Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER( DHF)

DISUSUN OLEH

CRISTIN LAKOY
PO7120219014

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES

JAYAPURA

2021
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI

Adalah suatu penyakit demam akut disebabkan oleh virus yang masuk
kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk apecies Aides Aegypti yang menyerang pada
anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan: demam, nyeri otot dan sendi,
manifestasi perdarahan dan cenderung menimbulkan syok yang dapat menyebabkan
kematian. (Hendaranto, Buku ajar IPD, FKUI, 1997).

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak
dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang
disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan
masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina)
(Seoparman , 1990).

B. ETIOLOGI
1. Virus Dengue
Virus Dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus
(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1, 2, 3
dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan
satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus
flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada
berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel-sel mamalia misalnya sel
BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel-sel Arthropoda misalnya sel aedes
Albopictus (Soedarto, 1990; 36).
2. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk
aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies
lain merupakan vektor yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotipe
akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi
tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer
&Suprohaita, 2000; 420).
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan
virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes
Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan di daerah
pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes
berkembang biak pada genangan air bersih yang terdapat bejana-bejana yang
terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di
lubang-lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air
bersih alami lainnya (Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap
darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari.
(Soedarto, 1990 ; 37).
3. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih
mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe
lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah
mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk
kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus
dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari
ibunya melalui plasenta (Soedarto, 1990; 38).

C. PATOFISIOLOGI
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan virtemia.
Hal tersebut menyebabkan pengaktifan complement sehingga terjadi komplek imun
Antibodi-virus pengaktifan tersebut akan membentuk dan melepaskan zat (3a, C5a,
bradikinin, serotinin, trombin, histamin), yang akan merangsang PGE2 di Hipotalamus
sehingga terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang akan meningkatkan
reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat disebabkan
peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran
palsma. Adanya komplek imun antibodi-virus juga menimbulkan Agregasi trombosit
sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, coagulopati. Ketiga hal
tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock dan jika
shock tidak teratasi terjadi Hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik.
Asidosis metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi
perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi
terjadi hipoxia jaringan.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup dalam
sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam kebutuhan
protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh manusia.
Sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi :
1. aktivasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang
menyebabkan peningkatan permiabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma
dari ruang intravaskular ke ekstravaskular.
2. agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan
kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit
muda dari sumsum tulang
3. kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi faktor
pembekuan.

Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler dan kelainan
hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopenia dan kuagulopati (Arief
Mansjoer & Suprohaita, 2000).

D. KLASIFIKASI
WHO, 1997 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan,
yaitu:
1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji
tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti
petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
3. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun/hipotensi disertai dengan kulit dingin lembab dan pasien menjadi gelisah.
4. Derajat IV
Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur, anggota gerak teraba dingin,
berkeringat dan kulit tampak biru.
E. TANDA DAN GEJALA
1. Demam Dengue
Merupakan suatu penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau
lebih manifestasi klinis sebagai berikut:
a. Nyeri kepala
b. Nyeri Retro-orbital
c. Mialgia / atralgia
d. Ruam kulit
e. Manifestasi perdarahan ( petekie / uji tourniquet +)
f. Leukopenia
g. Pemeriksaan serologi dengue positif.
2. Demam berdarah Dengue
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakan bila semua hal ini
dipenuhi :
a. Demam akut selama 2-7 hari , biasanya bersifat bifasik
b. Trombositopenia < 100.000/IU
c. Kebocoran plasma ditandai dengan :
1) Peningkatan nilai hematocrit > 20% dari nilai beku sesuai jenis umur dan
kelamin
2) Penurunan nilai hematocrit > 20% setelah pemberian cairan yang adekuat
d. Tanda kebocoran plasma seperti: hipoproteinemia, asites, efusi pleura
e. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa:
1) Uji tourniquet positif
2) Ptekie, ekimosis, atau purpura
3) Perdarahan mukosa( epistaksis, perdarahan gusi), saluran cerna, tempat
bekas suntikan.
4) Hematemesis / melena.
3. Sindrom Syok Dengue
Seluruh kriteria DBD diatas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu:
a. Penurunan kesadaran, gelisah
b. Nadi cepat, lemah
c. Hipotensi
d. Td turun < 20 mmHg
e. Perfusi perifer menurun
f. Kulit dingin – lembab

F. PATHWAY

Arbovirus (melalui Beredar dalam aliran darah Infeksi virus dengue (viremia)
nyamuk aedes aegypty)

Hipotalamus Membentuk & melepaskan Mengaktifkan sistem


zat c3a, C5a komplemen

Hipertermi Peningkatan Reabsorbsi Na+ Permeabilitas Membran


dan H20 meningkat

Agregasi trombosit Kerusakan endotel pembuluh Risiko syok hipovolemik


darah

Trombositopeni Renjatan hipovolemik &


Merangsang & mengaktivasi
hipertensi
faktor pembekuan

Kebocoran plasma
Risiko perdarahan Perdarahan

Risiko perfusi jaringan tidak


efektif

Asidosis metabolik Hipoxia jaringan

Risiko Kekurangan volume


Risiko syok Hipovolemik cairan Ke Extravascular

Paru Hepar Abdomen

Efusi pleura Hepatomegali Ascites

Ketidakefektifan pola Mual , muntah


nafas
Penekanan Intra abdomen
Risiko Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
Nyeri akut kebutuhan tubuh
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
1. Tirah baring atau istirahat baring
2. Diet makan lunak
3. Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri
penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi
penderita DHF.
4. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan
yang paling sering digunakan.
5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi
pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
6. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.
8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
9. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
10. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda
vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
11. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz Alimul A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak jilid.2. Jakarta : Salemba
Medika.

Nasrul, Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. Jakarta : EGC .

Noer, Sjaifoellah dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien. Jakarta : Monica Ester.

Suriadi & Yuliani, Rita. 2001. Buku Pegangan Praktek Klinik : Asuhan Keperawatan pada
Anak. Jakarta : Sagung Seto .

Anda mungkin juga menyukai