Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH PANCASILA

KEKUASAAN YANG MENCINTAI

Disusun oleh :

Ardiansah.M.Arfah 18777062

NON BLOK PANCASILA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul kekuasaan
yang mencintai ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Dosen ( bapak Dr. Kasman Jaya Saad) pada mata kuliah Pancasila. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang topik kekuasaan yang
mencintai bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Kasman Jaya Saad selaku
dosen mata kuliah pancasila yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Palu, Desember 2020

Ardiansah.M.Arfah
DAFTAR ISI Halaman

Halaman Judul i
Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii


BAB I. PENDAHULUAN 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 3
A. Landasan Teori 3
1. Kekuasaan 3
2. Mencintai 4
BAB III. PENUTUP 6
A. Kesimpulan 6
DAFTAR PUSTAKA 7

BAB 1
PENDAHULUAN

Jika bicara kekuasaan selalu identik dengan politik. Politik tampa kekuasaan laksana
agama tampa moral. Dan kekuasaan itu adalah kedudukan atau jabatan, dan dalam jabatan
terdapat kekuasaan. Umumnya orang memandang jabatan itu kekuasaan, kekuasaan
melakukan apa yang diinginkan, jabatan juga identik dengan harta, karena semakin tinggi
jabatan yang dimiliki, semakin tinggi pula gaji yang diterima dan semakin banyak harta yang
dikumpulkan. Dan satu lagi, jabatan itu sangat erat kaitannya dengan fasilitas, ibaratya
semakin tinggi jabatan semakin banyak pula fasilitas yang didapatkan, 3 hal inilah yang
membuat jabatan menjadi kenikmatan dunia yang menyilaukan.

Cinta adalah energi positif yang selalu menyemangati memberi vibrasi yang
menggelorakan sanubari dan pikiran tuk saling memberi, saling membantu dan saling
memotivasi dengan sesame. Cinta akan merubah ketakutan dan kekwhatiran menjadi spirit
dan motivasi yang positif, karena cinta lahir dank arena cinta kita hidup, dank arena cinta
dank arena cinta kita dapat mencapai kesuksesan Bersama.

Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah cinta yang begitu agung dan tulus itu
sudah terjelma dalam kehidupan sehari-hari? Jawabnya adalah belum. Mengapa? Karena
cinta yang selama ini ada masih diwarnai dengan naluri kepemilikan, pengaturan dan
penguasaan. Dan itu nampaknya sudah dianggap wajar dan diterima begitu saja (taken for
granted). Para pecinta masih banyak yang membatasi ruang gerak kekasihnya dengan
berbagai alasan, dimana ini boleh membunuh kreativiti serta produktiviti si kekasih. Dari hal
tersebut, di sini dapat dilihat bahwa apa yang mereka lakukan, sebenarnya mereka ketakutan
jika kuasa dan autoritinya yang tertanam dalam diri orang-orang yang mereka cintai itu
pudar.
Dalam sebuah sistem kekuasaan, naluri pengaturan dan penguasaan itu kelihatan semakin
jelas. Bahkan jika kita melihat berbagai fakta yang ada, terlihat bahwa unsur kuasa lebih
dominan dari unsur cinta. Kita boleh bercermin dengan negara kita sendiri. Negara, yang
dalam perkembangannya di identikkan dengan pemerintah, penguasa, state, memang boleh
diakui telah memperhatikan nasib rakyatnya. Namun sayang, projeksi dari rasa cinta negara
itu seringkali tidak sebanding dan seimbang dengan rasa kuasa yang timbul. Rakyat diberi
makan melalui peluang-peluang pekerjaan, tetapi tidak boleh menuntut lebih banyak. Tidak
boleh bercakap terlalu banyak tentang ini dan itu, tidak boleh berbuat ini dan itu, karena
boleh mengganggu stabiliti. Dengan alasan demi kepentingan dan kebaikan rakyat, negara
mengatur, mengawal, menguasai, bahkan menindas, yang semua itu tidak lain adalah projeksi
rasa cinta negara terhadap dirinya sendiri, terhadap kekuasaannya, terhadap status- quo.

Kekuasaan yang berasaskan nilai-nilai cinta akan mampu mengambil hati rakyat,
memenuhi keperluan dan kepentingan rakyat. Sedang kekuasaan yang berasaskan atas
semangat naluri kuasa hanya akan menimbulkan kesenjangan, ketidak-adilan, sentralisasi
kekuasaan untuk kepentingan golongan, partai, keluarga, bahkan seseorang individu.
Kekuasaan yang dibangun di atas semangat kuasa hanya akan menciptakan kekuasaan ala
Fir’aun, yang tega membunuh anak-anak bangsanya demi kepentingan dan kelanjutan
kekuasaannya. Jika rakyat masih banyak yang menangis, berteriak dan menjerit, tidak puas
hati dan jengkel, maka kita patut meragukan bahwa kekuasaan itu dibangun di atas prinsip
cinta.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. KEKUASAAN

Dalam kehidupan kekuasaan senantiasa ada di dalam setiap masyarakat. Walaupun


keluasaan selalu ada, namun kekuasaan tidak dapat di bagi rata pada semua anggota
masyarakat. Justru karena pembagian tidak merata timbul makna pokok dari sebuah
kekuasaan yaitu adanya orang atau individu yang dapat mempengaruhi pihak lain karena
adanya suatu hal yang di kuasai.

Menurut Harold D. Iaswel kekuasaan adalah suatu hubungan dimana seseorang atau
sekelompok orang dapat menentukan suatu Tindakan seseorang atau orang lain kearah pihak
pertama, perumusan yang paling umum dikenal yaitu kekuasaan merupakan kemampuan
seseorang pelaku untuk mempengaruhi pelaku seorang pelaku lain dalam hal ini kekuasaan
selalu berlangsung minimal antara dua pihak jafi fiantara pihak itu terkait atau saling
berhubungan.

1. Nilai-Nilai Kearifan Kekuasaan

 Pertama, Mereka tak pernah berfikir jalan pintas (shortcut) untuk memcapai
kekuasaan. Tak seperti anak negeri sekarang, jalan pintas menjadi kegemaran. Demi
kekuasaan segala cara dilakukan, penyuapan seakan menjadi suatu hal wajar bagi
negeri ini.
 Kedua, mereka juga tegas dalam kata, teguh dalam perbuatan. Mereka tak kompromi
bila itu tak sesuai aturan. Tak lazim ditemukan sekarang, yang ada adalah mereka
yang melakukan pencitraan di depan rakyat. Pura-pura baik, pura-pura peduli, pura-
pura merakyat dan banyak pura-pura lainnya. Omongan dan perbuatan saling bertolak
belakang.
 Ketiga, jujur dalam lisan dan perbuatan. Mereka menjadikan kejujuran dan ucapan
yang benar sebagai pagar kehidupannya. Tak akan berani melakukan kebohongan,
atas nama kepentingan pribadi dan golongannya.
 Keempat, tidak serakah. Para leluhur juga sangat menjaga hidupnya agar dipenuhi
berkah, itu sebab tidak akan mengambil sesuatu yang bukan haknya. Hidupnya
sederhana selalu mereka pertontonkan dalam menggengam kekuasaan. Tak seperti
sekarang mereka di penuhi keserakahan, seakan tak cukup dengan gaji dan fasilitas
yang telah di berikan oleh negara.Dan hak rakyatnya pun di rampoknya.

B. CINTA

Cinta adalah energi positif yang selalu mnyemangati, memberi vibrasi yang
menggelorakan sanubari dan pemikiran untuk saling memberi, saling membantu dan saling
memotivasi dengan sesame. Cinta akan merubah ketakutan dan saling memotivasi dengan
sesama. Cinta akan merubah ketaakutan dan kekhwatiran menjadi spirit dan motivasi yang
positif. Karena cinta kita lahir dan karena cinta kita hidup, dan karena cinta kita dapat
mencapai kesuksesan Bersama. Menurut Leo Buscaglia, seorang profesor yang terkenal
dengan teori Love A I, “cinta adalah kehidupan. Dan apabila anda kehilangan cinta , berarti
anda kehilangan kehidupan”.

Bahkan dalam sebuah hadist, Rasulullah memasukkan kategori cinta atau kasih
sayang terhadap sesama sebagai alat ukur keimanan seeorang. “Tidaklah beriman seorang
pun diantara kamu yang tidak mencintai sesama saudaranya sebagaimana mencintai dirinya
sendiri”. Jadi rasul mengklasifikasikan atau mengkategorikan cinta kepada sesama bagian
dari keimanan, bagian dari tolak ukur keimanan seseorang.

Tentang cinta kekuasaan, maka sosok firaun adalah contoh pemimpin yang cinta
kekuasaan itu. Sebagai penguasa negeri yang besar, firaun dikenal sebagai sebagai raja yang
cinta (gila) kekuasaan . Bahkan setiap bayi laki-lakiyang lahir dibelih. Firaun melakukan itu
sebagai Langkah mengantisipasi kehadiran laki-laki atau ancaman yang bisa merebut
kekuasaannya. Itu sebabnya bayi musa di hanyutkan ke sungai nil dalam rangka
menyelamatkannya dari ancaman pembunuhan. Perangai buruk firaun disempurnakan dengan
sikap sombong yang ia miliki. Ia bahkan mengimani dirinya sebagai tuhan dan begitu gusar
Ketika dating seorang musa untuk mengajak firaun beriman kepada tuhannya yaitu bani israil
(Allah). Dan firaun dihinakan melalui kuasa allah dengan di tenggelamkannya ia berikut
seluruh serdadunya di laut merah saat mengejar rombongan musa dan bani israil. Dan begitu
akhir cerita di hinakan oleh tuhan , bila kekuasaan semata digenggam tanpa cinta.
Dan firaun modern itu masih muncul di tengah-tengah masyarakat saat ini. Karena
ingin melanggengkan kekuasaan, ia gunakan segala macam cara . Intimidasi, money politik,
memfitnah dan beberapa perilaku yang tidak kredibel lainnya. Dan ketika kekuasaan
digenggamannya maka mereka menjadi rakyat untuk mengisi kantong pribadi dan
menghidupi anak dan cucunya. Rakus memakan harta benda yang bukan miliknya. Proyek
pembangunan dikorup dan dibagi-bagi sesama kelompok atau tim suksesnya. Dan tak Lelah
mencari keuntungan dengan cara menjilat kepada pemilik modal.

Kebijakan publiknya tidak pro rakyat, tidak ada kepedulian untuk segala penderitaan
yang dialami rakyatnya yang ada menambah penderitaan yang sekarang sudah jatuh dan
ditimpa tangga. Omongannya dengan perbuatannya saliang bertolak belakang, dipenuhi
dusta.

Mengingatkan bagaimanapun kekuasaan ada batas dan tangguang jawabnya. Dan


ketika dilantik dan mengucapkan sumpah jabatan nama tuhan (Demi Allah), sesudah
berkuasa sampai pensiun hingga mati semuanya akan diminta pertangguang jawban oleh
Allah Swt (QS. At-Takatsur : 8). Dan dalam pada itu mulut terkunci rapat. Tangan akan
berbicara dn kaki menjadi saksi atas perbuatan yang telah dilakukan ketika berkuasa (QS.
Yasin : 65).

Dan pertarungan antara yang kekuasaan ynag haq dan kekuasaan yang batil adalah
sebuah fakta. Namun pada akhir cerita, kebatilan akan selalu menyerah kepada haq meskipun
berjalan menuju itu dibutuhkan daya tahan yang tinggi dan kekuasaan dan kesabaran super
tinggi pula.
BAB 3

KESIMPULAN

Berdasarkan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa Kekuasaan merupakan


kewenangan yang bisa didapatkan oleh seseorang/kelompok untuk menjalankan kewenangan
tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak bisa dijalankan
melebihi ke wenangan yang didapat atau kemampuan untuk mempengaruhi tingkah laku
orang/kelompok sesuai dengan keinginan dari pelaku.

Dan dalam kehidupan kekuasaan senantiasa ada didalam setiap masyarakat. Walau
pun kekuasaan selalu ada, namun kekuasaan tidak dapat dibagi rata pada semua anggota
masyarakat, justru karena pembagian yang tidak merata tadi timbul makna pokok dari bentuk
kekuasaan yaitu adanya orang atau individu yang dapat mempengaruhi pihak lain karena
adanya suatu hal yang dikuasai. Dan kita tidak boleh meyalahgunakan kekuasaan seperti pada
contoh pada buku the power of love yang menjelaskan tentang cinta dan kekuasaan dalam
contoh yang diambil adalah sosok firaun, sosok pemimpin yang cinta kekuasaan. Sebagai
penguasa negeri yang besar, firaun dikenal sebagai Raja yang cinta gila kekuasaan. Bahkan,
setiap bayi laki – laki yang lahir di tengah Bani israil, dengan tangan para pembantunya. Ia
sembelih. Firaun melakukan itu sebagai langkah untuk mengantisipasi kehadiran laki-laki
atau ancaman yang bisa merebut kekuasaannya. Dan fir’aun modern itu masih muncul di
tengah – tengah masyarakat saat ini. Karena ingin melanggengkan kekuasaan, ia gunakan
segala macam cara. Intimidasi, money politik, memfitnah dan beberapa perilaku yang tidak
kredibel lainnya. Dan ketika kekuasaan digenggamannya, maka mereka menjual rakyat untuk
mengisi kantong pribadi dan menghidupi anak cucunya. Hal ini sangat disayangkan , karena
orang yang menyalahgunakan arti dari kekuasaan itu sangat berdampak buruk bagi sekitar
bahkan ke banyak orang. Dimana banyak pihak yang dirugikan karena penyalahgunaan
kekuasaan. Semoga kita dijauhkan dari orang-orang seperti itu. Amin

DAFTAR PUSTAKA

1. Kasman Jaya Saad., Imaduddin Fahdlurrahman. The Power to Love.2020

Anda mungkin juga menyukai