangan PPK-BLUD.
Penatausahaan keuangan sebagai langkah awal pembuatan laporan keuangan BLUD didasar
Beberapa prinsip dalam akuntansi BLUD berdasarkan Permendagri 61 Tahun 2007 yang
akan menjadi acuan dalam pelaksanaan penatausahaan keuangan BLUD UPT Puskesmas
Kecamatan Ciruas adalah sebagai berikut:
1. BLUD menerapkan sistem informasi manajemen keuangan yang sesuai dengan
kebutuhan praktek bisnis yang sehat.
2. Setiap transaksi keuangan yang terjadi dicatat dalam dokumen pendukung yang dikelola
secara tertib.
3. BLUD menyelenggarakan akuntansi dan laporan keuangan sesuai dengan standar
akuntansi keuangan (SAK) untuk pelaksanaan manajemen bisnis yang sehat.
4. Penyelenggaran akuntansi dan laporan keuangan mengguanakan basis akrual baik
dalam pengakuan pendapatan, biaya, asset, kewajiban, dan ekuitas dana.
5. BLUD mengembangkan dan menerapkan sistem akuntansi dengan berpedoman pada
Standar Akuntansi yang berlaku untuk BLUD yang bersangkutan dan ditetapkan dengan
Surat Keputusan Bupati.
6. Kebijakan akuntansi BLUD digunakan sebagai dasar dalam pengakuan, pengukuran,
penyajian dan pengungkapan asset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan dan biaya.
Output sistem berupa laporan keuangan BLUD, khususnya pada akhir semester dan akhir
tahun dikonsolidasikan dengan laporan keuangan pemerintah daerah sesuai Standar
Akuntansi Pemerintahan yang berlaku.
D. Remunerasi
Bupati menetapkan Remunerasi atas usulan Pejabat BLUD melalui Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Serang yang diberikan dalam bentuk gaji, tunjangan tetap, honorarium, insentif,
bonus atas prestasi, pesangon dan/atau pensiun. Adapun faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam pengelolaan Remunerasi adalah:
Remunerasi pejabat pengelola BLUD dan pegawai BLUD diberikan berdasarkan indikator
penilaian:
A. Pengertian Limbah
Limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan, sedangkan limbah medis atau limbah klinis
mencakup semua hasil buangan yang berasal dari instalasi kesehatan, dalam hal ini pusat
kesehatan masyarakat (Puskesmas), fasilitas penelitian, dan laboratorium.
Limbah bahan berbahaya dan beracun adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya atau karena sifat atau konsentrasinya atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan atau merusakkan lingkungan
hidup manusia serta mahluk lain.
Limbah puskesmas meliputi semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan puskesmas dalam
bentuk padat, cair dan gas, merupakan bahan yang tidak berguna, tidak digunakan atau
terbuang. Limbah puskesmas dapat dibedakan menjadi limbah medis dan non medis.
Limbah cair terdiri dari semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari puskesmas yang
kemungkinan mengandung mikropihakisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang
berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.
Limbah klinis berupa limbah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan gigi, veterany,
farmasis atau yang sejenis, pengobatan, perawatan, yang menggunakan bahan-bahan yang
beracun, infeksius, berbahaya atau bisa membahayakan kecuali jika dilakukan dengan
pengamanan tertentu.
Pada sarana pelayanan kesehatan termasuk puskesmas, limbah medis dapat dikategorikan
menjadi beberapa jenis, meliputi:
1. Limbah Benda Tajam : adalah materi padat yang memiliki sudut kurang dari 90 derajat,
dapat menyebabkan luka iris atau tusuk, misalnya : Jarum suntik; kaca sediaan (preparat
glass); infus set; ampul/vial obat, dll
2. Limbah Infeksius : adalah limbah yang diduga mengandung patogen (bakteri, virus,
parasit, dan jamur) dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan penyakit pada pejamu
1. Safety Box.
2. TPS sampah medis
Pengelolaan yang tepat untuk pengelolaan limbah medis di unit-unit pelayanan kesehatan
selain tergantung pada administrasi dan pihakisasi yang baik, juga memerlukan kebijakan
dan pendanaan yang memadai dan sekaligus partisipasi aktif dari semua pihak yang ada di
unit pelayanan tersebut, misalnya dengan membentuk Tim Pengelolaan Limbah untuk
menyusun rencana pengelolaan limbah secara terstruktur , sistematis dan intensif.
Secara garis besar, Puskesmas Kecamatan Ciruas melakukan pengelolaan limbah medis
padat dan limbah medis cair.
Pengolahan limbah puskesmas tidak dilakukan secara mandiri namun untuk pengelolaan
limbah medis padat masih dikelola oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Serang . Untuk limbah medis cair direncakanan dikelola oleh Puskesmas
dibawah pengawasan Dinas Kesehatan Kabupaten Serang .
Pada saat ini proses pengerjaan IPAL di Puskesmas Kecamatan Ciruas sedang berjalan dan
belum dapat dioperasikan . Sementara ini outlet limbah cair masih mengalir ke bak
penampungan .Sampai saat ini kapasitas limbah cair masih sangat sedikit mengingat
operasional gedung baru baru 2 bulan berjalan.
1. Seluruh kebijakan yang ada di Puskesmas Kecamatan Ciruas harus berpedoman pada
dan tidak bertentangan dengan Pola Tata Kelola ini. Kebijakan Puskesmas tidak terbatas
pada Surat Keputusan Bupati, Surat Edaran Kepala Dinas Kesehatan, dan seluruh Buku
Pedoman Puskesmas. Kebijakan Puskesmas yang telah diterbitkan dan tidak
bertentangan dengan Pedoman Tata Kelola ini wajib disesuaikan.
2. Pola Tata Kelola ini ditelaah dan dimutakhirkan secara berkala untuk disesuaikan
dengan fungsi, tanggung jawab, dan wewenang pihak-pihak Puskesmas serta perubahan
lingkungan yang terjadi.
3. Setiap perubahan terhadap Pola Tata Kelola harus disetujui oleh Bupati.
4. Hal-hal lain yang tidak dimuat dalam pedoman ini tetap mengacu pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
5. Pola Tata Kelola ini dinyatakan berlaku efektif sejak ditetapkan oleh Bupati Serang.