Anda di halaman 1dari 9

1. Jelaskan mengapa Indonesia harus hutang ke LN !

Jelaskan macam-macam hutang


pemerintah dan implikasinya pada perekonomian Indonesia !

a) Mengapa Indonesia harus hutang ke LN

Sejarah telah membuktikan bahwa setiap masa pemerintahan Presiden Ir.


Soekarno hingga saat ini, Presiden Joko Widodo, Indonesia masih belum lepas dari
riwayat utang luar negeri. Setidaknya memang ada dua alasan mengapa Indonesia,
dalam hal ini pihak pemerintah, harus melakukan utang luar negeri, yaitu:

1) Utang luar negeri memang dibutuhkan Indonesia sebagai tambahan modal Negara
yang menyangkut dengan pembangunan prasarana fisik. Sebagaimana telah diketahui
bahwa infrastruktur merupakan investasi yang mahal dalam sebuah pembangunan,
terlebih pembangunan yang dilakukan dalam tingkat Negara.
2) Utang luar negeri dapat digunakan sebagai penyeimbang neraca pembayaran Negara.
Tentunya dalam hal ini pemerintah memang berusaha untuk melakukan
penyeimbangan pada neraca pembayaran Negara Indonesia sendiri.

Namun terlepas dari dua alasan tersebut, sebenarnya ada beberapa alasan lainnya yang
menjadi penyebab utang luar negeri  yang dilakukan Indonesia antara lain:

1) Defisit Transaksi Berjalan (TB)

Transaksi Berjalan (TB) merupakan perbandingan antara jumlah pembayaran


yang diterima dari luar negeri dengan jumlah pembayaran yang dikeluarkan ke luar
negeri. Artinya, operasi total perdagangan luar negeri, neraca perdagangan, dan
keseimbangan antara ekspor dan impor, serta pembayaran transfer.

Dalam hal ini defisit yang semakin meningkat akan menjadi penyebab semakin
meningkatnya atau bertambahnya utang luar negeri, termasuk Indonesia. Dengan kata
lain, pengeluaran yang dikeluarkan oleh Negara lebih besar daripada pemasukan yang
diterima oleh Negara sendiri. Sedemikian sehingga defisit antara pengeluaran dan
pemasukan semakin besar dan salah satu solusi untuk bisa menutupi defisit tersebut
ialah dengan melakukan utang luar negeri.

2) Meningkatnya Kebutuhan Investasi


Investasi merupakan penanaman modal yang dilakukan untuk satu atau lebih
aktivitas yang dimiliki oleh Negara, di mana biasanya memiliki jangka waktu lama
dengan harapan mendapatkan keuntungan pada masa yang akan datang. Kasus yang
terjadi di Indonesia setiap tahunnya pun hampir serupa, yaitu kekurangan dana untuk
melakukan investasi tersebut. Padahal hampir setiap tahun pula kebutuhan investasi
semakin meningkat. Sedemikian sehingga dengan semakin meningkatnya kebutuhan
investasi sedangkan modal investasinya tidak dimiliki, maka akan memicu Negara
untuk melakukan utang luar negeri. Dengan kata lain, kekurangan modal dengan
kebutuhan investasi yang semakin meningkat tiap tahunnya akan menyebabkan utang
luar negeri semakin meningkat pula. Selain kebengkakan dana yang dibutuhkan,
utang luar negeri yang meningkat juga disebabkan dengan berbedanya tingkat suku
bunga yang diterapkan oleh masing-masing Negara lain selaku pemberi pinjaman.

3) Meningkatnya Inflasi

Inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum, di


mana hal tersebut secara terus-menerus memiliki kaitan dengan mekanisme pasar
yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Yang mana, laju inflasi mempengaruhi
tingkat suku bunga nominal. Kasus yang terjadi di Indonesia ialah trand inflasi yang
meningkat sehingga memaksa Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga.
Sedemikian sehingga dengan rendahnya suku bunga, maka minat orang ataupun
Negara lain untuk melakukan investasi di Indonesia semakin rendah pula. Dengan
keadaan tersebutlah, maka pemerintah mengambil tindakan untuk memenuhi belanja
Negaranya melalui utang luar negeri.

4) Struktur Perekonomian Tidak Efisien

Struktur perekonomian yang tidak efisien, dalam hal ini di Indonesia, tampak
dari tidak efisiennya pemakaian modal yang dikeluarkan sehingga memerlukan
investasi besar. Hal inilah yang kemudian akan mendorong pemerintah mengambil
tindakan utang luar negeri untuk memenuhi investasi besar tersebut akibat pemakaian
modal yang tidak efisien.
b) Macam – macam hutang pemerintah

Pinjaman terdiri dari pinjaman luar negeri dan pinjaman dalam negeri

 Pinjaman Luar Negeri : World Bank, Asian Development Bank, Islamic


Development Bank dan kreditor World Bank, Asian Development Bank,
Islamic Development Bank dan kreditor bilateral (Jepang, Jerman, Perancis
dll), serta Kredit Ekspor.

 Pinjaman Program: Untuk budget support dan pencairannya dikaitkan


dengan pemenuhan Policy Matrix di bidang kegiatan untuk mencapai
MDGs (pengentasan kemiskinan,pendidikan,pemberantasan korupsi),
pemberdayaan masyarakat, policy terkait dengan climate change dan
infrastruktur.

 Pinjaman proyek : Untuk pembiayaan proyek infrastruktur di berbagai


sektor (perhubungan, energi, dll); proyek-proyek dalam rangka
pengentasan kemiskinan (PNPM).

 Pinjaman Dalam Negeri

 Peraturan Pemerintah (PP) No.: 54 Tahun 2008 Tentang Tata Cara


Pengadaan dan Penerusan Pinjaman Dalam Negeri oleh Pemerintah

 Berasal dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN); Pemerintah Daerah,dan


Perusahaan Daerah;

 Untuk membiayai kegiatan dalam rangka pemberdayaan industri dalam


negeri dan pembangunan infrastruktur untuk pelayanan umum; kegiatan
investasi yang menghasilkan penerimaan.

 Surat Berharga Negara (SBN) dalam Rupiah dan valuta asing, tradable & non-
tradable, fixed & variable :

 Surat Utang Negara (SUN) ™Surat Utang Negara (SUN) ¾


- Surat Perbendaharaan Negara (SPN/T-Bills): SUN jangka pendek (s.d.
12bln)

- Obligasi Negara (> 1 thn)

- Obligasi Negara (> 1 thn) : Coupon Bond ysng terdiri dari :

Tradable: ORI, FR/VR bond, Global bond

Non tradable: SRBI untuk BLBI, dan Surat Utang/SU ke BI untuk


penyehatan :,gpydan restrukturisasi perbanka

 Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)/Sukuk Negara dalam Rupiah dan


valuta asing dengan berbagai struktur, misalnya Ijarah, Musyarakah, Istisna
dll

- SBSN jangka pendek (Islamic T-Bills); SBSN Ritail (Sukri);

- SBSN jangka panjang (IFR/Ijarah Fixed Rate; Global Sukuk;


SDHI/Sukuk Dana Haji Indonesia)

c) Implikasi pada perekonomian Indonesia

 Implikasi Positif (Manfaat)

1. Pembangunan Infrastruktur Bagi Negara Berkembang

 Kebanyakan masyarakat memang memandang negatif utang luar


negeri, meski sebenarnya pandangan tersebut memang beralasan karena terlalu
banyaknya hutang yang ditanggung oleh Negara, yaitu Indonesia, kepada
Negara lain di luar negeri. Namun terlepas dari itu semua, utang luar negeri
juga memberikan manfaat bagi Indonesia untuk melakukan pembangunan
infrastruktur Negara, seperti pembangunan jalan (meliputi jalan tol, jalan
laying maupun perbaikan jalan di desa-desa) dan pembangunan kota serta
desa.

2. Menutupi Kekurangan Anggaran


 Utang luar negeri juga memberikan manfaat untuk menutupi
kekurangan anggaran yang disebabkan oleh neraca pembayaran Negara yang
tidak seimbang antara pemasukan dan pengeluaran. Yang mana, kasus di
Indonesia hampir setiap tahunnya mengalami pembengkakan pengeluaran
belanja Negara daripada pemasukan yang diterima oleh Negara sendiri.
Termasuk dalam hal memenuhi anggaran untuk modal investasi yang
dilakukan oleh Negara

3. Utang Luar Negeri Sama Halnya Dengan Modal Pembangunan

Utang luar negeri yang dilakukan dapat dipakai sebagai modal unruk
melakukan pembangunan Negara. Termasuk Indonesia sendiri yang sampai
saat ini masih terus berusaha untuk melakukan pemerataan pembangunan, baik
di kota dan di desa yang masih berlangsung timpang atau tidak seimbang.

4. Menjalin Hubungan Bilateral

 Utang luar negeri yang dilakukan akan mempererat hubungan bilateral


antara Indonesia (sebagai pihak peminjam) dengan Negara lain (sebagai pihak
pemberi pinjaman). Hal ini akan sangat berdampak baik, mengingat di zaman
modern seperti sekarang ini, hampir setiap Negara saling bergantung satu
sama lainnya untuk memajukan kesejahteraan rakyatnya masing-masing.

 Implikasi Negatif (Resiko)

1) Bantuan utang luar negeri justru akan memperlambat pertumbuhan yang erat
kaitannya dengan adanya substitusi terhadap investasi dan tabungan luar
negeri, serta membesarnya defisit neraca pembayaran Negara. Apalagi jika
mengingat bahwa Indonesia masih termasuk Negara berkembang yang
memang memerlukan banyak modal.
2) Memperlebar kesenjangan standar hidup masyarakat antara orang yang kaya
dengan orang yang miskin di Negara dunia ketiga (Negara berkembang),
seperti Indonesia. Yang mana, orang yang kaya semakin kaya dan gelamor,
sedangkan orang yang miskin semakin miskin dan terpuruk kualitas ekonomi
hidupnya.
3) Menghambat pertumbuhan dengan semakin terkurasnya tabungan Negara dan
buruknya pendapatan yang diperoleh Negara sendiri.
4) Resiko kesinambungan fiskal, di mana utang yang besar biasanya berpotensi
untuk membahayakan kesinambungan anggaran pemerintah dalam mengelola
Negara.
5) Resiko nilai tukar, di mana resiko nilai mata uang yang juga berubah-ubah
setiap waktu berpotensi untuk memberikan tambahan beban pembayaran
terhadap utang luar negeri yang dilakukan. Apalagi bila nilai tukar rupiah
sedang menurun
6) Resiko perubahan tingkat bunga, di mana tingkat bunga yang semakin tinggi
akan semakin memberatkan Negara peminjam. Sedemikian sehingga biaya
pembayaran hutang akan semakin tinggi.
7) Resiko pembiayaan kembali (refinancing), di mana volume utang Negara yang
sudah jatuh tempo harus dilunasi. Sedemikiam sehingga volume yang cukup
besar dapat mengakibatkan timbulnya resiko berupa lebih tingginya biaya dari
peminjaman baru yang akan dilakukan.

2. Uraikan macam-macam standar pengukuran kemiskinan ! Dan jelaskan faktor-faktor


penyebab kemisikinan di Indonesia dan bagaimana strategi mengatasinya !

3. Uraikan latar belakang kebijakan otonomi daerah di Indonesia dan jelaskan


faktor yang menyebabkan kegagalan dalam implementasi otonomi daerah di
Indonesia

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, otonomi adalah pola


pemerintahan sendiri. Sedangkan otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan
kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagaimana telah
diamandemen dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan
Daerah, Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Latar Belakang Otonomi Daerah di Indonesia :
Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia sudah diselenggarakan lebih dari
satu  dasawarsa. Otonomi daerah untuk pertama kalinya mulai diberlakukan di
Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah yang hingga saat ini telah mengalami beberapa kali perubahan. Pelaksanaan
otonomi daerah di Indonesia tersebut telah mengakibatkan perubahan dalam sistem
pemerintahan di Indonesia yang kemudian juga membawa pengaruh terhadap
kehidupan masyarakat di berbagai bidang.

Secara konseptual, pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dilandasi oleh


tiga tujuan utama yang meliputi tujuan politik, tujuan administratif dan tujuan
ekonomi. Hal yang ingin diwujudkan melalui tujuan politik dalam pelaksanaan
otonomi daerah diantaranya adalah upaya untuk mewujudkan demokratisasi politik
melalui partai politik dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Perwujudan tujuan
administratif yang ingin dicapai melalui pelaksanaan otonomi daerah adalah adanya
pembagian urusan pemerintahan antara pusat dan daerah, termasuk sumber keuangan
serta pembaharuan manajemen birokrasi pemerintahan di daerah. Sedangkan tujuan
ekonomi yang ingin dicapai dalam pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia adalah
terwujudnya peningkatan Indeks pembangunan manusia sebagai indikator
peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia. 

Dalam konsep otonomi daerah, pemerintah dan masyarakat di suatu daerah


memiliki peranan yang penting dalam peningkatan kualitas pembangunan di
daerahnya masing-masing. Hal ini  terutama disebabkan karena dalam otonomi daerah
terjadi peralihan kewenangan yang pada awalnya diselenggarakan oleh pemerintah
pusat kini menjadi urusan pemerintahan daerah masing-masing. 

Dalam rangka mewujudkan tujuan pelaksanaan otonomi daerah, terdapat


beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan, antara lain : faktor manusia yang
meliputi kepala daerah beserta jajaran dan pegawai, seluruh anggota lembaga
legislatif dan partisipasi masyarakatnya. Faktor keuangan daerah, baik itu dana
perimbangan dan pendapatan asli daerah, yang akan mendukung pelaksanaan pogram
dan kegiatan pembangunan daerah. Faktor manajemen organisasi atau birokrasi yang
ditata secara efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan pelayanan dan
pengembangan daerah.

a) meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan kesejahteraan


masyarakat
b) menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah, dan
memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi
dalam proses pembangunan.
c) peningkatan kesejahteraan rakyat, pemerataan dan keadilan, demokratisasi dan
penghormatan terhadap budaya lokal dan memperhatikan potensi dan
keanekaragaman daerah.
d) Meningkatkan pelayanan umum. Dengan adanya otonomi daerah diharapkan ada
peningkatan pelayanan umum secara maksimal dari lembaga pemerintah di
masing-masing daerah. Dengan pelayanan yang maksimal tersebut diharapkan
masyarakat dapat merasakan secara langsung manfaat dari otonomi daerah.
e) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Setelah pelayanan yang maksimal dan
memadai, diharapkan kesejahteraan masyarakat pada suatu daerah otonom bisa
lebih baik dan meningkat. Tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut menunjukkan
bagaimana daerah otonom bisa menggunakan hak dan wewenangnya secara tepat,
bijak dan sesuai dengan yang diharapkan.
f) Meningkatkan daya saing daerah. Dengan menerapkan otonomi daerah diharapkan
dapat meningkatkan daya saing daerah dan harus memperhatikan bentuk
keanekaragaman suatu daerah serta kekhususan atau keistimewaan daerah tertentu
serta tetap mengacu pada semboyan negara kita “Bineka Tunggal Ika” walaupun
berbeda-beda namun tetap satu jua.

Faktor yang menyebabkan kegagalan dalam implementasi otonomi daerah


di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai