Anda di halaman 1dari 13

TEORI-TEORI ETIKA

TUGAS MATA KULIAH

ETIKA BISNIS DAN PROFESI

OLEH:

KELOMPOK 5

TRIXI FARHAN YAZID (190810301051)

BRINDA ISMA PUTRI (190810301119)

BIMA AGENG PAMBUDI (190810301155)


PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JEMBER

2020
PENDAHULUAN

Teori merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai


suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan. Sedangkan etika memberikan
pegangan dan orientasi dalam menjalani aktifitas kehidupan manusia di dunia. Ada
arahan, sasaran, dan tujuan dari tindakan yang dilakukan oleh manusia. Mengajarkan
bagaimana manusia seharusnya berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan
demikian, timbul pertanyaan bagaimana manusia menentukan arahan, sasaran, dan
tujuan dari tindakan yang dilakukannya, sehingga tindakannya tersebut tidak
mengarahkan pada keburukan yang berakibat pada kerugian. Jadi dapat disimpulkan
bahwa teori etika merupakan suatu pemahaman atau ilmu yang mempelajari dan
membahas tentang etika, moral, atau kesusilaan.

Ada beberapa teori etika yang akan dibahas dan dipelopori oleh beberapa ahli
kemudian dilanjutkan dan dikembangkan oleh author lainnya, yakni diantaranya ada
egoisme yang dibagi menjadi dua ada egoisme psikologis dan etis, kemudian ada teori
utilitarianisme, deontologi, teori hak, teori keutamaan, dan teori etika teonom. Serta
akan dibahas mengenai beberapa jenis etika mengenai perbedaan dan
persamaannya, yakni ada etika absolut dan etika relatif. Akibat dilanjutkan dan
dikembangkannnya teori-teori ini menjadikan teori semakin sederhana dan mengerucut
sehingga memiliki berbagai pendapat atau beda pemahaman.

Dalam penulisan karya tulis ini akan dibahas lebih lanjut mengenai beberapa
teori etika. Yang paling menarik untuk dibahas adalah mengenai sejarah etika serta
dimana dari beberapa teori yang akan dijelaskan memiliki perspektif yang berbeda
namun tetap memiliki kesamaan dalam aspek moral. Nah dari sini kita dapat
mengetahui pemahaman atau teori mana yang selama ini kita gunakan atau justru kita
telah salah mengartikan. Dari sini diharapkan pembaca dapat memahami dan
mengembangkan ilmu pengetahuannya mengenai teori etika tanpa menimbulkan
penyimpangan terhadap pemahamannya.
PEMBAHASAN

Etika Absolut Versus Etika Relatif

Sampai saat ini masih terjadi perdebatan pandangan di antara para etikawan
tentang apakah etika bersifat absolut atau relatif.para penganut paham etika absolut
dengan berbagai argumentasi yang masuk akal menyakini bahwa ada prinspip-prinsip
etika yang bersifat mutlak, berlaku universal, kapan pun dan di mana pun. Sementara
itu para penganut etika relatif dengan berbagai argumentasi yang juga tampak masuk
akal membantah hal ini. Mereka justru mengatakan bahwa tidak ada prinsip atau nilai
moral yang berlaku umum. Pprinsip atau nilai moral yang ada dalam masyarakat
berbeda-beda untuk masyarakat yang berbeda dan untuk situasi yang berbeda pula.

Untuk memulai diskusi tentang hal ini, Rachels (2004) memberikan contoh
menarik mengenai keyakinan dua suku yang sangat berbeda, yaitu suku cellatia di
india dan orang-orang yunani tentang perlakuan terhadap orang tua mereka saat
meninggal dunia, suku cellatia akan memakan jenazah orang tua mereka, sedangkan
orang-orang yunani akan membakar jenazah orang tua mereka. Ini sekedar ilustrasi
untuk mendukung argumentasi para penganut etika relatif dimana kebudayaan yang
berbeda akan menghasilkan kode moral yang berbeda pula. Di antara tokoh-tokoh
yang mendukung etika relatif, Joseph Hetcher (dalam Suseno, 2006) yang terkenal
dengan teori etika situasional-nya, menolak adanya norma-norma moral umum karena
kewajiban moral selalu bergantung pada situasi konkret, dan situasi konkret ini dalam
kesehariannya tidak pernah sama.

Tokoh berpengaruh pendukung paham etika absolut antara lain Immanuel Kant
dan James Rachels. Rachel mengatakan bahwa ada pokok teoritis yang umum di
mana ada aturan-aturan moral tertentu yang dianut secara bersama-sama oleh semua
masyarakat karena aturan-aturan iru penting untuk kelestarian masyarakat. Misalnya,
aturan melawan pembohongan dan pembubuhan hanyalah dua contoh yang masih
berlaku dalam semua nkebudayaan yang tetap hidup, walaupun juga diakui bahwa
dalam setiap aturtan umum tentu saja ada pengecualiannya.
Perkembangan Perilaku Moral

Teori perkembangan moral banyak dibahas dalam ilmu psikologi. Salah satu
teori yang sangat berpengaruh dikemukakan oleh Kohlberg (dalam Atkinson et.,al.,
1996) dengan mengemukakan tiga tahap perkembangan moral dihubungkan dengan
pertumbuhan (usia) anak. Masing-masing tahap dibagi lagi ke dalam dua subtahap
sehingga secara keseluruhan ada enam tahap perkembangan. Sebelum membahas
tahapan tersebut, ada beberapa konsep yang erat kaitannya dengan pemahaman teori
perkembangan moral, antara lain: perilaku moral, perilaku tidak bermoral, perilaku di
luar kesadaran moral, dan perkembangan moral. Perilaku moral adalah perilaku yang
mengikuti kode moral kelompok masyarakat tertentu. Moral dalam hal ini berarti adat
kebiasaan atau tradisi. Perilaku tidak bermoral berarti perilaku yang gagal mematuhi
harapan kelompok sosial tersebut. Ketidakpatuhan ini bukan karena ketidakmampuan
memahami harapan jelompok tersebut, tetapi lebih disebabkan oleh ketidaksetujuan
terhadap harapan kelompok sosial tersebut, atau karena kurang merasa wajib untuk
mematuhinya. Perilaku diluar kesadaran moral adalah perilaku yang menyimpang dari
harapan kelompok sosial yang lebih disebabkan oleh ketidakmampuan yang
bersangkutabn dalam mematuhi harapan kelompok sosial. Kebanyakan perilaku anak
balita dapat digolongkan ke dalam perilakudi luar kesadaran moral. Perkembangan
moral bergantung kepada perkembangan intelektual seseorang.

Dengan model ini, Kohlberg sebenarnya ingin menyimpulkan bahwa ada


hubungan antara pertambahyan umur dengan tingkat perkembangan moral seseorang.
Dalam praktiknya, model Kohlberg tidak selalu adanya menunjukkan hubungan antara
pertambahan usia dengan peningkatan kesadaran moral.

Tahap-tahap perkembangan moral anak menurut Kohlberg

Tingkat (Levell) Subleved Ciri Menonjol

Tingkat I 1. Orientasi pada Mematuhi peraturan untuk


hukuman menghindari hukuman
(preconventional)
2. Orientasi pada Menyesuaikan diri untuk
Usia < 10 tahun
hadiah memperoleh hadiah/pujian

Tingkat II 3. Orientasi anak baik Menyesuaikan diri untuk


(conventional) menghindari celaan orang
lain
Usia 10-13 tahun
4. Orientasi otoritas Mematuhi hukum dan
peraturan sosial untuk
menghindari kecaman dan
otoritas dan perasaan
bersalah karena tidak
melakukan kewajiban.

Tingkat III 5. Orientasi kontrak Tindakan yang


sosial dilaksanakan atas dasar
(postconventional)
prinsip yang disepakati

Usia > 13 tahun bersama masyarakat demi


kehormatanh dini

6. Orientasi prinsip Tindakan yang didasarkan


etika atas prinip etika yang
diyakini diri sendiri untuk
menghindari penghukuman
diri

Beberapa Teori Etika

Sebelum mempelajari tentang terori etika, kita harus mengetahui dulu makna
teori dan keterkaitan antara teori dan ilmu. Ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang
bersifat menjelaskan berbagai gejala dan sosial yang memungkinkan manusia
melakukan serangkaian tindakan untuk menguasai gejala tersebut berdasarkan
penjelasan yang ada. Sedangkan teori adalah pengetahuan ilmiah yang mencakup
penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan. Fungsi teori
dan ilmu pengetahuan adalah untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol.

Etika sebagai disiplin ilmu berhubungan dengan kajian secara kritis tentang
adat kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-norma perilaku manusia yang dianggap baik
atau tidak baik. Etika masih dijumpai banyak teori yang menjelaskan tindakan, sifat,
atau objek perilaku yang dari perspektif sama atau berbeda. Teori dalam ilmu etika
juga masih dalam tahap menjelaskan, belum pada tahap meramalkan, apalagi
mengontrol suatu tindakan.

Banyaknya teori etika yang berkembang membuat bingung. Sifat teori yang
semakin sederhana dan mengerucut menuju suatu teori tunggal yang mampu
menjelaskan suatu gejala secara komprehensif, justru makin menunjukkan kemapanan
disiplin ilmu yang bersangkutan. Untuk memperoleh pemahaman tersebut, akan
diuraikan secara garis besar beberapa teori yang berpengaruh, diantaranya :

a. Egoisme
Menurut Rachels (2004) ada 2 konsep, yaitu egoisme psikologis dan egoisme
etis. Egoisme psikologis adalah teori yang menjelaskan bahwa tindakan
manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri (selfish). Sedangkan egosime
etis adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri (self interest).
b. Utilitarianisme
Merupakan teori etika yang dipelopori oleh David Hume (1711-1776) dan
dikembangkan oleh Jeremy Bentham (1748-1832) dan John Stuart Mill (1806-
1873). Utilitarianisme dapat diartikan sebagai berikut :
 Tindakan harus dinilai benar atau salah hanya dari konsekuensinya
(akibat, tujuan, atau hasilnya).
 Dalam mengukur akibat dari suatu tindakan, satu-satunya parameter
yang penting adalah jumlah kebahagiaan atau jumlah ketidakbahagiaan.
 Kesejahteraan setiap orang sama pentingnya.
c. Deontologi
Berasal dari kata Yunani yang berarti kewajiban. Teori ini dipelopori oleh
Immanuel Kant (1724-1804) dan mendapat dukungan dari filsuf abad ke 20
Anscombe dan suaminya Peter Geach. Teori ini mengatakan bahwa etis
tidaknya suatu tindakan tidak ada kaitannya sama sekali dengan tujuan,
konsekuensi, atau akibat dari tindakan tersebut.
d. Teori Hak (Right Theory)
Immanuel Kant juga mengajukan dua pemikiran pokok. Di samping teori
deontologi dengan imperactive categoriesnya, ia juga mengemukakan apa
yang kemudian dikenal dengan teori hak (right theory). Menurut teori hak, suatu
tindakan dianggap baik bila sesuai dengan hak asasi manusia (HAM). Teori hak
merupakan aspek dari teori deontologi (kewajiban) karena hak tidak dapat
dipisahkan dengan kewajiban.
e. Teori Keutamaan (Virtue Theory)
Teori ini tidak mempertanyakan suatu tindakan, tetapi berangkat dari
pertanyaan mengenai sifat-sifat atau karakter seseorang agar disebut manusia
utama. Dengan demikian dapat diartikan disposisi sifat/watak yang telah
melekat/dimiliki oleh seseorang dan memungkinkan dia untuk selalu bertingkah
laku baik secara moral.
f. Teori Etika Teonom
Sampai disini telah dibahas teori etika yang berpengaruh, mulai dari teori etika
egoisme dan utilitarianisme (keduanya sering disebut dengan teori teleologi,
konsekuensi, atau tujuan), teori deontologi (kewajiban), teori hak, dan teori
keutamaan (virtue theory). Teori ini sejatinya memiliki kesamaan yang terletak
pada kajian aspek moralitas, dimana moralitas hanya dikaji berdasarkan proses
penalaran (akal) manusia tanpa ada yang mengakui atau mengaitkannya
dengan kekuatan Tuhan. Dalam teori etika yang dikemukakan oleh Kant, ia
mengatakan bahwa manusia harus mengikuti kewajiban moral yang bersifat
mutlak, namun ia mengatakan bahwa manusia harus mengikuti kewajiban
moral tersebut demi kewajiban itu sendiri bukan karena adanya tujuan, apalagi
dikaitkan dengan hal yang bersifat ilahi.

Etika Abad Ke-20

1. Arti Kata “Baik” Menurut George Edward Moore


Kata baik adalah kunci dari moralitas. Ada banyak penafsiran tentang
sesuatu yang dianggap baik ada yang menafsirkan sebagai nikmat (kaum
hedonis), memnuhi keinginan individu ( etika egoism, etika psikologis),
memnuhi kepentingan orang banyak ( etika utilitarianisme), memenuhi
kehendak Allah (etika teonom), dan bahkan ada yang mengatakan tidak ada
artinya.
Menurut Moore kata baik todak dapat didefinisikan, suatu kata tidak
dapat didefinisikan jika kata tersebut tidak lagi terdiri atas bagian-bagian
sehingga tidak dapat dianalisis. Sehingga menurutnya kata baik didefinisikan
Baik adalah baik, titik. Setiap usaha untuk mendefinisikannya akan selalu
menimbulkan kerancuan.
2. Tatanan Nilai Max Scheller
Menurutnya inti dari Tindakan moral adalah tujuan merealisasikan nilai-
nilai dab bukan asal memnuhi kewajiban saja. Nilai-nilai bersifat material dan
apriori. Maksudnya material adalah sebagai lawan kata dari formal yang
artinyan kebernilaian suatu nilai tersebut mendahukui segala pengetahuan.
Sedangkan apriori artinya yaitu nilai yang dikatakan telah diketahui lebih dahulu
tanpa dicoba. Menurutnya ada empat gugus nilai yang masing-masing mandiri
dan berbeda antara satu dengan yang lain yaitu:
a. Nilai-nilai sekitar enak dan tidak enak
b. Nilai-nilai vital
c. Nilai-nilai rohani murni
d. Nilai-nilai sekitar roh kudus
3. Etika Situasi Joseph Fletcher
Ia berpendapat bahwa setiap kewahiban moral selalu bergantung pada
situasi konkret. Norma-norma itu hanya mengikat apabila tuntutan situasi
konkret juga dierhatikan. Itulah sebabnya moralitas hanya daoat dipahami
dalam situasi konkret-padahal, situasi konkret tidak selalu sama-sehingga etika
Fletcher sering disebut etika situasi.
4. Pandangan Penuh Kasih Iris Murdoch
Ia mengamati bahwa teori etika pasca-Kant tidak mengenai sasaran.
Menurutnya yang khas dari teori-teori etika pasca Kant adalah bahwa nilai-nilai
moral dibuang dari dunia nyata. Teorinya menyatakan bahwa bukan
kemampuan otonom yang menciptakan nilai, melainka kemampuan untuk
melihat dengan penuh kash dan adil. Hanya pandangan yang adil dan penuh
kasih yang menghasilkan pengertian yang betul-betul benar.
5. Pengelolaan Kelakuan Byrrhus Frederic Skinner
Teorinya mengenai ilmu ini dimulai dari pengamatan bahwa dalam ilmu
fisika dan ilmu hayat manusia telah mencapai kemajuan luar biasa dalam dua
ribu tahun terakhr. Skinner mengatakan bahwa pendekatan filsafah tradisional
dan ilmu manusia tidak memadai sehingga yang diperlukan bukanlah ilmu
etika, tetapi sebuah teknologi kealkuan.
Pengaruh lingkungan tehadap kelakuan manusia disebabkan karena
filsafat dan ilmu-ilmu manusia lainnya hanya memfokuskan perhatiannya pada
inner state. Intinya inner state saja tidak cukup untuk mampu mempengaruhi
tingkah laku. Perlu adanya rekayasa atas kondisi kehidupan yang brasal dari
luar diri manusia itu untuk mengubah kelakuannya.
6. Prinsip Tanggung Jawab Hans Jonas
Ia mengamati bahwa walaupun kemajuanilmu pengetahuan dan
teknologi telah membawa kemajuan, tetapi juga membawa masalah baru
berupa anaman kelanjutan kehidupan manusia dan bumi ini. Etika tradisional
hanya memperhatikan akibat Tindakan manusia dalam lingkungan adat dan
sesaat. Intinya adalah kewajiban manusia untuk bertanggung jawab ats
keutuhan kondisi-kondisi kehidupan umat manusia di masa depan.
7. Kegagalan Etika Pencerahan Alasdair Maclntyre
Dia mengatakan bahwa etika pencerahab telah gagal karena
pencerahan atas nama rasionalitas justru telah membuang apa yang menjadi
dasar rasionalitas setiap ajaran moral, yaitu pandangan teologis tentang
manusia. Maksudnya adalah bahwa manusia sebenarnya mempunyai tujuan
hakikindan bahwa manusia hidup untuk mencapai tujuan itu. Dengan
membuang tujuan tersebut umat manusia dari ilmu etika, maka etika menjadi
tidak rasional lagi. Oleh karena itu ia menganjurkan agar etika Kembali pada
paham teleologis tentang manusia.

Teori Etika dan Paradigma Hakikat Manusia

Berikut adalah rangkuman dari pokok-pokok pikiran dari pikiran berbagai


macam teori etika yang berkembang yaitu:

1. Tampaknya sampai saat ini telah muncul beragam paham/ teori etika, di mana
masing-masing teori mempunyai pendukung dan penentang yang cukup
berpengaruh. Teori satu dipertentangkan dengan teori lainnya.
2. Munculnya beragam teori etika karena adanya perbedaan paradigma, poa
piker, atau pemahaman tentang hakikat hidup sebagai manusia.
3. Teori etika didasarkan atas paradigma tidak utuh tentang hakikat manusia,
artinya setiap teori hanya ditinjau dari proses penalaran berdasarkan potongan-
potongan terpisah dan terbatas dalam melihat makna atau tujuan hidup
manusia.
4. Dilihat dari suatu proses evaluasi kesadaran diri, semua teori yang ada
menjelaskan tahapan-tahapan moralitas sejalan dengan pertumbuhan tingkat
kesadaran diri seseorang.
5. Teori yang terpisah ini dapat dipadukan menjadi suatu teori tunggal
berdasarkan paradigma hakikat manusia secara utuh.
6. Inti dari etika manusia yaitu keseimbangan pada kepentingan (pribadi,
masyarakat dan Tuhan), modal (materi, social dan moral spiritual),
kebahagiaan (lahir, kesejahteraan masyarakat, dan batin) serta keseimbangan
antara hak indvidu dengan kewajiban terhadap masyarakat dan Tuhan.

Tantangan ke Depan Etika Sebagai Ilmu

Etika sebagai ilmu masih kalahmapan dibandingkan dengan ilmu-ilmu lainnya


seperti ilmu fisika, ekonomi, dan lain-lain. Etika sebagai ilmu mencoba menjelaskan
perilaku manusia dalam konteks sebatas makna hidup duniawi umat manusia dengan
mengabaikan sama seklai aspek kesadaran spiritual dalam diri manusia. Ilmu etika
kedepannya hendaknya berdasarkan atas paradigma manusia utuh, yaitu suatu pola
pikir yang mengutamakan integrasi dan keseimbangan pada:

1. Pertumbuhan PQ, IQ,EQ, dan SQ.


2. Kepentingan individu, masyarakat, dan Tuhan.
3. Keseimbangan tujuan lahiriah (duniawi) dengan tujuan rohaniah (spiritual)

Nilai-nilai yang hendak dicapai pada tahap kesadaran manusiawi memang


belum paling ideal karena yang ideal berarti manusia telah mencapai tahap kesadaran
transendental. Bagi manusia yang masih aktif dalam kegiatan sehari-hari baik itu
dalam memina rumah tangga, kegiatan organisasi dan bisnis, bekerja sebaga
karyawan dll masih memerlukan tujuan hidup yang bersifat manusiawi.

Etika harus dimaknai sebagai pedoman perilaku menuju peningkatan semua


kecerdasan dan kesadaran manusia secara utuh, yairu pemenuhan kebutuhan PQ, IQ,
EQ, dan SQ. Inti dari hakikat manusia utuh adalah keseimbangan, yang bisa diringkas
sebagai berikut:

1. Keseimbangan antara hak (teori hak) dan kewajiban (teori deontologi)


2. Keseimbangan tujuan duniawi (teori teleologi) dan rohani ( teori teonom)
3. Keseimbangan antara kepentingan individu (teori egoisme) dan masyarakat
(teori utilitarianisme)
4. Gabungan ketiga butir diatas akan menentukan karakter seseorang (teori
keutamaan)
5. Hidup adalah suatu proses evolusi kesadaran. Teori perkembangan Kohlberg
menjelaskan proses evolusi kesadaran ini. Teori etika yang ada dapat
dianalogikan dengan alur proses evolusi kesadaran, yaitu: hak (egoisme),
Utilitarianisme,Kewajiban (deontologi), teonom, keutamaan(virtue).
KESIMPULAN

Etika sebagai disiplin imlu berhubungan dengan kajian secara kritis tentang
adat kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-norma perilaku manusia yang dianggapbaik atau
tidak baik. Banyaknya teori etika yang berkembang membuat bingung. Sifat teori yang
semakin sederhana dan mengerucut menuju suatu teori tunggal yang mampu
menjelaskan suatu gejala secara komprehensif, justru makin menunjukkan kemapanan
disiplin ilmu yang bersangkutan. Di dalam etika ada beberapa teori yang
mempengaruhinya seperti Teori egoisme, utilitarianisme, deontologi, teori hak, teori
keutamaan teori etika otonom.

Berbagai teori etika muncul karena adanya perbedaan perspektif dan


penafsiran tentang apa yang menjdai tujuan akhir hidup umat manusia. Disamping itu
sifat teori dalam ilmu etika masih lebih banyak untuk menjelaskan sesuatu, belum
sampai pada tahap untuk meramalkan, apalagi untuk mengontrol suatu tindakan atau
perilaku.

Perkembangan ilmu ini menjdai salah kaprah karena hanya mengandalkan


kekuatan pikiran untuk mencari kebenaran, mengejar makna hidup duniawi, dan
melupakan potensi kekuatan spiritual, kekuatan tak terbatas, kekuatan tuhan dalam diri
manusia tersebut.

Semua teori etika yangpada awa kemunculannya bagaikan potongan-potongan


terpisah dan berdiri senidir, ternyata dapat dipadukan karena sifatnya yangsaling
melengkapi. Teori-teori etika yang dapat dianalogikan dengan alur proses evaluasi
kesadaran, yaitu hak (egoisme) – utilitarianisme – kewajiban (deontologi) – teonom –
keutamaan (virtue).
REFERENSI

 Sukrisno Agoes dan I.C. Ardana. 2014. Etika Bisnis dan Profesi: Tantangan
Membangun Manusia Seutuhnya. Bab I. Edisi Revisi. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai