Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ILMU DASAR KEPERAWATAN

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS LUKA BAKAR”

Dosen Pengampuh : JIKRUN. JAATA S.KEP .,NS., M.KEP

Disusun Oleh :

1. ASTI MERANDA
2. MARLEN YUNIFA KASEGER
3. NUR RISKA POBELA
4. RAHMAT ABDUL RAHIM
5. SITTI NURHALIZA PUTRI MO’O
6. NISSA MOKODONGAN

INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI

GRAHA MEDIKA KOTAMOBAGU

T/A : 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada Mata
Kuliah ILMU DASAR KEPERAWATAN. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah ILMU DASAR
KEPERAWATAN yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Kotamubagu, Februari 2021

PENULIS
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENGERTIAN LUKA BAKAR


II. PENYEBAB LUKA BAKAR
III. TANDA DAN GEJALA LUKA BAKAR
IV. PATOFISIOLOGI LUKA BAKAR
V. KOMPLIKASI LUKA BAKAR
VI. PENGOBATAN LUKA BAKAR
VII. PENCEGAHAN LUKA BAKAR
VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG LUKA BAKAR

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
II. DIAGNOSA
III. INTERVENSI

BAB IV PENUTUP

I. KESIMPULAN
II. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas
melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung.
Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang
mengancam kehidupan.
Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk
mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik
rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup
pada sejumlah klien dengan luka bakar serius.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus
yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab (etiologi) dan anatomi
luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar ata yang meluas
kejaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih insentifdari pada luka
bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang
panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka
bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi.
Luka bakar bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan
karena sengatan listrik (elektrik) atau percikapan api. Luka bakar yang men genai
genetalia menyebabkan resiko infeksi yang lebih besar daripada ditempat lain dengan
ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi
kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari
lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi
kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan
derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta
terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai.
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan
lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya
dan inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar pengaruh lain yang
menyertai.

II. RUMUSAN MASALAH


a) Apa yang dimaksud dengan combotsio / luka bakar ?
b) Bagaimana penyebab (etiologi) combotsio/luka bakar ?
c) Apa tanda dan gejala combotsio / luka bakar ?
d) Bagaimana patofisiologi dari combotsio/ luka bakar ?
e) Komplikasi combotsio / luka bakar
f) Bagaimana pengobatan combotsio/luka bakar ?
g) Bagaimana pencegahan combotsio/luka bakar ?
h) Bagaimana pemeriksaan penunjang combotsio/luka bakar ?

III. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Untuk pemenuhan tugas Ilmu Dasar Keperawatan mengenai Asuhan
Keperawatan dari kasus Luka Bakar/Combotsio, serta Mahasiswa dapat mengetahui
dan mencegah terjadinya Combotsio/Luka bakar.
B. Tujuan Khusus
 Untuk mengetahui Definisi dari Luka bakar / Combotsio
 Untuk mengetahui Penyebab /Etiologi Combotsio/luka bakar
 Untuk mengetahui tanda dan gejala luka bakar/combotsio
 Untuk mengetahui patofisiologi dari combotsio/luka bakar
 Untuk mengetahui komplikasi dari combotsio/luka bakar
 Untuk mengetahui pengobatan dari combotsio/luka bakar
 Untuk mengetahui pencegahan dari combotsio/luka bakar
 Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari combotsio/luka bakar
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. PENGERTIAN LUKA BAKAR/COMBUTSIO


Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan
kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam.
Luka bakar adalah luka yang disebabakan kontak dengan suhu tinggi seperti
api, air panas, bahan kimia dan radiasi, juga sebab kontak dengan suhu rendah (frosh
bite). (Mansjoer 2000-365)
Luka bakar (combutsio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak
langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (eletrict), zat
kimia (chemycal), atau radiasi (radiation).
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti kobaran api ditubuh(flame), jilatan api ketubuh (flash),
terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan
listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn).

II. PENYEBAB (ETIOLOGI) LUKA BAKAR / COMBUTSIO

Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah :


a) Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn), gas, cairan, bahan padat
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald ), jilatan
api ke tubuh (flash), kobaran api dalam tubuh (flam), dan akibat terpapar atau kontak
dengan objek-objek panas lainnya (logam panas, dan lain-lain) (Moenadjat 2005).

b) Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)


Luka bakar bahan kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang
biasa digunakan dalam bidang industri militer ataupun bahan pembersih yang seering
digunakan untuk kepeerluan rumah tangga (Moenadjat 2005).

c) Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)


Listrik menyebabkan kerusakan yang disebabkan karena arus, api, dan
ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resentansi
paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khususnya tunika intima,
sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada
jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun grown (Moenadjat
2005).

d) Luka bakar radiasi ( Radiasi Injury)


Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe
injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan
teraupetikdalam dunia kedokteran dan industry. Akibat terpapar sinar matahari yang
terlalu lama juga menyebabkan luka bakar radiasi (Moenadjat 2005).

III. TANDA DAN GEJALA LUKA BAKAR/COMBUTSIO


Karakteristik luka bakar bergantung pada kedalamnnya luka bakar seperfisial
menyebabkan nyeri selama dua atau tiga hari, yang dilanjutkan dengan pengelupasan
kulit selama beberapa hari berikutnya. Individu yang menderita luka bakar berat
mungkin menunjukan perasaan tidak nyaman atau mengeluhkan adanya tekanan
dibandingkan nyeri. Luka bakar yang mengenai seluruh lapisan kulit mungkin
sepenuhnya tidak sensitif terhadap sentuhan ringan atau tusukan.
Luka bakar superfisial biasanya berwarna merah, sedangkan luka bakar berat
bisa berwarna merah muda, putih atau hitam. Luka bakar disekitar mulut atau rambut
yang terbakar didalam hidung bisa mengidikasikan terjadinya luka bakar disaluran
napas, tetapi temuan ini sifatnya tidak pasti.
Tanda – tanda yang lebih mengkhawatirkan meliputi : sesak napas, serak,
stridor. Rasa gatal umum dialami selama proses penyembuhan, serta terjadi pada 90%
orang dewasa dan hampir semua anak. Mati rasa atau kesemutan masih dapat
dirasakan dalam waktu yang lama setelah cedera listrik. Luka bakar juga bisa
menyebabkan gangguan emosional dan psikologis.

Jenis Lapisan Tampilan Tekstur Sensasi Waktu Prognosis Contoh


yang Penyembuha
dilibatkan n

Superfisial
Epidermis Merah Kering Nyeri 10 hari Sembuh
(derajat I) tanpa dengan baik;
lepuh Sengatan
matahari yang
berulang
meningkatkan
resiko kanker
kulit
dikemudian
hari

Agak Meluas ke Merah Lemba Sangat Kurang dari Infeksi


superfisial lapisan dengan b nyeri 2-3 lokal/selulitis
mengenai dermis lepuh tetapi
sebagian (papiler) yang biasanya tanpa
lapisan superfisial jelas. parut.
kulit Pucat
(derajat II) dengan
tekanan

Cukup Meluas ke Kuning Agak Tekan 3–8 minggu Parut, kerut


dalam, lapisan atau kering an dan (mungkin
mengenai dermis putih. tidak memerlukan
sebagian (retikular) Lebih nyama eksisi dan
lapisan dalam. tidak n cangkok kulit.
kulit pucat.
(derajat II) Mungkin
melepuh.

Seluruh Meluas ke Kaku Kasar Tidak Lama Parut, kerut,


lapisan seluruh dan nyeri (berbulan- amputasi
kulit lapisan putih/cok bulan) dan (eksisi dini
(Derajat dermis. lat, tidak tidak dianjurkan).
III) pucat. sempurna.

Derajat IV Meluas ke Hitam; Kering Tidak Perlu eksisi Amputasi,


seluruh hangus nyeri gangguan
lapisan dengan fungsional
kulit, dan ke eskar. yang
dalam signifikan
lapisan dan, dalam
lemak, otot beberapa
dan tulang kasus,
di kematian
bawahnya.

IV. PATOFISIOLOGI LUKA BAKAR / COMBUTSIO


Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh.
Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik,
derajat luka bakar yang berhubungan dengan beberapa faktor penyebab, konduksi,
jaringan yang terkena dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas. Kulit dengan
luka bakar mengalami kerusakan pada epidermis, dermis, maupun jaringan
subkutantergantung pada penyebabnya.
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dengan kasakitan.
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel
darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya
permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula yang mengandung banyak
elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan
kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang
berlebihan, masukknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua, an
pengeluaran cairan ke keropeng luka bakar derajat tiga.
Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh
masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20%, akan terjadi syok hipovolemik
dengan gejala khas seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat,
tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-
pelan maksimal terjadi setelah delapan jam. (Wim De Jong, 2004)
Penderita syok atau terancam syok
 Anak : luasnya luka >10%
 Dewasa : luasnya luka > 15%
Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat
 Wajah , mata
 Tangan dan kaki
 Perincum
Terancam udem luring
 Tertutup asap atau udara hangat

Pada awalnya tubuh menanggapi dengan memirau ( shunting ) darah ke otak


dan jantung menjauh dari organ-organ tubuh lainnya. Kekurangan aliran darah yang
berkepanjangan ke organ organ tersebut bersifat merugikan. Kerusakan yang
dihasilkan bergantung pada kebutuhan dasar organ tubuh. Beberapa organ dapat
bertahan hanya untuk beberapa jam tanpa pasokan darah yang menyediakan sumber
gizi. Setelah resusitasi, tubuh mulai menyerap kembali cairan edema dan
membuangnya lewat pembentukan urine (diuresis). (Black and Hawk, 2009)
Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukanoleh
kedalaman luka bakar, walaupun demikian, beratnya luka bergantung pada dalam,
luas, dan letak luka. Umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya akan sangat
mempengaruhi prognosis. (Wim De Jong, 2004). Untuk luka bakar yang lebih kecil,
tanggapan tubuh terhadap cedera terlokalisasi pada area yang terbakar. Namun, pada
luka yang lebih luas (misalnya, meliputi 25% atau lebih total area permukaan tubuh
<total body surface area TBSA>), tanggapan tubuh terhadap cedera bersifat sistematik
terhadap cedera luka bakar biasanya bifasik, ditandai oleh penurunan fungsi
(hipofungsi) yang diikuti dengan peningkatan fungsi (hiperfungsi) setiap sistem
organ. (Black and Hawk, 2009)
 Respon Sistemik
Perubahan patofisiologi yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama
awal periode syok luka bakar mencangkup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi
organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung dengan diikuti oleh
fase hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian sistematik awal sesudah luka
bakar yang berat adalah ketidakstabilan hepodinamika akibat hilangnya integritas
kapiler dan kemudian terjadinya perpindahan cairan natium serta protein dari ruang
intravaskuler ke dalam ruang interstisial. Ketidakstabilan hemodinamika bukan
hanya melibatkan mekanisme kardiovaskuler tetapi juga keseimbangan cairan serta
elektrolit, volume darah, mekanisme pulmoner dan mekanisme lainnya.
 Respon Kardiovaskuler
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume
darah terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan cairan dan
berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus menerus dan terjadi
penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system saraf empatik akan melepaskan
ketekolamin yang meningkakan resistensi perifer dan frekuensi denyut nadi.
Selanjutnya, vasokontruksi pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung.
Resusitasi cairan yang segera dilakukan memungkinkan dipertahankannya
tekanan darah dalam kisaran normal yang rendah sehingga curah jantung membaik.
Umumnya jumlah kebocoran cairan yang terbesar terjadi dalam 24-30 jam pertama
sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6 hingga 8 jam.
Pada luka bakar yang kurang adri 20% luas total permukaan tubuh, maka
gangguan integritas kapiler dan perpindahan cairan akan terbatas pada luka bakar
itu sendiri sehingga pembentukan lepuh dan edema hanya terjadi didaerah luka
bakar. Pasien luka bakar yang lebih parah akan mengalami edema sistemik yang
masif, karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar
(sirkummferensial), tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada
ekstermitas distal menyebabkan obstruksi darah sehingga terjadi iskemia.
 Respon Pulmonal
Volume pernapasan sering kali normal atau hanya menurun sedikit setelah
cedera luka bakar yang luas. Setelah resusitasi cairan, peningkatan volume
pernapasan dimanifestasikan sebagai hipervantilasi-dapat terjadi, terutama bila
klien ketakutan, cemas, atau merasa nyeri. Hiperventilasi ini adalah hasil
peningkatan baik laju respirasi dan volume tidal dan muncul sebagai hasil
hipermetabolisme yang terlihat setelah cedera luka bakar. Biasanya hal tersebut
memuncak pada minggu kedua pascacedera dan kemudian secara bertahap kembali
ke nornal seiiring menyembuhnya luka bakar atau ditutupnya luka dengan tundur
kulit
 Cedera Inhalasi
Paparan terhadap gas asfiksian merupakan penyebab paling sering mortalitas
dini akibat cedera inhalasi. Karbon monksida (CO), asfiksian yang paling sering
ditemui, dihasilkan ketika zat organik (misalnya : kayu atau batubara) terbakar. Ia
adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa yang memiliki
afinitas terhadap hemoglobin tubuh 200 kali lebih kuat dibandingkan dengan
oksigen. Dengan menghirup gas CO, molekul oksigen tergeser, dan CO barkaitan
dengan hemoglobin untuk membentuk karbohksihemoglobin (COHb). Hipoksia
jaringan terjadi akibat penurunan kemampuan pengantaran oksigen oleh darah
secara keseluruhan.
 Depresi Miokardium
Beberapa investigator penelitian telah mengemukakan bahwa faktor depresi
miokardium terjadi pada cedera yang lebih luas dan bersikulasi pada periode
pascacedera dini. Depresi pada curah jantung yang signifikan dan serta merta
terjadi, bahkan sebelum volume plasma yang beredar berkurang, menunjukkan
respon neurogenic terhadap beberapa zat yang beredar. Penurunan curah jantung
ini sering berlanjut dalam beberapa hari bahkan setelah volume plasmatelah
kembali dan keluaran urine kembali normal. Baru-baru ini, kombinasi modiator
inflamasi dan hormone disebutkan sebagai penyebab depresi miokardium yang
terjadi setelah cedera.
 Berubahnya Integritas Kulit
Luka bakar itu sendri merupakan perubahan patofisiologiyang disebabkan
akibat gangguan kulitdan perubahan jaringan dibawah permukaannya. Kulit, ujung
saraf, kelenjar keringat, dan folikel rambut yang cedera akibat terbakar kehilangan
fungsi normalnya. Hal yang terpenting, fungsi barrier kulit hilang. Kulit yang utuh
dalam keadaan normal menjaga agar bakteri tidak memasuki tubuh dan agar cairan
tubuh tidak merembes keluar, mengendalikan penguapan, dan menjaga kehangatan
tubuh. Dengan rusaknya kulit mekanisme untuk menjaga suhu normal tubuh dapat
terganggu, dan resiko infeksi akibat invasi bakteri meningkat, suatu kehilangan air
akibat penguapan meningkat.
 Imunosupresi
Fungsi imun tertekan setelah cedera luka bakar. Penurunan aktivitas limfosit,
an penurunan pembentukan immunoglobulin, serta perubahan fungsi neutrofil dan
makrofag terjadi secara nyata setelah cedera luka bakar luas terjadi. Sebagai
tambahan, cedera luka bakar mengganggu barrier primer terhadap infeksi kulit.
Secara bersama, perubahan-perubahan ini menghasilkan peningkatan resiko infeksi
dan sepsis yang mengancam nyawa.
 Respons Psikologis
Berbagai respons psikologis dan emosional terhadap cedera luka bakar telah
dikenali, berkisar mulai dari ketakutan hingga psikosis. Respons korban
dipengaruhi usia, keprbadian, latar belakang budaya dan etnik, luas dan lokasi
cedera, dampak pada cara tubuh, dan kemampuan koping pracedera. Sebagai
tambahan, pemisahan dari keluarga dan teman-teman selama perawatan dirumah
sakit dan perubahan pada peran normal dan tanggung jawab klien memengaruhi
reaksi terhadap trauma luka bakar.

V. KOMPLIKASI LUKA BAKAR / COMBUTSIO


Sejumlah komplikasi bisa muncul, dan infeksi merupakan komplikasi yang
paling umum terjadi. Berdasarkan urutan frekuensi terjadinya, mulai dari yang paling
sering sampai yang paling jarang, komplikasi untuk luka bakar dapat meliputi:
pneumonia, selulit, infeksI saluran kencing dan kegagalan pernafasan. Faktor risiko
untuk infeksi termasuk: luka bakar dengan lebih dari 30% LPB, luka bakar ketebalan
lengkap, usia ekstrem (muda atau tua), atau luka bakar yang terjadi pada kaki atau
perineum. Pneumonia umumnya terjadi pada mereka dengan cedera inhalasi.
Anemia sekunder pada luka bakar ketebalan lengkap dengan LPB lebih dari
10% sering ditemukan.[Luka bakar karena listrik bisa menyebabkan sindrom
kompartemen atau rabdomiolisis karena kerusakan otot. Penggumpalan darah dalam
vena kaki diperkirakan terjadi pada 6% hingga 25% orang. Keadaan hipermetabolik
yang mungkin tidak sembuh selama bertahun-tahun setelah luka bakar berat
menyebabkan penurunan kepadatan tulang dan hilangnya massa otot. Keloid bisa
terjadi sebagai akibat dari luka bakar, terutama pada orang yang berusia muda dan
berkulit gelap. Setelah mengalami luka bakar, anak-anak mungkin mengalami trauma
dan mengalami gangguan stress paska trauma. Bekas luka juga bisa mengakibatkan
gangguan citra tubuh. Di Negara-negara berkembang, luka bakar parah bisa
mengakibatkan isolasi sosial, kemiskinan ekstrem dan di kalangan anak-anak
pengucilan.

VI. PENGOBATAN LUKA BAKAR/COMBUTSIO


Luka bakar bisa sangat menyakitkan dan terdapat berbagai pilihan yang bisa
digunakan untuk mengatasi rasa sakit. Pilihannya meliputi analgesik sederhana (seperti
ibuprofen dan asetaminofen) dan opioid seperti morfin. Benzodiazepin bisa digunakan
sebagai tambahan untuk analgesik guna membantu menurunkan kecemasan. Selama
proses penyembuhan, antihistamin, pijat, atau stimulasi saraf transkutaneus bisa
digunakan untuk membantu mengatasi rasa gatal. Namun, antihistamin hanya efektif
untuk tujuan ini pada 20% orang. Terdapat bukti sementara yang mendukung
penggunaan gabapentin dan penggunaan obat tersebut beralasan pada pasien yang tidak
mengalami perbaikan dengan antihistamin.
Antibiotik intravena dianjurkan sebelum pembedahan pada pasien yang
mengalami luka bakar luas (>60% LPB). Templat:Hingga, panduan yang ada tidak
menganjurkan penggunaan antibiotik secara umum karena adanya kekhawatiran
mengenai resistensi antibiotik dan meningkatnya risiko infeksi jamur. Namun bukti
sementara menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik intravena bisa memperbaiki
tingkat kelangsungan hidup pada pasien yang mengalami luka bakar luas dan berat.
Eritropoietin belum ditemukan efektif untuk mencegah atau mengobati anemia pada
orang yang mengalami luka bakar. Pada luka bakar yang disebabkan oleh asam
hidrofluorat, kalsium glukonat merupakan antidot khusus dan bisa digunakan secara
intravena dan/atau dioleskan.

VII. PENCEGAHAN LUKA BAKAR / COMBUTSIO


Berdasarkan sejarah, sekitar setengah dari luka bakar dapat dicegah. Program
pencegahan luka bakar secara signifikan telah menurunkan tingkat kejadian luka bakar
yang bersifat serius. Tindakan pencegahan termasuk: membatasi suhu air panas, alarm
asap, sistem penyemprot air, konstruksi bangunan yang sesuai, dan pakaian tahan api.
Para ahli menganjurkan pengaturan pemanas air di bawah suhu 48,8 °C (119,8 °F).
Tindakan lain untuk menghindari lepuh adalah dengan mengukur suhu air mandi
dengan termometer, dan meletakkan pelindung cipratan pada kompor. Walaupun
pengaruh peraturan penggunaan kembang api masih belum jelas, terdapat bukti
sementara bahwa peraturan ini bermanfaat dengan adanya rekomendasi pembatasan
penjualan kembang api kepada anak-anak.

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG LUKA BAKAR/COMBUTSIO


Pemeriksaan penunjang yang perlu diperlukan antara lain :
 Hitung darah lengkap untuk mengetahui kadar perpindahan atau kehilangan
cairan
 Lakukan pemeriksaan elektrolit serum
 Tes urin untuk mengetahui kadar albumin, Hb, dan mioglobulin untuk
menunjukkan adanya kerusakan jaringan dalam dan kehilangan protein.
 Foto rontgen dada, scan paru-paru, EKG, BUN, dan Kreatiniin, bronkoskopi,
dan fotografi luka bakar.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR

A. PENGKAJIAN
a. Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang
sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
b. Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok);
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum
dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia
(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua
luka bakar).
c. Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan. Tanda:
ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
d.  Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin
hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam;
diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi);
penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari
20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.

e. Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
f. Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan. Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku;
penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok
listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok
listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran
saraf).
g. Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif
untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan
sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat
kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
h.   Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera
inhalasi). Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan
menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak
mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii
(obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas:
gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
i. Keamanan:
Tanda: Kulit umum: destruksi jarinagn dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit tak
terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya
penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas
panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut
kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin coklat
kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau
jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan
dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis.
Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka
bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal
sehubungan dengan pakaian terbakar. Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan
sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).

j.   Pemeriksaan diagnostik:
 LED: mengkaji hemokonsentrasi.
 Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini
terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24
jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
 Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal,
khususnya pada  cedera inhalasi asap.
 BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
 Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan
kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
 Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
 Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada
luka bakar masif.
 Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.

B. DIAGNOSA
1) Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi
trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah leher;
kompresi jalan nafas thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan dada.
2) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan
melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik, ketidak
cukupan pemasukan, kehilangan perdarahan.
3) Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau
sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada
atau leher.
4) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat;
kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat;
penurunan Hb, penekanan respons inflamasi.
5) Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema.
Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.
6) Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler perifer
berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena, contoh luka bakar
seputar ekstremitas dengan edema.
7) Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari proporsi normal pada cedera
berat) atau katabolisme protein.
8) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, nyeri/tak
nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan.
9) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan permukaan kulit
karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam).
10) Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis situasi; kejadian
traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri.
11) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan Salah interpretasi informasi Tidak mengenal sumber informasi.

C. INTERVENSI
Observasi
- Identifikasi penyebab luka bakar
- Identifikasi durasi terkena luka bakar dan riwayat penanganan luka
sebelumnya
- Monitor kondisi luka (mis.presentasi ukuran luka, derajat luka, perdarahan,
warna dasar luka, infeksi, eksudat, bau luka, kondisi tepi luka).
Teraupetik
- Gunakan teknik aseptik selama merawat luka
- Lepaskan balutan lama dengan menghindari nyeri dan pendarahan
- Rendam dengan air steril jika balutan lengket pada luka
- Bersihkan luka dengan cairan steril (mis. NaCl 0,9%, cairan antiseptik)
- Lakukan terapi relaksasi untuk mengurangi nyeri
- Jadwalkan frekuensi perawatan luka berdasarkan ada atau tidaknya infeksi,
jumlah eksudat dan jenis balutan yang digunakan
- Gunakan modern dressing sesuai dengan kondisi luka (mis. Hydrocolloid,
palymer, crystaline, cellulose)
- Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari
- Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis. Vitamin A, vitamin C, Zink,
asam amino), sesuai indikasi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
Kolaborasi
- Kolaborasi prosedur debridement (mis. Enzimatik, biologis, mekanisme,
autolitik, jika perlu
- Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu

BAB IV

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Luka bakar tidak boleh dianggap sepele, meskipun terdapat luka kecil
penanganan harus cepat diusahakan. Penderita luka bakar memerlukan penanganan
secara holistik dari berbagai aspek dan disiplin ilmu. Perawatan luka bakar didasarkan
pada luas luka bakar, kedalaman luka bakar, faktor penyebab timbulnya luka dan lain-
lain. Pada luka bakar yang luas dan dalam akan memerlukan perawatan yang lama dan
mahal. Dampak luka bakar yang dialami penderita dapat menimbulkan berbagai
masalah fisik, psikis dan sosial bagi pasien dan juga keluarga. Dengan makin
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka makin berkembang pula
teknik/cara penanganan luka bakar sehingga makin meningkatkan kesempatan untuk
sembuh bagi penderita luka bakar.

B. SARAN
Dalam menangani korban luka bakar harus tetap memegang prinsipsteril dan
sesuai medis, tidak boleh dilakukan sembarangan karena bisa mempengaruhi waktu
kesembuhan luka baka. Setiap individu baik tua, muda, maupun anak-anak diharpkan
selalu waspada dan berhati-hati setiap kali melakukan kegiatan aktiitas terutama pada
hal-hal yang dapat memicu luka bakar.

DAFTAR PUSTAKA
R Sjamsuhidajat, Wim De Jong, 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah Penerbit Buku
Kedokteran.EGC

Black & Hawk. 2009. Keperawatan Medikal Bedah ED. 8 Buku 2. Singapore : Elsevier

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah ED. 8 Vol. 3. Jakarta.
EGC

https://id.wikipedia.org/wiki/Luka_bakar#cite_note-Tint2010-10

Anda mungkin juga menyukai