BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gastritis adalah proses inflamsi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. Secara
histopastologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltarsi sel-sel radang pada daerah tersebut.
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai di klinik / ruangan penyakit
dalam pada umumnya. Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak 5 – 6 tahun ini dan
menyerang laki-laki lebih banyak dari pada wanita. Laki-laki lebih banyak mengalami
gastritis karena kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan merokok.
Di negara berkembang prevalensi infeksi Helicobacter pylori pada orang dewasa mendekati
angka 90%. Sedangkan pada anak-anak prevalensinya lebih tinggi lagi. Di Indonesia,
prevalensi kuman ini menggunakan urea breath test. Penelitian serologis yang dilakukan
secara cross sectional bertambahnya prevelansi penyakit ini sesuai dengan pertambahan usia.
Penyebab penyakit ini adalah gram negatife, basil yang berbentuk kurva dan batang.
Namun, banyak faktor lain seperti cedera, traumatis, penggunaan obat penghilang rasa sakit
tertentu atau minum alkohol terlalu banyak, juga dapat berkontribusi untuk terjadinya
gastritis.
Gastritis dapat terjadi secara mendadak (gastritis akut) atau bisa terjadi perlahan-lahan dari
waktu ke waktu (gastritis kronis). Dalam beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan bisul
(ulkus) pada lambung dan peningkatan risiko kanker perut. Bagi kebanyakan orang, gastritis
tidaklah serius dan dapat dengan cepat mereda bahkan sembuh dengan pengobatan.
Saat ini dalam proses keperawatan gastritis banyak dijumpai dan menyerang 80 – 90% laki-
laki.
Gastritis dapat terjadi secara mendadak (gastritis akut) atau bisa terjadi perlahan-lahan dari
waktu ke waktu (gastritis kronis). Dalam beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan bisul
(ulkus) pada lambung dan peningkatan risiko kanker perut. Bagi kebanyakan orang, gastritis
tidaklah serius dan dapat dengan cepat mereda bahkan sembuh dengan pengobatan.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Gastritis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Gastritis.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi gastritis
2. Mengetahui klasifikasi gastritis
3. Mengetahui etiologi gastritis
4. Mengetahui patofisiologi gastritis
5. Mengetahui manifestasi klinis gastritis
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang gastritis
7. Mengetahui penatalaksanaan gastritis
8. Mengetahui komplikasi gastritis
9. Mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan gastritis
1.4 Manfaat
1.4.1 Teoritis
Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan Gastritis.
1.4.2 Praktis
1. Tenaga keperawatan
Dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik dan tepat pada pasien dengan Gastritis.
2. Mahasiswa
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi semua mahasiswa tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan gastritis sehingga menunjang pembelajaran mata
kuliah pencernaan.
3. Institusi
Sebagai referensi tambahan dalam proses penbelajaran mata kuliah pencernaan. Akademik
mendapatkan tambahan referensi untuk melengkapi bahan pembelajaran.
4. Masyarakat
Memberikan informasi tentang penyakit gastritis, penyebab, tanda dan gejal, serta cara
perawatan dan pengobatannya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti
perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis adalah inflamasi dari
mukosa lambung (Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga , 1999). Gastritis adalah segala
radang mukosa lambung. Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan
mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau local (Sylvia A Price, 2006).
Berdasarkan berbagai pendapat tokoh diatas, gastritis dapat juga diartikan sebagai suatu
proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara hispatologi dapat
dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. Gastritis bukan
merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu
mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat
dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di
lambung yaitu Helicobacter pylori. Peradangan ini mengakibatkan sel darah putih menuju ke
dinding lambung sebagai respon terjadinya kelainan pada bagian tersebut.
2.2 Klasifikasi
Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2, yaitu: (David Ovedorf, 2002)
1. Gastritis akut
Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat menyebabkan mukosa menjadi
gangren atau perforasi. Gastritis akut dibagi menjadi dua garis besar yaitu :
a) Gastritis eksogen akut, biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari luar, seperti bahan
kimia. Misalnya lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid, mekanis iritasi bakterial, obat
analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat
menyebabkan erosi mukosa lambung).
b) Gastritis endogen akut, adalah gastritis yang disebabkan oleh kelainan badan.
2. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama, dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari
lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory. Gastritis kronik dikelompokkan lagi dalam 2
tipe yaitu tipe A dan tipe B. Dikatakan gastritis kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun
sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa.
Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia pernisiosa
berkembang pada proses ini. Gastritis kronik tipe B lebih lazim. Tipe ini dikaitkan dengan
infeksi Helicobacter pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
2.3 Etiologi
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut :
a) Gastritis Akut
Penyebabnya adalah stres psikologi, obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin
yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung), makanan, bahan kimia
misalnya lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis.
b) Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui, biasanya disebabkan oleh ulkus
benigna atau maligna dari lambung Helicobacter pylori. Gastritis ini merupakan kejadian
biasa pada orang tua, tapi di duga pada peminum alkohol, dan merokok.
2.4 Patofisiologi
1. Gastritis Akut
Pengaruh efek samping obat-obat NSAIDs atau Non-Steroidal Anti Inflamatory Drug seperti
aspirin juga dapat menimbulkan gastritis. Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS)
seperti aspirin, ibuproven dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung
dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung.
Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah
lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian
yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer. Pemberian aspirin juga dapat
menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga kemampuan faktor
defensif terganggu.
Alkohol berlebih, terlalu sering memakan makanan yang mengandung nitrat (bahan
pengawet) atau terlalu asam (cuka), kafein seperti pada teh dan kopi serta kebiasaan merokok
dapat memicu terjadinya gastritis. Karena bahan-bahan tersebut bila terlalu sering kontak
dengan dinding lambung akan memicu sekresi asam lambung berlebih sehingga dapat
mengikis lapisan mukosa lambung.
Kemudian stress psikologis maupun fisiologis yang lama dapat menyebabkan gastritis. Stress
seperti syok, sepsis, dan trauma menyebabkan iskemia mukosa lambung. Iskemia mukosa
lambung mengakibatkan peningkatan permeabilitas mukosa akibatnya terjadi difusi balik H+
ke dalam mukosa. Mukosa tidak mampu lagi menahan asam berlebih menyebabkan edema
lalu rusak
2. Gastritis Kronik
Gastritis kronis dapat diklasifikasikan tipe A atau tipe B. Tipe A (sering disebut sebagai
gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atropi dan
infiltrasi sel. Hal ini dihubungkan dengan penyakit otoimun, seperti anemia pernisiosa dan
terjadi pada fundus atau korpus dari lambung.
Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H. pylory) Ini dihubungkan dengan bakteri H.
pylory, faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan obat-obatan dan alkohol,
merokok atau refluks isi usus kedalam lambung. H. Pylori termasuk bakteri yang tidak tahan
asam, namun bakteri jenis ini dapat mengamankan dirinya pada lapisan mukosa lambung.
Keberadaan bakteri ini dalam mukosa lambung menyebabkan lapisan lambung melemah dan
rapuh sehingga asam lambung dapat menembus lapisan tersebut.
Dengan demikian baik asam lambung maupun bakteri menyebabkan luka atau tukak. Sistem
kekebalan tubuh akan merespon infeksi bakteri H. Pylori tersebut dengan mengirimkan butir-
butir leukosit, selT-killer, dan pelawan infeksi lainnya. Namun demikian semuanya tidak
mampu melawan infeksi H. Pylori tersebut sebab tidak bisa menembus lapisan lambung.
Akan tetapi juga tidak bisa dibuang sehingga respons kekebalan terus meningkat dan tumbuh.
Polymorph mati dan mengeluarkan senyawa perusak radikal superoksida pada sel lapisan
lambung. Nutrisi ekstra dikirim untuk menguatkan sel leukosit, namun nutrisi itu juga
merupakan sumber nutrisi bagi H. Pylori. Akhirnya, keadaan epitel lambung semakin rusak
sehingga terbentuk ulserasi superfisial dan bisa menyebabkan hemoragi (perdarahan). Dalam
beberapa hari gastritis dan bahkan tukak lambung akan terbentuk.
2.5 Manifestasi Klinis
a. Gastritis Akut
1. Anoreksia
2. Mual
3. Muntah
4. Nyeri epigastrum
5. Perdarahan saluran cerna pada Hematemasis melena, tanda lebih lanjut yaitu anemia.
b. Gastritis Kronik
Pada tipe A, biasanya asimtomatik, klien tidak mempunyai keluhan. Namun pada gastritis
tipe B, pasien biasanya mengeluh :
1. Nyeri ulu hati
2. Anorexia
3. Nausea
4. Anemia
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang gastritis menurut Hudak dan Gallo, 1996, seperti di bawah
ini :
a. Nilai haemoglobin dan hematokrit untuk menentukan adanya anemia akibat
perdarahan.
b. Kadar serum gastrin rendah atau normal, atau meninggi pada gastritis kronik yang
berat.
c. Pemeriksaan rontgen dengan sinar X barium untuk melihat kelainan mukosa lambung.
d. Endoskopi dengan menggunakan gastrocopy untuk melihat kelainan mukosa lambung.
e. Pemeriksaan asam lambung untuk mengetahui ada atau tidak peningkatan asam
lambung
f. Pemeriksaan darah untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah. Hasil tes
yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu
dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah
dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung
karena gastritis.
g. Pemeriksaan feses tes ini untuk memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam
feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan
juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan
dalam lambung.
h. Analisa lambung tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting
untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke
dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal
mengukur BAO( basal acid output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk
menegakkan diagnosis sindrom Zolinger- Elison (suatu tumor pankreas yang menyekresi
gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).
2.7 Penatalaksanaan
Pengobatan gastritis meliputi :
1. Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi.
2. Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dapat dijumpai.
3. Pemberian obat-obat antasid atau obat-obat ulkus lambung yang lain (Soeparman,1999)
Pada gastritis, penatalaksanaanya dapat dilakukan dengan (medis dan non medis), yaitu
sebagai berikut
a. Gastritis Akut
1. Intruksikan pasien untuk menghindari alkohol.
2. Bila pasien mampu makan melalui mulut, anjurkan diet mengandung gizi.
3. Bila gejala menetap, cairan perlu diberi secara parenteral.
4. Bila perdarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan untuk hemoragi saluran gastrofestinal.
5. Untuk menetralisir asam gunakan antasida umum.
6. Untuk menetralisir alkhali gunakan jus lemon encer atau cuka encer.
7. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau perforasi.
8. Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang encer atau
cuka yang di encerkan.
9. Reaksi lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi polirus.
b. Gastritis Kronik
1. Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makan lunak diberikan sedikit tapi
lebih sering.
2. Mengurangi stress
3. H.pylori diatasi dengan antibiotik (seperti tetraciklin ¼, amoxillin) dan gram bismuth
(pepto-bismol).
2.8 Komplikasi
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas berupa hematimesis dan melena yang dapat
berakhir sebagai syok hemoragie.
b. Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamin B12
(Mansjoer, Arief 1999)
2.9 WOC
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN GASTRITIS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Anamnese meliputi :
1. Nama : Tn. X
2. Usia : lebih banyak pada anak-anak
3. Jenis kelamin : lebih banyak laki-laki
4. Jenis pekerjaan : tidak dipengaruhi jenis pekerjaan
5. Alamat : -
6. Suku/bangsa : indonesia
7. Agama : islam
8. Tingkat pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim mendapatkan
pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya
menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan yang dapat
menimbulkan serta memperparah penyakit ini.
9. Riwayat sakit dan kesehatan
a) Keluhan utama : Nyeri di ulu hati dan perut sebelah kanan bawah.
b) Riwayat penyakit saat ini : Meliputi perjalan penyakitnya, awal dari gejala yang dirasakan
klien, keluhan timbul dirasakan secara mendadak atau bertahap, faktor pencetus, upaya untuk
mengatasi masalah tersebut.
c) Riwayat penyakit dahulu : Meliputi penyakit yang berhubungan dengan penyakit
sekarang, riwayat dirumah sakit, dan riwayat pemakaian obat.
3.1.2 Pemeriksaan fisik, yaitu Review of system (ROS)
Keadaan umum : tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri tekan di
kwadran epigastrik.
1. B1(breath) : takhipnea
2. B2 (blood) : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian perifer
lambat, warna kulit pucat.
3. B3 (brain) : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu,
disorientasi, nyeri epigastrum.
4. B4 (bladder) : oliguria, gangguan keseimbangan cairan.
5. B5 (bowel) : anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran
terhadap makanan pedas.
6. B6 (bone) : kelelahan, kelemahan
3.1.3 Fokus Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
2. Sirkulasi
Gejala : kelemahan, berkeringat
Tanda : - hipotensi (termasuk postural)
- takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)
- nadi perifer lemah
- pengisian kapiler lambat / perlahan (vasokonstriksi)
- warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
- kelemahan kulit / membran mukosa, berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut,
respons psikologik)
3. Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja), perasaan tak berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar,
suara gemetar.
4. Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan gastroenteritis
(GE) atau masalah yang berhubungan dengan GE, misalnya luka peptik atau gaster, gastritis,
bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik feses.
Tanda : - nyeri tekan abdomen, distensi
- bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan.
- karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang merah
cerah, berbusa, bau busuk (steatorea), konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan
antasida).
- haluaran urine : menurun, pekat.
5. Makanan / Cairan
Gejala : – anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi pilorik
bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
- masalah menelan : cegukan
- nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual atau muntah
Tanda : muntah dengan warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan
darah, membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan
kronis).
6. Neurosensi
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Tanda : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur, disorientasi /
bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume sirkulasi / oksigenasi).
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : - nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri hebat
tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan
banyak
dan hilang dengan makan (gastritis akut).
- nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam
setelah makan dan hilang dengan antasida (ulkus gaster).
- nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung terjadi kurang lebih 4 jam
setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus
duodenal).
- tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis).
- faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu (salisilat,
reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit.
8. Keamanan
Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Tanda : peningkatan suhu, spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis /
hipertensi portal)
9. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang mengandung ASA, alkohol,
steroid. NSAID menyebabkan perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat diterima karena (misal :
anemia) atau diagnosa yang tak berhubungan (misal : trauma kepala), flu usus, atau episode
muntah berat. Masalah kesehatan yang lama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan
makan (Doengoes, 1999, hal: 455).
3.1.4 Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah. Hasil tes yang
positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam
hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat
juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung karena
gastritis.
b. Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh urease H. Pylori dalam
lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding
lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.
c. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang
positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap
adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
d. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang
mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang
kecil yang fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung dan
bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum endoskop
dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan
dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit
sampel(biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium
untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya
tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari
anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini.
Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan
endoskop.
e. Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya
akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan
melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
g. Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting untuk menegakkan
diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan
dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO( basal
acid output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom
Zolinger- Elison(suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang
selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).
h. Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO, maximum acid
output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi asam seperti histamin atau
pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak.
3.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan output
cair yang berlebih (mual dan muntah).
2. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung sekunder karena stress psikologi.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake asupan gizi.
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman kematian, nyeri.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.